ANALISIS PERANCANGAN
Carrying Capacity
1 jiwa = 9 m2 88.480 m2 : 9 m2 =
1 KK = 5 jiwa 9.831 jiwa (1.966 KK)
Poyeksii: 3.516 jiwa (704 KK)
Sumber: Hasil perhitungan Kelompok Studio Perancangan dan Pembangunan Kota 2E, 2017
Gambar 5.1 Bagan Perhitungan Carrying Capacity
Analisis daya dukung (carrying capacity) merupakan suatu alat perencanaan pembangunan
untuk mengetahui tingkat kemampuan lahan dalam mendukung segala aktivitas yang ada di
wilayah tersebut. Berdasarkan hasil perhitungan, carrying capacity lokasi perancangan adalah 9.831
jiwa (1.966 KK). Sedangkan, proyeksi penduduk hingga tahun 2037 adalah 3.516 jiwa atau sekitar
704 KK. Artinya, lokasi perancangan ini dapat mewadahi jumlah penduduk yang meningkat hingga
20 tahun kedepan.
Karakteristik
Kelompok Aktivitas Jenis Aktivitas Jenis Ruang Keterangan
Ruang
Ruang Terbangun
Aktivitas Utama
Pemancingan Publik RENCANA
Restoran Mewah Publik RENCANA
Menjual beli
Rumah Makan
Perdagangan dan Jasa barang kebutuhan Publik RENCANA
Sederhana
maupun jasa
Warung Publik RENCANA
Caf Publik RENCANA
Taman RT Publik RENCANA
Berekreasi Taman RW Publik RENCANA
Playground Publik RENCANA
Pentas Open Theatre/Plasa Publik RENCANA
Rekreasi dan Olahraga
seni/performance Balai Pertemuan Publik RENCANA
Lapangan badminton Publik RENCANA
Berolahraga Lapangan futsal Publik RENCANA
Riverwalk Publik RENCANA
Rumah Mewah Privat RENCANA
Hunian Tidak
Bermukim Rumah Menengah Privat RENCANA
Bertingkat
Rumah Sederhana Privat RENCANA
Aktivitas Penunjang
5.2.1 Konstelasi
Kota Semarang
Kota Semarang merupakan Ibukota Provinsi Jawa Tengah yang memiliki luas wilayah 373,70
Km2. Kota Semarang terletak pada posisi astronomi diantara garis 650 - 710 Lintang Selatan dan
garis 10935-11050 Bujur Timur. Secara administratif Kota Semarang terbagi menjadi 16
Kecamatan dan 177 Kelurahan serta memiliki jumlah penduduk sebanyak 1.765.396 yang tersebar
pada seluruh kecamatannya. Dengan jumlah penduduk yang padat, Kota Semarang memiliki
aksesibilitas yang sangat padat sebagai kota metropolitan. Batas batas admisitrasi Kota
Semarang adalah :
Utara : Laut Jawa
Timur : Kabupaten Demak
Selatan : Kabupaten Semarang (Ungaran)
Barat : Kabupaten Kendal
Kecamatan Pedurungan
Salah satu kecamatan yang ada di Kota Semarang ialah Kecamatan Pedurungan, dengan
luas wilayah 1.984,948 Ha. Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Semarang No. 10 tahun 2004
tentang Rencana Detail Tata Ruang Kota Kota Semarang,Kecamatan Pedurungan termasuk dalam
Bagian Wilayah Kota (BWK) V (Lima) dan merupakan kecamatan yang direncanakan sebagai
pengembangan Perdagangan dan Jasa, Permukiman, Perguruan Tinggi, Industri dan Transportasi.
Adapun batas batas administrasi Kecamatan Pedurungan adalah sebagai berikut :
Utara : Kecamatan Genuk
Timur : Kecamatan Mranggen (Kabupaten Demak)
Selatan : Kecamatan Tembalang
Barat : Kecamatan gayamsari dan Kecamatan Semarang Selatan
Kelurahan Gemah
Kelurahan Gemah merupakan salah satu kelurahan yang terdapat pada Kecamatan
Pedurungan, Kota Semarang. Berdasarkan RDTRK Kota Semarang Kelurahan Gemah termasuk
dalam Blok 4,3 dalam BWK V dan berfungsi sebagai Permukiman, Perdagangan dan Jasa, campuran
Perdagangan dan Jasa Permukiman, Perkantoran, Pendidikan, Kesehatan, Peribadatan, Olahraga
dan Rekreasi, Pelayanan Umum, Jaringan dan Utilitas, Kenservasi dan Ruang Terbuka Hijau.
Kelurahan Gemah memiliki jumlah penduduk 19.806 jiwa dan kepadatan 198 jiwa/ha. Batas
batas administrasi Kelurahan Gemah adalahh :
Utara : Kelurahan Kalicari, Kelurahan Palebon, Kelurahan Pedurungan Tengah, dan pedurungan
Lor
Timur : Kelurahan Lamper Tengah (Kecamatan gayamsari)
Selatan : Kelurahan Sendangguwo (Kecamatan Tembalang), dan Kelurahan Kedungmundu
(Kecamatan Tembalang)
Barat : Kelurahan Pedurungan Kidul
Kelurahan Gemah dilalui oleh sumber tegangan listrik berupa Saluran Udara Tegangan
Tinggi, Saluran Udara Tegangan Tinggi, dann Saluran Udara Tegangan Menengah serta terdapat
Tempat Pembuangan Sampah pada Kelurahan Gemah.
Deliniasi Wilayah
Pada Wilayah Studi Perencanaan ini memiliki wilayah perancangan berada dibagian selatan
Kelurahan Gemah dan berbatasan dengan Kelurahan Sendangguwo yang dibatasi dengan Sungai
Banjir Kanal Timur. Lokasi perancangan tapak ini memiliki luas 17,8 Ha. Beribut adalah batas
wilayah studi lokasi perancangan mikro :
Utara : RT 5 RW VI kelurahan Gemah
Timur : Jalan Gemah Raya dan RW II Kelurahan Gemah
Selatan : Sungai Banjir Kanal Timur (BKT) dan Kelurahan Sendangguwo (Kecamatan Tembalang)
Barat : Jalan Raya Fatmawati (Jalan Kolektor Primer), Kecamatan Pedurungan, Kota Semarang
dan Pasar Pedurungan
5.2.2 Aksesibilitas
Peta Eksisting Peta Rencana Peta Zona Kawasan Perancangan
Pada kawasan perancangan mikro Aksesibilitas adalah derajad kemudahan yang Zona Publik
terdapat tiga hirarki jalan, yaitu : dapat dicapai oleh seseorang terhadap suatu objek, Merupakan zona kegiatan yang membutuhkan
Jalan Kolektor Sekunder (Jalan pelayanan ataupun lingkungan. Kemudahan akses ruang dengan tingkat aksesibilitas dan mobilitas
Fatmawati) tersebut diimplementasikan pada bangunan yang tinggi serta ruang dengan prasarana yang
Sebagai batas wilayah studi yang gedung, lingkungan dan fasilitas umum lainnya. padat. Zona ini akan diterapkan sepanjang jalan
memiliki lebar 8 meter dan dilalui Fatmawati.
oleh berbagai macam kendaraan Zona Aksesibilitas Tinggi
serta menjadi trayek transportasi Adalah zona yang dilewati hirarki jalan yang dapat Zona Semi Publik
umum, ditambah dengan lokasi dilalui kendaraan roda empat seperti mobil, bus, Zona semi publik bersifat setengah umum dimana
perancangan mikro berdekatan angkutan umum, kedaraan roda dua, serta pejalan semua orang dapat mengakses maupun
dengan Pasar Pedurungan kaki. Zona ini cocok untuk diperuntukkan sebagai menggunakannya tetapi dengan kondisi tertentu
sehingga aktifitas aksesibilitas kian zona publik, seperti zona perdagangan dan jasa, dimana orang tidak bisa dengan bebas
padat. Berdasarkan lebar jalan dan zona pendidikan, zona kesehatan dan lain menggunakannya. Penempatan zona Publik ini
jenis kendaraan pada Jalan sebagainya diletakkan pada sepanjang jalan Gemah Raya
Kolektor Primer, maka jalan
Fatmawati tergolong memiliki Zona Aksesibilitas Sedang Zona Privat
Aksesibilitas Tinggi Aksesibilitas menengah atau sedang adalah zona Zona Privat atau Zona Privacy adalah zona yang
Jalan lokal (Jalan Gemah Raya) dengan kondisi jalan yang hanya mampu dilalui bersifat tertutup dimana tidak sembarang orang
dengan lebar 4 meter, dalam oleh kendaraan golongan I dan golongan VI yaitu boleh mengakses, karena zona ini
keadaan eksisting dapat dilalui kendaraan roda empat, serta kendaraan roda dua mengutamakan kenyamanan, ketenangan dan
kendaraan golongan I (mobil roda dan pejalan kaki yang dimana memiliki fasilitas privasi. Maka zona aktivitas utama ini diletakkan
4) serta kendaraan golongan VI penunjang atau prasarana yang baik dengan jarak pada kawasan yang memiliki aksesibilitas sedang
(kendaraan bermotor roda dua), yang relatif jauh. Zona ini cocok untuk zona semi sebagai penunjang mobilitas. Zona privat terdiri
sehingga jalan Gemah Raya Publik. dari hunian atau permukiman llanded serta
tergolong memiliki Aksesibilitas hunian bertingkat.
Sedang Zona Aksesibilitas Rendah
Jalan lingkungan (Jalan) Adalah zona yang dilewati hirarki jalan lingkungan
Dengan lebar 3 meter, sehingga dengan lebar jalan yang tidak dapat dilalui oleh
hanya dapat dilalui oleh kendaraan kendaraan beroda empat atau lebih, dengan kata
golongan VI (kendaraan roda dua) lain hanya mampu dilali oleh kendaraan roda dua
dan sepeda. Berdasarkan lebar serta pejalan kaki. Zona ini cocok untuk zona privat
jalan dan jenis kendaraan pada
jalan lingkungan ini maka
termasuk golongan Aksesibilitas
Rendah.
5.2.3 View
Data Analisis Respon
Pada kawasan perancangan mikro sebagian Terdapat beberapa fungsi tanaman menurut Pada jalur hijau di sepanjang jalan lokal
besar padat penduduk serta perdagangan dan Rustam Hakim, 2003 dalam buku Elemen Tata dan kolektor akan diletakkan vegetasi
jasa. Ruang Kota (Mirsa, 2012), yaitu: rendah dan jenis Kenari yang berfungsi
Minimnya Ruang Terbuka Hijau sebagai Kotrol pandangan: sebagai pembatas dan sebagai pelindung dan estetika.
daerah resapan dan sebagai paru paru lokasi view. Pada riverwalk akan diletakkan vegeasi
perancangan tapak atau pemasok oksigen Pegendali iklim: dapat menyerap panas dengan jenis Ramala yang berfungsi
alami. matahari. sebagai pelidung dan pencegah erosi.
Vegetasi yang berada pada kawasan Pencegah erosi: akar dari tanaman dapat
perancangan mikro adalah vegetasi tropis dan menahan lapisan tanah.
pohon pohon penghasil buah buahan Nilai estetis: dapat sebagai view dalam site.
seperti mangga, pisang, dan rambutan
5.2.5 Arah mata angin dan matahari
Data Analisis Respon
MATAHARI
MATAHARI
MATAHARI
ORIENTASI
SUMBU IDEAL
BANGUNAN
Arah matahari pada kawasan perancangan Peletakan bangunan agar sesuai dengan Orientasi bangunan natinya akan sejajar
mikro bergerak dari Timur (T) ke Barat (B) arah mata angin dan matahari ialah dengan dengan sumbu ideal (menghadap ke
Arah angin pada wilayah perancangan mengambil perpotongan sudut terkecil sungai atau ke jalan). Hal ini
bergerak dari arah Tenggara (Tg) menuju yang disebut sumbu ideal. dimaksudkan agar bangunan-bangunan
Barat Laut (BL) Sumbu Ideal merupakan garis perpotongan yang dibangun mendapat cahaya
antara jalur lintasan matahari dan jalur arah matahari yang cukup serta sirkulasi
angin. udara juga dapat berjalan lebih lancar.
Namun dalam penempatannya, tidak
semua bangunan mengikuti orientasi
sejajar sumbu ideal dikarenakan untuk
memaksimalkan penggunaan lahan.
5.2.6 Drainase
Data Analisis Respon
Arah aliran
drainase
Pada wilayah perancangan mikro terdapat tiga Menurut buku elemen Tata Ruang Kota Drainase tersier yang terdapat pada sisi
jenis drainase, yaitu (Mursa, 2012) standar kebutuhan masing-masing bangunan akan dilakukan
Drainase tersier, berada pada sepanjang drainase didasarkan pada kemiringan perkerasan dengan konsruksi tertutup.
jalan dan terletak di setiap sisi rumah dengan lahan. Drainase sekunder akan diletakkan di
perkerasan permukaan dan konstruksi Analisis drainase ini digunakan untuk bawah pedestrian ways sepanjang jalan
terbuka mengetahui sistem aliran air yang ada lingkungan, lokal, dan kolektor yang juga
Drainase sekunder, berada pada Jalan dalam kawasan pada suatu site plan. menjadi muara dari saluran drainase tersier.
Gemah Raya V dengan perkerasan tanah dan Dalam hal ini dibedakan menjadi 3 Drainase primer dari kawasan perancangan
terdapat sedimentasi serta menjadi pondasi kategori drainase, pertama drainase mikro yaitu Banjir Kanal Tmur yang
bangunan dan konstruksi terbuka. Drainase primer yaitu saluran air yang dapat menjadi muara dari drainase sekunder dan
tersebut sudah tidak berfungsi dengan menampung dan mengalirkan air dalam tersier.
sempurna, hanya sebagai tempat muara dari jumlah yang besar (sungai), kedua
limbah-limbah rumah tangga. drainase sekunder yaitu saluran air yang
Drainase primer. Berada pada bagian selatan menampung dan mengalirkan air dalam
wilayah perancangan mikro, yaitu Banjir jumlah yang kecil (selokan dan gorong-
Kanal Timur (BKT). Drainase primer menjadi gorong), drainasi tersier yaitu saluran air
daerah hilir dari drainase tersier dan drainase yang menampung dan mengalirkan air
sekunder. Kondisi drainase primer memiliki dalam jumlah yang kecil pada
perkerasan tanah sehingga menyebabkan permukiman.
rawan longsor, serta terdapat sedimentasi
yang mempersempit arus air.
5.2.7 Kebisingan
Data Analisis Respon
Zona
Kebisingan
Tinggi
Zona
Kebisingan Zona
Sedang Kebisingan
Rendah
Volume Jalan
MC: 431
LV: 128
HV: 10,4
Volume : MC + LV + HV = 569,4
Pada lokasi perancangan akan dirancang menjadi 4 fungsi kawasan, yaitu : permukiman,
perdagangan dan jasa, ruang terbuka dan rekreasi. Fungsi kawasan sebagai permukiman akan
dirancang kedalam 2 bentuk pola, yaitu vertikal dan horinzontal (landed). Permukiman vertikal
yang dirancang adalah RUSUNAWA, RUSUNAWA tersebut untuk menempatkan masyarakat yang
bertempat tinggal dibantaran sungai. Permukiman horizontal adalah permukiman eksisting yang
akan ditata dengan rapi dan memberikan warna yang unik pada bangunan setiap rumah agar
menjadi tujuan wisata juga. Kawasan permukiman juga akan dilengkapi oleh sarana dan prasarana
pendukung. Perdagangan dan jasa akan dibangun dibantaran sungai dengan menghadap ke sungai
sehingga memiliki pemandangan (view) sungai, sehingga dapat mendukung rekreasi yang akan
dirancang dipinggir sungai. untuk mengatasi permasalahan permukiman kumuh yang terjadi di
bantara sungai Banjir Kanal Timur (BKT) dan mengembalikan fungsi bantara sungai dan sempadan
sungai pada lokasi rancang yang terdapat di Kelurahan Gemah. Tingkat aksesibilitas lokasi
perencanaan ini mudah karena dilalui jalan kolektor (Jalan fatmawati) dan dekat dengan jalan arteri
(Jalan Brigjen Sugianto/Majapahit) dan dapat mendukung kawasan perdagangan dan jasa yang
akan dirancang.
5.3 Analisis Infrastruktur
Infrastruktur adalah fasilitas fasilitas fisik yang dibutuhkan oleh masyarakat atau agen agen publik dan untuk fungsi fungsi pemerintahan dalam
penyediaan Jalan, Air, Listrik, Persampahan dan sebagainya. Analisis Infrastruktur dalam perencanaan perancangan kawasan banjir kanal timur bertujuan
untuk merencanakan jaringan prasarana dan pengadaan sarana pada lokasi memberikan output atau respon yang diperoleh dari hasil komparasi antara
data, teoristik, dan analisis. Respon tersebut merupakan rencana yang akan diterapkan pada kawasan perancangan mikro. Analisis Infrastruktur yang akan
dilakukan meliputi Jaringan Jalan, Persampahan, Listrik dan Telekomunikasi, Air Bersih, Drainase, serta Sanitasi. Hal ini berguna untuk menciptakan
pelayanan pelayanan yang berkaitan dengan permumahan bagi penduduk pada lokasi perancangan.
Jalan Lingkungan
Pada wilayah perancangan, jalan lingkungan
memiliki perkerasan paving serta memiliki lebar
jalan 3 meter. Jalan lingkungan eksisting tidak
memiliki trotoar serta garis sepadan jalan yang
hampir tidak ada karena penduduk yang
membangun rumah tanpa memperhatikan
sepadan jalan.
5.3.2 Jaringan Listrik dan Telekomunikasi
Data Analisis Respon
Berdasarkan kondisi eksisting, seluruh hunian pada Aliran listrik (PT. PLN Persero): Jaringan listrik dan jaringan telepon yang akan
kawasan perancangan telah teraliri listrik Pusat Pembangkit Listrik Dari pembangkit melalui diterapkan pada kawasan perancangan mengikuti
Kondisi eksisting aliran listrik dari pembangkit SUTET dengan tegangan 150 kV dialirkan ke stasiun pola jaringan jalan yang ada agar setiap rumah
hingga ke rumah tangga: penerima atau gardu primer Dari stasiun penerima dapat terjangkau.
Pusat Pembangkit Listrik (Trafo Banten) Dari atau gardu primer melalui SUTT dengan tegangan 20 Rencana aliran listrik:
pembangkit melalui SUTET dengan tegangan 150 kV dialirkan ke stasiun distribusi atau gardu sekunder Pusat Pembangkit Listrik (Trafo Banten) Dari
kV dialirkan ke stasiun penerima atau gardu primer Dari gardu sekunder didstribusikan melalui SUTM pembangkit melalui SUTET dengan tegangan 150
(Gardu Ungaran) Dari stasiun penerima atau ke SUTR ditransmisi 20 kV menjadi 220 V Di SUTR kV dialirkan ke stasiun penerima atau gardu primer
gardu primer melalui SUTT dengan tegangan 20 ditansmisi 220 V yang dialirkan ke perumahan, gedung (Gardu Ungaran) Dari stasiun penerima atau
kV dialirkan ke stasiun distribusi atau gardu dan perkantoran, serta industri. gardu primer melalui SUTT dengan tegangan 20
sekunder (Gardu Simpang Lima) Dari gardu Berdasarkan SK Menteri Permukiman dan kV dialirkan ke stasiun distribusi atau gardu
sekunder didstribusikan melalui SUTM ke SUTR Prasarana No. 534/KPTS/M/2001, perkiraan sekunder (Gardu Simpang Lima) Dari gardu
ditransmisi 20 kV menjadi 220 V Di SUTR kebutuhan listrik di masa yang akan datang sekunder didstribusikan melalui SUTM ke SUTR
ditansmisi 220 V yang dialirkan ke setiap rumah dengan menggunakan asusmsi: ditransmisi 20 kV menjadi 220 V Di SUTR
a. Kebutuhan listrik rumah tangga adalah 150 ditansmisi 220 V yang dialirkan ke setiap rumah
VA/Jiwa atau 0,15 KVA/Jiwa. dan industri keci
b. Kebutuhan listrik non-rumah tangga adalah 41,5% Kebutuhan listrik rumah tangga total pada kawasan
yang terbagi untuk: perancangan adalah 308.529 VA/hari, kebutuhan
1) Penerangan jalan = 1.5% listrik non rumah tangga kebutuhan total 527.400
2) Komersial = 15% (VA/hari)
3) Pemerintah dan pelayanan umum = 15% o Penerangan jalan sebesar 7.911 VA/hari
4) Cadangan = 10% o Kawasan komersial sebesar 79.110 VA/hari
o Pemerintah dan pelayanan umum 79.110
VA/hari
o Cadangan sebesar 52.740 VA/hari
Tabel 5.
Analisis Perhitungan Kebutuhan Listrik Domestrik
Proyeksi Jumlah Penduduk Konsumsi Listrik per Jiwa Target penduduk yang
Kebutuhan (VA/hari)
(Jiwa) (VA/hari) terlayani (%)
Kebutuhan air bersih per jiwa untuk setiap kebutuhan ruang, ditentukan dari analisis kebutuhan air bersih menggunakan standar-standar
perhitungan yang telah ditetapkan. Perhitungan kebutuhan air bersih baik domestik maupun non domestik menggunakan kriteria Dinas PU Cipta Karya
SK SNI Air Minum tahun 2010 tentang penyusunan neraca sumber daya air spasial. Dengan adanya analisis kebutuhan air ini ditargetkan kebutuhan air
bersih penduduk dapat dipenuhi dengan tingkat pelayanan hingga 100% dari jumlah penduduk dan jumlah unit fasilitas pada kawasan perancangan mikro.
Berikut merupakan analisis perhitungan kebutuhan air bersih domestik dan non domestik:
a. Hunian
Menurut kriteria perencanaan Ditjen Cipta Karya Dinas PU SK SNI Air Minum tahun 2010, konsumsi sambungan rumah tangga diasumsikan 70
liter/orang/hari. Berikut merupakan analisis kebutuhan untuk air bersih rumah tangga di kawasan perancangan mikro:
Tabel 5.
Kebutuhan Air untuk Sambungan Rumah Tangga
Proyeksi Jumlah Tingkat Pelayanan Jumlah Terlayani Konsumsi air rata- Jumlah Pemakaian Jumlah Kebutuhan
Penduduk (Jiwa) (%) (Jiwa) rata (liter/jiwa/hari) (liter/hari) air (liter/detik)
c. Fasilitas Peribadatan
Pada peraturan yang ditetapkan Dinas PU Cipta Karya SK SNI Air Minum tahun 2010, didapatkan untuk konsumsi air rata-rata pada masjid adalah sebesar
3.000 liter/unit/hari dan mushola sebesar 2.000 liter/unit/hari. Berikut perhitungan kebutuhan air untuk masjid dan mushola dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 5.
Kebutuhan Air Fasilitas Peribadatan pada Kawasan Mikro
Konsumsi air Jumlah Pemakaian Jumlah Kebutuhan
Fasilitas Jumlah
Tahun rata-rata (liter/hari) air (liter/detik)
Peribadatan (unit)
(liter/unit/hari)
Berdasarkan kondisi eksisting, seluruh permukiman Menurut kriteria perencanaan Ditjen Cipta Sumber air bersih yang berasal dari PDAM dengan
sudah dijangkau oleh jaringan air bersih. Jaringan air Karya Dinas PU, maka: menggunakan pipa-pipa yang mengikuti jaringan
bersih tersebut berupa jaringan air bersih sekunder 1) Konsumsi sambungan rumah tangga 70 jalan
yang terletak di dalam tanah di sepanjang jalan liter/orang/hari. Kebutuhan air domestik kawasan mikro adalah
lingkungan eksisting: 2) Konsumsi sambungan hidran umum adalah 246.120 liter/hari dengan jumlah kebutuhan air
Air bersih yang digunakan masyarakat yaitu sumur 30 liter/orang/hari. 2,84 liter/detik (tabel)
artetis (85%) dan PDAM (15%) 3) Perbandingan antara sambungan rumah Kebutuhan air non domestik berupa fasilitas
Skema jaringan air bersih: tangga dan hidran umum adalah : SR : HU = pendidikan sebesar 8.750 liter/hari sedangkan
70 : 30 fasilitas peribadatan berupa masjid sebesar 3.000
Jaringan Sedangkan kebutuhan air non domestrik liter/hari atau 0,03 liter/detik, sedangkan mushola
Penyimpanan Pemakaian
Jaringan Distribusi menurut kriteria perencanaan Dinas PU: jumlah kebutuhan air 8.000 liter/hari atau 0,09
Transmisi 1) Sekolah : 10 liter/murid/hari liter/detik. (tabel)
Sumber Air
Bersih
2) Rumah sakit : 200 liter/bed/hari
3) Puskesmas : 2.000 liter/unit/hari
4) Masjid : 3.000 liter/unit/hari
5) Pasar : 12.000 liter/hektar/hari
6) Kawasan industri : 0,2 0,8
liter/detik/hektar
- Limbah berupa lumpur yang masuk ke dalam - Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan - Untuk perumahan disepanjang bantaran
septic-tank yang terdapat pada tiap-tiap Umum Nomor : 14 /Prt/M/2010 Tentang sungai perlu adanya sistem sanitasi
rumah warga (sistem konvensional) pada Standar Pelayanan Minimal yaitu untuk skala - Penyediaan sumur resapan untuk limbah cair
kawasan perumahan dan pada permukiman lingkungan harus tersedianya sistem air pada setiap pada rumah dan pada
bantaran sungai limbah langsung dibuang ke limbah yang memadai dan sistem air limbah permukiman sepanjang sempadan sungai
sungai melalui pipa-pipa dengan skala komunitas. dapat dilakukan secara komunal
- Limbah cair langsung dilairkan ke jaringan - Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan - Sumur resapan terhubung dengan drainase
drainase tanpa adanya penyaringan terlebih Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2014 tertutup sehingga setelah melalu proses di
dahulu pada kawasan perumahan dan Tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat sumur resapan
langsung ke sungai pada permukiman yaitu untuk menyalurkan limbah cair rumah - Pengadaan tangki septik pada permukiman
disepanjang bantaran sungai tangga diperlukan sarana berupa sumur disekitar bantaran sungai secara komunal
- lokasi titik tertinggi dan titik terendah resapan dan saluran pembuangan air limbah yaitu 10 kk memiliki minimal 1 tangki septik
sebagai pertimbangan pengelolaan sanitasi. rumah tangga. Limbah cair rumah tangga
yang berupa tinja dan urine disalurkan ke
tangki septik yang dilengkapi dengan sumur
resapan. Limbah cair rumah tangga yang
berupa air bekas yang dihasilkan dari
buangan dapur, kamar mandi, dan sarana
cuci tangan disalurkan ke saluran
pembuangan air limbah.
Dalam pengelolaan Limbah cair kamar
mandi dan dapur tidak boleh tercampur
dengan air dari jamban, limbah yang
dihasilkan tidak boleh menimbulkan bau dan
genangan. Saluran limbah rumah tangga
terhubung dengan saluran limbah komunal
(drainase tertutup khusus limbah rumah
tangga) atau sumur resapan.
Tabel
Timbunan Sampah Lokasi Perancangan Mikro
Jumlah Timbunan sampah Domestik Timbunan sampah Non Domestik Total (liter/hari)
penduduk (liter/hari) (liter/hari)
Eksisting 3.145 6.290 1572,5 7862
Rencana 3.428 6.856 1714 8570
5.4 Analisis Kriteria Terukur
5.4.1 KDB
Nilai KBD merupakan persentase maksimal luasan lahan yang dapat dibangun pada kawasan
perancangan mikro
Menentukan Koefisian Pengambilan Air Tanah
Iinf =SxA
= 0,001 x 158.000 m2
= 158 liter/menit
= 2,63 liter/detik
Menentukan Debit Infiltrasi Air Tanah
Qinf = C x I x A
= 1,8 x 7,678 x 10-8 x 158 x 103 m2
= 0,02 m3/detik
= 20 liter/detik
Menentukan Debit Infiltrasi untuk Tanah Seluas 1 Ha
Q1Ha = (1 Ha x Qinf) / A
= (1 Ha x 20) / 15,8 Ha
= 1,26 liter/detik/Ha
Menentukan open space
OS = Iinf / Q1Ha
= 2,63 / 1,26
= 2,08 Ha
KDB Kawasan Permukiman
KDB = [(A-OS) x 100%] / A
= [(15,8 2,08) x 100%] / 15,8
= 86,83% (90%)
Koefisien Dasar Bangunan (KDB) di lkawasan perancangan sebesar 86,83% dibulatkan menjadi
90%. Kaoeifisien Dasar Bangunan (KDB) 90% berarti luas total lahan terbangun kawasan
perancangan adalah 80% dari luas lahan dan luas total fungsi terbangun kapling adalah 90% dari
luas kapling yang ada. Jadi Koefisien Dasar Bangunan pada lokasi perancangan adalah 142.200 m2
dari 158.000 m2 lahan terbangun dan sisanya untuk ruang terbuka dan sirkuasi.
5.4.2 KLB
5.4.3 Jarak Antar Bangunan
Jarak antar bangunan merupakan jarak terkecil yang diukur diantara permukaan
permukaan denah dari bangunan-bangunan atau jarak antara dinding terluar yang berhadapan
antar dua bangunan. Terdapat dua perhitungan jarak antar bangunan yaitu perhitungan ALO
dan berdasarkan persyaratan dari Dinas PU.
Berdasarkan ALO =
= 24 meter
Berdasarkan peraturan Dinas Pekerjaan Umum
Tinggi Bangunan Jarak Bangunan (meter)
0-8 3
8 - 14 3-6
14 - 40 68
>40 >8
Berdasarkan persyaratan ukuran tinggi dari jarak bangunan, dapat diketahui bahwa jarak
bangunan minimal untuk bangunan dengan tinggi 24 meter adalah 6 8 meter.
5.4.4 GSB
Berdasarkan penjelasan di Pasal 13 UndangUndang No 28 Tahun 2002, garis sempadan
bangunan merupakan sebuah garis yang membatasi jarak bebas minimum dari sisi terluar sebuah
masa bangunan terhadap batas lahan yang dikuasai atau batas bangunan yang diperbolehkan
untuk dibangunrumah atau gedung. Berikut perhitungan garis sempadan bangunan pada kawasan
perancangan mikro:
Lebar
Jenis Jalan Lebar Jalan Kecepatan t (detik)
Trotoar
Jalan Lokal 6,5 meter 1,5 meter 37 mil/jam a1 = x 6,5 1,22
+ 1,5 = 4,75
meter
Jalan Lingkungan 4 meter 1 meter 19 mil/jam b1 = x 4 + 0,9
1 = 3 meter
GSB Jalan Lokal dengan Lingkungan
1) Menghitung Da
Da = 0,063 (Va)2 + 1,47 (ta) (Va) + 16
= 0,063 (37)2 + 1,47 (1,22) (37) + 16
= 168,6 feet
= 52 meter
2) Menghitung Db
Vb = (Db 16) Va / Da
19 = (Db 16) 37 / 52
Db = 42,7 meter
3) Menghitung a2 dan b2
Menghitung a2; b2 = 0
Db = (a1 + a2) (Da) / Da (b1 + b2)
42,7 = (4,75 + a2) (52) / 52 (3+0)
a2 = 35,48 meter
Menghitung b2; a2 = 0
Db = (a1 + a2) (Da) / Da (b1 + b2)
42,7 = (4,75 + 0) (52) / 52 (3+b2)
b2 = 35,48 meter
4) Menghitung GSB
GSB Jalan Lokal
a = a1 + a2 = 4,75 + 35,48 = 40,23 meter
GSB Jalan Lingkungan 2
b = b1 + b2 = 3 + 35,48 = 38,48 meter
FAR =
= 1,1
Berdasarkan perhitungan tersebut, nilai FAR yang didapatkan adalah 1,11 maka maksimal
ketinggian bangunan yaitu 6 lantai sesuai dengan grafik LUI.
Berdasarkan Angle of Light Observation (ALO)
ALO merupakan sudut bayangan matahari yang menerpa suatu bangunan yang manjadi
salah satu bahan pertimbangan guna membatasi ketinggian bangunan, dengan tujuan agar
tidak menghalangi pencahayaan atau proses pengeringan pada kawasan perancangan.
htot = 0,5 (Jd + Is + Jb) tg
= 0,5 (6 + 920 + 4) tg 450
= 466 meter
h = htot 1,5 tg
= 466 1,5 tg 450
= 464,5 meter = 116 lantai (asumsi lantai ideal 4 meter)
Berdasarkan perhitungan FAR dan ALO, maka penentuan ketinggan maksimal pada suatu
kawasan dipilih dari ketinggian yang paling rendah yaitu 6 lantai atau 24 meter.
Kondisi jalan eksisting di beberapa titik Aksesibilitas erat hubungannya dengan Dapat dilihat pada peta merupakan
hirarki jalan berupa: kenyamanan, keselamatan, kemudahan rencana jaringan jalan, dan berikut
1. Jalan kolektor (jl.Fatmawati) dan kekhawatiran yang dibahas lebih merupakan rencana hirarki jalannya:
lebar jalan 8 m, kondisi ramai dan komprehensif dengan berbagai kriteria 1. Kolektor primer (jl.Fatmawati)
agak terhambat, terdapat kawasan akses menurut beberapa pendekatan. lebar 2 ruas total adalah 17 m,
perdagangan dan jasa berupa toko- Menurut Lynch, keriteria utama dengan dengan rincian pedestrian selebar
toko dan Pasar Pedurungan kontras sebagai sebuah dimensi (Hamid 4 m di setiap ruas, dan lebar 1 ruas
2. Jalan lokal (jl.Karanglo dan jl. Gemah Shirvani dalam Urban Desigin Process) jalan adalah 4,5 m
Raya) lebar jalan 4-6 m, kondisi Tingkat pelayanan jalan (Level of Service) 2. Lokal (jl. Karanglo dan jl. Gemah
tidak terlalu ramai, terdapat adalah suatu ukuran yang digunakan Raya) lebar 2 ruas total adalah
beberapa toko informal bercampur untuk mengetahui kualitas suatu ruas 14,5 m, dengan rincian pedestrian
dengan permukiman selebar 4 m di setiap ruas, dan
jalan tertentu dalam melayani arus lalu
3. Jalan lingkungan lebar jalan 3 m, lebar 1 ruas jalan adalah 3,25 m
perkerasan jalan sebagian berupa lintas yang melewatinya (MKJI, 1997). Lingkungan lebar 2 ruas total
paving dan sebagian berupa aspal, Berikut ini merupakan analisis Level of adalah 6 m, dengan rincian
kondisi jalan tidak terlalu ramai dan Service di 2 titik ruas jalan lokasi pedestrian selebar 1 m di setiap
lancar perancangan: ruas, dan lebar 1 ruas jalan adalah 2
Tidak terdapat pos ojek. Angkutan Kota 1. Jl. Fatmawati Nilai LOS = 0.95, m
melewati jl.Fatmawati menuju jl. artinya arus tidak stabil, kecepatan Direncanakan pembangunan 2 parkir
Majapahit kemudian ke Terminal rendah dan berbeda-beda, volume komunal dan 3 bicycle stop.
Penggaron. mendekati kapasitas
Terminal Penggaron ini merupakan 2. Jl. Gemah Raya Nilai LOS = .38,
terminal pemberhentian koridor I BRT artinya arus bebas, volume rendah
Trans Semarang (Mangkang- dan kecepatan tinggi, pengemudi
Penggaron). dapat memilih kecepatan yang
dikehendaki
5.5.2 Compatibility
Di bagian Selatan lokasi peracangan Menurut Lynch, compatibility adalah Dari jalan kolektor yaitu Jl. Fatmawati
merupakan permukiman eksisting, yang aspek kecocokan antara bangunan lama memasuki lokasi perancangan
umumnya merupakan slum dan squatter dengan bangunan baru yang dapat melewati jalan lokal (jl. Karanglo), akan
area dilihat dari warna, tekstur, skala, dijumpai kampung susun warna-warni.
Permukiman mendominasi lokasi proporsi dan fasade bangunan (Shirvani, Di bagian Selatan lokasi perancangan,
perancangan, selain itu terdapat Hamid dalam The Urban Design Process) dilihat dari fungsi kawasan yang
beberapa industri rumahan di beberapa The USR & E and San Fransisco seharusnya adalah sempadan sungai,
titik (dapat dlihat pada peta komik di menerangkan bahwa kriteria maka akan ditata kembali sesuai yang
atas) perencanaan desain kota dapat seharusnya, lalu ditambahkan dengan
dilakukan melalui penekanan di bidang desain linear garden
visual/estetika dan fokus terhadap Di bagian tengah lokasi perancangan,
compatibility yang ada pada suatu akan dibangun menjadi kawasan
lokasi, kepadatan, warna, bentuk, komersil seperti restaurant/caf
bahan, skala dan titik kumpul. bertema vintage, pasar malam,
kawasan khusus festival, dan lain
sebagainya yang difasilitasi dengan
jalan festival
Di bagian Utara lokasi perancangan,
perumahan/permukiman eksisting
akan ditata ulang sehingga tercipta
pemanfaatn lahan perumahan yang
adil dan sesuai dengan standar yang
seharusnya.
5.5.3 View
2 Air Mancur
2
1 3 View to site
View from
1
site
2 3
View
to site
Pasar Pedurungan
Pasar Pedurungan
Pada lokasi perancangan, sudah terdapat View diantaranya adalah: Perancangan yang akan dilakukan adalah
view to site dan view from site. 1. View to site dengan membangun Air Mancur di nodes
1. View to site lokasi perancangan berupa Merupakan apa yang dapat dilihat dari utama lokasi perancangan seperti pada
Tugu Rajawali dan kawasan luar lokasi tapak ke dalam tapak gambar.
permukiman padat 2. View from site Sehingga:
2. View from site lokasi perancangan Merupakan apa yang dapat dilihat dari 1. View to site: Air Mancur
merupakan kawasan perdagangan dan dalam tapak ke luar lokasi tapak 2. View from site: Pasar Pedurungan
jasa berupa toko-toko dan Pasar 3. Vie through to site 3. View through site: permukiman
Pedurungan. Merupakan apa yang dapat dilihat dari
dalam tapak ke luar lokasi tapak melalui
batas yang ada di dalam lokasi tersebut.
Sebagai contoh, apa yang dapat dilihat di
sebrang sungai jika posisi melihat dari
dalam tapak.
5.5.4 Identity
Data Analisis Respon
Identitas pada lokasi perancangan Identitas merupakan suatu hal yang Pada lokasi perancangan yang akan
ditandai dengan adanya aktivitas dapat dikenali oleh pengamat. menjadi identitas adalah area komersial
perdagangan dan jasa yang terdapat di Identitas suatu kawasan menjadi hal yg berupa deretan pedagangan dan jasa
area main enterance (sepanjang Jalan penting pada suatu kawasan karena yang akan diletakkan di sepanjang plaza
Fatmawati). sebgai penanda dan pengingat kawasan di sisi sungai.
Terdapat gapura masuk ke lokasi tesebut. Akan dibuat nodes di pusat kawasan
perancangan dengan tugu burung di sisi Identitas dapat juga berupa landmark berupa open space dan open teather
gapura. dan nodes. yang berfungsi sebagai tempat
pertunjukan kesenian dan
berkumpulnya masyarakat.
Sebelum masuk menuju open teather
terdapat jalan yang difungsikan sebagai
festival terutama pada malam hari.
5.5.5 Sense
Data Analisis Respon
Suasana pada lokasi perancangan Sense merupakan suasana atau karakter Akan dilakukan penataan ulang pada
adalah ramai karena dekat dengan yang ditimbulkan pada lokasi perancangan. permukiman sehingga akan membentuk
aktivitas perdagangan dan jasa berupa kesan terstruktur dan tertata.
Pasar Pedurungan. Akan dibuat nodes di pusat kawasan
Permukiman yang padat dan terbentuk berupa open space dan open teather
secara alami menimbulkan kesan yang yang berfungsi sebagai tempat
tidak teratur sehingga perlu penataan pertunjukan kesenian dan
ulang permukiman. berkumpulnya masyarakat sehingga
menimbulkan kesan hangat dan
kekeluargaan.
5.5.6 Livability
Data Analisis Respon
Kampung
susun
Kenyamanan pada lokasi perancangan Livability berhubungan dengan kenyamanan Akan disediakan RTH lebih banyak pada
dinilai kurang ditinjau dari aspek untuk tinggal di dalam suatu kawasan. lokasi perancangan yang diletakkan di
ligkungan yakni minimnya RTH dan sepanjang sempadan sungai dengan
sanitasi yang buruk pada permukiman di konsep linear garden.
bantaran sungai. Warga yang bermukim di atas tanah
Warga pada bantaran sungai juga irigasi juga akan direlokasi di kampung
merasa kurang nyaman disebabkan susun sehingga dapat hidup dengan
tanah untuk permukiman tersebut lebih nyaman.
bukan hak milik wargas, melainkan
tanah irigasi yang sewaktu-waktu dapat
dilakukan penggusuran.
5.6 Analisis Elemen perancangan Kota
5.6.1 Tata guna lahan
EKSISTING RESPON
EKSISTING RESPON
2,5 m 2,5 m
6m
1,5 m 1,5 m
1,5 m 1,5 m
3 m Sungai
Data Analisis Respon
Pada lokasi perancangan belum Jalan (untuk pejalan kaki) yang mendampingi jalan Akan dibangun jalur pejalan kaki (pedestrian ways) di
terdapat jalur pejalan kaki tidak lebih sempit dari 2 m (1,50 m luas minimal sepanjang jalan lokal, kolektor dan lingkungan, serta
(pedestrian way). sebelah dalam dan 0,50 m jarak pelindung ke jalur Riverwalk di dalam lokasi perancangan, berikut adalah
kendaraan). Tetapi seringkali bidang dekat dengan ukurannya.
sekolah, pusat perbelaniaan, tempat rekreasi di Pedestrian way di jalan kolektor : 2,5 meter
antaranya luas minimal 3m. Sedangkan Jalan untuk Pedestrian way di jalan lokal : 1,5 meter
pejalan kaki dan pengendara sepeda secara bersama- Pedestrian way di jalan lingkungan : 1,5 meter
sama lebarnya 2,50 m (minimal 2,00 m). (Neufert
Arsitect Data) Riverwalk di sepanjang sungai: 3 meter
Sehingga: Selanjutnya di sepanjang jalur pejalan kaki akan dibangun
Berdasarkan data eksisting diketahui bahwa belum jalur hijau berupa pohon-pohon peneduh, bangku dan
ada jalur pejalan kaki di lokasi perancangan, maka tanaman hias. Hal ini dilakukan untuk memberi kesan
dari itu harus dibangun jalur pejalan kaki untuk estetika dan menambah kenyamanan pengguna.
menunjang aktivtas di lokasi perancangan.
Lebar jalur pedestrian disesuaikan dengan standar dan
fungsinya. Pedestrian pada jalan kolektor, jalan lokal,
dan jalan lingkungan sesuai dengan standar, namun
untuk Riverwalk agak berbeda karena merupakan
gabungan antara jalur sepeda dengan jalur pejalan kaki
serta juga merupakan salah satu tempat rekreasi
sehingga ukurannya lebih lebar dari standar.
5.6.5 RTH
5.6.6 Aktivitas Pendukung
ANALISIS RESPON
EKSISTING RESPON
5.7.2 Hirarki
Data Analisis Respon
5.7.3 Balance
Data Analisis Respon
5.7.7 Simetri
Data Analisis Respon
Elemen path pada lokasi perancangan yang Dasar teori Elemen path yang direncanakan pada lokasi
memiliki identitas kuat adalah Jalan Path sebagai elemen citra kota perancangan terdiri dari path dengan identitas
Fatmawati.Jalan ini merupakan jalan kolektor Path adalah sebuah jalur yang digunakan yang kuat dan tidak terlalu kuat.
sekunder yang menghubungkan Kota Semarang pengamat untuk berpindah. Path dapat berupa Path dengan identitas kuat adalah Jl. Karanglo
bagian selatan (Kecamatan Tembalang) dengan jalan, pedestrian, jalur transit, kanal, dan rel Raya yang merupakan kawasan yang juga
pusat kota melalui Jalan Majapahit. Identitas jalan kereta. Bagi sebagian besar orang, path memiliki simpul utama kawasan (nodes). Identitas
ini diperkuat dengan keberadaan bangunan path pada jalan ini akan ditunjukan dengan
merupakan elemen terpenting yang membentuk
pertokoan di sisi kanan dan kirinya serta rumah deret berwarna-warni yang didirikan di sisi
citra sebuah kota. Di sepanjang path terdapat
keberadaan Pasar Pedurungan. kanan dan kiri jalan dan keberadaan landmark
Elemen path dengan identitas tidak terlalu kuat elemen-elemen lingkungan lain yang tersusun dan kawasan. Identitas yang kuat juga dikarenakan
dan jelas adalah Jalan Gemah Raya. Jalan ini saling berkaitan. (Lynch, 1960) jalan ini menunjukkan arah ke kawasan rekreasi
merupakan jalan masuk utama kawasan Elemen path mempunyai identitas yang kuat dan olahraga yang merupakan aktivitas utama
permukiman eksisting dari Jalan Majapahit. apabila memiliki tujuan yang penting seperti pusat kawasan.
Namun begitu jalan ini tidak memiliki ciri khusus kota, alun-alun, atau stasiun dan penampakan Path dengan identitas yang kuat juga
baik dari aspek fisik maupun aspek kegiatannya. fisik yang kuat. Begitu pun sebaliknya, apabila dipertahankan pada Jalan Fatmawati dengan
Jenis sistem sirkulasi yang terdapat dalam lokasi tujuan dari jalan tersebut bukan merupakan keberadaan kawasan perdagangan dan jasa serta
perancangan hanya sirkulasi motorized, sedangkan perabot jalan yang lengkap.
destinasi penting dan tidak memiliki karakter fisik
untuk sirkulasi non-motorized tidak disediakan Path dengan identitas yang tidak terlalu kuat
khusus, maka identitasnya tidak akan terlihat.
karena tidak terdapat jalur pedestrian dalam lokasi direncanakan pada jalan-jalan lingkungan dalam
perancangan. kawasan permukiman.
Sistem sirkulasi dalam kawasan ditunjang dengan Jalan sebagai sistem sirkulasi Sistem sirkulasi motorized ditunjang dengan
keberadaan Jl. Karanglo Raya, Jl. Gemah Raya II, Jl. Sirkulasi adalah prasarana jalan yang keberadaan jalan kolektor sekunder, jalan lokal,
Gemah Raya V, Jl. Pedurungan Kidul, dan Jl. menghubungkan berbagai kegiatan dan dan jalan lingkungan. Sedangkan sistem sirkulasi
Gemah Selatan II. Jalan-jalan tersebut merupakan penggunaan lahan dalam sebuah tapak. Sistem non-motorized ditunjang dengan keberadaan jalur
jalan lingkungan yang digunakan penduduk sirkulasi menggambarkan pola pergerakan, baik pedestrian untuk setiap kelas jalan yang ada.
setempat untuk melakukan pergerakan khususnya motorized dan non-motorized serta sirkulasi dalam Sistem sirkulasi dalam kawasan ditunjang dengan
dari dan menuju kawasan permukiman. kawasan maupun luar kawasan. keberadaan Jl. Karanglo Raya sebagai jalan
Sistem sirkulasi luar kawasan ditunjang dengan utama kawasan.
keberadaan Jl. Fatmawati dan Jl. Gemah Raya. Jl. Elemen path pada lokasi perancangan baik yang Sistem sirkulasi luar kawasan ditunjang dengan
Fatmawati merupakan jalan kolektor sekunder, identitasnya kuat atau pun tidak masih belum keberadaan Jl. Fatmawati dan Jl. Gemah Raya
sedangkan Jl. Gemah Raya merupakan Jalan lokal. memiliki karakter fisik khusus. Padahal citra yang menjadi jalur keluar dan masuk kawasan.
Kedua jalan ini digunakan masyarakat setempat sebuah kota lebih menekankan pada aspek fisik,
dalam melakukan pergerakan ke luar kawasan, sehingga perlu dilakukan penambahan perabot
baik aktivitas bekerja, pergi ke sekolah, pasar, dan jalan (vegetasi dan lampu jalan) untuk
aktivitas lainnya. mempertegas karakter fisik jalan tersebut.
Sistem sirkulasi dalam suatu kawasan seharusnya
meliputi dua jenis sirkulasi, yaitu sirkulasi
motorized dan non-motorized.Kondisi eksisting
lokasi perancangan tidak dilengkapi dengan jalur
pedestrian, sehingga perlu dilakukan pengadaan
jalur pedestrian.
5.8.2 Edge
DATA ANALISIS RESPON
Elemen Edge pada lokasi perancangan adalah Dasar teori Elemen edge direncanakan pada lokasi
sungai. Elemen ini berfungsi membatasi wilayah Elemen edge adalah elemen linear yang bukan perancangan, yaitu di kawasan perdagangan dan
Kelurahan Gemah dengan Kelurahan merupakan path. Elemen ini bisa memiliki fungsi campuran permukiman perdagangan jasa.
Sendangguwo. membagi atau menyatukan dua kawasan. Edge pada kawasan perdagangan terletak di
bagian selatan lokasi perancangan. Elemen ini
Keberadaan elemen edge penting sehingga berupa deretan tenda linear yang menunjukkan
pengamat dapat mengenali dengan mudah batas batas akhir dari zona publik di bagian selatan
antara satu peruntukan kawasan dengan kawasan lokasi perancangan.
lainnya. Oleh karena itu pada setiap kawasan Edge pada kawasan campuran permukiman
perlu diberi pembatas, baik tembok, deretan perdagangan jasa berupa rumah deret berwarna-
bangunan, maupun vegetasi. warni. Elemen ini menunjukkan awalan dan
akhiran dari kawasan tersebut dari fasad
bangunannya.
5.8.3 District
DATA ANALISIS RESPON
Terdapat tiga district pada lokasi perancangan, Dasar teori Terdapat empat kawasan / district yang akan
yaitu kawasan permukiman, campuran Elemen district merupakan elemen citra berupa direncanakan pada lokasi perancangan, yaitu
permukiman perdagangan jasa, dan luasan yang memiliki kesamaan (bersifat kawasan rekreasi dan olahraga, permukiman,
perdagangan dan jasa yang mana antara homogen), baik secara fisik, fungsi wilayah, latar perdagangan dan jasa, serta campuran
permukiman dan campuran memiliki ciri yang belakang sejarah, dll. Homogenitas ini permukiman perdagangan jasa. Setiap kawasan
hampir sama tetapi berbeda. menyebabkan pengamat dapat merasakan memiliki ciri khusus yang membedakan dengan
Kawasan permukiman terdiri dari bangunan perbedaan ketika sedang berada dalam kawasan / kawasan yang lain.
rumah yang difungsikan hanya sebagai hunian, district tertentu. Kawasan rekreasi dan olahraga memiliki ciri
sedangkan pada kawasan campuran permukiman berupa adanya riverwalk, yaitu jalur pejalan kaki di
perdagangan jasa, huniannya juga difungsikan District yang ada pada lokasi perancangan telah sepanjang kawasan.
untuk mengadakan aktivitas perekonomian memiliki ciri khas yang dapat membedakan Kawasan permukiman memiliki ciri adanya
informal, seperti usaha binatu, jasa servis kawasan tersebut dengan kawasan lainnya. bangunan rumah yang berfungsi tunggal sebagai
peralatan elektronik, jasa pijat, jasa katering, jual Adanya perencanaan kawasan baru pada lokasi hunian.
makanan, dll. perancangan (kawasan perdagangan dan jasa dan Kawasan perdagangan dan jasa memiliki
rekreasi dan olahraga) mengharuskan dua kesamaan aktivitas yang dilakukan, yaitu aktivitas
kawasan tersebut untuk memiliki karakter khusus. perekonomian dengan ciri fisik berupa bangunan
toko dan tenda-tenda untuk berjualan pada
kawasan perdagangan di tepi sungai
Kawasan campuran permukiman perdagangan
jasa memiliki ciri bangunan rumah berbentuk
rumah deret dua lantai yang difungsikan untuk
melakukan aktivitas perekonomian. Homogenitas
terlihat pada kawasan ini dari fasad bangunannya.
5.8.4 Nodes
DATA ANALISIS RESPON
Terdapat dua nodes pada kondisi eksisting lokasi Dasar teori Terdapat tiga titik nodes yang direncanakan pada
perancangan. Nodes pertama adalah pada titik Nodes merupakan elemen citra berupa simpul lokasi perancangan.
pertemuan antara Jl. Gemah Timur, Jl. Gemah atau titik yang merupakan lokasi pertemuan, Nodes utama direncanakan di tengah kawasan,
Raya V, dan Jl. Amposari Raya. Node kedua pergantian, dan pertukaran arah dan aktivitas. berupa simpang empat di Jl. Karanglo Raya. Nodes
merupakan pertemuan antara Jl. Gemah Raya Karena fungsinya inilah, nodes biasanya ini berfungsi untuk simpul pertemuan jalan utama
dengan Jl. Gemah Raya II. merupakan lokasi strategis. Suatu tempat yang dengan aktivitas utama kawasan, yaitu aktivitas
Kedua titik simpul tersebut merupakan lokasi di merupakan nodes juga memiliki nilai tambah rekreasi dan olahraga yang berada di pinggir
mana terjadi pertemuan dan pergantian arah. karena biasanya mudah diingat. sungai. Nodes ini terletak di antara dua nodes
lainnya. Pada nodes ini terdapat landmark
Fungsi nodes yang terdapat pada lokasi kawasan.
perancangan lebih condong pada pergantian arah Nodes kedua direncanakan di bagian timur
saja. Sedangkan fungsi pergantian aktivitas belum kawasan. Nodes ini berupa simpang tiga di Jl.
terlihat signifikan karena aktivitas pada kondisi Karanglo Raya. Nodes difungsikan untuk
eksisting hanya merupakan aktivitas hunian. pergantian arah dan aktivitas dari bagian utara
Nodes pada lokasi perancangan seharusnya juga dan selatan nodes, yaitu aktivitas permukiman
dapat berfungsi sebagai peralihan aktivitas. dengan bagian selatan dan timur nodes yang
merupakan kawasan campuran permukiman
perdagangan jasa.
Nodes ketiga direncanakan di bagian barat
kawasan. Nodes ini berupa simpang tiga di Jl.
Karanglo Raya. Nodes berfungsi sebagai simpul
pergantian arah dan aktivitas dari bagian barat
nodes, yaitu aktivitas pada kawasan perdagangan
dengan bagian timur nodes, yaitu campuran
permukiman perdagangan jasa yang
mengarahkan pada kawasan rekreasi dan
olahraga.
5.8.5 Landmark
DATA ANALISIS RESPON
Terdapat satu landmark pada lokasi perancangan, Dasar teori Kawasan perancangan direncanakan akan
yaitu berupa patung burung rajawali. Landmark ini Landmark merupakan elemen citra berupa titik memiliki landmark berupa air mancur dengan
terletak di bagian timur lokasi perancangan, yang bersifat eksternal, maksudnya elemen ukuran yang besar. Landmark ini akan dibangun
tepatnya di jalan masuk Jl. Karanglo Raya. Bentuk tersebut dapat dikenali oleh pengamat dari luar pada nodes utama kawasan, yaitu di Jl. Karanglo
patung yang serupa burung rajawali merupakan kawasan. Landmark bisa menjadi identitas lokal Raya.
suatu ciri khas yang menjadikan pengamat mudah ataupun identitas kota secara keseluruhan.
mengingat. Elemen ini akan memiliki identitas yang lebih baik
jika bentuknya jelas dan unik.