B. Pelaksana Penelitian :
a Nama : Muhammad Iqbal
b NIM : 120510028
c Angkatan : 2012
d Fakultas : Hukum
e Program Studi : Ilmu Hukum
1
memenuhi syarat untuk dipidana dengan pidana mati.2 Keadaan Tertentu merupakan suatu
keadaan yang memberi ketentuan pemberatan bagi pelaku tindak pidana korupsi apabila
tindakan tersebut dilakukan pada waktu negara dalam keadaan bahaya sesuai dengan
undang undang yang berlaku, pada waktu terjadi bencana alam nasional, sebagai
pengulangan tindak pidana korupsi, atau pada waktu Negara dalam keadaan krisis
ekonomi dan moneter. Akan tetapi disini terlihat bahwa pidana mati bagi koruptor sulit
dilakukan dan tidak pernah diberlakukan karena alasan diatas dan dibatasi pada negara
dalam keadaan bahaya, bencana alam, krisis moneter. Walaupun didalam praktiknya telah
terjadi beberapa kasus korupsi yang masuk dalam kriteria Keadaan Tertentu. contohnya
seperti pada kasus korupsi bantuan dana bencana alam (Tsunami, Pulau Nias) yang
pelakunya adalah Binahati B.Baeha yang saat itu menjabat sebagai Bupati Nias, dan
merugikan Negara RP 3,8 Milyar dan hanya dituntut hukuman penjara 8 Tahun denda 250
juta subsidair 6 bulan dan diwajibkan mengembalikan uang pengganti sebesar 2,6 milyar.
Hal ini benar-benar merusak kepercayaan publik tentang janji Presiden yang akan
membuat Indonesia menjadi Negara bebas korupsi.
Hal ini sangat berbeda dengan negara Cina. Cina merupakan salah satu negara yang
masih menerapkan hukuman mati terhadap pelaku tindak pidana korupsi. Perdana
Menterinya Zhu Rongji pada masa periode 1999-2002 mengkampanyekan antikorupsi
dengan mengefektifkan hukuman mati bagi para koruptor. Di Cina korupsi dipandang
pemerintah Cina sebagai kejahatan terorganisasi yang paling jahat. Setara kejahatan
narkoba karena korbannya masyarakat banyak. Sebagai contoh pejabat Cina yang
melakukan korupsi dana pembangunan jembatan yang kemudian ambruk karena memang
rapuh sebab komposisi materialnya rendah. Akibat rubuhnya jembatan yang merupakan
salah satu infrasturktur perekonomian itu tak terhitung kerugian yang diderita masyarakat.
Yang paling menghentak hukuman mati di Cina adalah hukuman mati atas Wakil
Gubernur Jiangxi, Hu Chang- ging pada Maret 2000. Ia terbukti di pengadilan telah
menerima suap bernilai lebih dari 600.000 dollar Amerika Serikat, sekitar Rp 5,1 miliar,
sebagai pejabat berpangkat tinggi yang memeras uang berjumlah besar, mulai dari
beberapa mobil, permata, sampai jam bertatahkan emas.
Ketegasan membersihkan pemerintahan dari perbuatan bernama korupsi oleh
penegakan hukum, akan menjalankan roda ekonomi bersemangat sosial-pasar sebagai
2 Barda Nawawi Arif, Kebijakan Hukum Pidana, Jakarta : Prenada Media Group, Cetakan Ke-2,
2010, hlm. 8.
2
bagian dari transformasi modern Cina di lapangan pasar dunia. Dengan hukum yang jelas,
pemain ekonomi dari segala mata angin akan terpancing masuk ke negeri itu.
Segi inilah yang membedakan reformasi di Cina dan reformasi di Indonesia. Reformasi di
Cina dengan tindakan merupakan operator bagi transformasi modern Cina ke arah positif
atau dengan kata lain political action terhadap pelaku kejahatan korupsi di Cina sangat
kuat. Sedangkan reformasi di Indonesia dengan wacana tanpa tindakan merupakan
operator terhadap transformasi antimodern Indonesia yang tanpa arah.
Tindak pidana korupsi dengan menyalahgunakan keuangan negara, dirumuskan
dalam Pasal 384 KUHP Cina yang rumusan lengkapnya sebagai berikut:
Personil negara yang mengambil keuntungan dari kantor di mana mereka bekerja dan
menyelewengkan dana negara untuk penggunaan pribadi dan aktivitas yang tidak sah atau
menyelewengkan dana milik negara dalam jumlah yang cukup besar tanpa bermaksud
mengambalikan uang tersebut dalam jangka waktu tiga bulan, maka dia dikatakan bersalah
atas kejahatan korupsi dan kepadanya dijatuhi hukuman penjara yang tidak lebih dari lima
tahun hukuman. Di dalam perkara yang cukup serius, pelanggar tersebut diharapkan untuk
mendapat hukuman penjara lebih dari lima tahun. Mereka yang menyalahgunakan dana-
dana milik negara tanpa berusaha mengembalikannya, maka kepadanya dijatuhi hukuman
lebih dari 10 tahun hukuman penjara atau hukuman penjara seumur hidup atau hukuman
mati, begitu juga dengan mereka yang menyelewengkan dana bantuan bencana alam,
bencana banjir, dana fakir miskin, yang digunakan untuk kepentingan pribadi, maka
kepada pelanggar tersebut dijatuhi hukuman mati.3
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam
3
1 Bagaimanakah perbandingan penegakan hukuman pidana mati terhadap koruptor di