A. Latar Belakang
Indonesia sebagai negara hukum telah dijelaskan dalam pasal 1 ayat (3)
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 (UUD 45) bahwa
Negara Indonesia adalah negara berdasar atas hukum. Salah satu ciri negara
hukum adalah adanya perlindungan dan pengakuan terhadap hak asasi bagi setiap
hak asasi manusia. Untuk menegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai
dengan prinsip negara hukum yang demokratis, maka pelaksanaan hak asasi
yang berdasar atas hukum berarti setiap warga negara harus taat dan patuh pada
hukum yang berlaku. Hukum yang berlaku juga harus mampu mangatur dan
Negara yang telah merdeka dan berdaulat tentunya memerlukan suatu ciri
atau sifat khas bagi bangsanya untuk menerangkan jatidiri sesuai dengan budaya,
agama, bahasa, cita-cita, dan tujuan negara itu sendiri. Karena itulah, Indonesia
nilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam berbagai aspek kehidupan suatu
bangsa dengan ciri-ciri yang berbeda antara bangsa tersebut dengan bangsa yang
lain.
tahapan-tahapan kehidupan yang lebih baik dan semakin baik di masa yang akan
ditelaah dari sudut teori interaksi simbolik atas makna. Dalam teori ini setiap
objek yang dipandang akan memberikan pemaknaan-pemaknaan yang berbeda-
beda. Sebagai contohnya jika kita memandang ular, maka seketika kita merasa
ketakutan dengan ular tersebut. Dalam hal ini secara sadar atau tidak, ular telah
bahkan dalam keyakinan religius tertentu ular dimaknai sebagai jelmaan iblis
yang telah berhasil menggoda Nabi Adam sehingga Adam terpaksa turun ke bumi
dari surga tempat kediamannya. Pada budaya lainnya ular memiliki nilai
pemaknaan yang sangat berbeda. Pada budaya India, ular dianggap sebagai dewa
yang dipuja, sehingga ular dilindungi dan ditempatkan dalam altar-altar pemujaan.
bahwa lambang dapat digunakan dalam setiap waktu dan kesempatan apapun.
lencana) yang menyatakan suatu hal atau mengandung maksud tertentu. Bagi
suatu negara lambang negara merupakan suatu hal yang sangat penting dan sakral
karena lambang menggambarkan jati diri dari negara tersebut. Dalam undang-
undang nomor 24 tahun 2009 Tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara,
Serta Lagu Kebangsaan pada pasal 1 ayat (1) dinyatakan bahwa Lambang Negara
2
Lambang negara Indonesia berbentuk burung Garuda yang kepalanya
menyerupai jantung yang digantung dengan rantai pada leher Garuda dan
semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang berarti Berbeda-beda tetapi tetap satu
ditulis di atas pita yang dicengkeram oleh Garuda. Lambang ini dirancang oleh
terdapat lima buah ruang yang mewujudkan dasar Pancasila sebagai berikut2:
3
Suatu lambang negara sangat penting untuk dihormati serta dilindungi
melindungi kehormatan lambang negara maka diatur dalam suatu aturan hukum
menodai lambang negara. Bahkan sanksi yang diberikan yaitu hukuman penjara
Bahasa, dan Lambang Negara, Serta Lagu Kebangsaan (UU 24/2009) juga
atau membuat rusak Lambang Negara dengan maksud menodai, menghina, atau
Pasal 68 UU 24/2009:
4
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling
banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
pemberitaan salah satu artis indonesia yaitu Zaskia Gotik yang melakukan
penodaan terhadap lambang negara pada suatu acara di salah satu televisi swasta.
Nungging. Pada perkembangannya kasus ini tidak diproses ke ranah pidana dan
berhenti dengan permohonan maaf yang dilalukan oleh Zaskia. Tetapi pada
kemudian hari Zaskia gotik di angkat sebagai Duta Pancasila oleh Fraksi PKB di
MPR4.
Berbeda dengan Zaskia, pada bulan Oktober 2016 ketua Front Pembela
Islam (FPI) Habib rizieq dilaporkan oleh Sukmawati ke Polisi karena diduga telah
4 http://www.tribunnews.com/nasional/2016/04/18/kenapa-zaskia-gotik-diangkat-jadi-
duta-pancasila-ini-penjelasan-pkb. diakses pada tanggal 25 febuari 2017
5 https://news.detik.com/berita/d-3351334/kasus-dugaan-penghinaan-pancasila-oleh-
habib-rizieq-dilimpahkan-ke-polda-jabar diakses pada tanggal 25 Febuari 2017
5
Dilihat dari kedua kasus di atas terdapat perbedaan terhadap penerapan sanksi
mengatur dengan tegas tentang sanksi bagi penodaan tersebut. Bila dikaji lebih
jauh, ada perbedaan penerapan hukum dalam kasus penodaan terhadap lambang
negara ini. Jika dilihat Zaskia Gotik telah jelas melakukan penghinaan terhadap
lambang negara dan telah melanggar ketentuan dari KUHP dan UU 24/2009
namun tidak diproses secara hukum oleh pihak kepolisian. Untuk itu peneliti
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pengaturan hukum pidana terhadap penghinaan terhadap
negara?
3. Bagaimanakah penegakan hukum pidana terhadap penghinaan lambang
negara di Indonesia?
6
a. Untuk mengetahui dan menjelaskan pengaturan hukum pidana terhadapa
undangan Indonesia
b. Untuk mengetahui dan menjelaskan unsur-unsur tindak pidana penghinaan
a. Manfaat Teoritis
khususnya dibidang hukum pidana dan pada umumnya ilmu hukum dan untuk
dijadikan data tambahan dan referensi bagi penelitian yang sejenis, sehingga lebih
mengaktualisasikan fenomena tersebut dalam karya yang lebih baik di masa yang
akan datang.
b. Manfaat Praktis
Penulisan skripsi ini diharapkan kepada seluruh masyarakat dapat lebih mengerti
penodaan lambang negara dan juga hasil penelitian ini diharapkan dapat
D. Kajian Kepustakaan
1. Tinjauan Tentang Lambang Negara
7
Lambang dalam setiap kebudayaan memiliki makna tertentu, termasuk
dalam hal ini adalah lambang-lambang negara. Lambang dalam budaya tidaklah
sekedar gambar keindahan tanpa makna, akan tetapi ia adalah perwujudan dari
kehendak, harapan serta cita-cita yang diinginkan oleh sang pemilik lambang.
sosial, dan ketika terdapat benturan pemaknaan antara budaya dan hukum.
dengan masalah pemaknaan atas simbol. Perbedaan pemaknaan dapat dilihat dari
dua hal: perbedaan budaya dengan budaya, dan perbedaan antara budaya dan
hukum.
ruang hukum. Peletakan lambang dalam budaya ke dalam ranah hukum bukanlah
tanpa tujuan. Peletakan ini berkait dengan adanya kehendak pemilik lambang
untuk menciptakan sebuah kondisi dimana tidak semua orang dapat berbuat
lambang yang menjadi simbol dari ini juga telah menimbulkan benturan antara
nilai-nilai ekonomi dan hukum. Pada satu sisi lambang diartikan sebagai simbol
8
yang dapat diperjual-belikan untuk meraih nilai ekonomi tertentu, sedang pada
pihak lain tidak dapat ditukar dengan nilai ekonomi mengingat pemkanaan magis
religius serta spiritual sakral yang tinggi. Dengan demikian saat ini telah muncul
yang menyangkut tentang bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu
kebangsaan, yaitu dalam Pasal 35, Pasal 36 , Pasal 36A , Pasal 36B dan untuk
tentang Bendera, Bahasa, Dan Lambang Negara Serta Lagu Kebangsaan (UU
Republik Indonesia;
2) Menjaga kehormatan yang menunjukkan kedaulatan bangsa dan Negara
1) Persatuan;
2) Kedaulatan;
9
3) Kehormatan;
4) Kebangsaan;
5) Kebhinnekatunggalikaan;
6) Ketertiban;
7) Kepastian hukum;
8) Keseimbangan;
9) Keserasian; dan
10) Keselarasan.
kanan, perisai berupa jantung yang digantung dengan rantai pada leher Garuda,
dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika ditulis di atas pita yang dicengkeram oleh
Garuda. Garuda tersebut memiliki paruh, sayap, ekor, dan cakar yang
sayap yang masing-masing berbulu 17, ekor berbulu 8, pangkal ekor berbulu 19,
Pada tengah-tengah perisai garuda terdapat sebuah garis hitam tebal yang
melukiskan katulistiwa. Pada perisai tersebut terdapat lima buah ruang yang
10
3) Dasar Persatuan Indonesia dilambangkan dengan pohon beringin di bagian
Pancasila, diantaranya:
Kemudian pada bagian terakhir BAB tentang lambang negara pada pasal
11
1) Mencoret, menulisi, menggambari, atau membuat rusak Lambang Negara
Lambang Negara;
2) Menggunakan Lambang Negara yang rusak dan tidak sesuai dengan
Negara; dan
4) Menggunakan Lambang Negara untuk keperluan selain yang diatur dalam
Undang-Undang ini.
2. Pengertian Hukum Pidana
pengertian dasar dalam hukum pidana. Tindak pidana adalah suatu pengertian
yuridis seperti halnya untuk memberikan definisi atau pengertian terhadap istilah
hukum, maka bukanlah hal yang mudah untuk memberikan definisi atau
bahwa, pidana adalah merupakan suatu istilah yuridis yang mempunyai arti
khusus sebagai terjemahan dari bahasa Belanda straf yang dapat diartikan
sebagai hukuman.6
Tindak pidana adalah suatu pengertian yuridis, lain halnya dengan istilah
perbuatan jahat atau kejahatan (crime atau Verbrechen atau misdaad) yang
12
diartikan secara kriminologis dan psikologis. Mengenai isi dari pengertian tindak
pidana tidak ada kesatuan pendapat di antara para sarjana. Sebagai gambaran
umum pengertian kejahatan atau tindak pidana yang dikemukakan oleh Djoko
Prakoso bahwa secara yuridis pengertian kejahatan atau tindak pidana adalah
yang berlaku dalam masyarakat dan mendapatkan reaksi negatif dari masyarakat,
dan secara psikologis kejahatan atau tindak pidana adalah perbuatan manusia
yang abnormal yang bersifat melanggar hukum, yang disebabkan oleh faktor-
Tindak pidana atau yang sering disebut delik berasal dari istilah Belanda
yaitu strafbaar feit atau juga sering disebut delict. Istilah tersebut merupakan
istilah yang banyak dipergunakan dalam doktrin atau ilmu pengetahuan. Diantara
para ahli ternyata banyak mempergunakan istilah yang berlainan sesuai dengan
Pidana (KUHP) tanpa memberikan penjelasan tentang apa yang dimaksud dengan
7 Djoko Prakoso dan Agus Imunarso, 1987. Hak Asasi Tersangka dan Peranan Psikologi
dalam Konteks KUHAP. Bina Aksara, Jakarta. hlm 137
8 I Made Widnyana, Asas- Asas Hukum Pidana, Fikahati Aneska, Jakarta, 2010, hlm. 32.
13
perkataan strafbaarfeit, sehingga timbullah di dalam doktrin berbagai pendapat
tentang apa yang sebenarnya yang dimaksud dengan strafbaarfeit tersebut, seperti
kata straf ini dan istilah dihukum yang berasal dari perkataan wordt
hukuman baik hukum pidana maupun hukum perdata. Hukuman adalah hasil
atau akibat dari penerapan hukum tadi yang maknanya lebih luas daripada pidana,
sebab mencakup juga keputusan hakim dalam lapangan hukum perdata. 11 Menurut
11 Muladi dan Barda Nawawi Arief. Teori - teori dan Kebijakan Hukum Pidana.
Alumni,Bandung. 2005. hlm. 1
14
Sudarto, bahwa penghukuman berasal dari kata hukum, sehingga dapat
pidana adalah reaksi atas delik, dan ini berujud suatu nestapa yang dengan sengaja
ditimpakan negara kepada pembuat delik itu. Sir Rupert Cross (dalam bukunya
Dengan menyebut cara yang lain Hart mengatakan bahwa pidana harus:
14 Ibid., hlm. 23
15
a. Pidana itu pada hakikatnya merupakan suatu pengenaan penderitaan atau
nestapa atau akibat-akibat yang lain yang tak menyenangkan;
b. Pidana itu diberikan dengan sengaja oleh orang atau badan yang
mempunyai kekuasaan (oleh yang berwenang);
c. Pidana itu dikenakan kepada seseorang yang telah melakukan tindak
pidana menurut undang-undang.15
3. Unsur-Unsur Pidana
undang (rumusan pasal). Pengertian unsur-unsur tindak pidana lebih luas daripada
delictsome schrijving.16
adalah unsur-unsur yang melekat pada diri si pelaku atau yang berhubungan
dengan diri si pelaku dan termasuk kedalamnya yaitu segala sesuatu yang
16
Menurut doktrin, unsur-unsur delik terdiri atas unsur subjektif dan unsur
objektif, yakni :
a. Unsur Subjektif
Unsur subjektif adalah unsur yang berasal dari dalam diri pelaku. Asas
hukum pidana menyatakan tidak ada hukum kalau tidak ada kesalahan (An act
does not make a person guilty unless the mind is guilty or actus not facit reum nisi
mens sit rea). Kesalahan disini yang dimaksud adalah kesalahan yang diakibatkan
Pada umumnya para pakar telah menyetujui bahwa kesengajaan terdiri atas 3
bentuk, yakni:
Unsur objektif merupakan unsur dari luar pelaku yang terdiri atas :
3) Keadaan-keadaan (circumstances)
17
4) Sifat dapat dihukum dan sifat melawan hukum
si pelaku dari hukuman. Adapun sikap melawan hukum adalah apabila perbuatan
itu bertentangan dengan hukum, yakni berkenan dengan larangan atau perintah.
1) Menurut Van Apeldoorn, bahwa elemen delik itu terdiri dari elemen objektif
dibedakan menjadi:
a) Elementen voor de strafbaarheid van het feit, yang terletak dalam objektif
diancamkan.
aliran monistis:
18 Bambang Poernomo, Asas-Asas Hukum Pidana, Ghalia Indonesia, 1981. Hlm: 103
18
a) Perbuatan manusia (positif atau negative, berbuat atau tidak berbuat
atau membiarkan).
b) Diancam dengan pidana (statbaar gesteld)
c) Melawan hukum (onrechtmatig)
d) Dilakukan dengan kesalahan (met schuld in verband staand)
e) Oleh orang yang mampu bertanggung jawab (toerekeningsvatoaar
person).
Simons juga menyebutkan adanya unsur obyektif dan unsur subyektif dari
Unsur Obyektif :
a) Perbuatan orang
b) Akibat yang kelihatan dari perbuatan itu.
c) Mungkin ada keadaan tertentu yang menyertai perbuatan itu seperti
Unsur Subyektif :
19
4) Karni memberikan unsur-unsur tindak pidana sebagai berikut: Bahwa delik
dilakukan dengan salah dosa, oleh orang yang sempurna akal budinya dan
adalah tidak laian daripada feit, yang diancam pidana dalam ketentuan
feit itu adalah perbuatan, yang bersifat melawan hukum, dilakukan dengan
lambang negara, serta lagu kebangsaan masih terpecah pada beberapa peraturan
20
Dalam KUHP terdapat pasal yang mengatur tentang larangan terhadap
sengaja untuk menghina. Bila merujuk pada Kamus besar bahasa Indonesia
bendera dan lambang negara pun dirubah. Disini ada terdapat penambahan
paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima
21
Dari bentuk-bentuk larangan terhadap lambang negara yang dimaksud di
1) setiap orang;
2) mencoret, menulisi, menggambari, atau membuat rusak lambang negara;
3) Dengan maksud menodai, menghina, atau merendahkan kehormatan
lambang negara.
Oleh karena itu, untuk dapat dihukum dengan pasal ini, orang tersebut
dengan sengaja menghina lambang negara dan unsur-unsur pidana itu perlu
dibuktikan.
E. Metode Penelitian
Metode penelitian pada setiap kegiatan penelitian didasarkan pada cakupan
19 http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt56ecec7f0a177/jerat-pidana-bagi-
penghina-lambang-negara . diakses pada tanggal 28 febuari 2017
21 Chalid Narbuko dan Abu Ahmad, Metode Penelitian, Bumi Aksara, 2007, hlm. 2.
22
Untuk mengkaji pokok permasalahan, Penelitian ini menggunakan
bangunan sistem norma. Sistem norma yang dimaksud adalah mengenai asas-asas,
prosedur penelitian yang menghasilkan kata-kata tertulis atau tulisan dari orang-
orang dan perilaku yang diamati dan berupaya untuk mencari makna yang
terkandung di dalamnya.23
Penelitian ini bersifat deskriptif. Penelitian ini bertujuan untuk
menggambarkan tentang suatu hal pada tempat dan pada saat tertentu dengan
memberikan gambaran atau merumuskan masalah sesuai keadaan atau fakta yang
22 Mukti Fajar ND dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan
Empiris, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2010, hlm. 34.
23 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, 2005, hlm. 94.
25 Ibid., hlm. 81
23
Metode yang digunakan dalam rangka penyusunan skripsi ini, yaitu dengan
menggunakan metode penelitian yuridis normatif. Oleh karena itu, penelitian ini
lebih mengutamakan pada data sekunder, sedangkan data primer, lebih bersifat
bersumber dari literatur atau buku-buku yang terkait, jurnal hukum yang resmi
bahan hukum tersier yang bersumber dari artikel di internet, berita-berita di media
24
cetak maupun online ataupun artikel atau opini yang banyak dimuat di media
massa.
3. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh jawaban yang dapat dipertanggungjawabkan atas
data yang bersifat teoritis dan yuridis dengan mempelajari berbagai literatur,
berbagai tulisan yang ada kaitannya dengan penelitian ini dan peraturan
titik tolak awal dalam meganalisa penelitian ini. Data ditambah dari berbagai
jurnal hukum, dokumen resmi negara, dokumen yang terkait dengan bidang
perpustakaan maupun koleksi pribadi dan internet. Serta berdiskusi dengan dosen
28 Ibid.,
25
pengumpulan data yakni merupakan upaya untuk memperoleh bahan-bahan yang
akurat dan relevan dengan upaya memiskinkan koruptor. Bahan ini dikumpulkan
dapat ditarik dan diverifikasi. Tahapan ketiga, penyajian bahan yang berguna
untuk menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu,
yakni tahapan terakhir dimana akan ditarik kesimpulan dalam penelitian ini.
F. Sistematika Penulisan
Bab I yang merupakan bab pendahuluan, pada bab ini meliputi latar belakang,
sistematika penulisan.
perkembangannya
26
Bab III berjudul unsur-unsur tindak pidana penghinaan terhadap lambang negara.
Dalam bab ini akan dibahas dan dianalisa mengenai unsur-unsur yang
Bab V merupakan kesimpulan dan saran. Dalam bab ini berisi tentang
kesimpulan dan saran yang dibuat oleh penyusun berdasarkan apa hasil
27
Daftar Pustaka
Buku-Buku:
Chalid Narbuko dan Abu Ahmad, Metode Penelitian, Bumi Aksara, 2007.
Djoko Prakoso dan Agus Imunarso, Hak Asasi Tersangka dan Peranan
Psikologi dalam Konteks KUHAP. Bina Aksara, Jakarta. 1987.
I Made Widnyana, Asas- Asas Hukum Pidana, Fikahati Aneska, Jakarta, 2010.
Mukti Fajar ND dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan
Empiris, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2010.
Muladi dan Barda Nawawi Arief. Teori - teori dan Kebijakan Hukum Pidana.
Alumni,Bandung. 2005.
28
Peraturan Perundang-Undangan:
Website:
https://id.wikipedia.org/wiki/Lambang_negara_Indonesia.
http://www.tribunnews.com/nasional/2016/04/18/kenapa-zaskia-gotik-diangkat-
jadi-duta-pancasila-ini-penjelasan-pkb
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt56ecec7f0a177/jerat-pidana-bagi-
penghina-lambang-negara
https://news.detik.com/berita/d-3351334/kasus-dugaan-penghinaan-pancasila-
oleh-habib-rizieq-dilimpahkan-ke-polda-jabar
29