Tulisan Hukum 2014 Hibah APBD PDF
Tulisan Hukum 2014 Hibah APBD PDF
http://keuda.kemendagri.go,id
I. Pendahuluan
Belanja bantuan hibah merupakan salah satu rekening belanja dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang menarik perhatian publik
dan seringkali menjadi tajuk utama pada media massa. Hal tersebut dikarenakan
banyak pihak yang membutuhkan bantuan hibah tersebut dan banyak kepentingan
yang dapat diakomodir, baik untuk kepentingan kesejahteraan masyarakat
maupun kepentingan politik tertentu. Pemberian bantuan hibah oleh pemerintah
daerah menjadi rawan penyalahgunaan terutama menjelang adanya pemilihan
umum kepala daerah, dimana terdapat kecenderungan bantuan hibah digunakan
sebagai alatpolitik pencitraan oleh kepala daerah/wakilkepaladaerah,terutama
Kepala Daerah Incumbent yang mencalonkandirinya kembali dalam ajang
pemilihan umum kepala daerah untuk periode kedua. Bisa juga disalahgunakan
untuk para tim sukses yang dianggap telah berjasa dan dalam menggolkan kepala
daerah/wakil kepaladaerah yang sedang menjabat. Berbagai praktik modus yang
digunakan melalui penganggaran dalam APBD, sehingga peruntukannya banyak
yang kurang tepatsasaran. Walaupun sebenarnya banyak masyarakat dan
1
http://keuda.kemendagri.go.id/artikel/detail/30-maksimalkan-dana-hibah-untuk-kepentingan-rakyat,
diunduh tanggal 16 Desember 2014.
2
http://www.kpk.go.id/id/berita/siaran-pers/1657-cegah-dana-bansos-dan-hibah-dari-penyalahgunaan,
diunduh tanggal 16 Desember 2014.
3
Permendagri Nomor 32 Tahun 2011 sebagaimana telah diubah dengan Permendagri Nomor 39 Tahun
2012, Pasal 4 ayat (1) dan ayat (2).
III. Pembahasan
1. Pengertian, Tujuan, dan Bentuk Pemberian Hibah yang bersumber
dari APBD
a. Pengertian Hibah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, hibah berarti pemberian
(dengan sukarela) dengan mengalihkan hak atas sesuatu kepada orang
lain. 4 Kata hibah memiliki 2 (dua) makna, yaitu hibah antar
personal sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata (KUH Perdata) dan hibah terkait dengan keuangan daerah,
sesuai dengan objek tulisan hukum ini, sebagaimana diatur dalam
ketentuan perundang-undangan sebagai berikut:
1) Pasal 1666 KUH Perdata, menyatakanhibah/penghibahan
(schenking) adalah suatu persetujuan/perjanjian (overeenkomst)
dengan/dalam mana pihak yang menghibahkan (schenker), pada
waktu ia masih hidup, secara cuma-cuma (om niet) dan tak dapat
ditarik kembali, menyerahkan/melepaskan sesuatu benda
kepada/demi keperluan penerima hibah (begiftigde) yang
menerima penyerahan/penghibahan itu.
2) Penjelasan Pasal 27 ayat (7) huruf f PP Nomor 58 tahun 2005
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, menyatakan bahwa
hibah digunakan untuk menganggarkan pemberian uang/barang
atau jasa kepada pemerintah atau pemerintah daerah lainnya,
perusahaan daerah, masyarakat, dan organisasi kemasyarakatan,
yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya, bersifat
tidak wajib dan tidak mengikat,serta tidak secara terus menerus.
4
http://kbbi.web.id.
5
Permendagri Nomor 32 Tahun 2011 sebagaimana telah diubah dengan Permendagri Nomor 39 Tahun
2012, Pasal 4 ayat (3).
6
PP Nomor 2 Tahun 2012 tentang Hibah Daerah, Pasal 7.
c. Bentuk Hibah
Berdasarkan Pasal 3 ayat (1) Permendagri Nomor 32 Tahun 2011
tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang
bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, yang telah
diubah dengan Permendagri Nomor 39 Tahun 2012 tentang Perubahan
atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang
Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, pemberian hibah dapat
berupa uang, barang, atau jasa.
Bentukhibahtersebutdapatdijabarkansebagaiberikut:
1) Hibah berupa uang, dianggarkan dalam kelompok belanja tidak
langsung, jenis belanja hibah, obyek belanja hibah, dan rincian
obyek belanja hibah pada Pejabat Pengelola Keuangan Daerah
(PPKD). 7 PPKD merupakan kepala Satuan Kerja Pengelola
Keuangan Daerah (SKPKD) yang mempunyai tugas
melaksanakan pengelolaanAPBD dan bertindak sebagai
8
bendahara umum daerah. Hibah berupa uang dikelompokkan ke
dalam belanja tidak langsung yang merupakan belanja yang
tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan
kegiatan daerah. 9
7
PermendagriNomor 32 Tahun 2011 sebagaimanatelahdiubahdenganPermendagriNomor 39 Tahun 2012,
Pasal 11 ayat (1).
8
Permendagri Nomor 21 Tahun 2011, Pasal 1 angka 15.
9
Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, sebagaimana telah diubah dua kali, terakhir dengan Permendagri
Nomor 21 Tahun 2011, Pasal 36 ayat (2).
10
Permendagri Nomor 32 Tahun 2011 sebagaimana telah diubah dengan Permendagri Nomor 39 Tahun
2012, Pasal 11 ayat (3).
11
Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, sebagaimana telah diubah dua kali, terakhir dengan Permendagri
Nomor 21 Tahun 2011, Pasal 1 angka 10.
12
Ibid,Pasal 36 ayat (2).
15
Ibid, Pasal 7 ayat (1).
16
Ibid, Pasal 7 ayat (2).
17
Ibid, Pasal 8 ayat (1).
18
Ibid, Pasal 8.
19
Ibid, Pasal 9.
20
Ibid,Pasal 10 dan Pasal 11.
21
Ibid,Pasal 11A.
22
Ibid,Pasal 12.
23
Ibid,Pasal 14.
24
Ibid, Pasal 13 dan Pasal 14 ayat (3).
25
Ibid, Pasal 18.
26
Ibid, Pasal 16 dan Pasal 19.
IV. Penutup
Penetapan Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah melalui Permendagri Nomor 32
Tahun 2011 yang telah diubah dengan Permendagri Nomor 39 Tahun 2012 telah
memberikan tolok ukur yang jelas dan kriteria minimal dalam penganggaran dan
pemberian hibah. Ketentuan dalam Pasal 43 Permendagri Nomor 39 Tahun 2012
27
Ibid, Pasal 40.
28
http://www.kpk.go.id/id/berita/siaran-pers/1657-cegah-dana-bansos-dan-hibah-dari-penyalahgunaan,
diunduh tanggal 16 Desember 2014.