Anda di halaman 1dari 12

Judul Novel : Assalamualaikum Beijing

Penulis : Asma Nadia

Hari itu bukan hari mereka jadian tapi Dewa membawa Ra, nama panggilan
dari Dewa untuk Asmara, pergi ke halte yang tidak jauh dari kampusnya dulu. Dewa
menuntun Ra berdiri di tempat empat tahun lalu gadis itu mengangguk atas
pernyataan cinta yang disampaikan Dewa.
Ra masih terheran-heran melihat sikap Dewa. Dewa mencoba menutupi
keresahan dengan tersenyum, mencoba merangkai kata-kata untuk bisa
menyampaikan suatu kabar buruk kepada Ra. Dewa tak pernah ingin menyakiti
gadis yang dicintainya ini. Namun, suatu kesalahan besar telah dilakukan Dewa.
***
Angin musim dingin di bulan November terasa bertiup kencang ketika keluar
dari bandara. Butuh waktu lama hanya untuk menemukan bus yang akan membawa
Asma ke youth hotel, tempatnya menginap selama di Beijing. Pertolongan datang
lewat seorang pemuda dengan rahang tegas yang kontras dan sepasang mata
cerdas yang bersinar lembut.
Teringat akan perkataan Sekar sebelum berangkat, perjalanan dinas yang
bisa berbonus calon suami. Menurutnya, kemungkinannya sangat kecil. Belum
saatnya memulai hubungan baru. Cinta memerlukan waktu. Sulit juga untuk
menemukan pria muslim di Beijing.
Di dalam bus, lelaki di samping Asma memperkenalkan diri, namanya
Zhongwen. Nama Asma mengingatkan Zhongwen pada Ashima. Kemudian
Zhongwen memperkenalkannya pada Ashima dari Yunnan.
Orang tuanya memberi nama Ashima dengan harapan kelak anaknya akan
secantik bunga dan bersinar bagai logam mulia. Katanya, gadis itu tak hanya cantik,
tetapi juga mahir menyanyi dan menari. Banyak lelaki yang jatuh cinta padanya,
termasuk Azhi, anak kepala desa yang memiliki banyak harta. Namun, harta yang
bergelimang tidak bisa menggantikan cinta Ashima kepada Ahei, pemuda miskin
anak angkat orang tua Ashima.
Cerita rakyat yang dikisahkan turun-temurun itu tidak tuntas malam itu karena
Zhongwen bergegas turun dari bus. Zhongwen memberikan kartu nama kepada
Asma, ia berjanji akan menceritakan akhir cerita Ashima di lain waktu. Sayang,
Asma menghilangkan kartu nama itu.
***
Bukan hanya sekali Anita, gadis berparas cantik teman kantor Dewa, secara
tersirat dan terang-terangan meminta tolong Dewa untuk mengantarnya pulang.
Tetapi, Dewa selalu punya cara untuk menolaknya.
Dewa memandang penuh kasih foto berukuran kecil yang terselip di
dompetnya. Foto lusuh yang sudah dia simpan sebelum mereka jadian, yang dia
dapat dari teman kampusnya.
Ra memang pernah berjanji untuk datang ke acara kantor Dewa dan akan
diperkenalkan kepada teman-teman Dewa. Namun, tiba-tiba Ra membatalkan
janjinya karena ia harus menemani Mama. Saat itu terjadi pertengkaran paling besar
yang membuat Dewa menjaga jarak dan hubungan mereka sempat merenggang.
Tetapi, ada hal yang lebih besar yang membuatnya menjauh. Malam itu telah terjadi
kejadian yang tidak dia inginkan.
***
Asma menceritakan kejadian di bus kepada Sekar. Sekar langsung bereaksi
kesal atas kecerobohan Asma yang menghilangkan kartu nama Zhongwen.
Sahabatnya ini adalah orang yang sangat romantis, berbanding terbalik dengan
suaminya.
Malam semakin larut dan Asma tidak mau ambil pusing tentang omelan
Sekar. Dia harus mempersiapkan diri untuk melakukan perjalanan esok harinya.
Travel yang dipesannya akan membawanya ke The Great Wall.
Sebelum beranjak tidur, dia menyempatkan diri membuka netbook, mencari
website yang berisi cerita Ashima dari Yunnan. Seperti legenda cinta lain, kisah The
Legend of Ashima tak berakhir bahagia.
***
Hujan deras mencegah Dewa pergi dari rumah Anita. Rasa kesal terhadap Ra
telah melunakkan hati lelaki itu, dia mengiyakan permintaan Anita untuk diantarkan
pulang.
Ketika Dewa berniat untuk pulang, tiba-tiba Anita meminta tolong kepada
Dewa untuk menemaninya sampai orang tuanya pulang, dengan suasana sekitar
rumah tidak aman. Mendengar hal tersebut Dewa mengurungkan niat untuk pulang
karena merasa tidak tega.
Sampai lewat pukul satu malam orang tua Anita belum juga muncul. Anita
menawarkan kepada Dewa untuk istirahat di kamar saja, tetapi Dewa menolak dan
memilih tidur di ruang tamu. Saat itu, jarak mereka teramat dekat, bahkan Dewa bisa
mencium parfum Anita.
Paginya, dengan wajah lesu Dewa meninggalkan rumah Anita dengan
perasaan sangat kesal
***
Zhongwen hampir yakin akan mendapatkan pesan di ponselnya. Dia
berharap akan memiliki kesempatan untuk menuntaskan kisah Ashima dan
perjuangan cintanya yang mengagumkan.
Tak hanya sekali itu Zhongwen berpapasan dengan penganut agama islam
termasuk perempuan muslim yang berkerudung. Tetapi ada suatu hal yang sulit
dijelaskan yang membuatnya tertarik pada Asma. Namun dia yakin, ini bukan jatuh
cinta. Dia bukan orang yang percaya akan love at the first sight.
Dia pun berpikir untuk mengunjungi tempat-tempat wisata yang biasanya
dikunjungi turis di Beijing demi bisa menemukan Asma.
Teringat akan cerita rakyat, yang mana seorang laki-laki akan berjuang untuk
mencari gadis yang dikasihinya. Seperti kisah Ahei yang secepat kilat mengendarai
kuda ketika Azhi menculik Ashima. Keberanian Ahei dalam memperjuangkan Ashima
dengan bertarung tiga hari tiga malam dan membunuh tiga harimau yang dilepaskan
Azhi. Pencarian yang dilakukan Zhongwen tidak seberapa dibandingkan yang
dilakukan Ahei, walaupun akan seperti mencari jarum dalam jerami.
Tiba-tiba Zhongwen terkaget ketika menyadari dia tak sengaja mengetik
sesuatu di ponselnya, yaitu W xing n yang artinya aku rindu padamu.
***
Suara Anita bercampur isak tertahan. Saat itu Dewa tetap terdiam dan hanya
helaan nafasnya yang terdengar. Kabar kehamilan Anita belum disampaikan kepada
orang tuanya karena dia tidak ingin menjadi noda keluarga.
Sudah lama Anita menyimpan perasaan kepada Dewa, tetapi sikapnya tidak
pernah memberikan kesan lebih. Anita tidak pernah menyerah untuk selalu
mendapatkan perhatian Dewa, walaupun sebenarnya dia tahu Dewa sudah memiliki
kekasih
Beberapa waktu ini rasa bersalah Dewa sudah merentangkan jarak. Sekitar
tiga hari dia benar-benar menjauh dari Ra. Dia merasa bersalah dan jijik terhadap
dirinya sendiri. Ini sebuah kesalahan fatal.
***
Perjalanan ke The Great Wall hari ini hanya ditemani oleh kamera, setelah
Sunny, guide-nya, memintanya untuk meninggalkan tripod dan ransel karena sangat
berat.
Tak jauh dari papan keterangan The Great Wall dalam berbagai bahasa,
terdapat deretan gembok yang dipasang dan bertulisan nama laki-laki dan
perempuan, biasa disebut love lock. Orang-orang yang memasangnya berharap
hubungannya akan abadi.
Asma memulai pendakian. Beberapa kali berhenti mengatur napas. Sampai di
puncak pendakian dia nyaris bersorak. Dari puncak itu dia masih bisa melihat
tembok besar yang seperti tidak ada ujungnya.
Selanjutnya mereka mampir ke beberapa tempat, salah satunya adalah
stadion Olimpiade yang berbentuk seperti sarang burung. Perjalanan hari itu
bersama Sunny tidak seperti melakukan perjalanan travel. Persahabatan mereka
juga berlanjut hingga enam bulan terakhir, sebelum sebuah ujian tak pernah
terbayangkan menyerang Asma.
***
Lebih dari jatuh cinta yang sebenarnya sudah dilakukan oleh Dewa. Jelas
saja itu membuat Ra bingung dan kaget. Hubungan yang sudah dijalani selama
empat tahun berakhir karena pengkhianatan yang dilakukan Dewa. Pernikahan yang
sudah direncanakan tidak akan pernah terjadi. Kesalahan yang sudah dilakukan
Dewa sangat fatal dan tidak bisa ditoleransi lagi.
Sebagai seorang perempuan dia tidak bisa bersikap egois. Tidak hanya
perasaan Anita yang dia pikirkan, tetapi juga janin tak berdosa itu. Dengan tegas dia
berkata agar Dewa bertanggung jawab.
***
Beberapa tempat sudah Zhongwen kunjungi, mulai dari Tiannanmen Square
sampai dengan The Forbidden City, tetapi sosok Ashima-nya belum juga dia
temukan. Dia hampir menyerah, tetapi saat berjalan di pemberhentian bus dekat
gerbang Tiannanmen, dia melihat Asma berada di balik jendela bus. Dia berlari
secepat mungkin untuk mengejar bus sambil melambaikan tangannya, tetapi Asma
tidak melihatnya. Bus itu tidak sanggup dia kejar.
Pencarian terus dilanjutkan ke kawasan Peking duck, flea market dan hutong,
dengan harapan dia bisa menemukan Ashima-nya dalam keramaian.
***
Keluarga Asma benar-benar merasa tertipu dan dipermalukan. Pernikahan
yang tinggal sebentar lagi tidak akan terjadi, padahal segala persiapan sudah
dilakukan dan undangan sudah disebar.
Empat hari setelah kejadian itu, Asma menerima tawaran untuk
melaksanakan tugas ke Beijing. Salah satu cara untuk menjauh dari Dewa.
Hidup tanpa sosok Dewa awalnya terasa berat. Bahkan, dia sempat beberapa
hari mengurung diri di kamar dan bermandikan air mata. Namun, dia teringat bahwa
banyak orang di luar sana yang tidak seberuntung dirinya. Dia mulai tersadar dan
banyak bersyukur. Kehidupannya mulai normal.
Di sisi lain, pernikahan Dewa dengan Anita akan segera dilaksanakan. Kabar
itu membuat Bayu, teman dekat Dewa, tidak percaya. Seperti orang kebanyakan,
berpikir bahwa Dewa akan menikah dengan Ra. Semuanya sudah terjadi, tetapi
Dewa masih berharap suatu hari nanti bisa kembali bersama Ra.
***
Kejadian pengkhianatan yang dialami Asma menimbulkan luka yang teramat
dalam dan telah membuatnya tidak mudah percaya akan cinta. Namun, Sekar selalu
mencoba mengobati rasa apatis Asma terhadap cinta. Sekar sosok yang sebelum
berjilbab mudah patah hati dan mudah jatuh cinta dan kemudian hari memberi kabar
akan segera menikah dengan laki-laki yang belum pernah dikenalnya, Mas Ridwan.
Hal tersebut membuat Asma tak habis pikir. Tetapi, Sekar memberikan berbagai
penjelasan yaitu tentang taaruf, batasan laki-laki dan perempuan, serta kisahnya
bersama Mas Ridwan.
Hal tersebut membuat Asma terus berpikir, hingga dia memutuskan untuk
menjaga diri lebih baik dan memutuskan untuk berjilbab. Awalnya memang terasa
aneh, bahkan Mamanya bertanya apakah tidak akan sulit mencari jodoh jika dia
berjilbab dan tidak mau pacaran. Namun, Asma tetap berada pada keputusannya,
karena dia percaya cinta itu menjaga dan tergesa-gesa itu nafsu belaka. Sekar dan
Mas Ridwan menjadi buktinya. Dengan pemahaman itu, maka tak cukup hanya
kalimat manis untuk bisa menimbulkan debar khusus di hatinya.
***
Setelah dua hari Zhongwen tak bisa tidur dan sibuk mendata serta
mengunjungi tempat-tempat wisata di Beijing, akhirnya dia bisa bertemu dengan
Ashima-nya, tepat sehari sebelum kepulangan Asma ke tanah air. Mereka bertemu
di masjid Niujie, salah satu masjid tertua di Xuanwu Distrik. Mereka berjalan
beriringan mengelilingi masjid. Dia juga menceritakan sejarah dan arsitektur dari
masjid Niujie. Ketika akan memasuki praying hall, Asma mengajak Zhongwen untuk
masuk, tetapi dia menolak karena dia bukan muslim.
***
Setiap malam Dewa selalu terbayang wajah Ra dan perasaan bersalah terus
saja menyelimuti hatinya. Tidurnya tak pernah nyenyak, tak hanya karena teringat
Ra, tetapi juga karena ketika bangun yang dia lihat di sampingnya adalah Anita.
Anita memang istri yang baik, dia selalu melayani suami, bahkan Dewa tak pernah
dibolehkan terlibat dalam pekerjaan rumah apapun. Hal ini bekebalikan dengan yang
biasa dia lakukan bersama dengan Ra.
Kebahagiaan dalam keluarga Dewa kian lama terlihat terasa palsu, dia
merasa tidak pernah nyaman berada dalam rumah. Ditambah lagi sikap Anita yang
mudah emosi dan posesif.
***
Saat awal bertemu, Zhongwen menyodorkan tangannya untuk bersalaman,
tetapi Asma membalasnya dengan mengatupkan kedua tangan dan
menyedekapkannya di depan dada. Hal itu memang membuat Zhongwen kaget dan
dia pun terus bertanya tentang larangan ciuman dan pelukan. Tak hanya diingat tapi
juga dicatat olehnya.
Pertemuan terakhir mereka di kafetaria hotel. Sebelumnya, sepulang dari
masjid Niujie mereka berjalan menyusuri hutong. Sangat beruntung Asma bisa
travelling ditemani warga lokal, karena bisa menambah informasi untuk ditulis di
majalah tempat dia bekerja. Apalagi, Zhongwen adalah pemilik salah satu biro travel
di Xian, informasi yang dia punya sangat banyak.
Sampai saat itu, Zhongwen tetap memanggil Asma dengan nama Ashima,
karena baginya selamanya Asma adalah Ashima bagi dirinya.
***
Anita selalu saja diacuhkan oleh Dewa. Dia sudah melakukan apapun untuk
membuat Dewa peduli padanya. Awalnya dia berpikir, semua akan berubah ketika
mereka sudah menikah, tetapi ternyata tidak. Dewa tetap saja memikirkan Ra.
Bahkan, suatu pagi perkataan Dewa sangat membuatnya sakit hati, yaitu keraguan
Dewa akan anak yang dikandungnya bukanlah darah daging Dewa.
Sampai saat itu, yang Dewa pikirkan adalah hanya mendampingi Anita hingga
anaknya lahir, setelah itu dia akan menceraikan Anita. Dia masih berharap Ra akan
menerimanya kembali.
***
Dialog Zhongwen dan Asma berlanjut ketika sampai di tanah air. Sekar yang
paling senang dengan hal ini. Ia masih terus berharap Asma akan berjodoh dengan
Zhongwen.
Tiba-tiba, sebuah ujian datang menyerang, Asma terkena stroke. Terjadi
penyumbatan otak di sebelah kiri dan menyebabkan kelumpuhan tubuh sebelah
kanan. Stroke pertama ini menjadi awal dari keanehan yang dialami Asma. Ujian ini
membuat Mama takut kehilangan Asma, tak bisa dibayangkan bagaimana hidupnya
tanpa Asma. Dan yang ditakutkan Asma bukanlah kematian, melainkan dia takut
pergi sebelum bisa membahagiakan Mama.
***
Sulit untuk melupakan orang yang sudah dicintai. Dia selalu mengalihkan
fokusnya setiap kali pikirannya mencoba mengingat masa-masa indah bersama
Dewa. Harusnya lelaki itu juga melakukan hal yang sama. Tetapi, justru yang
dilakukan Dewa adalah terus menghubunginya. Membuat hatinya perih dan
kepalanya pusing.
Kali ini, Asma hanya bisa berbaring di rumah sakit. Tetapi, setelah beberapa
pekan dirawat, kondisinya berangsur mulai membaik. Mama dan Sekar selalu
menemani dan menyemangatinya untuk rutin melakukan fisioterapi dan terapi
lainnya. Semangatnya untuk sembuh sangatlah kuat. Selama sakit, dia tidak ingin
ada yang tahu selain orang-orang terdekatnya, tidak juga Zhongwen. Dia tidak butuh
tatapan kasihan dari orang lain, yang dia butuhkan adalah bisa seperti dulu dan
berjalan normal.
***
Perbincangan Zhongwen dan Ashima berkisar kepada hal-hal yang lebih
serius. Seperti tentang agama, yang awalnya menurut Zhongwen merupakan
pemicu peperangan dan berbagai persoalan buruk di dunia. Rangkaian dialog itu
semakin mendorong keinginan Zhongwen untuk menghampiri masjid. Belum dapat
diputuskan dia akan berpindah agama, karena hal tersebut tidak hanya menyangkut
kemauan pribadi.
***
Kondisi Asma terus menurun. Bahkan, tiba-tiba Asma terkena serangan
jantung dan harus dirawat di rumah sakit lagi. Bayangan hari-hari yang cerah sejak
mendapatkan pesan yang berisi perasaan rindu Zhongwen kepada-nya seakan
ditelan bumi, mengingat kondisinya yang semakin memburuk.
Dia mungkin terlalu bahagia ketika menerima pesan rindu dari Zhongwen,
hingga dia lupa memberitahu agar Zhongwen tidak membangun harapan padanya,
mengingat kondisinya yang semakin memburuk.
Hasil dari pemeriksaan menyatakan Asma mengalami sindrom APS
(Antiphospholipid Syndrome) primer, yang selamanya akan tumbuh dalam tubuhnya.
Sindrom ini bisa menyebabkan penggumpalan di berbagai organ tubuh, seperti ginjal
dan mata, yang nantinya bisa menyebabkan gagal ganjil dan kebutaan.
***
Dewa terlambat menyadari bahwa akhir-akhir ini dia tidak menemukan jejak
Ra. Dia mencari dompet, pemberian dari Ra, yang berisi foto Ra untuk mengobati
rindunya. Tetapi, dompetnya tak juga ditemukan. Saat itu Anita memintanya untuk
menemani pergi periksa ke dokter, tetapi Dewa tak menghiraukannya. Pertengkaran
terjadi, Anita merasa kesal dengan sikap Dewa dan Dewa marah karena dompet
yang dicarinya ternyata diambil oleh Anita. Semakin sakit perasaan Anita.
***
Segala skenario untuk kembali kepada Ra telah disiapkan oleh Dewa.
Tangisan yang selalu diperiihatkan Anita justru memperkuat tekadnya. Dia butuh
keajaiban. Uniknya, saat itu Dewa berpapasan dengan Ra. Mereka saling sapa dan
saling menanyakan kabar, tetapi semua terasa canggung dan asing. Ada yang aneh
ketika Ra mengucapkan pamit. Dia tidak berjalan mendahuluinya, dia justru terlihat
seperti menunggunya untuk pergi menjauh terlebih dahulu.
***
Tubuhnya kini sering disuntik heparin untuk mencegah terjadinya
penggumpalan darah. Dia sempat mengalami tuli sementara. APS yang dideritanya
tidak bisa diketahui penyebabnya. APS ini tidak hanya beresiko pada stroke, gagal
ginjal atau serangan jantung saja, kemungkinan lain akan menyebabkan keguguran
berulang. Sulit untuk menerima dengan ikhlas atas skenario ini. Terasa semakin
dekat jarak Asma dengan kematian, tetapi dia bersyukur masih punya waktu untuk
mendekatkan dirinya dengan Allah. Tak ingin juga memberitahu APS yang
dideritanya kepada Zhongwen karena dia tidak mau merusak keakraban yang sudah
terjalin dan menimbulkan kecemasan.
Kini yang dia pikirkan adalah menyelesaikan buku yang dipersembahkannya
untuk Mama, kelincahannya dalam mengetik tidaklah seperti dulu.
***
Kesabaran Anita sudah mulai habis, dia semakin tidak tahan dengan sikap
Dewa. Tak pernah sedikit pun ada rasa perhatian untuknya. Dia memutuskan untuk
menelan berbagai pil yang banyak agar dia bisa mengakhiri hidupnya. Awalnya dia
merasa bersalah pada bayi dalam kandungannya, tetapi tekadnya sudah bulat.
Setelah menenggak banyak pil, dia terjatuh tidak sadarkan diri.
***
Berbagai kisah yang dia dengar dan dia alami, membuat dia berpikir apakah
kesetiaan itu masih bisa ditemukan. Menurut legenda cinta orang China, setelah
menemukan cinta seharusnya dibarengi dengan perjuangan untuk mendapatkannya
dan mempertahankan cinta yang ada.
Ashima dari Yunnan telah melakukan itu. Dia menjaga cintanya untuk Ahei,
walaupun segala usaha sudah dilakukan Azhi. Dengan kekuatannya, Azhi
meluapkan sungai hingga Ashima tenggelam. Ketika Ahei mencari Ashima, yang dia
temukan Ashima sudah menjadi patung batu. Kemudian, setiap Ahei merindukan
Ashima, dia menghadap ke patung batu dan berbicara. Dia menganggap gema yang
keluar adalah respon balasam dari Ashima dan gema yang dibawa angin adalah
bisikan cinta.
Selain legenda itu, ada legenda lain yang diceritakan Zhongwen, yaitu Meng
Jiang Nv. Berbeda kisah cinta, tetapi memiliki inti pesan yang sama.
Mengingat kondisinya, dia bertekad untuk melenyapkan perasaan yang mulai
timbul di hatinya terhadap Zhongwen, sebelum terlalu menyakitkan ketika tak sesuai
harapan nantinya.
Asma selalu bersyukur, di kondisinya ini dia selalu punya Mama yang sabar
merawatnya dan Sekar yang selalu menemani serta menghiburnya. Dia tak mau
patah semangat karena APS, justru dia merasa dia harus selalu semangat.
***
Dewa tidak habis pikir Anita bisa nekat melakukan bunuh diri. Akibat kejadian
itu, Anita juga harus melakukan operasi kelahiran untuk menyelamatkan bayi dalam
kandungannya.
Sebelumnya, Dewa bertemu dengan Bayu, teman dekatnya, menceritakan
niatannya untuk menceraikan Anita dan kembali pada Ra. Berbagai masukan
diberikan Bayu, tetapi hal itu tidak menggoyahkan tekad Dewa. Bayu berpendapat
bahwa yang dilakukan Dewa itu adalah sebuah obsesi.
Saat di rumah sakit, Dewa tetap tidak menghiraukan Anita. Pikirannya masih
tertuju pada Ra, padahal Anita berpikir kejadian yang menyebabkannya hampir mati
akan melunakkan hati Dewa, tetapi tidak. Kelahiran anaknya pun tak membuatnya
lantas memberikan perhatian lebih pada Anita.
***
Asma mencoba menerka-nerka apa yang ada dalam pikiran dan hati
Mamanya serta apa yang membuat Mama bahagia. Mama berkata bahwa seorang
ibu akan sangat bahagia ketika anak perempuannya bisa menikah dan mempunyai
anak.
Hal itu dirasa sulit bagi Asma, kondisinya yang sangat buruk membuat kecil
kemungkinan ada lelaki yang mau mendampingi wanita pesakitan. Dia sedih jika
tidak bisa mewujudkan keinginan Mama, maka akan mengurangi kebahagiaan
Mama. Namun, justru Mama akan bahagia jika Asma bahagia. Sungguh kesetiaan
Mama tak akan pernah tergantikan dan kebaikan Mama tak akan pernah bisa
terbayar.
Beban yang timbul di pikiran Mama berasal dari kekhawatiran jika Allah
memanggilnya lebih dulu, hingga anak gadisnya harus berjuang sendirian.
***
Ashima hilang tanpa kabar, lebih lama dari yang sebelumnya. Berbagai
pikiran negatif muncul. Rasa rindu yang teramat menyiksa Zhongwen dan ingin
sekali melihat gadisnya. Dia terus berpikir, sepertinya harus meniadakan jarak di
antara mereka, karena jarak mereka yang terlalu jauh akan menyulitkan. Yang dia
rasakan bukan lagi sekadar rindu, tetapi itu cinta, sebab rindu tidak menimbulkan
perasaan kosong yang menggigit. Ingin rasanya pergi terbang menemui Ashima,
tetapi ada hal besar yang harus dia selesaikan. Keluarganya teramat melarangnya
memasuki islam.
***
Kondisi Asma terus memburuk. Terjadi penggumpalah darah di ginjal,
trombus, maupun usus besarnya. Berkali-kali dia menerima hujaman suntikan
heparin, hingga Mama tak tega melihatnya. Tetapi, Asma justru terlihat tabah dan
kuat. Dia juga menjalin persahabatan dengan pasien-pasien di rumah sakit,
menguatkan dan mengajak mereka untuk semangat dan terus bersyukur. Hal itu
membuat Mama, Sekar dan Mas Ridwan terkagum padanya.
Menjauh dari Zhongwen, tak lagi membalas e-mail, hanya sekadar membaca
semua pesan yang masuk. Dia melakukan itu agar semuanya tidak terlanjur terlalu
jauh. Dia tidak ingin menyakiti dirinya dan Zhongwen. Teringat cerita Meng Jiang Nv.
Semua luka, kesedihan, tidak akan pernah terjadi jika Meng Jiang Nv dari awal tidak
mencoba menyelamatkan lelaki asing yang memikat hatinya, Fan Xi-ang Li. Sekar
yang awalnya menolak tekad Asma itu akhirnya menyerah.
Namun kenyataannya, keinginan gadis itu untuk menjauh menjadi lebih sulit,
sebab beberapa hari kemudian dia menerima pesan dari Zhongwen yang berisi let
slowly grow old together.
***
Sudah melakukan pemikiran yang panjang dan mengumpulkan keberanian
untuk mengatakan hal ini kepada keluarga. Zhongwen tahu setelah kabar dirinya
sudah menjadi seorang mualaf, dia akan diusir dari rumah dan ayahnya akan
memutuskan ikatan darah. Namun, dia merasa ini adalah bentuk perjuangan dan
tidak seberapa dibandingkan pejuang-pejuang islam pada saat jaman Nabi
Muhammad SAW. Dia sudah memikirkan semua matang-matang. Dia tidak ingin
alasannya masuk islam hanya karena cintanya kepada Ashima, tetapi karena dia
rindu akan Allah. Kesedihan kehilangan keluarga itu pasti, tetapi semua memang
harus dihadapi.
***
Pesan dari Zhongwen semakin sering Asma terima. Ive fallen in love with you
Ashima. Usaha menjauhnya seakan sulit dilakukan. Sampat saat ini, dia tidak
mengerti mengapa Zhongwen tetap memanggilnya dengan nama Ashima. Sekar
selalu memintanya untuk membuka kesempatan bagi Zhongwen, menurut Sekar
semua orang berhak bahagia dan bisa saja kesempatan itu nanti akan menjadikan
hidup Asma lebih bahagia. Asma masih saja merasa ragu, kemungkinan sangat kecil
seorang lelaki mau menghabiskan hidupnya dengannya yang sudah separuh kaki
dekat dengan kematian.
***
Dewa sudah melayangkan gugatan cerai kepada Anita. Dia merasa tanggung
jawabnya sudah selesai dia lakukan. Dia ingin menjemput kebahagiaannya. Anita
menolak permintaan Dewa dan pertengkaran pun terjadi. Kelahiran anak mereka
ternyata tidak merubah apapun. Anita tak mengerti dia harus berbuat apa lagi,
bahkan menjemput kematian sudah dia lakukan.
***
Lelaki yang selama ini berusaha dilupakan tiba-tiba muncul mendatangi
rumah, bahkan tanpa bertanya terlebih dulu. Ada rasa terheran ketika Dewa melihat
kondisi Ra. Kecanggungan terjadi seperti saat awal mereka bertemu.
Dewa sangat mencintai Ra. Sudah dia bayangkan kehidupan romantis dan
indah bersama Ra. Tetapi, tiba-tiba muncul rasa keraguan. Dia seperti kehilangan
kemantapan hatinya setelah melihat kondisi Ra.
Tiba-tiba ucapan salam yang asing terdengar. Kemunculan lelaki bertubuh
jangkung mengagetkan Dewa, tidak diketahuinya sosok lelaki itu. Dewa bertanya-
tanya dan terheran melihat sikap Ra yang tanpa ada reaksi apapun.
Suasana ini membuat Asma bingung. Dia bisa mendengar suara-suara di
sekitar memanggil namanya, tetapi tiba-tiba semuanya menjadi gelap. Asma tak bisa
melihat. Segera mungkin Mama memanggil taksi dan tanpa bertanya apapun
Zhongwen dengan sigap menggendong Asma masuk ke dalam taksi menyertai
Asma dan Mama ke rumah sakit.
***
Dewa tidak tahu kenapa rumah Anita yang menjadi tujuan dia pulang. Saat
itu, dia menangis, terisak hingga bahunya terguncang. Selama ini dia tidak tahu
bagaimana kondisi Asma. Dia merasa tidak siap jika harus hidup bersama Asma,
menghabiskan waktunya lebih banyak di rumah sakit. Teringat juga sosok lelaki yang
dengan sigap menggendong Asma. Sosok itulah yang baginya lebih siap hidup
bersama Asma.
Anita muncul mendekati Dewa dengan membawa bayi. Mereka bertatapan.
Dewa berpikir untuk kembali hidup bersama Anita. Cintanya untuk Asma memang
tak bisa dibagi, tetapi tidak ada salahnya dia mencoba hidup bersama Anita.
***
Di rumah sakit, Zhongwen setia menunggui Asma hingga pulih. Setelah
keadaan Asma pulih, Zhongwen langsung mengutarakan perasaannya dan melamar
Asma. Dengan dukungan restu dari Mama, Sekar dan Mas Ridwan, Asma menerima
lamaran itu. Mama merasa sangat bahagia melihat anak perempuannya itu akan
segera menikah dengan lelaki yang memang datang di saat yang tepat yaitu ketika
Mama membutuhkan pertolongan. Zhongwen sudah mengetahui konsekuensi dari
yang dia lakukan itu. Baginya umur manusia adalah rahasia Allah, berada di sisi
orang yang dicintainya merupakan keberkahan tersendiri.
Pernikahan mereka berlangsung dengan sakral. Tidak banyak yang diundang,
hanya kerabat dan teman-teman dekat. Mama telihat sangat bersinar ketika melihat
Asma yang memakai gaun putih yang cantik menyalami tamu satu demi satu.
Akhirnya putrinya diijinkan Allah untuk menikah.
Suasana bahagia sangat terasa sebelum pada akhirnya Asma jatuh pingsan
ketika resepsi dilaksanakan. Ini adalah stroke kedua. Malam pertama mereka
dihabiskan di rumah sakit.
***
Asma mengalami koma selama dua minggu. Zhongwen selalu menemani
Asma sampai sadar. Inilah cinta sejati. Tepat di malam kedua puluh dua, Asma
membuka matanya setelah melewati tidur yang panjang. Sayang, Asma mengalami
hilang ingatan hingga dia tidak mengetahui lelaki yang berada di sampingnya,
bahkan Mama, Sekar dan Mas Ridwan juga tidak dia kenal.
Dari kejadian itu, Zhongwen terus berusaha dan memulihkan kembali ingatan
Asma dengan cara terapi dan menunjukkan foto dan video moment-moment Asma
dalam kehidupannya serta moment pernikahannya dengan Zhongwen. Dengan
upaya dan kesabarannya itu akhirnya membuahkan hasil. Setelah 2 tahun
pernikahan mereka, ingatan Asma sudah kembali pulih dan Asma sudah mengingat
siapa mamanya, suaminya dan kerabatnya.
***
Setelah Asma benar-benar sembuh dari penyakitnya. Mama memberikan
kesempatan untuk Zhongwen dan Asma berlibur bersama sekaligus berbulan madu.
Mereka berlibur ke Candi Borobudur dan tak lupa ke tempat asalnya Zhongwen di
Beijing. Sekaligus Zhongwen ingin berkunjung ke keluarganya, walaupun sudah
pasti dia akan ditolak. Di beijing, Asma dan Zhongwen pergi ke tempat Masjid Niujie
tempat awal mereka bertemu kembali setelah terpisah dari pertemuannya di dalam
bus. Setelah dari masjid Niujie, Zhongwen mengajak Asma untuk pergi menyusuri
tempat-tempat yang dulu mereka pernah kunjungi.
Tiga tahun pernikahan mereka, akhirnya Asma mengandung dan tak diduga
melahirkan bayi dengan berat badan normal layaknya berat badan bayi yang
dilahirkan oleh ibu-ibu yang tak mengidap APS atau penggumpalan darah, Asma
juga melahirkan dengan normal tidak dengan caesar. Meskipun kondisi Asma
sempat kritis karena mengalami pendarahan hebat. Anak pertamanya diberikan
nama Bintang Niujie. Dua tahun berikutnya, Asma melahirkan bayi cantik dan
diberina nama Aime Logocinta. Mereka memiliki dua anak dengan keadaan
sempurna dan tidak membawa penyakit ibunya.
Sempat Asma meminta Zhongwen untuk menikah lagi karena keadaan Asma
yang tidak bisa seperti istri yang normal, tetapi Zhongwen menolak karena yang dia
butuhkan adalah Asma.
Hidup Asma bahagia dengan Mama yang selalu setia mendampinginya dikala
susah atau senang, Sekar dan Mas Ridwan yang selalu memberikan penyemangat
untuk Asma dalam menghadapi hidupnya dan tak lupa juga dengan seorang suami
yang selalu setia dan sabar merawat, menjaga Asma serta dilengkapi dengan kedua
anaknya yang terlahir dengan sempurna. Asma tak henti-henti nya selalu bersyukur
kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat-Nya selama ini.

Anda mungkin juga menyukai