Anda di halaman 1dari 19

RANCANGAN RUMUS SIDIK RUGAE PALATINA SUBRAS CHINESE

USULAN PENELITIAN

diajukan untuk menempuh ujian sarjana


pada Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Padjadjaran

RIEZKY INDRAJATI
160110130054

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
BANDUNG
2017
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................
1.1 Latar Belakang Penelitian...................................................................................
1.2 Identifikasi Masalah............................................................................................
1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................................
1.4 Manfaat Penelitian..............................................................................................
1.5 Kerangka Pemikiran............................................................................................
1.6 Metodologi Penelitian.........................................................................................
1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian...............................................................................
BAB III METODE PENELITIAN.......................................................................................
3.1 Jenis Penelitian....................................................................................................
3.2 Populasi dan Sampel...........................................................................................
3.2.1 Populasi............................................................................................................
3.2.2 Sampel..............................................................................................................
3.3 Variabel Penelitian..............................................................................................
3.4 Definisi Operasional...........................................................................................
3.5 Alat dan Bahan..................................................................................................
3.6 Prosedur Penelitian............................................................................................
3.7 Pengumpulan dan Analisis Data.......................................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................

ii
2

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Penelitian

Rongga mulut memberikan peranan yang besar dalam identifikasi

forensik. Penggunaan gigi-geligi sudah sangat umum digunakan dalam odontologi

forensik. Seperti gigi, tulang rahang ikut memberikan kontribusi dalam

identifikasi, untuk determinasi jenis kelamin, umur dan ras namun metode ini

memiliki keterbatasan seperti kesulitan dalam pengumpulan data ante mortem dan

analisanya memerlukan keahlian dan teknologi yang canggih.

Pada keadaan tertentu seperti pada kasus mayat yang terbakar atau telah

mengalami dekomposisi sehingga tidak memungkinkan identifikasi dengan

menggunakan metode sidik jari, atau pada korban dengan rahang edentulous yang

tidak memungkinkan identifikasi dengan mengunakan gigi-geligi, maka

diperlukan metode alternatif untuk dapat membantu proses identifikasi korban.

Alternatif tersebut adalah analisa terhadap rugae palatine (Chairani, Shanty, dan

Auerkari 2008) Rugae palatina bersifat unik dan individual pada setiap orang

serta dapat digunakan untuk tujuan identifikasi individu (Sanjaya et al. 2012).

Penelitian yang dilakukan Madhav pada tahun 2012 menyatakan bahwa Rugae

palatina terlindungi oleh trauma karena posisinya terletak di dalam kepala, serta

terlindungi dari suhu yang tinggi oleh bantalan lemak pada mukosa bagian bukal.

Rugae palatina dapat dipelajari melalui jumlah, panjang, lokasi dan bentuknya

(Bhateja & Arora 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Chairani dan Auerkari,
3

menyatakan bahwa setiap bentuk, ukuran, arah, dan jumlah ridge yang terdapat

pada rugae palatina dapat dianalogikan terhadap karakteristik yang dimiliki oleh

sidik jari (Chairani, Shanty, dan Auerkari 2008). Studi yang dilakukan oleh

Charles Eboh menyatakan bahwa rugae palatina dan sidik jari memiliki metode

yang sama dan didasarkan atas dasar ilmiah yang sama (Eboh, 2012).

Penelitian mengenai rugae palatina di Indonesia baru berkembang pada

tahun 2008. Penelitian yang dilakukan oleh Shanty Chairani, dan Elza I Auerkari

pada tahun 2008 memulai penelitian mengenai pemanfaatan rugae palatal untuk

identifikasi forensik, penelitian ini dilakukan dengan menggambarkan pola dan

membedakannya sesuai dengan klasifikasi yang ada seperti klasifikasi Trobo,

klasifikasi Martin Dos Santos, dan klasifikasi Basauri. Penelitian ini menunjukan

bahwa rugae palatal begitu individualistik dan cukup memenuhi syarat untuk

dijadikan acuan identifikasi (Chairani, Shanty, dan Auerkari 2008).

Penelitian lain yang dilakukan oleh Eva Tri Anggraini dalam jurnalnya

Perbedaan Pola Rugae Palatal Pada Penduduk Keturunan Deutro Melayu dengan

Keturunan Chinese, dikatakan bahwa antara keturunan Deutro Melayu dengan

keturunan Chinese memiliki kemungkinan persamaan yang sangat kecil, dimana

persamaan hanya didapatkan di beberapa sampel dan hanya terdapat pada daerah

rugae utama. hal ini membuktikan sifat individualistik dari rugae palatal dalam

tingkat ras (Anggraini 2013).

Penelitian yang dilakukan oleh Alinda Permatasari pada tahun 2013,

menghasilkan rumusan rugae palatina berdasarkan rumus sidik jari dengan

parameter bentuk, ukuran, jumlah dan arah dengan bentuk rumus MFw;RCn;y.
4

Penelitian tersebut dikembangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Intan

Nursyamsi pada tahun 2015, yang menghasilkan rumusan rugae palatina berupa

formulasi MFw;RCn;y;[(Fz;Mx)d] yang diujikan terhadap subras deutromelayu

dan menyimpulkan bahwa tidak terdapat gambaran pola rugae palatine yang sama

pada individu subras deutromelayu, hal ini menunjang bahwa rumusan tersebut

dapat digunakan dalam identifikasi individu. Namun dibutuhkan pengujian

rancangan rumus sidik rugae palatina lebih lanjut terhadap ras lainnya. Penulis

tertarik untuk meneliti lebih lanjut keterkaitan rancangan rumus tersebut terhadap

subras chinese, dikarenakan sampai saat ini perkembangan penelitian terhadap

subras chinese di Indonesia baru mencapai perbandingan gambaran pola rugae

palatina dan sampai saat ini belum dilaporkan adanya penelitian yang meneliti

mengenai keterkaitan rumus pola sidik rugae palatina dengan subras chinese.

I.2 Identifikasi Masalah

Bagaimanakah rancangan rumus sederhana sidik rugae palatina pada

Subras chinese?

I.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah dapat ditemukannya rancangan rumus

sederhana dari sidik rugae palatina subras chinese yang dapat dijadikan sebagai

acuan identifikasi individu.


5

I.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini secara praktis adalah dapat digunakannya rumus

sidik rugae palatina sebagai salah satu metode identifikasi individu dan data

rumus tersebut dapat dijadikan data pribadi sebagai data ante mortem.

I.5 Kerangka Pemikiran

Rugae palatina memiliki sifat yang sama dengan sidik jari yaitu unik pada

setiap individu dan stabil selama kehidupan (Sanjaya et al. 2012). Oleh karena itu

penggunaan rugae palatina dianggap sesuai untuk identifikasi diri pada manusia

dan setara dengan identifikasi menggunakan sidik jari (Permatasari A 2013)

Rugae palatina sebagai salah satu sarana identifikasi, memiliki jumlah,

ukuran, bentuk serta lokasi, dimana pada setiap individu yang kembar tidak

terdapat pola rugae palatina yang sama (Ritter 1943). Karakteristik bentuk,

jumlah, arah dan ukurannya dapat disimbolkan dengan menggunakan angka dan

huruf dengan mengacu pada klasifikasi yang telah ditentukan (Pretty, IA dan

Sweet, D 2001).

Penelitian yang telah dilakukan oleh Permatasari (2013) menunjukan

bahwa salah satu pendekatan dalam perumusan sederhana sidik rugae palatina

adalah penjabaran dalam pemodelan matematika. Pemodelan matematika

merupakan salah satu bidang matematika yang merepresentasi dan menjelaskan

suatu sistem atau problem pada dunia real dalam pernyataan matematik yang

merupakan suatu proses pembuatan model matematika (Widowati dan Sutimin

2007). Rugae palatina memiliki metode dan dasar ilmu yang sama dengan sidik
6

jari, sehingga rancangan rumus sidik rugae palatina juga dapat dibentuk

berdasarkan pendekatan rumus sidik jari yang telah ada.

Parameter yang digunakan dalam mencari rumusan sidik Rugae palatina

meliputi rugae utama, rugae tracing, rugae counting, dan ukuran setiap rugae

palatina. Rugae utama (MFw) adalah rugae palatina primer pertama pada setiap

satu sisi palatum yang bentuknya ditentukan berdasarkan modifikasi klasifikasi

Martin dos Santos dengan penamaan bentuk Point atau titik disimbolkan P,

Line atau garis disimbolkan L, Curve atau Kurva disimbolkan C, Angle

disimbolkan A, Circle atau sirkular disimbolkan U, Sinuous atau

bergelombang disimbolkan S, Bifurcated disimbolkan B, Trifurcated

disimbolkan T, Interrupt disimbolkan I, dan Anomaly disimbolkan An.

Rugae Tracing (y) adalah proses penentuan arah dominan rugae palatina pada

masing-masing sisi palatum, yang memiliki arah dan ukuran yang stabil dan

ditentukan berdasarkan modifikasi Carrea dengan penamaan tipe I Postero-

anterior disebut PA, Tipe II Perpendikular disebut P, Tipe III Antero-posterior

disebut AP, dan Tipe IV Random disebut R. Rugae Counting (RCn) adalah

jumlah rugae dengan arah yang stabil dengan rugae utama yang terdapat antara

rugae utama sampai rugae selanjutnya yang memiliki arah yang berbeda. Ukuran

rugae palatina (Mx) merupakan ukuran dari setiap rugae yang ditentukan

berdasarkan klasifikasi Lyssell dengan modifikasi penamaan untuk rugae primer

yang berukuran lebih dari 5 mm disebut I, rugae sekunder yang berukuran

antara 3 sampai dengan 5 mm disebut II, dan rugaefragmented yang berukuran

antara 2 sampai 3 mm disebut III (Permatasari A 2013)


7

Dengan menganalisis parameter tersebut dapat ditemukan rancangan

rumus sederhana sidik rugae palatina yang akan membantu identifikasi individu

lebih akurat.

I.6 Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik

yang dilakukan dengan mengamati bentuk, ukuran, serta arah rugae palatina

setiap individu yang memiliki genetik subras Chinese melalui cetakan positif

rahang atas yang di aplikasikan terhadap rumus sederhana rugae palatina.

I.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan April 2017 di Fakultas Kedokteran

Gigi Universitas Padjadjaran.


BAB III

METODE PENELITIAN

III.1 Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan yaitu penelitian deskriptif analitik. Deskriptif

analitik merupakan penelitian yang menganalisa data dengan cara

menggambarkan atau mendeskripsikan data yang telah terkumpul dan menarik

kesimpulan mengenai kelompok data tersebut (Sugiyono, 2004)

III.2 Populasi dan Sampel

III.2.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran yang terdaftar dalam tahun ajaran

2016/2017 dan dianggap subras chinese.

III.2.2 Sampel

Sampel diambil dari seluruh mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Padjadjaran yang terdaftar dalam tahun ajaran 2016/2017 yang

dianggap subras chinese menggunakan metode purposive random sampling

dengan kriteria:
1. Mahasiswa dengan keturunan chinese maksimal 2 generasi diatasnya dengan

umur 18-25 tahun


2. Tidak terdapat kelainan pada lengkung rahang

7
8

3. Tidak terdapat kelainan pada palatum seperti celah palatum dan neoplasma
4. Tidak terdapat bekas luka ataupun trauma pada daerah palatum
5. Tidak sedang melakukan perawatan orthodontic
6. Tidak pernah dilakukan tindakan bedah pada daerah palatum.

III.3 Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah rumus rugae palatina dan subras

chinese

III.4 Definisi Operasional

1. Rumus rugae palatine MFw;RCn;y;[(Fz;Mx)d] merupakan pemodelan

matematika yang didasarkan terhadap variable-variabel yang di

hubungkan dengan parameter yang digunakan dalam klasifikasi rugae

palatina. Rugae utama (MFw) adalah rugae palatina primer pertama pada

setiap satu sisi palatum yang bentuknya ditentukan berdasarkan modifikasi

klasifikasi Martin dos Santos .


9

Tabel 3. 1 Klasifikasi Martin Dos Santos (Gulsheen et al. 2015)

Gambar 3. 1 Klasifikasi Martin Dos Santos (Gulsheen et al. 2015)

Rugae Tracing (y) adalah proses penentuan arah dominan rugae

palatina pada masing-masing sisi palatum, yang memiliki arah dan ukuran

yang stabil dan ditentukan berdasarkan modifikasi Carrea dengan

penamaan tipe I Postero-anterior disebut PA, Tipe II Perpendikular


10

disebut P, Tipe III Antero-posterior disebut AP, dan Tipe IV Random

disebut R. Rugae Counting (RCn) adalah jumlah rugae dengan arah

yang stabil dengan rugae utama yang terdapat antara rugae utama sampai

rugae selanjutnya yang memiliki arah yang berbeda. Ukuran rugae

palatina (Mx) merupakan ukuran dari setiap rugae yang ditentukan

berdasarkan klasifikasi Lyssell dengan modifikasi penamaan untuk rugae

primer yang berukuran lebih dari 5 mm disebut I, rugae sekunder yang

berukuran antara 3 sampai dengan 5 mm disebut II, dan

rugaefragmented yang berukuran antara 2 sampai 3 mm disebut III


2. Subras Chinese merupakan keturunan dari ras Chinese yang termasuk

kedalam ras Mongolian, yang merupakan keturunan campuran antara ras

Chinese dengan ras lain , dan sudah melewati 2 generasi.

III.5 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:


1. Alginate
2. Rubber bowl
3. Spatula alginate
4. Sendok cetak
5. Gips stone
6. masker dan handscoon
7. Jangka sorong dengan ketepatan 0,01mm
8. Label
9. Alat tulis
11

III.6 Prosedur Penelitian

Prosedur persiapan

1. Objek penelitian merupakan mahasiswa FKG UNPAD yang dikategorikan

memiliki genetik subras Chinese


2. Mahasiswa mengisi informed consent

3. Memulai dengan membuat cetakan positif rugae palatina


4. Masukan bubuk alginat ke dalam wadah tertutup dan kedap udara, lalu

kocok agar alginat homogen


5. Ambil bubuk menggunakan sendok takar secara berlebih, lalu ketuk-ketuk

tangkai sendok takar dengan spatula secara ringan, kemudian pereskan


6. Takar bubuk dan air sesuai dengan kebutuhan (sesuai ketentuan pabrik)
7. Aduk bubuk dan air dengan cepat dan tekan ke dinding bowl sampai

homogen
8. Satukan adonan dengan spatula. Kemudian masukkan ke dalam sendok

cetak dengan menggunakan spatula.


9. Tarik sudut mulut kanan pasien dengan kaca mulut atau jari telunjuk
10. Sendok cetak dimasukkan ke dalam mulut dari sisi kanan pasien, kemudian

diputar ke sisi kiri


11. Setelah posisi tepat, kemudian tekan bagian psterior ke anterior
12. Setelah semua bagian terlapisi bahan cetak dengan baik, fiksir sendok cetak

dengan tekanan minimal pada bagian posterior dengan ujung jari telunjuk

dan jari tengah, sedang untuk bagian anteriornya sendiri telapak tangan dari

kedua ujung jari tersebut mengikuti


13. Setelah mencapai setting time, cetakan dikeluarkan dari mulut
14. Isi hasil cetakan menggunakan gips stone
15. Setelah mencapai setting, keluarkan cetakan positif gips stone dari cetakan

negative alginate
16. Berikan label nama individu pada setiap cetakan positif.
12

Gambar 3. 2 Cetakan positif rugae palatine (Bansode and Kulkarni 2009)

Prosedur Kerja

1. Buat outline di setiap rugae palatina menggunakan pensil


2. Tentukan rugae utama yang merupakan rugae palatina yang terletak pada

posisi paling anterior serta umumnya terlihat paling menonjol diantara

rugae palatina lainnya.


3. Analisis bentuk rugae tersebut dan tentukan serta catat bentuknya menurut

klasifikasi Martin dos Santos.


4. Lakukan analisis pada setiap masing-masing sisi kanan dan kiri rugae

palatina.
5. Tentukan dan catat rugae counting yaitu jumlah rugae dengan arah yang

stabil dengan rugae utama yang terdapat antara rugae utama sampai rugae

selanjutnya yang berubah arah atau memiliki arah yang berbeda.


6. Kemudian analisis arah dominan rugae palatina pada masing-masing sisi

palatum, yang memiliki arah dan ukuran yang stabil dan ditentukan

berdasarkan modifikasi Carrea.


7. Analisis dari arah rugae utama sampai dengan terjadi perubahan arah pada

rugae selanjutnya.Analisis ini disebut dengan rugae tracing.


8. Analisis juga apabila terdapat perubahan arah yang lebih dari satu kali

perubahan.
13

9. Ukur panjang setiap rugae palatina menggunakan jangka sorong dengan

ketepatan 0,01mm, catat ukuran tersebut dan tentukan tipenya berdasarkan

klasifikasi Lysell.
10. Analisa hubungan dari setiap parameter yang telah dicacat.

Gambar 3. 3 Cetakan positif rugae palatine dengan outline border (Bansode dan
Kulkarni 2009)

III.7 Pengumpulan dan Analisis Data

Data yang didapatkan akan diolah dan disajikan dalam bentuk tabel dan

grafik. Data penelitian yang berupa informasi bentuk, jumlah, ukuran, dan arah

rugae palatina dianalisis untuk membuat rumus sidik rugae palatina. Kemudian

seluruh data dari setiap rugae palatina masing-masing cetakan rahang atas di buat

menjadi permodelan matematika lalu dibuat rancangan rumus sederhananya.


14

Rencana tabel

Tabel 3.2 Data Sidik RugaePalatinaseluruh Mahasiswa Fakultas Kedokteran


Gigi Universitas Padjadjaran Tahun Ajaran 2016/2017 dengan subras
Chinese

Formulasi per Sisi Palatum Formulasi


Formulasi per
Sidik
Rugae RugaeCountin RugaeTracin RugaePalatin
No Subjek RugaePalatin
Utama g g a
a

Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan kiri Kanan Kiri Kanan kiri

1 SP1

2 SP2

3 SP3

4 SP4
DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni,Wahyu. 2013. Perbedaan Pola Rugae Palatal Pada Penduduk


Keturunan Deuteromelayu dan Keturunan Cina di Jawa Tengah. Skripsi.
Semarang: FKG Undip.
Bansode, S. & Kulkarni, M., 2009. Importance of Palatal Rugae in Individual
Identification. Journal of Forensic Dental Sciences, 1(2), p.77.
Bhateja, S. & Arora, G., 2012. Analysis Of Palatal Rugae For Human
Identification In Indian (Mathura) Population. Indian Journal of Dental
Sciences., 4(4), pp.123126.
Chairani, Shanty, dan Auerkari, E.I. 2008. Pemanfaatan Ruga Palatal untuk
Identifikasi Forensik. Indonesian Journal of Dentistry. 15(4):261269.
Eboh, D.E.O. 2012. Palatal rugae patterns of Urhobos in Abraka, South- Southern
Nigeria.Int. J. Morphol., 30(2):709-713.
Anggraini, E.T.., 2013. Perbedaan Pola Rugae Palatal.
Bansode, S. & Kulkarni, M., 2009. Importance of Palatal Rugae in Individual
Identification. Journal of Forensic Dental Sciences, 1(2), p.77.
Bhateja, S. & Arora, G., 2012. Analysis Of Palatal Rugae For Human
Identification In Indian (Mathura) Population. Indian Journal of Dental
Sciences., 4(4), pp.123126.
Chairani, Shanty, dan Auerkari, E.I., 2008. Pemanfaatan Ruga Palatal untuk
Identifikasi Forensik. Indonesian Journal of Dentistry, 15(4), pp.261269.
Gulsheen, K.K. et al., 2015. Comparative analysis of variation in morphology of
rugae pattern amongst sibling pairs. Journal of Dentistry and Oral Hygiene,
7(6), pp.9196. Available at:
http://academicjournals.org/journal/JDOH/article-abstract/0E16BBF53131.
Sanjaya, P.R. et al., 2012. Significance of Palatal Rugae: A Review. Internation
Journal of Dental, 2(2), pp.7482.
Permatasari, A. 2013. Identifikasi Sidik Rugae Palatina Subras Deuteromelayu
dengan Pendekatan Rumus Sidik Jari sebagai Aplikasi Forensik Kedokteran
Gigi.Skripsi. Bandung: FKG Unpad.
Pretty, I.A.; Sweet D. 2001. A look at forensic dentistry Part 1: The role of
teeth in the determination of human identity. British Dental Journal; Volume
190. No. 7.
Ritter, R.Z,. 1943. Morphol Anthropol; 40:367-72 in cited Hauser, A; A, Daponte;
T.S, Roberts. 1989. Palatal Rugae. J.Anat; 165:237-49

15
Sanjaya, P.R., Gokul, S., Prithviraj, K.J. & S, R. 2012. Significance of Palatal
Rugae: A Review. Internation Journal of Dental. 2(2):7482.
Sugiyono, MPB. 2004. Metode Penelitian Kombinasi. Bandung: CV Alfabeta
Widowati; Sutimin. 2007. Buku Ajar Pemodelan Matematika. Jurusan Matematika
Universitas Diponegoro Semarang. Hal. 1

16
JUDUL : RANCANGA RUMUS SIDIK RUGAE PALATINA

PADA SUBRAS CHINESE

PENYUSUN : RIEZKY INDRAJATI


NPM : 160110130054

Bandung, 1 Maret 2017

Mengetahui:
Pembimbing Utama,

Prof.Dr.Sudradjat,MS
NIP.195805191986011001

Pembimbing Pendamping,

drg. Ayu Trisna Hayati, Sp.KG


NIP. 196802081996012001

Anda mungkin juga menyukai