Anda di halaman 1dari 7

Nama : An Nisa Anggit Hutami

No. : 04
NPM : 143030005178
Kelas : 1A-Penilai

ILMU UKUR TANAH

A. Proyeksi Peta
Peta adalah gambaran permukaan bumi baik alami maupun buatan yang
diperkecil dengan skala tertentu yang dituangkan dalam bidang datar dengan cakupan
area yang sempit sehingga kelengkungan bumi dapat diabaikan.
Secara umum, proyeksi peta dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari
cara pemindahan data topografi dari permukaan Bumi ke atas permukaan peta. Proyeksi
peta adalah teknik-teknik yang digunakan untuk menggambarkan sebagian atau
keseluruhan permukaan tiga dimensi yang secara kasaran berbentuk bola ke permukaan
datar dua dimensi dengan distorsi sekecil mungkin.
Bentuk bumi bukanlah bola tetapi lebih menyerupai ellips 3 dimensi
atau ellipsoid. Istilah ini sinonim dengan istilah spheroid yang digunakan untuk
menyatakan bentuk bumi. Karena bumi tidak uniform, maka digunakan
istilah geoid untuk menyatakan bentuk bumi yang menyerupai ellipsoid tetapi dengan
bentuk muka yang sangat tidak beraturan. Permukaan bumi ini tidak rata alias
melengkung-lengkung tidak beraturan, akan tetapi peta membutuhkan suatu gambaran
dalam bidang datar, maka diperlukan pengkonversian dari bidang lengkung bumi
sebenarnya ke bidang datar agar tidak terjadi distorsi permukaan bumi.
Proyeksi peta yang ideal ialah proyeksi yang tidak mengalami distorsi jarak,
sudut, luas dan bentuk, sehingga keadaan asli permukaan bumi tergambar sama persis
dengan peta. Jarak di peta sama dengan jarak di lapangan atau equidistant. Sudut/arah di
peta sama dengan arah/sudut di lapangan atau sama bentuk (conform). Luas di peta sama
dengan luas di lapangan atau sifatnya equalarea. Namun keadaan ideal ini tidak akan
dapat dipenuhi oleh suatu proyeksi peta manapun. Jadi distorsi tidak dapat dihilangkan,
hanya dapat dikurangi saja.
Proyeksi peta dapat dibagi menurut bidang proyeksi, posisi sumbu bidang proyeksi
terhadap bumi, hubungan bidang proyeksi dengan bola bumi, posisi pusat proyeksi,
unsur-unsur yang dipertahankan kebenarannya, dan modifikasi (gubahan).

1. Menurut bidang proyeksi

Bidang datar (azimuthal) : proyeksi yang menggunakan bidang datar sebagai


bidang proyeksinya. Proyeksi ini menyinggung bola bumi dan berpusat pada satu
titik. Proyeksi ini menggambarkan daerah kutub dengan menempatkan titik kutub
pada titik pusat proyeksi.
Bidang kerucut : pemindahan garis-garis meridian dan paralel dari suatu globe ke
sebuah kerucut. Untuk proyeksi normalnya cocok untuk memproyeksikan daerah
lintang tengah (miring). Proyeksi ini memiliki paralel melingkar dengan meridian
berbentuk jari-jari. Paralel berwujud garis lingkaran sedangkan bujur berupa jari-
jari. Proyeksi kerucut diperoleh dengan memproyeksikan globe pada kerucut
yang menyinggung atau memotong globe kemudian di buka, sehingga
bentangnya ditentukan oleh sudut puncaknya. Proyeksi ini paling tepat untuk
menggambar daerah daerah di lintang 45.

Bidang silinder : suatu proyeksi permukaan bola bumi yang bidang proyeksinya
berbentuk silinder dan menyinggung bola bumi. Apabila pada proyeksi ini bidang
silinder menyinggung khatulistiwa, maka semua garis paralel merupakan garis
horizontal dan semua garis meridian merupakan garis lurus vertikal. Proyeksi ini
cocok untuk daerah meridian jika silinder posisi mendatar dan cocok untuk
daerah equator jika silinder posisi berdiri.

2. Menurut posisi sumbu bidang proyeksi terhadap bumi

Proyeksi tegak atau normal, jika garis karakteristik bidang proyeksi berimpit
dengan sumbu bola bumi.

Proyeksi melintang atau transversal atau equatorial, bila garis karakteristik


bidang proyeksi berpotongan tegak lurus dengan sumbu bola bumi.

Proyeksi oblique atau miring, bila garis karakteristik bidang proyeksinya


membentuk sudut lancip dengan sumbu bola bumi.

3. Menurut Hubungan Proyeksi dengan bola bumi


Bersinggungan
Memotong

4. Menurut posisi pusat proyeksi


Pusat Bumi : semakin jauh dari sumbu bumi, maka jarak antar lingkaran
paralel akan semakin besar
Kulit bumi yang berhadapan dengan bidang proyeksi : semakin jauh dari
sumbu bumi, maka jarak antar lingakaran paralel akan semakin besar tetapi
tidak sebesar jika posisi pusat proyeksi di pusat bumi
Tanpa titik pusat : jarak relatif mengecil jika menjauh dari pusat bumi dan
jarak akan relatif sama jika mendekati pusat bumi.
5. Menurut unsur-unsur yang dipertahankan kebenarannya
Proyeksi conform, merupakan jenis proyeksi yang mempertahankan besarnya
sudut
Proyeksi equidistant, merupakan jenis proyeksi yang mempertahankan
besarnya panjang jarak
Proyeksi equivalent, merupakan jenis proyeksi yang mempertahankan
besarnya luas suatu daerah pada bidang lengkung
B. Kondisi Geografis Indonesia
Letak geografis adalah letak suatu negara dilihat dari kenyataan di permukaan
bumi. Menurut letak geografisnya, Indonesia terletak di antara dua benua, yaitu Benua
Asia dan Benua Australia, dan berada di antara dua samudra, yaitu Samudra Hindia dan
Samudra Pasifik. Berdasarkan letak geografis Indonesia yang diapit dua benua dan
berada diantara dua samudra, mempunyai pengaruh yang besar terhadap keadaan alam
maupun kehidupan penduduk.
Pengaruh Letak Geografis Indonesia terhadap Keadaan Alam
Indonesia merupakan negara kepulauan yang merupakan pertemuan dua samudra
besar (Samudra Pasifi dan Samudra Hindia) dan diapit daratan luas (Benua Asia
dan Austraia), hal itu menyebabkan pengaruh terhadap kondisi alam. Wilayah
Indonesia beriklim laut, sebab merupakan negara kepulauan, sehingga Indonesia
banyak memperoleh pengaruh angin laut yang mendatangkan banyak hujan.
Indonesia memiliki iklim musim, yaitu iklim yang dipengaruhi oleh angin muson
yang berhembus setiap 6 bulan sekali berganti arah. Hal ini yang menyebabkan di
Indonesia dikenal adanya musim penghujan dan musim kemarau.
Pengaruh Letak Geografis terhadap Keadaan Penduduk
Indonesia terletak pada posisi silang (cross position) yaitu antara dua benua dan
dua samudra, maka berpengaruh bagi kehidupan bangsa Indonesia yaitu sebagai
berikut : Indonesia terletak di antara negara-negara berkembang, sehingga
memiliki banyak rekanan dan mitra kerja sama.Indonesia banyak dipengaruhi
kebudayaan asing, mulai dalam bidang seni, bahasa, peradaban maupun agama.
Menunjang perdagangan di Indonesia dan menambah sumber devisa negara
karena berada dalam jalur lalu lintas perdagangan dan pelayaran yang cukup
ramai.

Letak astronomi adalah letak suatu tempat berdasarkan garis lintang dan garis
bujurnya. Berdasarkan letak astronomisnya, Indonesia berada di antara 6 LU 11 LS
dan antara 95 BT 141 BT.
Wilayah Indonesia paling utara berada di Pulau Weh di Nanggroe Aceh
Darussalam yang berada pada 6 LU, untuk wilayah Indonesia paling berada di Pulau
Roti di Nusa Tenggara Timur yang berada pada 11 LS, untuk wilayah Indonesia paling
barat adalah di ujung utara puau Sumatera yang berada pada 95 BT, serta untuk wilayah
Indonesia paling timur berada di Kota Merauke yang berada pada 141 BT.
Garis lintang merupakan garis khayal pada peta atau globe yang sejajar dengan
khatulistiwa. Garis khatulistiwa membeah bumi menjadi dua bagian, yaitu belahan bumi
utara dan belahan bumi selatan. Garis khatulistiwa atau disebut sebagai garis equator
atau garis lini adalah garis lintang 0. Garis lintang ini dipergunakan untuk membagi
wilayah iklim di bumi yang disebut iklim matahari.
Berdasarkan letak lintangnya, wilayah Indonesia berada di antara 6 LU 11
LS, hal ini menyebabkan Indonesia memiliki iklim tropis dengan ciri-ciri antara lain
sebagai berikut : memiliki hutan hujan tropis yang luas dan memiliki nilai ekonomis
yang tinggi, menerima penyinaran matahari sepanjang tahun, memiliki curah hujan
tinggi. banyak terjadi penguapan sehingga kelembapan udara cukup tinggi.
Garis bujur adalah garis khayal pada peta atau globe yang menghubungkan antara
kutub utara dan kutub selatan bumi. Bumi dibagi menjadi 180 garis bujur (BT) dan 180
garis bujur barat (BB). Perhitungan garis bujur 0 ini dimulai dari Kota Greenwich dekat
Kota London. Garis bujur dipergunakan untuk menentukan waktu suatu daerah dengan
selisih garis bujur 15 berarti waktuya selisih 1 jam dengan pergeseran arah ke timur
waktu maju, sedangkan ke arah barat waktu mundur.
Letak astronomi Indonesia yang berada di antara 95 BT 141 BT membuat Indonesia
memiliki tiga daerah waktu, yakni :
a. Daerah Waktu Indonesia bagian Timur (WIT), yang meliputi : Kepulauan Maluku,
Papua dan pulau-pulau kecil di sekitarnya. Waktu Indonesia bagian timur memiliki
selisih waktu 9 jam lebih awal dari GMT (Greenwich Mean Time).
b. Daerah Waktu Indonesia bagian Tengah (WITA), yang meliputi : Bali, Nusa
Tenggara, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Pulau Sulawesi, dan pulau-pulau
kecil di sekitarnya. Waktu Indonesia bagian Tengah memiliki selisih waktu 8 jam
lebih awal dari GMT (Greenwich Mean Time).
c. Daerah Waktu Indonesia bagian Barat (WIB), yang meliputi : Seluruh Sumatera,
Jawa, Madura, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan pulau-pulau kecil di
sekitarnya. Waktu Indonesia bagian Barat memiliki selisih waktu 7 jam ebih awal
dari GMT (Greenwich Mean Time).

C. Sistem Proyeksi Peta Indonesia


Sistem UTM (Universal Transvers Mercator ) dengan system koordinat WGS 84
sering digunakan pada pemetaan wilayah Indonesia. UTM menggunakan silinder yang
membungkus ellipsoid dengan kedudukan sumbu silindernya tegak lurus sumbu tegak
ellipsoid (sumbu perputaran bumi) sehingga garis singgung ellipsoid dan silinder
merupakan garis yang berhimpit dengan garis bujur pada ellipsoid. Pada system proyeksi
UTM didefinisikan posisi horizontal dua dimensi (x,y) menggunakan proyeksi silinder,
transversal, dan conform yang memotong bumi pada dua meridian standart. Seluruh
permukaan bumi dibagi atas 60 bagian yang disebut dengan UTM zone. Setiap zone
dibatasi oleh dua meridian sebesar 6 dan memiliki meridian tengah sendiri. Sebagai
contoh, zone 1 dimulai dari 180 BB hingga 174 BB, zone 2 di mulai dari 174 BB
hingga 168 BB, terus kearah timur hingga zone 60 yang dimulai dari 174 BT sampai
180 BT. Batas lintang dalam system koordinat ini adalah 80 LS hingga 84 LU. Setiap
bagian derajat memiliki lebar 8 yang pembagiannya dimulai dari 80 LS kearah utara.
Bagian derajat dari bawah (LS) dinotasikan dimulai dari C,D,E,F, hingga X (huruf I dan
O tidak digunakan). Jadi bagian derajat 80 LS hingga 72 LS diberi notasi C, 72 LS
hingga 64 LS diberi notasi D, 64 LS hingga 56 LS diberi notasi E, dan seterusnya.
Ciri-ciri proyeksi UTM:
a. Proyeksi bekerja pada setiap bidang ellipshoid yang dibatasi cakupan garis meridian
dengan lebar yang disebut zone.
b. Proyeksi garis meridian pusat (MC) merupakan garis vertikal pada bidang tengah
proyeksi.
c. Proyeksi garis lingkar equator merupakan garis lurus horizontal di tengah bidang
proyeksi.
d. Grid merupakan perpotongan garis-garis yang sejajar dengan dua garis proyeksi pada
butir dua dan tiga dengan interval sama. Jadi garis pembentukan grid bukan hasil dari
garis bujur atau lintang ellipshoid (kecuali garis meridian pusat dan equator)
e. Penyimpangan arah garis meridian terhadap garis utara grid di Meridian Pusat =, atau
garis arah meridian yang melalui titik luar Meridian Pusat tidak sama dengan garis
arah Utara Grid Peta yang disebut Konvegerensi Meridian. Dalam luasan dan skala
tertentu tampilan simpangan ini dapat diabaikan karena kecil.

UTM digunakan sebagai sistem Proyeksi Pemetaan Nasional

Universal Transverse Mercator (UTM) merupakan sistem proyeksi yang digunakan


secara nasional di wilayah Indonesia. Alasan mengapa sistem UTM dipakai adalah:

1. Kondisi geografi negara Indonesia membujur di sekitar garis khatulistiwa atau garis
lintang equator dari barat sampai ke timur yang relative seimbang.
2. Untuk kondisi seperti ini, sistem proyeksi Transverse Mecator/ Silinder Melintang
Mecator adalah paling ideal (memberikan hasil dengan distorsi minimal).
3. Dengan pertimbangan kepentingan teknis maka akan dipilih sistem proyeksi
Universal Transverse Mecator yang memberikan batasan luasan bidang anatara dua
garis bujur dan ellipsoide yang dinyatakan sebagai zone.

Kelebihan koordinat UTM:

a. Proyeksinya (sistem sumbu) untuk setiap zona sama dengan lebar bujur 6.
b. Transformasi koordinat dari zona ke zona dapat dikerjakan dengan rumus yang sama
untuk setiap zona di seluruh dunia.
c. Penyimpangannya cukup kecil, antara.. -40cm/ 1000m sampai dengan 70cm/ 1000m
d. Setiap zona berukuran 6 bujur X 8 lintang ( kecuali pada lintang 72 LU- 84 LU
memiliki ukuran 6 bujur X 12 lintang).

Ketentuan UTM:
a. Bidang silinder memotong bola bumi pada dua buah meridian yang disebut meridian
standar dengan faktor skala 1.
b. Lebar zone 6 dihitung dari 180 BB dengan nomor zone 1 hingga ke 180 BT
dengan nomor zone 60. Tiap zone mempunyai meridian tengah sendiri.
c. Perbesaran di meridian tengah = 0,9996.
d. Batas paralel tepi atas dan tepi bawah adalah 84 LU dan 80 LS

Pet
a UTM Dunia
Proyeksi yang biasa dipakai di Indonesia
Proyeksi Polyeder
Proyeksi Polyeder adalah proyeksi kerucut normal konform. Pada proyeksi ini, setiap
bagian derajat dibatasai oleh dua garis paralel dan dua garis meridian yang masing-
masing berjarak 20. Diantara kedua paralel tersebut terdapat garis paralel rata-rata yang
disebut sebagai paralel standar dan garis meridian rata-rata yang disebut meridian
standar. Titik potong antara garis paralel standar dan garis meridian standar disebut
sebagi titik . Setiap bagian derajat proyeksi Polyeder diberi nomor dengan dua digit
angka. Digit pertama yang menggunakan angka romawi menunjukan letak garis
sedangkan digit kedua yang menggunakan angka arab menunjukangaris meridian
standarnya ( 0). Untuk wilayah Indonesia penomoran bagian derajatnya adalah :
Paralel standar : dimulai dari I ( 0 = 650 LU) sampai LI ( 0 =1050 LU)
Meridian standar : dimulai dari 1 ( 0 =1150 BT) sampai 96 ( 0 =1950 BT)
Proyeksi Polyeder beracuan pada Ellipsoida Bessel 1841 dan meridian nol Jakarta
( Jakarta =10648 27,79 BT)

Anda mungkin juga menyukai