Anda di halaman 1dari 70

BAB V

ANALISIS PERANCANGAN

5.1 Analisis Aktivitas dan Kebutuhan Ruang


5.1.1 Analisis Karakteristik Pengguna
Karakteristik pengguna merupakan jumlah dan jenis pengguna yang akan diwadahi dalam
tapak (site). Jumlah pengguna dihitung berdasarkan carrying capacity (kapasitas maksimum dalam
mewadahi atau menampung manusia). Kapasitas maksimal diasumsikan untuk membagikan antara
lahan yang ada dengan kebutuhan perorangan. Menurut Keputusan Menteri Permukiman dan
Prasarana Wilayah no. 403/KPTS/M/2000 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah
Sederhana Sehat, setiap orang membutuhkan ruang seluas 9 m2 agar dapat bergerak bebas di
suatu rumah. Sedangkan, menurut SNI no. 2003-1733 tahun 2004 tentang Tata Cara Perencanaan
Lingkungan Perumahan di Perkotaan, setiap 1 KK terkecil rata-rata terdiri dari 5 orang (ayah + ibu +
3 anak). Sehingga, dengan luas lahan budidaya 88.480 m2 dibagi dengan kebutuhan perorangan
maka jumlah pengguna yang dapat ditampung adalah 9.831 jiwa atau 1.966 KK. Luas lahan total
adalah 15,8 Ha dan berikut adalah perhitungan jumlah pengguna dengan carrying capacity pada
lokasi perancangan.

Luas Lahan Total


15,8 Ha

Luas Lahan Terbangun RTH Murni


80% x 15,8 Ha = 12,64 Ha 20% x 15,8 Ha = 3,16 Ha

Kawasan Budidaya Sirkulasi


70% x 12,64 Ha = 8,848 Ha 30% x 12,64 Ha = 3,792 Ha

Carrying Capacity
1 jiwa = 9 m2 88.480 m2 : 9 m2 =
1 KK = 5 jiwa 9.831 jiwa (1.966 KK)
Poyeksii: 3.516 jiwa (704 KK)

Sumber: Hasil perhitungan Kelompok Studio Perancangan dan Pembangunan Kota 2E, 2017
Gambar 5.1 Bagan Perhitungan Carrying Capacity
Analisis daya dukung (carrying capacity) merupakan suatu alat perencanaan pembangunan
untuk mengetahui tingkat kemampuan lahan dalam mendukung segala aktivitas yang ada di
wilayah tersebut. Berdasarkan hasil perhitungan, carrying capacity lokasi perancangan adalah 9.831
jiwa (1.966 KK). Sedangkan, proyeksi penduduk hingga tahun 2037 adalah 3.516 jiwa atau sekitar
704 KK. Artinya, lokasi perancangan ini dapat mewadahi jumlah penduduk yang meningkat hingga
20 tahun kedepan.

5.1.2 Aktivitas Utama


Aktivitas utama merupakan aktivitas inti yang akan diwadahi dan dikembangkan pada
lokasi perancangan. Terdapat tiga aktivitas utama yang direncanakan pada lokasi perancangan,
yaitu bermukim, aktivitas perekonomian dan berekreasi. Aktivitas bermukim diwadahi dengan
permukiman bertingkat dan permukiman landed yang merupakan kawasan hunian atau tempat
tinggal yang diperuntukkan untuk penduduk eksisiting lokasi perancangan. Hunian bertingkat yang
direncanakan berupa rumah susun untuk mewadai penduduk berpendapatan menengah kebawah
yang ada di bantaran sungai Banjir Kanal Timur (BKT). Sedangkan hunian landed merupakan rumah
eksisting yang ditata berupa rumah menengah yang pengguna eksistingnya adalah penduduk kelas
menengah ke atas.
Pada kondisi eksisting aktivitas perekonomian dari sektor informal mendominasi aktivitas di
kawasan perancangan. Kemungkinan dikarenakan kawasan perancangan yang berada di seberang
Pasar Pedurungan sehingga aktivitas perdagangan dan jasa masih dominan di permukiman ini.
Berdasarkan peruntukan kawasannya, permukiman menjadi area terluas di kawasan ini dan diikuti
dengan aktivitas perdagangan dan jasa yang dominan dan merata di seluruh permukiman tepi
sungai ini. Oleh karena itu, mempertimbangkan isu dan potensi kawasan perancangan, Kelompok
2E tetap membuat aktivitas perdagangan dan jasa menjadi aktivitas utama.
Aktivitas rekreasi eksisiting pada kawasan perancangan hanya didukung oleh adanya 2 kolam
pemancingan dan 1 arena lomba burung. Aktivitas olahraga nyaris tidak ada pada kawasan
perancangan. Padahal dalam rekreasi dan olahraga juga menjadi peruntukan kawasan perancangan
Kelompok 2E. Oleh sebab itu, Kelompok 2E mengusulkan revitalisasi daerah sempadan dan tepi
sungai lalu membuat sepanjang area tersebut menjadi pusat aktivitas rekreasi dan olahraga.
Kelompok 2E mengusulkan sungai menjadi wajah dan arah hadap nodes-nodes baru yang akan
dikembangkan. Nodes-nodes tersebut akan berupa titik-titik dari aktivitas utama kawasan yang
diusulkan yaitu, aktivitas pusat permukiman, perdagangan dan jasa, serta pusat rekreasi dan
olahraga.
Tabel 5.1 Karakteristik Aktivitas di Lokasi Perancangan

Karakteristik
Kelompok Aktivitas Jenis Aktivitas Jenis Ruang Keterangan
Ruang
Ruang Terbangun
Aktivitas Utama
Pemancingan Publik RENCANA
Restoran Mewah Publik RENCANA
Menjual beli
Rumah Makan
Perdagangan dan Jasa barang kebutuhan Publik RENCANA
Sederhana
maupun jasa
Warung Publik RENCANA
Caf Publik RENCANA
Taman RT Publik RENCANA
Berekreasi Taman RW Publik RENCANA
Playground Publik RENCANA
Pentas Open Theatre/Plasa Publik RENCANA
Rekreasi dan Olahraga
seni/performance Balai Pertemuan Publik RENCANA
Lapangan badminton Publik RENCANA
Berolahraga Lapangan futsal Publik RENCANA
Riverwalk Publik RENCANA
Rumah Mewah Privat RENCANA
Hunian Tidak
Bermukim Rumah Menengah Privat RENCANA
Bertingkat
Rumah Sederhana Privat RENCANA

Hunian Bertingkat Bermukim Rumah Renteng Semi Publik RENCANA

Aktivitas Penunjang

TK Semi Publik RENCANA

Kegiatan belajar SD Semi Publik RENCANA


Pendidikan
mengajar SMP Semi Publik RENCANA
SMA Semi Publik RENCANA
Taman Bacaan Semi Publik RENCANA
Peribadatan Beribadah Mushola, Masjid Semi Publik RENCANA
Kesehatan Berobat Balai Pengobatan Publik RENCANA
Memarkirkan
Parkir Komunal Parkir Komunal Publik RENCANA
Mobil
Aktivitas Pelengkap
Pelayanan
Keamanan Pos Satpam/Hansip Publik RENCANA
Keamanan
Pelayanan
Kebersihan TPS Publik RENCANA
Kebersihan
Ruang Non Terbangun
Ruang Terbuka Hijau Publik
Bersantai, bermain Taman Skala RW Publik RENCANA
RTH Aktif
dan bersosialisasi Taman Skala RT Publik RENCANA
Ruang Terbuka Hijau Privat
Menambah
Halaman Rumah Halaman Rumah Privat RENCANA
estetika rumah
Ruang Terbuka Non Hijau
Ruang Gerak dan
RTNH Sirkulasi Publik RENCANA
Interaksi

5.1.3 Aktivitas Penunjang


Aktivitas penunjang merupakan aktivitas yang dikembangkan sebagai penunjang atau
pendukung aktivitas utama. Terdapat tiga aktivitas penunjang yang dikembangkan pada lokasi
perancangan, yaitu aktivitas pendidikan, aktivitas peribadatan, dan aktivitas kesehatan. Selain itu,
juga terdapat parkir komunal khususnya sebagai penunjang aktivitas rekreasi dan olahraga.
1. Kelompok Aktivitas Pendidikan
Aktivitas pendidikan eksisting pada lokasi perancangan diwadahi dengan keberadaan Taman
Kanak-kanak untuk pendidikan tingkat tersebut. Sedangkan untuk pendidikan tingkat dasar,
menengah, maupun atas, penduduk mendapatkan pelayanan pendidikan ke luar lokasi
perancangan. Aktivitas pendidikan yang direncanakan pada lokasi perancangan diwadahi dengan
sarana pendidikan. Jenis dan jumlah sarana pendidikan yang akan dikembangkan pada lokasi
perancangan menyesuaikan dengan jumlah penduduk. Berdasarkan jumlah penduduk sebanyak
3.145 jiwa dan menyesuaikan dengan standar penyediaan sarana, maka sarana pendidikan yang
akan dikembangkan pada lokasi perancangan yaitu 3 unit TK, 2 unit SD, 1 unit SMP, 1 unit SMA, dan
1 unit Taman Bacaan. Sarana pendidikan ini akan dikembangkan dalam satu kawasan di lokasi yang
sama.
2. Kelompok Aktivitas Peribadatan
Aktivitas peribadatan eksisting diwadahi dengan keberadaan mushola dan masjid.
Pengembangan aktivitas peribadatan pada lokasi perancangan dilakukan dengan menambah
jumlah mushola, meningkatkan luas lahan masjid eksisting sesuai dengan standar penyediaan
sarana peribadatan, serta menata ulang lokasi mushola sesuai dengan standar radius
pencapaiannya yaitu setiap 100 m2. Jumlah sarana peribadatan yang akan dikembangkan pada
lokasi perancangan adalah 13 unit Mushola dan 2 unit Masjid.
3. Kelompok Aktivitas Kesehatan
Pada kondisi eksisting, penduduk mendapatkan pelayanan kesehatan dengan berobat ke
klinik, tempat praktek dokter, maupun puskesmas. Dari fasilitas pelayanan kesehatan ini, hanya
tempat prakter dokter yang berada dalam lokasi perancangan, sedangkan klinik dan puskesmas
terletak di luar lokasi perancangan. Aktivitas kesehatan yang direncanakan pada lokasi
perancangan diwadahi dengan sarana kesehatan berupa 2 unit Balai Pengobatan Warga.
4. Parkir Komunal
Parkir komunal merupakan sarana yang berfungsi sebagai penunjang aktivitas rekreasi dan
olahraga yang dikembangkan pada lokasi perancangan. Parkir komunal direncanakan untuk
memenuhi kebutuhan parkir pengunjung yang berwisata. Pemilihan sistem parkir komunal
bertujuan untuk menertibkan dan memudahkan sirkulasi pengunjung. Parkir komunal yang
direncanakan pada lokasi perancangan yaitu sebanyak 2 unit yang berlokasi di kawasan main
entrance kawasan dan di nodes utama kawasan perancangan.

5.1.4 Aktivitas Pelayanan


Aktivitas pelayanan merupakan aktivitas yang berperan sebagai pelayanan kepada
masyarakat. Dalam analisis aktivitas pelayanan terbagi menjadi 2 kelompok aktivitas, yaitu
kelompok aktivitas pelayanan keamanan aktivitas pengelolaan sampah.
1. Aktivitas Pelayanan Keamanan
Pada kawasan perancangan terdapat aktivitas pelayanan berupa pelayanan keamanan.
Untuk menunjang aktivitas tersebut maka dibutuhkan fasilitas keamanan pada kawasan
perancangan. Pada lokasi perancangan akan ditempatkan 1 pos keamanan yang akan dijaga selama
24 jam. Fasilitas keamanan diletakan pada pintu masuk utama kawasan perancangan yang
menjadi titik utama pada akses kawasan. Peletakan fasilitas didapatkan berdasarkan analisis
keterbutuhan sarana yang nantinya disesuaikan dengan jumlah penduduk saat ini yaitu 1528 jiwa.
Berdasarkan acuan diambil dari SNI 03-1733-1989 tentang tata cara perencanaan kawasan
perumahan kota setiap kawasan 2500 jiwa memerlukan setidaknya 1 pos hansip yang melayani
hunian warga.
2 Kelompok Aktivitas Pengelolaan Sampah
Pada kelompok aktivitas persampahan disediakan bak sampah atau tempat pengumpulan
sampah sementara dengan luas bak 6 m2 dalam skala pelayanan 2500 jiwa. Hal ini didapatan
berdasarkan jumlah konsumsi sampah eksisting warga yaitu kurang lebih berkisar antara setengah
hingga dua tong sampah perharinya yang mana satu tong sampah standar memiliki volume 50 liter
dengan asumsi jumlah sampah perharinya 4,5 m3. Sistem pengelolaan sampah menggunakan
penggambilan sampah oleh petugas dengan menggunakan gerobak untuk diletakkan di bak
sampah yang nantinya akan diambil oleh truk sampah menuju TPA.
5.1.5 Kebutuhan Ruang
(Terlampir)

5.1.6 Hubungan Antar Ruang


Hubungan antar ruang merupakan dasar acuan dalam pengalokasian pengelompokan
aktivitas pada kawasan perancangan mikro. Berdasarkan keeratan hubungan antar ruang, analisis
hubungan antar aktivitas dalam ruang-ruang pada kawasan perancanganmikro dapat dijelaskan
sebagai berikut:
a. Hubungan erat
Hubungan erat dimana jika 2 aktivitas memiliki integrasi satu sama lain. Pada kawasan
perencanaan mikro hubungan ini dapat ditemui seperti pada aktivitas hunian dengan sarana
pendidikan. Karena untuk memfasilitasi kebutuhan anak usia sekolah di kawasan perancangan,
dibutuhkan fasilitas pendidikan seperti PAUD dan SD. Selain itu hubungan erat dapat dilihat dari
Hunian dan fasilitas keamanan, ruang terbuka, peribadatan, dan kesehatan yang dapat dilihata
pada gambar 5. 2.
a. Hubungan tidak erat
Hubungan tidak erat terjadi yaitu dimana dua aktivitas kurang atau tidak memiliki integrasi
satu sama lain. Pada wilayah studi perancangan dapat dilihat pada hubungan antara aktivitas
perdagangan dan jasa tidak terkait dengan aktivitas pendidikan. Dimana aktivitas pendidikan
diutamakan pada zona kebisingan rendah sedangkan untuk aktivitas perdagangan dan jasa identik
dengan zona kebisingan tinggi. Selain itu juga dapat dilihat hubungan antara kesejhatan dan
pendidikan, perdagangan dan jasa juga tidak memiliki keterkaitan antara aktivitas yang satu
dengan yang lainnya. Berikut adalah bagian hubungan antar kelompok aktivitas pada lokasi
perancangan:

Sumber: Hasil Analisis Kelompok Studio Perencanaan 1B, 2016


Gambar 5.2
Hubungan Antar ruang
5.1.7 Organisasi Ruang
(Terlampir)

5.2 Analisis Tapak dan Zoning


Analisis Tapak adalah sebuah mengintifikasian tanggapan terhadap kondisi tapak dengan
menggunakan teori serta menimbulkan sebuah respon. Analisis tapak dan Zoning terdiri dari 9
analisis, yaitu analisis konstelasi wilayah, analisis aksesibilitas, analisis view, analisis vegetasi,
analisis arah mata angin dan matahari, analisis drainase, analisis kebisingan, analisis lingkungan,
analisis topografi, dan analisis zoning kawasan. Berikut adalah penjelasan dari masing masing
analisis tapak pada wilayah perancangan :

5.2.1 Konstelasi
Kota Semarang
Kota Semarang merupakan Ibukota Provinsi Jawa Tengah yang memiliki luas wilayah 373,70
Km2. Kota Semarang terletak pada posisi astronomi diantara garis 650 - 710 Lintang Selatan dan
garis 10935-11050 Bujur Timur. Secara administratif Kota Semarang terbagi menjadi 16
Kecamatan dan 177 Kelurahan serta memiliki jumlah penduduk sebanyak 1.765.396 yang tersebar
pada seluruh kecamatannya. Dengan jumlah penduduk yang padat, Kota Semarang memiliki
aksesibilitas yang sangat padat sebagai kota metropolitan. Batas batas admisitrasi Kota
Semarang adalah :
Utara : Laut Jawa
Timur : Kabupaten Demak
Selatan : Kabupaten Semarang (Ungaran)
Barat : Kabupaten Kendal

Kecamatan Pedurungan
Salah satu kecamatan yang ada di Kota Semarang ialah Kecamatan Pedurungan, dengan
luas wilayah 1.984,948 Ha. Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Semarang No. 10 tahun 2004
tentang Rencana Detail Tata Ruang Kota Kota Semarang,Kecamatan Pedurungan termasuk dalam
Bagian Wilayah Kota (BWK) V (Lima) dan merupakan kecamatan yang direncanakan sebagai
pengembangan Perdagangan dan Jasa, Permukiman, Perguruan Tinggi, Industri dan Transportasi.
Adapun batas batas administrasi Kecamatan Pedurungan adalah sebagai berikut :
Utara : Kecamatan Genuk
Timur : Kecamatan Mranggen (Kabupaten Demak)
Selatan : Kecamatan Tembalang
Barat : Kecamatan gayamsari dan Kecamatan Semarang Selatan

Kelurahan Gemah
Kelurahan Gemah merupakan salah satu kelurahan yang terdapat pada Kecamatan
Pedurungan, Kota Semarang. Berdasarkan RDTRK Kota Semarang Kelurahan Gemah termasuk
dalam Blok 4,3 dalam BWK V dan berfungsi sebagai Permukiman, Perdagangan dan Jasa, campuran
Perdagangan dan Jasa Permukiman, Perkantoran, Pendidikan, Kesehatan, Peribadatan, Olahraga
dan Rekreasi, Pelayanan Umum, Jaringan dan Utilitas, Kenservasi dan Ruang Terbuka Hijau.
Kelurahan Gemah memiliki jumlah penduduk 19.806 jiwa dan kepadatan 198 jiwa/ha. Batas
batas administrasi Kelurahan Gemah adalahh :
Utara : Kelurahan Kalicari, Kelurahan Palebon, Kelurahan Pedurungan Tengah, dan pedurungan
Lor
Timur : Kelurahan Lamper Tengah (Kecamatan gayamsari)
Selatan : Kelurahan Sendangguwo (Kecamatan Tembalang), dan Kelurahan Kedungmundu
(Kecamatan Tembalang)
Barat : Kelurahan Pedurungan Kidul
Kelurahan Gemah dilalui oleh sumber tegangan listrik berupa Saluran Udara Tegangan
Tinggi, Saluran Udara Tegangan Tinggi, dann Saluran Udara Tegangan Menengah serta terdapat
Tempat Pembuangan Sampah pada Kelurahan Gemah.

Deliniasi Wilayah
Pada Wilayah Studi Perencanaan ini memiliki wilayah perancangan berada dibagian selatan
Kelurahan Gemah dan berbatasan dengan Kelurahan Sendangguwo yang dibatasi dengan Sungai
Banjir Kanal Timur. Lokasi perancangan tapak ini memiliki luas 17,8 Ha. Beribut adalah batas
wilayah studi lokasi perancangan mikro :
Utara : RT 5 RW VI kelurahan Gemah
Timur : Jalan Gemah Raya dan RW II Kelurahan Gemah
Selatan : Sungai Banjir Kanal Timur (BKT) dan Kelurahan Sendangguwo (Kecamatan Tembalang)
Barat : Jalan Raya Fatmawati (Jalan Kolektor Primer), Kecamatan Pedurungan, Kota Semarang
dan Pasar Pedurungan
5.2.2 Aksesibilitas
Peta Eksisting Peta Rencana Peta Zona Kawasan Perancangan

Zona Aksesibilitas Rendah

Zona Aksesibilitas Sedang


Zona Aksesibilitas Sedang

Zona Aksesibilitas Tinggi


Zona Aksesibilitas Tinggi

Data Analisis Respon

Pada kawasan perancangan mikro Aksesibilitas adalah derajad kemudahan yang Zona Publik
terdapat tiga hirarki jalan, yaitu : dapat dicapai oleh seseorang terhadap suatu objek, Merupakan zona kegiatan yang membutuhkan
Jalan Kolektor Sekunder (Jalan pelayanan ataupun lingkungan. Kemudahan akses ruang dengan tingkat aksesibilitas dan mobilitas
Fatmawati) tersebut diimplementasikan pada bangunan yang tinggi serta ruang dengan prasarana yang
Sebagai batas wilayah studi yang gedung, lingkungan dan fasilitas umum lainnya. padat. Zona ini akan diterapkan sepanjang jalan
memiliki lebar 8 meter dan dilalui Fatmawati.
oleh berbagai macam kendaraan Zona Aksesibilitas Tinggi
serta menjadi trayek transportasi Adalah zona yang dilewati hirarki jalan yang dapat Zona Semi Publik
umum, ditambah dengan lokasi dilalui kendaraan roda empat seperti mobil, bus, Zona semi publik bersifat setengah umum dimana
perancangan mikro berdekatan angkutan umum, kedaraan roda dua, serta pejalan semua orang dapat mengakses maupun
dengan Pasar Pedurungan kaki. Zona ini cocok untuk diperuntukkan sebagai menggunakannya tetapi dengan kondisi tertentu
sehingga aktifitas aksesibilitas kian zona publik, seperti zona perdagangan dan jasa, dimana orang tidak bisa dengan bebas
padat. Berdasarkan lebar jalan dan zona pendidikan, zona kesehatan dan lain menggunakannya. Penempatan zona Publik ini
jenis kendaraan pada Jalan sebagainya diletakkan pada sepanjang jalan Gemah Raya
Kolektor Primer, maka jalan
Fatmawati tergolong memiliki Zona Aksesibilitas Sedang Zona Privat
Aksesibilitas Tinggi Aksesibilitas menengah atau sedang adalah zona Zona Privat atau Zona Privacy adalah zona yang
Jalan lokal (Jalan Gemah Raya) dengan kondisi jalan yang hanya mampu dilalui bersifat tertutup dimana tidak sembarang orang
dengan lebar 4 meter, dalam oleh kendaraan golongan I dan golongan VI yaitu boleh mengakses, karena zona ini
keadaan eksisting dapat dilalui kendaraan roda empat, serta kendaraan roda dua mengutamakan kenyamanan, ketenangan dan
kendaraan golongan I (mobil roda dan pejalan kaki yang dimana memiliki fasilitas privasi. Maka zona aktivitas utama ini diletakkan
4) serta kendaraan golongan VI penunjang atau prasarana yang baik dengan jarak pada kawasan yang memiliki aksesibilitas sedang
(kendaraan bermotor roda dua), yang relatif jauh. Zona ini cocok untuk zona semi sebagai penunjang mobilitas. Zona privat terdiri
sehingga jalan Gemah Raya Publik. dari hunian atau permukiman llanded serta
tergolong memiliki Aksesibilitas hunian bertingkat.
Sedang Zona Aksesibilitas Rendah
Jalan lingkungan (Jalan) Adalah zona yang dilewati hirarki jalan lingkungan
Dengan lebar 3 meter, sehingga dengan lebar jalan yang tidak dapat dilalui oleh
hanya dapat dilalui oleh kendaraan kendaraan beroda empat atau lebih, dengan kata
golongan VI (kendaraan roda dua) lain hanya mampu dilali oleh kendaraan roda dua
dan sepeda. Berdasarkan lebar serta pejalan kaki. Zona ini cocok untuk zona privat
jalan dan jenis kendaraan pada
jalan lingkungan ini maka
termasuk golongan Aksesibilitas
Rendah.
5.2.3 View
Data Analisis Respon

View to site View to site View to site


Pemandangan yang dapat dilihat menuju Pemandangan yang ada di dalam lokasi Akan dilakukan penataan terhadap
site atau yang dapat dilihat dari luar lokasi perancangan yang dapat dilihat dari luar permukiman di sepanjang main enterance
perancangan mikro adalah deretan lokasi perancangan. dengan berbagai corak warna sehingga
perdagangan dan jasa. View from site dapat dilihat dari luar lokasi perancagan
View from site Pemandangan yang dilhat dari dalam mikro.
View from site dari lokasi perancangan lokasi perancangan ke sekitar atau luar View from site
mikro adalah Banjir Kanal Timur, akan lokasi perancangan. view to site dari lokasi perancangan mikro
tetapi dalam hal penataan dan nilai View though site yang nantinya akan dibangun tanggul pada
estetikanya masih sangat kurang. Pemandangan yang dilihat melalui sisi-sinya sebagai penahan serta sempadan
View trough site seberang lokasi perancangan. sungai dan riverwalk.
View through site dari lokasi perancangan View Through Site
dilihat dari seberang Banjir Kanal Timur, View through site dari lokasi perancangan
adalah deretan permukiman kumuh dan mikro akan memindahkan permukiman
permukiman ilegal. kumuh dan ilegal pada bantaran sungai dan
akan mendesain konsep river walk dan
terlihat dari view through site
5.2.4 Vegetasi
Peta Eksisting Peta Rencana

Data Analisis Respon

Pada kawasan perancangan mikro sebagian Terdapat beberapa fungsi tanaman menurut Pada jalur hijau di sepanjang jalan lokal
besar padat penduduk serta perdagangan dan Rustam Hakim, 2003 dalam buku Elemen Tata dan kolektor akan diletakkan vegetasi
jasa. Ruang Kota (Mirsa, 2012), yaitu: rendah dan jenis Kenari yang berfungsi
Minimnya Ruang Terbuka Hijau sebagai Kotrol pandangan: sebagai pembatas dan sebagai pelindung dan estetika.
daerah resapan dan sebagai paru paru lokasi view. Pada riverwalk akan diletakkan vegeasi
perancangan tapak atau pemasok oksigen Pegendali iklim: dapat menyerap panas dengan jenis Ramala yang berfungsi
alami. matahari. sebagai pelidung dan pencegah erosi.
Vegetasi yang berada pada kawasan Pencegah erosi: akar dari tanaman dapat
perancangan mikro adalah vegetasi tropis dan menahan lapisan tanah.
pohon pohon penghasil buah buahan Nilai estetis: dapat sebagai view dalam site.
seperti mangga, pisang, dan rambutan
5.2.5 Arah mata angin dan matahari
Data Analisis Respon

ANGIN ANGIN ANGIN

MATAHARI
MATAHARI
MATAHARI
ORIENTASI
SUMBU IDEAL
BANGUNAN

Arah matahari pada kawasan perancangan Peletakan bangunan agar sesuai dengan Orientasi bangunan natinya akan sejajar
mikro bergerak dari Timur (T) ke Barat (B) arah mata angin dan matahari ialah dengan dengan sumbu ideal (menghadap ke
Arah angin pada wilayah perancangan mengambil perpotongan sudut terkecil sungai atau ke jalan). Hal ini
bergerak dari arah Tenggara (Tg) menuju yang disebut sumbu ideal. dimaksudkan agar bangunan-bangunan
Barat Laut (BL) Sumbu Ideal merupakan garis perpotongan yang dibangun mendapat cahaya
antara jalur lintasan matahari dan jalur arah matahari yang cukup serta sirkulasi
angin. udara juga dapat berjalan lebih lancar.
Namun dalam penempatannya, tidak
semua bangunan mengikuti orientasi
sejajar sumbu ideal dikarenakan untuk
memaksimalkan penggunaan lahan.
5.2.6 Drainase
Data Analisis Respon

Arah aliran
drainase

Pada wilayah perancangan mikro terdapat tiga Menurut buku elemen Tata Ruang Kota Drainase tersier yang terdapat pada sisi
jenis drainase, yaitu (Mursa, 2012) standar kebutuhan masing-masing bangunan akan dilakukan
Drainase tersier, berada pada sepanjang drainase didasarkan pada kemiringan perkerasan dengan konsruksi tertutup.
jalan dan terletak di setiap sisi rumah dengan lahan. Drainase sekunder akan diletakkan di
perkerasan permukaan dan konstruksi Analisis drainase ini digunakan untuk bawah pedestrian ways sepanjang jalan
terbuka mengetahui sistem aliran air yang ada lingkungan, lokal, dan kolektor yang juga
Drainase sekunder, berada pada Jalan dalam kawasan pada suatu site plan. menjadi muara dari saluran drainase tersier.
Gemah Raya V dengan perkerasan tanah dan Dalam hal ini dibedakan menjadi 3 Drainase primer dari kawasan perancangan
terdapat sedimentasi serta menjadi pondasi kategori drainase, pertama drainase mikro yaitu Banjir Kanal Tmur yang
bangunan dan konstruksi terbuka. Drainase primer yaitu saluran air yang dapat menjadi muara dari drainase sekunder dan
tersebut sudah tidak berfungsi dengan menampung dan mengalirkan air dalam tersier.
sempurna, hanya sebagai tempat muara dari jumlah yang besar (sungai), kedua
limbah-limbah rumah tangga. drainase sekunder yaitu saluran air yang
Drainase primer. Berada pada bagian selatan menampung dan mengalirkan air dalam
wilayah perancangan mikro, yaitu Banjir jumlah yang kecil (selokan dan gorong-
Kanal Timur (BKT). Drainase primer menjadi gorong), drainasi tersier yaitu saluran air
daerah hilir dari drainase tersier dan drainase yang menampung dan mengalirkan air
sekunder. Kondisi drainase primer memiliki dalam jumlah yang kecil pada
perkerasan tanah sehingga menyebabkan permukiman.
rawan longsor, serta terdapat sedimentasi
yang mempersempit arus air.

5.2.7 Kebisingan
Data Analisis Respon

Zona
Kebisingan
Tinggi

Zona
Kebisingan Zona
Sedang Kebisingan
Rendah

Zona Kebisingan Tinggi: Zona Kebisingan Tinggi Zona Publik


Terdapat pada Jalan Fatmawati yang Terjadinya kebisingan tinggi karena Merupakan zona kegiatan yang
merupakan hirarki jalan kolektor sekunder. tapak berada di jalan utama yang membutuhkan ruang dengan tingkat
Jalan ini memiliki lebar 8m dua jalur dan berada pada lalu lintas yang cukup aksesibilitas dan mobilitas yang tinggi.
dilewati berbagai jenis kendaraan golongan I banyak dilalui kendaraan dan area Zona ini akan diletakkan sepanjang Jalan
(kendaraan roda 4, Pick Up/Truk Single), tersebut mangalami kemacetan pada Fatmawati dan Jalan Gemah Raya dengan
golongan II (Truk dengan 2 gardan), dan jam-jam tertentu. peruntukan Perdagangan dan Jasa.
golongan VI (Kendaraan roda dua)
Berdasarkan hasil survei lapangan, jalan ini Zona Kebisingan Sedang Zona Semi Publik
memiliki volume sebesar 1.291,3 smp Terjadi kebisingan sedang karena jalan Merupakan zona yang membutuhkan ruang
Berikut adalah hasil dan rincian perhitungan tersebut berada di jalan lingkungan dengan tingkat aksesibilitas maupun
serta data Traffic Counting: adanya permukiman berkepadatan mobilitas sedang. Zona ini akan diletakkan
tinggi dan jarak lokasinya yang terlalu sepanjang Jalan Karanglo dengan aktivitas
Hasil traffic counting (ruas kanan dan kiri): jauh dari jalan raya utama, sehingga campuran antara perdangan jasa dengan
Jumlah motor (MC): 2.886 frekuensi kebisingannya sedang. permukiman.
Jumlah mobil (LV): 916
Jumlah truck, bus (HV): 172 Zona Kebisingan Rendah Zona Privat
Total Kendaraan: 3.974 Terjadi karena area tapak tersebut Merupakan zona yang membutuhkan ruang
Volume Jalan berada jauh dari jalan utama, dengan yang mengutamakan kenyamanan,
MC: 1.443 permukiman berkepadatan tinggi ketenangan, dan privasi. Zona ini akan
LV: 916 dan jalan-jalan hanya berupa gang kecil. diletakkan di kawasan permukiman.
HV: 223,6
Volume : MC + LV + HV = 2.582,6
Zona Kebisingan Sedang
Tedapat pada Jalan Gemah Raya yang
merupakan hirarki jalan lokal. Jalan tesebut
memiliki lebar 4m. Dalam keadaan eksisting
dapat dilalui kendaraan golongan I (mobil
roda 4) serta kendaraan golongan VI
(kendaraan bermotor roda dua).
Berdasarkan hasil survei lapangan, jalan ini
memiliki volume sebesar 569,4 smp. Berikut
adalah hasil dan rincian perhitungan serta
data Traffic Counting:

Hasil traffic counting (ruas kanan dan kiri):


Jumlah motor (MC): 862
Jumlah mobil (LV): 128
Jumlah truck, bus (HV): 8
Total Kendaraan: 998

Volume Jalan
MC: 431
LV: 128
HV: 10,4
Volume : MC + LV + HV = 569,4

Zona Kebisingan Rendah


Terdapat pada jalan di dalam lingkungan
permukiman dengan lebar 3m. Jala tersebut
hanya dapat dilalui oleh kendaraan
golongan VI (kendaraan roda dua) dan
sepeda
5.2.8 Lingkungan

Data Analisis Respon


Lokasi perancangan belum memiliki Sempadan sungai Sempadan sungai di lokasi perancangan akan dirancang dengan membuat
ruang terbuka karena wilayahnya bertanggul didalam sempadan sungai, riverwalk, teras dan resto yang menghadap ke sungai. Lokasi
dipadati oleh bangunan. Lokasi kawasan perkotaan perancangan didukung oleh beberapa fasilitas, seperti pendidikan, ekonomi dan
perancangan yang sudah terlayani minimal memiliki lebar 3 kesehatan
fasilitas pendidikan, kesehatan, meter dari kaki luar
ekonomi dan peribadatan. Daerah tanggul (RTRW Kota
pinggiran sungai dipadati bangunan Semarang tahun 2011-
sehingga tidak terlihatnya garis 2031). Sehingga harus
sempadan sungai. Pada bagian terluar dilakukan normalisasi
yaitu jalan Fatmawati terdapat sungai dan relokasi
perdagangan dan jasa dan terutama permukiman yang
terdapat Pasar Pedurungan. Lokasi terdapat dibantaran
perancangan juga tumbuh tempat kos- sungai agar
kosan karena dekat dengan Universitas mengembalikan lagi
Muhammadiyah Semarang. fungsi dari bantaran dan
sempadan sungai.
5.2.9 Topografi

Data Analisis Respon


Kemiringan tanah berkisar pada Berdasarkan SNI 1733-3-2004, Lokasi perancangan sudah sesuai untuk menjadi kawasan terbangun
0-15% dan banyak dipadati oleh Topografi untuk kesesuaian dengan kemiringan 0-15%. Pembangunan akan menyesuaikan dengan
bangunan rumah masyrakat. lahan peruntukkan permukiman kelerengannya. Tetapi, tidak diizinkan untuk membangun permukiman
Lokasi perancangan memiliki adalah 015%. Topografi ini dibantaran sungai. Aliran drainase yang akan dirancang akan mengarah
garis kontur 20 meter dengan tergolong pada topografi datar menuju sungai dan kearah barat atau tempat yang lebih rendah.
interval 5 meter. Aliran drainase dan landai yang dapat dilakukan
mengarah ke barat dan ada pembangunan didaerah
yang langsung menuju sungai. tersebut. Kelerengan tersebut
mendukung untuk terjadinya
pembangunan yang akan
dirancang pada lokasi
perancangan.
5.2.10 Zoning kawasan

Sumber: Hasil Analisis Kelompok Studio Perancangan 2E, 2017


Gambar 5.
Peta Zonasi Lokasi Perancangan

Pada lokasi perancangan akan dirancang menjadi 4 fungsi kawasan, yaitu : permukiman,
perdagangan dan jasa, ruang terbuka dan rekreasi. Fungsi kawasan sebagai permukiman akan
dirancang kedalam 2 bentuk pola, yaitu vertikal dan horinzontal (landed). Permukiman vertikal
yang dirancang adalah RUSUNAWA, RUSUNAWA tersebut untuk menempatkan masyarakat yang
bertempat tinggal dibantaran sungai. Permukiman horizontal adalah permukiman eksisting yang
akan ditata dengan rapi dan memberikan warna yang unik pada bangunan setiap rumah agar
menjadi tujuan wisata juga. Kawasan permukiman juga akan dilengkapi oleh sarana dan prasarana
pendukung. Perdagangan dan jasa akan dibangun dibantaran sungai dengan menghadap ke sungai
sehingga memiliki pemandangan (view) sungai, sehingga dapat mendukung rekreasi yang akan
dirancang dipinggir sungai. untuk mengatasi permasalahan permukiman kumuh yang terjadi di
bantara sungai Banjir Kanal Timur (BKT) dan mengembalikan fungsi bantara sungai dan sempadan
sungai pada lokasi rancang yang terdapat di Kelurahan Gemah. Tingkat aksesibilitas lokasi
perencanaan ini mudah karena dilalui jalan kolektor (Jalan fatmawati) dan dekat dengan jalan arteri
(Jalan Brigjen Sugianto/Majapahit) dan dapat mendukung kawasan perdagangan dan jasa yang
akan dirancang.
5.3 Analisis Infrastruktur
Infrastruktur adalah fasilitas fasilitas fisik yang dibutuhkan oleh masyarakat atau agen agen publik dan untuk fungsi fungsi pemerintahan dalam
penyediaan Jalan, Air, Listrik, Persampahan dan sebagainya. Analisis Infrastruktur dalam perencanaan perancangan kawasan banjir kanal timur bertujuan
untuk merencanakan jaringan prasarana dan pengadaan sarana pada lokasi memberikan output atau respon yang diperoleh dari hasil komparasi antara
data, teoristik, dan analisis. Respon tersebut merupakan rencana yang akan diterapkan pada kawasan perancangan mikro. Analisis Infrastruktur yang akan
dilakukan meliputi Jaringan Jalan, Persampahan, Listrik dan Telekomunikasi, Air Bersih, Drainase, serta Sanitasi. Hal ini berguna untuk menciptakan
pelayanan pelayanan yang berkaitan dengan permumahan bagi penduduk pada lokasi perancangan.

5.3.1 Jaringan Jalan


Eksisting Rencana

Data Analisis Respon


Kondisi eksisting infrastruktur jalan pada wilayah Teori Jalan Kolektor Sekunder
perancangan mikro terbagi menjadi 3 hirarki jalan, Jalan kolektor sekunder disesain berdasarkan Jalan kolektor sekunder yang mendapat pelebaran
yaitu : pengguna jalan yang berkecapatan rencana paling jalan menjadi selebar 17 meter adalah Jalan
rendah 20 km/jam dan dengan lebar jalan tidak Fatmawati, Semarang. Karena pada daerah
Jalan Kolektor Sekunder kurang dari 7 meter. Daerah Pengawasan Jalan khususnya didepan pasar Pedurungan adalah titik
Kondisi Eksisting : tidak kurang dari 7 meter. dimana kepadatan jalan terjadi yang diakibatkan
Keseluruhan jalan beraspal dengan lebar jalan 8 Berdasarkan hasil Traffic Counting Kelompok 2e, karena aktivitas pasar Pedurungan yang berada
meter, tidak memiliki trotoar atau pedestrian. Pada jalan fatmawati sebagai jalan kolektor sekunder disebelah timur kawasan perancangan dan sangat
jam jam padat (07.00 14.00) sering terjadi memiliki level of service sebesar 0,9505 mempengaruhinya.
kemacetan, fungsi kawasan yang dilalui jalan
kolektor sekunder lokasi perancangan adalah Jalan lokal primer didesain berdasarkan kecepatan Jalan Lokal
sebagai perdagangan dan jasa. Sempadan jalan rencana paling rendah 10 km/jam dan dengan lebar Jalan lokal sekunder yang dimaksud adalah jalan
pada wilayah studi hampir tidak ada dikarenakan badan jalan tidak kurang dari 5 meter. Persyaratan Gemah Raya V, dan jalan Karanglo Raya dimana
digunakan para PKL untuk mendirikan teknis diatas diperunntukkan bagi kendaraan memiliki lebar jalan 4 meter dan akan mengalami
warung/toko dengan bangunan permanen, selain beroda tiga atau lebih. Jalan lokal sekunder yang pelebaran menjadi 5 meter sesuai dengan SNI, serta
itu lokasi yang berseberangan dengan Pasar tidak diperuntukkan bagi kendaraan beroda tiga sebagai pelengkap damija akan ditambahkan jalur
Pedurungan yang memiliki aktifitas yang sangat pedestrian pada sepanjang jalan lokal.
atau lebih harus mempunyai lebar badan jalan tidak
padat. kurang dari 3,5 meter. Dawasja tidak kurang dari 4
Jalan Lingkungan
meter. Jalan lokal primer tidak terputus walaupun
Jalan lingkungan yang dimaksud adalah jalan yang
memasuki desa.
berada pada lirarki terbawah dan jalan yang terletak
Berdasarkan hasil Traffic Counting Kelompok 2e,
pada permukiman yang memiliki zona privat. Yang
jalan fatmawati sebagai jalan kolektor sekunder
masing masing akan mengalami pelebaran
memiliki level of service sebesar 0,381104
menjadi 5 meter sesuai dengan SNI 03 6967 2003

Jalan Lingkungan didesain berdasarkan kecepatan


rencana paling rendah 10 Km/jam. Lebar jalan tidak
kurang dari 5 meter dan Dawasja 5 meter.

Sumber : SNI 03 6967 2003; Lampiraan Peraturan


Menteri Pekerjaan Umum 15 Desember 2011
Analisis :
Jalan Kolektor Sekunder
Dengan tingkat kepadatan yang tinggi yaitu
memiliki level of service sebesar 0,9505 serta memili
artian bahwa jalan kolektor sekunder memiliki arus
yang tidak stabil, berkecepatan rendah dan berbeda
beda, dan memiliki volume yang mendekati
kapasitas, yang disebabkan oleh beberapa faktor
seperti banyak kendaraan yang berhenti, kendaraan
keluar dan masuk pada kawasan permukiman, tidak
adanya trotoar yang menyebabkan banyaknya
pejalan kaki yang mengganggu arus lalu lintas
bahkan membahayakan pejalan kaki itu sendiri.
Jalan Lokal Oleh sebab itu jalan kolektor sekunder harus
Kondisi Eksisting : mengalami perubahan, diantaranya dengan
Pada wlayah perancangan mikro, hirarki jalan lokal pelebaran jalan dari 8 meter menjadi 17 meter yang
berada pada jalan gemah raya, dan memiliki lebar meliputi dawasja 9 meter, serta pedestrian dan
jalan 4 meter serta memiliki perkerasan aspal. Pada vegetasi 8 meter yang terbagi menjadi dua.
kondisi eksisting, jalan lokal tidak ditemui banyak
masalah seperti kemacetan, dan berfungsi sebagai Jalan Lokal
penghubung antara jalan kolektor sekunder dan Berdasarkan Standar Nasional Indonesia tentang
jalan lingkungan. Akan tetapi jalan kolektor Persyaratan umum sistem jaringan dan geometrik
eksisting tidak memiliki pedestrian, serta jalan perumahan, lebar jalan lokal minimal harus
minimnya vegetasi pada sepanjang jalan lokal. memiliki lebar 5 meter, sedangkan kondisi eksisting
jalan lokal lokasi perancangan mikro hanya memiliki
lebar 4 meter, serta kepadatan jalan sebesar 0,381
yang berarti arus bebas, volume rendah, dan
kecepatan tinggi, pengemudi dapat memilih
kecepatan yang dikehendaki. Selain itu jalan lokal
harus memiliki pedestrian untuk pejalan kaki, hal ini
dikarenakan kurangnya ruang gerak untuk pejalan
kaki yang mengakibatkan terganggunya arus lalu
lintas serta membahayakan pejalan kaki itu sendiri.
Jalan Lingkungan
Meninjau kondisi jalan lingkungan yang memiliki
lebar hanya 3 meter, tidak memiliki pedestrian dan
hampir tidak adanya sepadan jalan, maka jika
disesuaikan dengan SNI maka jalan lingkungan akan
dilebarkan menjadi 5 meter serta disediakan
pedestrian selebar 1 meter agas dapat
mengakomodasi pejalan kaki

Jalan Lingkungan
Pada wilayah perancangan, jalan lingkungan
memiliki perkerasan paving serta memiliki lebar
jalan 3 meter. Jalan lingkungan eksisting tidak
memiliki trotoar serta garis sepadan jalan yang
hampir tidak ada karena penduduk yang
membangun rumah tanpa memperhatikan
sepadan jalan.
5.3.2 Jaringan Listrik dan Telekomunikasi
Data Analisis Respon

Berdasarkan kondisi eksisting, seluruh hunian pada Aliran listrik (PT. PLN Persero): Jaringan listrik dan jaringan telepon yang akan
kawasan perancangan telah teraliri listrik Pusat Pembangkit Listrik Dari pembangkit melalui diterapkan pada kawasan perancangan mengikuti
Kondisi eksisting aliran listrik dari pembangkit SUTET dengan tegangan 150 kV dialirkan ke stasiun pola jaringan jalan yang ada agar setiap rumah
hingga ke rumah tangga: penerima atau gardu primer Dari stasiun penerima dapat terjangkau.
Pusat Pembangkit Listrik (Trafo Banten) Dari atau gardu primer melalui SUTT dengan tegangan 20 Rencana aliran listrik:
pembangkit melalui SUTET dengan tegangan 150 kV dialirkan ke stasiun distribusi atau gardu sekunder Pusat Pembangkit Listrik (Trafo Banten) Dari
kV dialirkan ke stasiun penerima atau gardu primer Dari gardu sekunder didstribusikan melalui SUTM pembangkit melalui SUTET dengan tegangan 150
(Gardu Ungaran) Dari stasiun penerima atau ke SUTR ditransmisi 20 kV menjadi 220 V Di SUTR kV dialirkan ke stasiun penerima atau gardu primer
gardu primer melalui SUTT dengan tegangan 20 ditansmisi 220 V yang dialirkan ke perumahan, gedung (Gardu Ungaran) Dari stasiun penerima atau
kV dialirkan ke stasiun distribusi atau gardu dan perkantoran, serta industri. gardu primer melalui SUTT dengan tegangan 20
sekunder (Gardu Simpang Lima) Dari gardu Berdasarkan SK Menteri Permukiman dan kV dialirkan ke stasiun distribusi atau gardu
sekunder didstribusikan melalui SUTM ke SUTR Prasarana No. 534/KPTS/M/2001, perkiraan sekunder (Gardu Simpang Lima) Dari gardu
ditransmisi 20 kV menjadi 220 V Di SUTR kebutuhan listrik di masa yang akan datang sekunder didstribusikan melalui SUTM ke SUTR
ditansmisi 220 V yang dialirkan ke setiap rumah dengan menggunakan asusmsi: ditransmisi 20 kV menjadi 220 V Di SUTR
a. Kebutuhan listrik rumah tangga adalah 150 ditansmisi 220 V yang dialirkan ke setiap rumah
VA/Jiwa atau 0,15 KVA/Jiwa. dan industri keci
b. Kebutuhan listrik non-rumah tangga adalah 41,5% Kebutuhan listrik rumah tangga total pada kawasan
yang terbagi untuk: perancangan adalah 308.529 VA/hari, kebutuhan
1) Penerangan jalan = 1.5% listrik non rumah tangga kebutuhan total 527.400
2) Komersial = 15% (VA/hari)
3) Pemerintah dan pelayanan umum = 15% o Penerangan jalan sebesar 7.911 VA/hari
4) Cadangan = 10% o Kawasan komersial sebesar 79.110 VA/hari
o Pemerintah dan pelayanan umum 79.110
VA/hari
o Cadangan sebesar 52.740 VA/hari

Tabel 5.
Analisis Perhitungan Kebutuhan Listrik Domestrik
Proyeksi Jumlah Penduduk Konsumsi Listrik per Jiwa Target penduduk yang
Kebutuhan (VA/hari)
(Jiwa) (VA/hari) terlayani (%)

3.516 150 100 527.400


Tabel 5.
Analisis Perhitungan Kebutuhan Listrik Non Domestrik
Rumah Tangga Penerangan Jalan Pemerintah/Pelayan
Komersial (VA/hari) Cadangan (VA/hari)
(VA/hari) (VA/hari) an Umum (VA/hari)
Jumlah (VA/hari)
58,5% 1,5 % 15% 15% 10%

308.529 7.911 79.110 79.110 52.740 527.400

Kebutuhan air bersih per jiwa untuk setiap kebutuhan ruang, ditentukan dari analisis kebutuhan air bersih menggunakan standar-standar
perhitungan yang telah ditetapkan. Perhitungan kebutuhan air bersih baik domestik maupun non domestik menggunakan kriteria Dinas PU Cipta Karya
SK SNI Air Minum tahun 2010 tentang penyusunan neraca sumber daya air spasial. Dengan adanya analisis kebutuhan air ini ditargetkan kebutuhan air
bersih penduduk dapat dipenuhi dengan tingkat pelayanan hingga 100% dari jumlah penduduk dan jumlah unit fasilitas pada kawasan perancangan mikro.
Berikut merupakan analisis perhitungan kebutuhan air bersih domestik dan non domestik:
a. Hunian
Menurut kriteria perencanaan Ditjen Cipta Karya Dinas PU SK SNI Air Minum tahun 2010, konsumsi sambungan rumah tangga diasumsikan 70
liter/orang/hari. Berikut merupakan analisis kebutuhan untuk air bersih rumah tangga di kawasan perancangan mikro:

Tabel 5.
Kebutuhan Air untuk Sambungan Rumah Tangga
Proyeksi Jumlah Tingkat Pelayanan Jumlah Terlayani Konsumsi air rata- Jumlah Pemakaian Jumlah Kebutuhan
Penduduk (Jiwa) (%) (Jiwa) rata (liter/jiwa/hari) (liter/hari) air (liter/detik)

3.516 100% 3.516 70 246.120 2,84


b. Fasilitas Pendidikan
Fasilitas pendidikan berfungsi untuk melayani masyarakat sehingga pertumbuhan kebutuhan air bersih untuk pelayar diasumsikan sama seiring
dengan pertumbuhan penduduk. Berdasarkan peraturan Dinas PU Cipta Karya SK SNI Air Minum, faktor yang diperhitungkan adalah jumlah murid
dengan kebuthan air 10 liter/siswa/hari. Berikut merupakan perhitungan kebutuhan air fasilitas pendidikan kawasan mikro:
Tabel 5.
Kebutuhan Air Fasilitas Pendidikan pada Kawasan Mikro
Konsumsi air rata-rata Jumlah Pemakaian Jumlah Kebutuhan air
Jumlah Pelajar (Jiwa)
(liter/siswa/hari) (liter/hari) (liter/detik)

875 10 8.750 0,1

c. Fasilitas Peribadatan
Pada peraturan yang ditetapkan Dinas PU Cipta Karya SK SNI Air Minum tahun 2010, didapatkan untuk konsumsi air rata-rata pada masjid adalah sebesar
3.000 liter/unit/hari dan mushola sebesar 2.000 liter/unit/hari. Berikut perhitungan kebutuhan air untuk masjid dan mushola dapat dilihat pada tabel
berikut:

Tabel 5.
Kebutuhan Air Fasilitas Peribadatan pada Kawasan Mikro
Konsumsi air Jumlah Pemakaian Jumlah Kebutuhan
Fasilitas Jumlah
Tahun rata-rata (liter/hari) air (liter/detik)
Peribadatan (unit)
(liter/unit/hari)

Masjid 2017 1 3.000 3.000 0,03

Mushola 2017 4 2.000 8.000 0,09


5.3.3 Jaringan Drainase
Eksisting Rencana

Data Analisis Respon


Saluran drainase berupa saluran drainase Teori Drainase Tersier yang terletak di daerah
terbuka sebesar 55% dari total luas drainase permukiman sebagai input pertamanya
kawasan perancangan mikro, dan 45% drainase berasal dari rumah yang mempunyai sistem
tertutup yang berada dipermukiman yang Sistem yang mengikuti jaringan jalan dan
terletak pada depan rumah Penempatan Fungsi Dimensi menyalurkan air hujan yang jatuh di Damaja
Drainase
yang diteruskan ke saluran drainase
Sekunder.
Tidak Dikedua sisi Hanya Minimum Drainase Sekunder di wilayah perancangan
Terpadu badan jalan menyalurkan sesuai mikro terletak pada Galan Gemahh Raya,
(sebagai air hujan persyaratan harus menerima normalisasi drainase agar
bagiian yang jatuh di umum dan fungsinya berjalan dengan normal sehingga
jalan) Damaja disesuaiuai dapat menerima input dari drainase tersier
(sesuai hujan persyaratan yang kemudian diteruskan sejajar dengan
rencana) umumkan pola jaringan jalan menuju drainase primer
dengan
perhitungan Drainase Primer pada kawasan
Debit perancangan mikro adalah Banjir Kanal
Rencana Timur (BKT) dan harus menerima
Drainase Primer (Banjir Kanal Timur)
pengerukan untuk mengurangi sedimentas.
Mengalami pendangkalan akibat sedimentasi
Pengerukan dilakukan karena BKT adalah
drainase alamiah oleh sebab itu
sedimentasi akan selalu ada dan harus
Terpadu Sebagai Menyalurkan Minimum dilakukan pengerukan bertahap.
median debit hujan sesuai
(Saluran rencana persyaratan
primer yang yang jatuh di umum dan
bermuara di seluruh area disesuaikan
saluran termasuk dengan
alamiah) Damaja perhitungan
Debit
Rencana

Drainase Sekunder yang berada pada Jalan


Gemah Raya V
Mengalami penyusutan aliran drainase akibar Di kedua sisi
sedimentasi. badan jalan
Drainase Tidak Terpadu adalah saluran drainase
yang mengikuti sistem jaringan jalan dan berfungsi
sebagai saluran yang menyalurkan air hujan yang
jatuh di DAMAJA, bukan sebagai saluran primer
drainase permukiman
Drainase Terpadu adalah saluran drainase yang
mengikuti sistem jaringan jalan dan berfungsi
sebagai saluran yang menyalurkan air hujan yang
Drainase Sekunder yang berada pada jalan jatuh di seluruh area termasuk Damaja
Karanglo Raya
Mengalami penyumpatan karena penumpukan
sampah Analisis
Drainase Tersier pada permukiman akan dibentuk
mengikuti pola jaringan jalan lingkungan yang
menerapkan konsep drainase tidak terpadu yang
bermuara pada drainase sekunder.
Drainase Sekunder dibentuk mengikuti pola jaringan
jalan dan berfungsi sebagai saluran yang
menyalurkan air hujan yang jatuh di DAMAJA dan
yang jatuh pada kawasan permukiman dan akan
diteruskan ke drainase primer. Drainase sekunder
harus terbebas dari penumpukan sampah agar tidak
terjadi peluapan akibat penyumbatan saluran
Drainase Sekunder yang berada pada permukiman drainase.
Mengalami perkerasan pada penampang Drainase Primer adalah drainase alamian, yang
drainase. menerima input dari drainase tersier dan drainase
sekunder. Drainase primer harus dilakukan
pengerukan dan normalisasi sungai untuk
mendukung fungsinya.
5.3.4 Jaringan Air Bersih
Data Analisis Respon

Berdasarkan kondisi eksisting, seluruh permukiman Menurut kriteria perencanaan Ditjen Cipta Sumber air bersih yang berasal dari PDAM dengan
sudah dijangkau oleh jaringan air bersih. Jaringan air Karya Dinas PU, maka: menggunakan pipa-pipa yang mengikuti jaringan
bersih tersebut berupa jaringan air bersih sekunder 1) Konsumsi sambungan rumah tangga 70 jalan
yang terletak di dalam tanah di sepanjang jalan liter/orang/hari. Kebutuhan air domestik kawasan mikro adalah
lingkungan eksisting: 2) Konsumsi sambungan hidran umum adalah 246.120 liter/hari dengan jumlah kebutuhan air
Air bersih yang digunakan masyarakat yaitu sumur 30 liter/orang/hari. 2,84 liter/detik (tabel)
artetis (85%) dan PDAM (15%) 3) Perbandingan antara sambungan rumah Kebutuhan air non domestik berupa fasilitas
Skema jaringan air bersih: tangga dan hidran umum adalah : SR : HU = pendidikan sebesar 8.750 liter/hari sedangkan
70 : 30 fasilitas peribadatan berupa masjid sebesar 3.000

Jaringan Sedangkan kebutuhan air non domestrik liter/hari atau 0,03 liter/detik, sedangkan mushola
Penyimpanan Pemakaian
Jaringan Distribusi menurut kriteria perencanaan Dinas PU: jumlah kebutuhan air 8.000 liter/hari atau 0,09
Transmisi 1) Sekolah : 10 liter/murid/hari liter/detik. (tabel)
Sumber Air
Bersih
2) Rumah sakit : 200 liter/bed/hari
3) Puskesmas : 2.000 liter/unit/hari
4) Masjid : 3.000 liter/unit/hari
5) Pasar : 12.000 liter/hektar/hari
6) Kawasan industri : 0,2 0,8
liter/detik/hektar

5.3.5 Jaringan Sanitasi


Data Analisis Respon

Tangki septik komunal


Kawasan slum area tidak memiliki tangki untuk permukiman dekat
septik sempadan sungai

- Limbah berupa lumpur yang masuk ke dalam - Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan - Untuk perumahan disepanjang bantaran
septic-tank yang terdapat pada tiap-tiap Umum Nomor : 14 /Prt/M/2010 Tentang sungai perlu adanya sistem sanitasi
rumah warga (sistem konvensional) pada Standar Pelayanan Minimal yaitu untuk skala - Penyediaan sumur resapan untuk limbah cair
kawasan perumahan dan pada permukiman lingkungan harus tersedianya sistem air pada setiap pada rumah dan pada
bantaran sungai limbah langsung dibuang ke limbah yang memadai dan sistem air limbah permukiman sepanjang sempadan sungai
sungai melalui pipa-pipa dengan skala komunitas. dapat dilakukan secara komunal
- Limbah cair langsung dilairkan ke jaringan - Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan - Sumur resapan terhubung dengan drainase
drainase tanpa adanya penyaringan terlebih Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2014 tertutup sehingga setelah melalu proses di
dahulu pada kawasan perumahan dan Tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat sumur resapan
langsung ke sungai pada permukiman yaitu untuk menyalurkan limbah cair rumah - Pengadaan tangki septik pada permukiman
disepanjang bantaran sungai tangga diperlukan sarana berupa sumur disekitar bantaran sungai secara komunal
- lokasi titik tertinggi dan titik terendah resapan dan saluran pembuangan air limbah yaitu 10 kk memiliki minimal 1 tangki septik
sebagai pertimbangan pengelolaan sanitasi. rumah tangga. Limbah cair rumah tangga
yang berupa tinja dan urine disalurkan ke
tangki septik yang dilengkapi dengan sumur
resapan. Limbah cair rumah tangga yang
berupa air bekas yang dihasilkan dari
buangan dapur, kamar mandi, dan sarana
cuci tangan disalurkan ke saluran
pembuangan air limbah.
Dalam pengelolaan Limbah cair kamar
mandi dan dapur tidak boleh tercampur
dengan air dari jamban, limbah yang
dihasilkan tidak boleh menimbulkan bau dan
genangan. Saluran limbah rumah tangga
terhubung dengan saluran limbah komunal
(drainase tertutup khusus limbah rumah
tangga) atau sumur resapan.

- Limbah cair yang telah melalui tahap


penyaringan pada sumur resapan langsung
dialirkan ke saluran drainase tertutup.
- Sedangkan untuk pengelolaahan limbah
lumpur/padat kawasan sekitar bantaran
sungai yaitu dengan mengadakan tangki
septik. Berdasarkan minimnya lahan maka
pengadaan tangki septik dilakukan secara
komunal yaitu setiap 10 kk memiliki 1 tangki
septik. Hal ini sesuai dengan Tata Cara
Perencanaan Tangki Septik Dengan Sistem
Resapan SNI : 03-2398-2002 yaitu
penggunaan tangki septik maksimal untuk 10
KK dengan asumsi setiap rumah adalah 5
orang.
-

5.3.6 Jaringan Sampah


Data Analisis Respon
Jarak TPS 600 m dari lokasi Perancangan

Tong sampah perumahan


Rencana TPS Rencana TPS

Data Analisis Respon


- - Pada kawasan perancangan tidak tersedia TPS - penempatan lokasi TPS 3R sedekat mungkin -Pada setiap beberapa unit rumah akan
pada kawasan perancangan dengan daerah pelayanan dengan radius tidak disediakan tong sampah yang telah dikelompokan
- - Berdasarkan survey lapangan dan wawanacara lebih dari 1 km, lokasinya mudah diakses, tidak berdasarkan jenis sampah yang ada (organik dan
dengan penduduk setempat pengelolaan sampah mencemari lingkungan, TPS 3R sebagaimana anorganik). Selain itu belum adanya fasilitas untuk
dilakukan oleh setiap RT. Masyarakat membayar dimaksud pada ayat (1) termasuk skala pengelompokan sampah seperti tong sampah
retribusi sebesar Rp 10.000,00 per rumah tangga lingkungan hunian dilaksanakan dengan metode organik dan anorganik , dan setiap rumah tangga
setiap bulannya untuk pengelolaan sampah. berbasis masyarakat. (3) Keberadaan TPS 3R tidak memungkinkan untuk menyediakan sendiri
Petugas sampah nantinya akan mengangkut sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat karena sebagian besar masyarakat merupakan
sampah setiap 2-3 hari sekali ke setiap rumah diintegrasikan dengan sistem pengelolaan masyarakat berpenghasislan menegah ke bawah.
warga yang nantinya akan dibuang menuju TPS sampah berbasis masyarakat seperti bank Selain itu untuk masyarakat kelas rendah yang
yang ada di kelurahan Gemah yaitu dibelakang sampah. sebelumnya lebih memilih untuk membuang
kantor Kecamatan Pedurungan. Namun masih - dalam pendistribusian sampah rumah tangga sampah ke sungai akan lebih menurun karena
ada beberapa warga yang membuang sampah digunakan pola individual langsung. Hali ini adanya tong sampah komunal.
langsung ke sungai dan dibakar langsung yaitu berdasarkan karakteristik kawasan yang sesuai -Sampah akan diangkut sehari sekali dari tiap
masyarakat yang berada pada bantaran sungai. dengan kriteria yaitu kondisi jalan cukup lebar hunian menggunakan gerobak sampah menuju
dan operasi tidak mengganggu pemakai jalan TPS
lainnya, kondisi dan jumlah alat memadai, jumlah - Pola pengangkutan dan pengumpulan sampah
timbunan sampah > 0,3 m3/hari serta umumnya dibagi menjadi 2 jenis yaitu :
pada lokasi disekitar jalan protokol. Pola a. Pola individual langsung untuk fasilitas dan
pendistribusian ini digunakan pada sepanjanag rumah disepamnjang jalan fatmawati
ruas jalan fatmawati. b. Pola komunal tidak langsung, pada kawasan
- dalam pendistribusian sampah rumah tangga perumahan
digunakan Pola komunal tidak langsung. Hali ini - penyediaan TPS baru dengan volume 6m3 untuk
berdasarkan karakteristik kawasan yang sesuai menampung sampah di kawasan
dengan kriteria yaitu pserta masyarakat aktif,
kondisi topografi relatif datar. Wadah komunal
ditempatkan sesuai dengan kebutuhan dan
lokasi yang mudah dijangkau alat pengumpul
pemakai jalan lainnya;
-berdasarkan SNI 04-6267.601-2002 setiap 2500
jiwa (RW) harus terdapat gerobak sampah
dengan volume 2m3 dan bak sampah kecil
dengan volume 6 m3 dengan jarak bebas
TPS dengan lingkungan Hunian minimal 30m. Hal
ini didasari oleh perhitungan jumlah penduduk
rencana yaitu 3.428 jiwa dengan asumsi setiap
orang menghasilkan 2 liter sampah perhari.
Asumsi didapat dari wawancara penduduk
setempat yaitu jumlah konsumsi sampah 15-25
liter per KK.

Tabel
Timbunan Sampah Lokasi Perancangan Mikro
Jumlah Timbunan sampah Domestik Timbunan sampah Non Domestik Total (liter/hari)
penduduk (liter/hari) (liter/hari)
Eksisting 3.145 6.290 1572,5 7862
Rencana 3.428 6.856 1714 8570
5.4 Analisis Kriteria Terukur
5.4.1 KDB
Nilai KBD merupakan persentase maksimal luasan lahan yang dapat dibangun pada kawasan
perancangan mikro
Menentukan Koefisian Pengambilan Air Tanah
Iinf =SxA
= 0,001 x 158.000 m2
= 158 liter/menit
= 2,63 liter/detik
Menentukan Debit Infiltrasi Air Tanah
Qinf = C x I x A
= 1,8 x 7,678 x 10-8 x 158 x 103 m2
= 0,02 m3/detik
= 20 liter/detik
Menentukan Debit Infiltrasi untuk Tanah Seluas 1 Ha
Q1Ha = (1 Ha x Qinf) / A
= (1 Ha x 20) / 15,8 Ha
= 1,26 liter/detik/Ha
Menentukan open space
OS = Iinf / Q1Ha
= 2,63 / 1,26
= 2,08 Ha
KDB Kawasan Permukiman
KDB = [(A-OS) x 100%] / A
= [(15,8 2,08) x 100%] / 15,8
= 86,83% (90%)
Koefisien Dasar Bangunan (KDB) di lkawasan perancangan sebesar 86,83% dibulatkan menjadi
90%. Kaoeifisien Dasar Bangunan (KDB) 90% berarti luas total lahan terbangun kawasan
perancangan adalah 80% dari luas lahan dan luas total fungsi terbangun kapling adalah 90% dari
luas kapling yang ada. Jadi Koefisien Dasar Bangunan pada lokasi perancangan adalah 142.200 m2
dari 158.000 m2 lahan terbangun dan sisanya untuk ruang terbuka dan sirkuasi.

5.4.2 KLB
5.4.3 Jarak Antar Bangunan
Jarak antar bangunan merupakan jarak terkecil yang diukur diantara permukaan
permukaan denah dari bangunan-bangunan atau jarak antara dinding terluar yang berhadapan
antar dua bangunan. Terdapat dua perhitungan jarak antar bangunan yaitu perhitungan ALO
dan berdasarkan persyaratan dari Dinas PU.

Berdasarkan ALO =

Jarak Antar Bangunan =

= 24 meter
Berdasarkan peraturan Dinas Pekerjaan Umum
Tinggi Bangunan Jarak Bangunan (meter)
0-8 3
8 - 14 3-6
14 - 40 68
>40 >8

Berdasarkan persyaratan ukuran tinggi dari jarak bangunan, dapat diketahui bahwa jarak
bangunan minimal untuk bangunan dengan tinggi 24 meter adalah 6 8 meter.

5.4.4 GSB
Berdasarkan penjelasan di Pasal 13 UndangUndang No 28 Tahun 2002, garis sempadan
bangunan merupakan sebuah garis yang membatasi jarak bebas minimum dari sisi terluar sebuah
masa bangunan terhadap batas lahan yang dikuasai atau batas bangunan yang diperbolehkan
untuk dibangunrumah atau gedung. Berikut perhitungan garis sempadan bangunan pada kawasan
perancangan mikro:
Lebar
Jenis Jalan Lebar Jalan Kecepatan t (detik)
Trotoar
Jalan Lokal 6,5 meter 1,5 meter 37 mil/jam a1 = x 6,5 1,22
+ 1,5 = 4,75
meter
Jalan Lingkungan 4 meter 1 meter 19 mil/jam b1 = x 4 + 0,9
1 = 3 meter
GSB Jalan Lokal dengan Lingkungan
1) Menghitung Da
Da = 0,063 (Va)2 + 1,47 (ta) (Va) + 16
= 0,063 (37)2 + 1,47 (1,22) (37) + 16
= 168,6 feet
= 52 meter
2) Menghitung Db
Vb = (Db 16) Va / Da
19 = (Db 16) 37 / 52
Db = 42,7 meter
3) Menghitung a2 dan b2
Menghitung a2; b2 = 0
Db = (a1 + a2) (Da) / Da (b1 + b2)
42,7 = (4,75 + a2) (52) / 52 (3+0)
a2 = 35,48 meter
Menghitung b2; a2 = 0
Db = (a1 + a2) (Da) / Da (b1 + b2)
42,7 = (4,75 + 0) (52) / 52 (3+b2)
b2 = 35,48 meter
4) Menghitung GSB
GSB Jalan Lokal
a = a1 + a2 = 4,75 + 35,48 = 40,23 meter
GSB Jalan Lingkungan 2
b = b1 + b2 = 3 + 35,48 = 38,48 meter

GSB Jalan Lingkungan 1 dengan Jalan Lingkungan 2


5) Menghitung Da
Da = 0,063 (Va)2 + 1,47 (ta) (Va) + 16
= 0,063 (19)2 + 1,47 (0,9) (19) + 16
= 63,88 feet

5.4.5 Ketinggian Bangunan


Dalam menentukan ketinggian bangunan, terdapat 3 kriteria yang menentukan tinggi
bangunan yaitu berdasarkan jalur lintasan pesawat terbang, berdasarkan perhitungan FAR dan
berdasarkan perhitungan ALO. Untuk menentukan ketinggian bangunan maksimal pada suatu
kawasan, maka tentukan ketinggian yang paling rendah dari ketiga hasil perhitungan.
Berdasarkan FAR (Floor Area Ratio)
FAR merupakan salah satu cara untuk menghitung ketinggian maksimal dari suatu
kawasan.
Luas lantai dasar = KDB x total luas lahan
= 90% x 15,8 Ha
= 14,22 Ha

FAR =

= 1,1
Berdasarkan perhitungan tersebut, nilai FAR yang didapatkan adalah 1,11 maka maksimal
ketinggian bangunan yaitu 6 lantai sesuai dengan grafik LUI.
Berdasarkan Angle of Light Observation (ALO)
ALO merupakan sudut bayangan matahari yang menerpa suatu bangunan yang manjadi
salah satu bahan pertimbangan guna membatasi ketinggian bangunan, dengan tujuan agar
tidak menghalangi pencahayaan atau proses pengeringan pada kawasan perancangan.
htot = 0,5 (Jd + Is + Jb) tg
= 0,5 (6 + 920 + 4) tg 450
= 466 meter
h = htot 1,5 tg
= 466 1,5 tg 450
= 464,5 meter = 116 lantai (asumsi lantai ideal 4 meter)
Berdasarkan perhitungan FAR dan ALO, maka penentuan ketinggan maksimal pada suatu
kawasan dipilih dari ketinggian yang paling rendah yaitu 6 lantai atau 24 meter.

5.4.6 Amplop Bangunan


5.5 Analisis Kriteria Tak Terukur
5.5.1 Access
Data Analisis Respon
Dilewati 10 menit (4 km) dari Terminal Penggaron Meningkatkan intensitas rute angkot
angkot (koridor I BRT Trans Semarang)

Jl.Karanglo dan Jl. Fatmawati:


Jl.Gemah Raya: Arus tidak stabil,
Arus bebas, kecepatan
volume rendah dan rendah karena
kecepatan tinggi pengaruh
karena berada di Jalan Lokal Jalan Kolektor
kawasan Jalan Lingkungan
kawasan perdagangan dan
permukiman Parkir Komunal
jasa
Jl. Gemah Jalan Lingkungan Nodes Pendukung
Raya Jl. Fatmawati
Nodes Utama
9 menit (3.9 km) menuju Gerbang Tol Bicycle Stop
Gayamsari (Tol Tanjungmas- Srondol)

Kondisi jalan eksisting di beberapa titik Aksesibilitas erat hubungannya dengan Dapat dilihat pada peta merupakan
hirarki jalan berupa: kenyamanan, keselamatan, kemudahan rencana jaringan jalan, dan berikut
1. Jalan kolektor (jl.Fatmawati) dan kekhawatiran yang dibahas lebih merupakan rencana hirarki jalannya:
lebar jalan 8 m, kondisi ramai dan komprehensif dengan berbagai kriteria 1. Kolektor primer (jl.Fatmawati)
agak terhambat, terdapat kawasan akses menurut beberapa pendekatan. lebar 2 ruas total adalah 17 m,
perdagangan dan jasa berupa toko- Menurut Lynch, keriteria utama dengan dengan rincian pedestrian selebar
toko dan Pasar Pedurungan kontras sebagai sebuah dimensi (Hamid 4 m di setiap ruas, dan lebar 1 ruas
2. Jalan lokal (jl.Karanglo dan jl. Gemah Shirvani dalam Urban Desigin Process) jalan adalah 4,5 m
Raya) lebar jalan 4-6 m, kondisi Tingkat pelayanan jalan (Level of Service) 2. Lokal (jl. Karanglo dan jl. Gemah
tidak terlalu ramai, terdapat adalah suatu ukuran yang digunakan Raya) lebar 2 ruas total adalah
beberapa toko informal bercampur untuk mengetahui kualitas suatu ruas 14,5 m, dengan rincian pedestrian
dengan permukiman selebar 4 m di setiap ruas, dan
jalan tertentu dalam melayani arus lalu
3. Jalan lingkungan lebar jalan 3 m, lebar 1 ruas jalan adalah 3,25 m
perkerasan jalan sebagian berupa lintas yang melewatinya (MKJI, 1997). Lingkungan lebar 2 ruas total
paving dan sebagian berupa aspal, Berikut ini merupakan analisis Level of adalah 6 m, dengan rincian
kondisi jalan tidak terlalu ramai dan Service di 2 titik ruas jalan lokasi pedestrian selebar 1 m di setiap
lancar perancangan: ruas, dan lebar 1 ruas jalan adalah 2
Tidak terdapat pos ojek. Angkutan Kota 1. Jl. Fatmawati Nilai LOS = 0.95, m
melewati jl.Fatmawati menuju jl. artinya arus tidak stabil, kecepatan Direncanakan pembangunan 2 parkir
Majapahit kemudian ke Terminal rendah dan berbeda-beda, volume komunal dan 3 bicycle stop.
Penggaron. mendekati kapasitas
Terminal Penggaron ini merupakan 2. Jl. Gemah Raya Nilai LOS = .38,
terminal pemberhentian koridor I BRT artinya arus bebas, volume rendah
Trans Semarang (Mangkang- dan kecepatan tinggi, pengemudi
Penggaron). dapat memilih kecepatan yang
dikehendaki
5.5.2 Compatibility

Data Analisis Respon

Industri plastik di Karena terdapat


UMKM di
RT 6 RW VI RT 3 RW VI pertemuan beberapa Sebagai daerah pelindung
ruas jalan (nodes), sungai, harus difungsikan
maka lahan akan lebih kembali sebagai
bernilai hjika sempadan sungai
difungsikan sebagai
kawasan komersil

Karena dekat dengan kawasan perdagangan


dan jasa, maka sebagai penarik pengunjung
Industri Pengeul
akan dirancang kampung deret warna-warni
tempe di Barang
RW VI Bekas

Di bagian Selatan lokasi peracangan Menurut Lynch, compatibility adalah Dari jalan kolektor yaitu Jl. Fatmawati
merupakan permukiman eksisting, yang aspek kecocokan antara bangunan lama memasuki lokasi perancangan
umumnya merupakan slum dan squatter dengan bangunan baru yang dapat melewati jalan lokal (jl. Karanglo), akan
area dilihat dari warna, tekstur, skala, dijumpai kampung susun warna-warni.
Permukiman mendominasi lokasi proporsi dan fasade bangunan (Shirvani, Di bagian Selatan lokasi perancangan,
perancangan, selain itu terdapat Hamid dalam The Urban Design Process) dilihat dari fungsi kawasan yang
beberapa industri rumahan di beberapa The USR & E and San Fransisco seharusnya adalah sempadan sungai,
titik (dapat dlihat pada peta komik di menerangkan bahwa kriteria maka akan ditata kembali sesuai yang
atas) perencanaan desain kota dapat seharusnya, lalu ditambahkan dengan
dilakukan melalui penekanan di bidang desain linear garden
visual/estetika dan fokus terhadap Di bagian tengah lokasi perancangan,
compatibility yang ada pada suatu akan dibangun menjadi kawasan
lokasi, kepadatan, warna, bentuk, komersil seperti restaurant/caf
bahan, skala dan titik kumpul. bertema vintage, pasar malam,
kawasan khusus festival, dan lain
sebagainya yang difasilitasi dengan
jalan festival
Di bagian Utara lokasi perancangan,
perumahan/permukiman eksisting
akan ditata ulang sehingga tercipta
pemanfaatn lahan perumahan yang
adil dan sesuai dengan standar yang
seharusnya.
5.5.3 View

Data Analisis Respon

2 Air Mancur
2
1 3 View to site
View from
1
site
2 3

View
to site
Pasar Pedurungan

Pasar Pedurungan
Pada lokasi perancangan, sudah terdapat View diantaranya adalah: Perancangan yang akan dilakukan adalah
view to site dan view from site. 1. View to site dengan membangun Air Mancur di nodes
1. View to site lokasi perancangan berupa Merupakan apa yang dapat dilihat dari utama lokasi perancangan seperti pada
Tugu Rajawali dan kawasan luar lokasi tapak ke dalam tapak gambar.
permukiman padat 2. View from site Sehingga:
2. View from site lokasi perancangan Merupakan apa yang dapat dilihat dari 1. View to site: Air Mancur
merupakan kawasan perdagangan dan dalam tapak ke luar lokasi tapak 2. View from site: Pasar Pedurungan
jasa berupa toko-toko dan Pasar 3. Vie through to site 3. View through site: permukiman
Pedurungan. Merupakan apa yang dapat dilihat dari
dalam tapak ke luar lokasi tapak melalui
batas yang ada di dalam lokasi tersebut.
Sebagai contoh, apa yang dapat dilihat di
sebrang sungai jika posisi melihat dari
dalam tapak.
5.5.4 Identity
Data Analisis Respon

Identitas pada lokasi perancangan Identitas merupakan suatu hal yang Pada lokasi perancangan yang akan
ditandai dengan adanya aktivitas dapat dikenali oleh pengamat. menjadi identitas adalah area komersial
perdagangan dan jasa yang terdapat di Identitas suatu kawasan menjadi hal yg berupa deretan pedagangan dan jasa
area main enterance (sepanjang Jalan penting pada suatu kawasan karena yang akan diletakkan di sepanjang plaza
Fatmawati). sebgai penanda dan pengingat kawasan di sisi sungai.
Terdapat gapura masuk ke lokasi tesebut. Akan dibuat nodes di pusat kawasan
perancangan dengan tugu burung di sisi Identitas dapat juga berupa landmark berupa open space dan open teather
gapura. dan nodes. yang berfungsi sebagai tempat
pertunjukan kesenian dan
berkumpulnya masyarakat.
Sebelum masuk menuju open teather
terdapat jalan yang difungsikan sebagai
festival terutama pada malam hari.
5.5.5 Sense
Data Analisis Respon

Suasana pada lokasi perancangan Sense merupakan suasana atau karakter Akan dilakukan penataan ulang pada
adalah ramai karena dekat dengan yang ditimbulkan pada lokasi perancangan. permukiman sehingga akan membentuk
aktivitas perdagangan dan jasa berupa kesan terstruktur dan tertata.
Pasar Pedurungan. Akan dibuat nodes di pusat kawasan
Permukiman yang padat dan terbentuk berupa open space dan open teather
secara alami menimbulkan kesan yang yang berfungsi sebagai tempat
tidak teratur sehingga perlu penataan pertunjukan kesenian dan
ulang permukiman. berkumpulnya masyarakat sehingga
menimbulkan kesan hangat dan
kekeluargaan.
5.5.6 Livability
Data Analisis Respon

Kampung
susun

Kenyamanan pada lokasi perancangan Livability berhubungan dengan kenyamanan Akan disediakan RTH lebih banyak pada
dinilai kurang ditinjau dari aspek untuk tinggal di dalam suatu kawasan. lokasi perancangan yang diletakkan di
ligkungan yakni minimnya RTH dan sepanjang sempadan sungai dengan
sanitasi yang buruk pada permukiman di konsep linear garden.
bantaran sungai. Warga yang bermukim di atas tanah
Warga pada bantaran sungai juga irigasi juga akan direlokasi di kampung
merasa kurang nyaman disebabkan susun sehingga dapat hidup dengan
tanah untuk permukiman tersebut lebih nyaman.
bukan hak milik wargas, melainkan
tanah irigasi yang sewaktu-waktu dapat
dilakukan penggusuran.
5.6 Analisis Elemen perancangan Kota
5.6.1 Tata guna lahan

EKSISTING RESPON

DATA TEORI RESPON


Tata guna lahan perancangan mikro terdiri dari Kawasan Perancangan akan dibangun dengan konsep Riverfromt
kawasan terbangun (urban solid) dan lahan Tourism, yaitu pengembangkan permukiman di area bantaran akan
terbuka (urban void), dimana di dominasi oleh memiliki daya tarik untuk wisatawan berupa:
penggunaan lahan permukiman sebesar
Kawasan terbangun meliputi sirkulasi - Kawasan terbangun berupa
kendaraan (jalan), pendestrian, kawasan Permukiman dengan bentuk kampung susun berbentuk
perdagangan. dan perumahan Untuk vertical house dan landed
kawasan perumahan selain terdapat di Tanah dekat perairan: Sarana penunjanng, meliputi: Sarana pendidikan (TK, SD,
dekat jalan juga terdapat hampir di Pembangunan rumah di daerah sungai dan danau SMP, SMA), sarana kesehatan (Balai pengobatan), sarana
sepanjang bantaran sungai tidak terlalu dekat dengan air, yang paling baik peribadatan (Masjid dan mushola), perdagangan
Kawasan Terbuka/ Tak terbangun berupa tidak langsung di bawah jalan menuiu danau berbentuk trade of riverfront, River walk, serta optet
ruang terbuka hijau dan non hijau, serta dengan taman di depannya. dalam mendukung aktivitas kegiatan masyarakat sekitar
lapangan (Neufert Edisi 33 Jilid 1)
ANALISIS - Kawasan Non terbangun berupa:
Kawasan permukiman di sekitar bantaran sungai dilakukan relokasi Linear Garden yaitu merupakan taman yang berada di
Kawasan permukiman memungkinkan untuk dikembangkan menjadi permukiman berhunian sepanjang bantaran sungai (BKT)
vertical house dengan model rumah susun dan landed Taman tematik yang berupa taman pintar dan taman
zntuk meningkatkan ruang terbuka hijau, maka dapat dibangun taman dengan bentuk linear hujan
garden
5.6.2 Bentuk dan Masa Bangunan

EKSISTING RESPON

DATA TEORI RESPON


Ernest Haeckel (1834-1914) Kawasan ini akan direncanakan
Memiliki kawasan perumahan yang Konsep dasar bangunan ekologis adalah bangunan dengan ciri sebagai sesuai dengan KDB 80% dan GSB
tinggi dan kawasan perdangangan berikut : pada jalan lokal sekunder 11.7 meter
Kawasan permukiman hampir rata- - Bangunan yang dapat mengakomodasi fungsi dengan baik dengan dan pada jalan lingkungan
rata memiliki bantuk dan massa memperhatikan kekhasan aktivitas manusia pemakaiannya serta potensi sepanjang 8 meter, serta jarak antar
bangunan yang sama yaitu lingkungan sekitarnya dalam membentuk citra bangunan bangunan 6-8 meter dengan
perumahan permanen dengan - Memanfaatkan sumber daya alam terbaru yang terdapat di sekitar kawasan ketinggiana maksimum bangunan
ketinggian 4 meter atau 1 lantai. perencanaanuntuk sistem bangunan, baik yang berkaitan dengan material 24 meter.
Pada kawasan perancangan massa bangunan maupun untuk utilitas bangunan (sumber energi, penyediaan air). Pada kawasan hunian vertical house
permukiman jauh lebih besar - Sistem bentuk bangunan yang mudah sehingga dapat dikerjakan dan akan memiliki gaya hunian modern
dibandingkan kawasan perdangan dipelihara oleh tenaga kerja setempat. dengan bentuk memanjang dengan
Ketinggian tertinggi merupakan 8 - Bangunan yang sehat, artinya yang tidak memberi dampak negatif bagi ketinggian 2 lantai atau 8 meter
meter atau 2 lantai pada kawasan kesehatan manusia dalam proses, pengoperasian/purna huni, maupun saat Kawasan vertical house atau
permukiman pembongkaran. Di dalamnya juga termasuk lokasi yang sehat, bahan yang kampung susun akan berada di
sehat, bentuk yang sehat, bahan yang sehat, bentuk yang sehat dan suasana sekitar jalan masuk dari main
yang sehat. entrance dan side entrance.
ANALISIS Pada kawasan perumahan landed
- Kawasan permukiman akan berbentuk kampung susun dengan tujuan dalam mendukung konsep perancangan dan akan dibangun dengan pola grid
kondisi wilayah sekitar Kawasan Perdagangan akan berada
- Bangunan landed dan rumah susun akan menghasilkan skyline karena terdapatnya perbedaan tingkat ketinggian tidak jauh dari sepanjang bantaran
- Kawasan perdagangan dan kampung susun akan berada berdekatan dalam mendukung pengembangan konsep sungai (BKT) dengan model trade of
rancangan. Hal ini dilakukan dengan memperhatikan kekhasan aktivitas wilayah sekitar riverfront
5.6.3 Sirkulasi dan parkir
5.6.4 Pedestrian
DATA TEORI RESPON

Pedestrian di jalan Kolektor

2,5 m 2,5 m

Pedestrian di jalan lokal

6m

1,5 m 1,5 m

Pedestrian di jalan lingkungan

1,5 m 1,5 m

Pedestrian di jalan lingkungan


Sempadan (3m)
Riverwalk

3 m Sungai
Data Analisis Respon
Pada lokasi perancangan belum Jalan (untuk pejalan kaki) yang mendampingi jalan Akan dibangun jalur pejalan kaki (pedestrian ways) di
terdapat jalur pejalan kaki tidak lebih sempit dari 2 m (1,50 m luas minimal sepanjang jalan lokal, kolektor dan lingkungan, serta
(pedestrian way). sebelah dalam dan 0,50 m jarak pelindung ke jalur Riverwalk di dalam lokasi perancangan, berikut adalah
kendaraan). Tetapi seringkali bidang dekat dengan ukurannya.
sekolah, pusat perbelaniaan, tempat rekreasi di Pedestrian way di jalan kolektor : 2,5 meter
antaranya luas minimal 3m. Sedangkan Jalan untuk Pedestrian way di jalan lokal : 1,5 meter
pejalan kaki dan pengendara sepeda secara bersama- Pedestrian way di jalan lingkungan : 1,5 meter
sama lebarnya 2,50 m (minimal 2,00 m). (Neufert
Arsitect Data) Riverwalk di sepanjang sungai: 3 meter
Sehingga: Selanjutnya di sepanjang jalur pejalan kaki akan dibangun
Berdasarkan data eksisting diketahui bahwa belum jalur hijau berupa pohon-pohon peneduh, bangku dan
ada jalur pejalan kaki di lokasi perancangan, maka tanaman hias. Hal ini dilakukan untuk memberi kesan
dari itu harus dibangun jalur pejalan kaki untuk estetika dan menambah kenyamanan pengguna.
menunjang aktivtas di lokasi perancangan.
Lebar jalur pedestrian disesuaikan dengan standar dan
fungsinya. Pedestrian pada jalan kolektor, jalan lokal,
dan jalan lingkungan sesuai dengan standar, namun
untuk Riverwalk agak berbeda karena merupakan
gabungan antara jalur sepeda dengan jalur pejalan kaki
serta juga merupakan salah satu tempat rekreasi
sehingga ukurannya lebih lebar dari standar.

5.6.5 RTH
5.6.6 Aktivitas Pendukung

ANALISIS RESPON

Data Teori Respon


Di lokasi perancangan banyak Hamid Shirvani (1985) Landmark Air Mancur di pusat kawasan, dikelilingi
terdapat sektor usaha informal seperti Activity Support semua kegiatan yang kawasan perdagangan dan jasa disepanjang kanan kiri
penjual jus, snack, pembuat tempe, memperkuat ruang publik bentuk, lokasi, ada rumah deret warna warni sebagai identitas lokasi
karakteristik khas perancangan
katering, penyetan, laundry, design
Mempertimbangkan keberadaan jalur Agar sungai menjadi wajah/punya peran sentral di lokasi
cetak undangan, penjual burung dll. pedestrian, plasa, fungsi utama kawasan atau
Warung-warung juga banyak perancangan :
elemen kota penggerak aktivitas
Prinsip :
1) riverwalk (pedestrian + bicycle path),
terdapat di sepanjang jalan masuk lokasi
Ada koordinasi antara kegiatan dengan 2) open theater di main street di pusat kawasan, dan
perancangan yang berhadapan dengan
lingkungan sekitar yang dirancang 3) pasar malam di sepanjang tepian sungai
Pasar Pedurungan. Keragaman intensitas kegiatan dalam ruang kesan/karakter kawasan usaha informal, tepi sungai
tertentu yang artistik
Bentuk kegiatan memperhatikan aspek
konseptual
Pengadaan fasilitas lingkungan
Sesuatu yang terukur, menyangkut ukuran,
bentuk, lokasi, dan fasilitas berdasarkan skala
manusia
Multi pengguna
Bisa berupa nodes aktivitas

ANALISIS Best practice :


Banyaknya sektor usaha informal di lokasi perancangan + lokasi di seberang pasar Pasar Malam Musim Panas Vancouver, Kanada (kiri)
karakteristik kawasan perdagangan dan jasa sama kuat Pasar Malam Ratchada Bangkok, Thailand (kanan)
Perlu dibuat nodes aktivitas baru agar lokasi perancangan memiliki activity support sendiri,
bukan menjadi activity support dari Pasar Pedurungan

Best practice multiple-use trail (pedestrian sekaligus jalur


sepeda) : Greenville, South Carolina, AS
5.6.7 Signage

EKSISTING RESPON

DATA TEORI RESPON


Hamid Shirvani (1985) 1) Landmark dan identitas eksisting akan
Terdapat gapura Selamat Datang di Penandaan petunjuk arah jalan, rambu lalu lintas, dipertahankan, tetapi untuk lebih membedakan
Kelurahan Gemah dan tugu rajawali di media iklan, dan berbagai bentuk penandaan lain. lokasi perancangan maka akan ada landmark
lokasi perancangan dari arah Jalan Peletakan, jumlah, ukuran, desain mempengaruhi utama yang dirancang air mancur
Kolektor Fatmawati visualisasi kota & lalu lintas 2) Air mancur warna warni karakter kawasan
PRINSIP : yang artistik dengan Konsep LACI
Merefleksikan karakter kawasan
Jarak dan ukuran tertata sehingga jarak penglihatan
terhadap lalu lintas tetap terjamin & terhindar dari
kepadatan
Harmonis dengan arsitektur bangunan di sekitar
lokasi
Pembatasan penggunaan lampu hias kecuali
terkait teater dan tempat pertunjukan
JENIS : bestpractice :
IDENTITAS pengenal lokasi, bisa landmark Medan Metropolitan Trade Center
NAMA BANGUNAN
PETUNJUK SIRKULASI umumnya rambu lalu 3) Diberi juga papan arah lokasi untuk menunjukan
lintas berbagai aktivitas yang
KOMERSIAL reklame dan iklan ada di lokasi perancangan
PETUNJUK LOKASI / FASILITAS LAIN ada
keterangan arah, lokasi, jarak
INFORMASI informasi kegiatan suatu lokasi
Best practice :
Desa Kreatif
Panggungharjo,
Kabupaten Bantul
ANALISIS
Jenis penanda eksisting identitas berupa gapura dan landmark berupa tugu rajawali
Penanda tersebut berada di seberang Pasar Pedurungan karena lokasi perancangan tepat di
seberang pasar
Karena tepat berada di seberang pasar, jadi penanda paling terkenal adalah pasar tersebut,
bukan lokasi perancangan
5.7 Analisis Elemen Estetika Kota
5.7.1 Sumbu
Data Analisis Respon

Data Analisis Respon


Lokasi perancangan pada kondisi Perlunya sumbu untuk penanda Menghubungkan aktivitas yang akan dirancang
eksisting tidak memiliki sumbu yang penghubung antar aktivitas dan kawasan. dilokasi perancangan seperti permukiman dan
terdapat di Jalan Gemah Raya Selatan. Sumbu dapat berupa landmark komersial. Sumbu akan menjadi titik temu antar
Tidak ada suatu penanda yang aktivitas tersebut dan terdapat di Jalan Gemah
menghubungkan kawasan perumahan, Raya.
pendidikan, dan perdagangan dan jasa

5.7.2 Hirarki
Data Analisis Respon

Data Analisis Respon


Hirarki yang terdapat di lokasi Memberikan sesuatu yang menonjol pada suatu Merancang kawasan publik dan berada pada
perancangan yaitu hirarki jalan. Terdapat kawasan dengan nilai hirarki yang tinggi terhadap tingkat jalan kolektor dan berada dipinggir
3 hirarki jalan dengan lebar eksistingnya bentuk atau ruang. Sehingga, diperlukan sungai. Kawasan publik tersebut menjadi
yaitu jalan kolektor sekunder (jalan membangun suatu yang menonjol seperti kawasan dengan hirarki yang tertinggi di lokasi
Fatmawati) lebar 12 meter, jalan lokal aktivitas, jaringan yang mendukung kegiatan perancangan. Lebar jalan kolektor 17 meter,
(jalan) lebar 6 meter dan jalan lingkungan dengan hirarki yang tinggi jalan lokal 14,5 meter dan jalan lingkungan 6
(jalan Gemah raya selatan) lebar 4 meter. meter.
Terdapat juga tingkat aktivitas, seperti
aktivitas perdagangan dan jasa yang
memiliki tingkat aktivitas yang tinggi dan
permukiman memiliki aktivitas yang
rendah.

5.7.3 Balance
Data Analisis Respon

Data Analisis Respon


Komposisi di lokasi perancangan sangat Menurut UU No.26 Tahun 2004, ruang Terbuka Lokasi peracangan akan dirancang memiliki
tidak seimbang karena semua lahan sudah Hijau dalam kawasan perkotaan harus memiliki taman dan sempadan sungai dirancang
tertutup oleh bangunan tempat tinggal minimal 30 % dari semua luas wilayah riverwalk dan terdapat open theater. Penataan
masyarakat, sehingga sempadan sungai perkotaan. Baerdasarkan RTRW Kota Semarang permukiman dengan pola grid dengan RTH
sudah terbangun. Lebih dari 90% lahan tahun 2011-2031 mengembalikan fungsi dari publik sebesar 20% dan lahan terbangun 80%.
sudah terbangun dan hanya kurang dari sempadan sungai, dengan lebar sempadan
10% ruang terbuka pada lokasi sungai bertanggul minimal 3 meter dihitung dari
perancangan. kaki luarnya. Keseimbangan teersebut akan
menciptakan estetika pada kawasan perkotaan.
5.7.4 Proporsi dan Skala
Data Analisis Respon

Data Analisis Respon


Proporsi pada lokasi perancangan Melakukan konsolidasi tanah dan relokasi Penataan tata bangunan dilokasi perancangan
memiliki konfigurasi massa bangunan bangunan. Konsolidasi tanah yang dengan konfigurasi bangunan yang terbagi yaitu
yang kumuh dengan bangunan kecil digunakan untuk menata bangunan. bangunan hunian bertingkat dan hunian tidak
disepanjang bantaran sungai. Bertujuan untuk mengefisienkan bertingkat. Bangunan yang berada dibantaran sungai
Skala terdapat bangunan yang penggunaan tanah, Berdasarkan Peraturan akan direlokasi ke hunian bertingkat dan hunian
memiliki lantai 1 dan 2 dengan Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 4 tidak bertingkat. Bangunan yang memiliki lantai 1
ketinggian 4 dan 8 meter tahun 1991 tentang konsolidasi tanah. dan 2 dengan ketinggian 4 dan 8 meter.
Menurut UU No.26 Tahun 2004, ruang
Terbuka Hijau dalam kawasan perkotaan
harus memiliki minimal 30 % dari semua
luas wilayah perkotaan.
5.7.5 Irama
Data Analisis Respon

Data Analisis Respon


Irama yang terjadi pada bangunan rumah Nilai estetika akan diukur dari bentuk Pada lokasi perancangan akan dirancang untuk
yang memiliki 2 lantai dan 1 lantai ditambah irama bangunan terlihat garis langit membuat skyline. Kawasan permukiman dan
dengan masjid yang memiliki perbedaan (skyline) kawasan komersial yang dirancang memiliki
ketinggiannya ketinggian bangunan yang berbeda dan terdapat
masjid

5.7.6 Konteks dan Kontras


Data Analisis Respon

Data Analisis Respon


Konteks pada kondisi eksisting adalah Konteks adalah bangunan yang memiliki Konteks pada lokasi perancangan berada pada
perumahan yang berada di lokasi kesamaan mendukung estetika pada suatu kawasan permukiman yang akan dirancang dengan
perancangan karena memiliki bangunan kawasan. Kontras yang merancang ukuran yang sama. Kontras akan merancang kawasan
yang cenderung sama. bangunan yang menonjol dengan komersial dengan gaya dan ukuran yang berbeda.
Kontras, terdapat masjid yang menjadi perbedaan ukuran dan gaya bangunannya
bangunan paling terlihat mencolok dengan
bangunan yang tinggi.

5.7.7 Simetri
Data Analisis Respon

Data Analisis Respon


Bangunan yang simetri terdapat pada Simetri bangunan dapat meningkatkan nilai Bangunan warna warni akan berada di jalan
bangunan masjid dan lingkungan simetri estetika lokal (jalan karanglo raya) dan daerah
yaitu jalan lingkungan yang kanan kirinya komersial akan memiliki bangunan yang besar
merupakan perumahan dengan konfigurasi dan megah.
yang terlihat sama
5.8 Analisis Elemen Citra Kota
Menurut Lynch dalam (Wally, 2015), image / citra lingkungan adalah proses dua arah antara pengamat dengan benda yang diamati, atau disebut
juga sebagai kesan atau persepsi antara pengamat terhadap lingkungannya.
The creation of the environmental image is a two-way process between observer and observed.
Lynch mendefinisikan citra kota sebagai gambaran mental dari sebuah kawasan sesuai dengan persepsi rata-rata masyarakatnya, bukan merupakan
persepsi individual. Citra kota dipengaruhi oleh aspek fisik kota yang dapat menjadi penanda dan pembeda kota tersebut dengan kota-kota lain. Lynch
mengungkapkan terdapat lima elemen pembentuk citra kota, yaitu path (jalur), edge (tepian), district (kawasan), nodes (simpul), dan landmark (penanda).
5.8.1 Path
DATA ANALISIS RESPON

Elemen path pada lokasi perancangan yang Dasar teori Elemen path yang direncanakan pada lokasi
memiliki identitas kuat adalah Jalan Path sebagai elemen citra kota perancangan terdiri dari path dengan identitas
Fatmawati.Jalan ini merupakan jalan kolektor Path adalah sebuah jalur yang digunakan yang kuat dan tidak terlalu kuat.
sekunder yang menghubungkan Kota Semarang pengamat untuk berpindah. Path dapat berupa Path dengan identitas kuat adalah Jl. Karanglo
bagian selatan (Kecamatan Tembalang) dengan jalan, pedestrian, jalur transit, kanal, dan rel Raya yang merupakan kawasan yang juga
pusat kota melalui Jalan Majapahit. Identitas jalan kereta. Bagi sebagian besar orang, path memiliki simpul utama kawasan (nodes). Identitas
ini diperkuat dengan keberadaan bangunan path pada jalan ini akan ditunjukan dengan
merupakan elemen terpenting yang membentuk
pertokoan di sisi kanan dan kirinya serta rumah deret berwarna-warni yang didirikan di sisi
citra sebuah kota. Di sepanjang path terdapat
keberadaan Pasar Pedurungan. kanan dan kiri jalan dan keberadaan landmark
Elemen path dengan identitas tidak terlalu kuat elemen-elemen lingkungan lain yang tersusun dan kawasan. Identitas yang kuat juga dikarenakan
dan jelas adalah Jalan Gemah Raya. Jalan ini saling berkaitan. (Lynch, 1960) jalan ini menunjukkan arah ke kawasan rekreasi
merupakan jalan masuk utama kawasan Elemen path mempunyai identitas yang kuat dan olahraga yang merupakan aktivitas utama
permukiman eksisting dari Jalan Majapahit. apabila memiliki tujuan yang penting seperti pusat kawasan.
Namun begitu jalan ini tidak memiliki ciri khusus kota, alun-alun, atau stasiun dan penampakan Path dengan identitas yang kuat juga
baik dari aspek fisik maupun aspek kegiatannya. fisik yang kuat. Begitu pun sebaliknya, apabila dipertahankan pada Jalan Fatmawati dengan
Jenis sistem sirkulasi yang terdapat dalam lokasi tujuan dari jalan tersebut bukan merupakan keberadaan kawasan perdagangan dan jasa serta
perancangan hanya sirkulasi motorized, sedangkan perabot jalan yang lengkap.
destinasi penting dan tidak memiliki karakter fisik
untuk sirkulasi non-motorized tidak disediakan Path dengan identitas yang tidak terlalu kuat
khusus, maka identitasnya tidak akan terlihat.
karena tidak terdapat jalur pedestrian dalam lokasi direncanakan pada jalan-jalan lingkungan dalam
perancangan. kawasan permukiman.
Sistem sirkulasi dalam kawasan ditunjang dengan Jalan sebagai sistem sirkulasi Sistem sirkulasi motorized ditunjang dengan
keberadaan Jl. Karanglo Raya, Jl. Gemah Raya II, Jl. Sirkulasi adalah prasarana jalan yang keberadaan jalan kolektor sekunder, jalan lokal,
Gemah Raya V, Jl. Pedurungan Kidul, dan Jl. menghubungkan berbagai kegiatan dan dan jalan lingkungan. Sedangkan sistem sirkulasi
Gemah Selatan II. Jalan-jalan tersebut merupakan penggunaan lahan dalam sebuah tapak. Sistem non-motorized ditunjang dengan keberadaan jalur
jalan lingkungan yang digunakan penduduk sirkulasi menggambarkan pola pergerakan, baik pedestrian untuk setiap kelas jalan yang ada.
setempat untuk melakukan pergerakan khususnya motorized dan non-motorized serta sirkulasi dalam Sistem sirkulasi dalam kawasan ditunjang dengan
dari dan menuju kawasan permukiman. kawasan maupun luar kawasan. keberadaan Jl. Karanglo Raya sebagai jalan
Sistem sirkulasi luar kawasan ditunjang dengan utama kawasan.
keberadaan Jl. Fatmawati dan Jl. Gemah Raya. Jl. Elemen path pada lokasi perancangan baik yang Sistem sirkulasi luar kawasan ditunjang dengan
Fatmawati merupakan jalan kolektor sekunder, identitasnya kuat atau pun tidak masih belum keberadaan Jl. Fatmawati dan Jl. Gemah Raya
sedangkan Jl. Gemah Raya merupakan Jalan lokal. memiliki karakter fisik khusus. Padahal citra yang menjadi jalur keluar dan masuk kawasan.
Kedua jalan ini digunakan masyarakat setempat sebuah kota lebih menekankan pada aspek fisik,
dalam melakukan pergerakan ke luar kawasan, sehingga perlu dilakukan penambahan perabot
baik aktivitas bekerja, pergi ke sekolah, pasar, dan jalan (vegetasi dan lampu jalan) untuk
aktivitas lainnya. mempertegas karakter fisik jalan tersebut.
Sistem sirkulasi dalam suatu kawasan seharusnya
meliputi dua jenis sirkulasi, yaitu sirkulasi
motorized dan non-motorized.Kondisi eksisting
lokasi perancangan tidak dilengkapi dengan jalur
pedestrian, sehingga perlu dilakukan pengadaan
jalur pedestrian.
5.8.2 Edge
DATA ANALISIS RESPON

Elemen Edge pada lokasi perancangan adalah Dasar teori Elemen edge direncanakan pada lokasi
sungai. Elemen ini berfungsi membatasi wilayah Elemen edge adalah elemen linear yang bukan perancangan, yaitu di kawasan perdagangan dan
Kelurahan Gemah dengan Kelurahan merupakan path. Elemen ini bisa memiliki fungsi campuran permukiman perdagangan jasa.
Sendangguwo. membagi atau menyatukan dua kawasan. Edge pada kawasan perdagangan terletak di
bagian selatan lokasi perancangan. Elemen ini
Keberadaan elemen edge penting sehingga berupa deretan tenda linear yang menunjukkan
pengamat dapat mengenali dengan mudah batas batas akhir dari zona publik di bagian selatan
antara satu peruntukan kawasan dengan kawasan lokasi perancangan.
lainnya. Oleh karena itu pada setiap kawasan Edge pada kawasan campuran permukiman
perlu diberi pembatas, baik tembok, deretan perdagangan jasa berupa rumah deret berwarna-
bangunan, maupun vegetasi. warni. Elemen ini menunjukkan awalan dan
akhiran dari kawasan tersebut dari fasad
bangunannya.
5.8.3 District
DATA ANALISIS RESPON

Terdapat tiga district pada lokasi perancangan, Dasar teori Terdapat empat kawasan / district yang akan
yaitu kawasan permukiman, campuran Elemen district merupakan elemen citra berupa direncanakan pada lokasi perancangan, yaitu
permukiman perdagangan jasa, dan luasan yang memiliki kesamaan (bersifat kawasan rekreasi dan olahraga, permukiman,
perdagangan dan jasa yang mana antara homogen), baik secara fisik, fungsi wilayah, latar perdagangan dan jasa, serta campuran
permukiman dan campuran memiliki ciri yang belakang sejarah, dll. Homogenitas ini permukiman perdagangan jasa. Setiap kawasan
hampir sama tetapi berbeda. menyebabkan pengamat dapat merasakan memiliki ciri khusus yang membedakan dengan
Kawasan permukiman terdiri dari bangunan perbedaan ketika sedang berada dalam kawasan / kawasan yang lain.
rumah yang difungsikan hanya sebagai hunian, district tertentu. Kawasan rekreasi dan olahraga memiliki ciri
sedangkan pada kawasan campuran permukiman berupa adanya riverwalk, yaitu jalur pejalan kaki di
perdagangan jasa, huniannya juga difungsikan District yang ada pada lokasi perancangan telah sepanjang kawasan.
untuk mengadakan aktivitas perekonomian memiliki ciri khas yang dapat membedakan Kawasan permukiman memiliki ciri adanya
informal, seperti usaha binatu, jasa servis kawasan tersebut dengan kawasan lainnya. bangunan rumah yang berfungsi tunggal sebagai
peralatan elektronik, jasa pijat, jasa katering, jual Adanya perencanaan kawasan baru pada lokasi hunian.
makanan, dll. perancangan (kawasan perdagangan dan jasa dan Kawasan perdagangan dan jasa memiliki
rekreasi dan olahraga) mengharuskan dua kesamaan aktivitas yang dilakukan, yaitu aktivitas
kawasan tersebut untuk memiliki karakter khusus. perekonomian dengan ciri fisik berupa bangunan
toko dan tenda-tenda untuk berjualan pada
kawasan perdagangan di tepi sungai
Kawasan campuran permukiman perdagangan
jasa memiliki ciri bangunan rumah berbentuk
rumah deret dua lantai yang difungsikan untuk
melakukan aktivitas perekonomian. Homogenitas
terlihat pada kawasan ini dari fasad bangunannya.

5.8.4 Nodes
DATA ANALISIS RESPON

Terdapat dua nodes pada kondisi eksisting lokasi Dasar teori Terdapat tiga titik nodes yang direncanakan pada
perancangan. Nodes pertama adalah pada titik Nodes merupakan elemen citra berupa simpul lokasi perancangan.
pertemuan antara Jl. Gemah Timur, Jl. Gemah atau titik yang merupakan lokasi pertemuan, Nodes utama direncanakan di tengah kawasan,
Raya V, dan Jl. Amposari Raya. Node kedua pergantian, dan pertukaran arah dan aktivitas. berupa simpang empat di Jl. Karanglo Raya. Nodes
merupakan pertemuan antara Jl. Gemah Raya Karena fungsinya inilah, nodes biasanya ini berfungsi untuk simpul pertemuan jalan utama
dengan Jl. Gemah Raya II. merupakan lokasi strategis. Suatu tempat yang dengan aktivitas utama kawasan, yaitu aktivitas
Kedua titik simpul tersebut merupakan lokasi di merupakan nodes juga memiliki nilai tambah rekreasi dan olahraga yang berada di pinggir
mana terjadi pertemuan dan pergantian arah. karena biasanya mudah diingat. sungai. Nodes ini terletak di antara dua nodes
lainnya. Pada nodes ini terdapat landmark
Fungsi nodes yang terdapat pada lokasi kawasan.
perancangan lebih condong pada pergantian arah Nodes kedua direncanakan di bagian timur
saja. Sedangkan fungsi pergantian aktivitas belum kawasan. Nodes ini berupa simpang tiga di Jl.
terlihat signifikan karena aktivitas pada kondisi Karanglo Raya. Nodes difungsikan untuk
eksisting hanya merupakan aktivitas hunian. pergantian arah dan aktivitas dari bagian utara
Nodes pada lokasi perancangan seharusnya juga dan selatan nodes, yaitu aktivitas permukiman
dapat berfungsi sebagai peralihan aktivitas. dengan bagian selatan dan timur nodes yang
merupakan kawasan campuran permukiman
perdagangan jasa.
Nodes ketiga direncanakan di bagian barat
kawasan. Nodes ini berupa simpang tiga di Jl.
Karanglo Raya. Nodes berfungsi sebagai simpul
pergantian arah dan aktivitas dari bagian barat
nodes, yaitu aktivitas pada kawasan perdagangan
dengan bagian timur nodes, yaitu campuran
permukiman perdagangan jasa yang
mengarahkan pada kawasan rekreasi dan
olahraga.
5.8.5 Landmark
DATA ANALISIS RESPON

Terdapat satu landmark pada lokasi perancangan, Dasar teori Kawasan perancangan direncanakan akan
yaitu berupa patung burung rajawali. Landmark ini Landmark merupakan elemen citra berupa titik memiliki landmark berupa air mancur dengan
terletak di bagian timur lokasi perancangan, yang bersifat eksternal, maksudnya elemen ukuran yang besar. Landmark ini akan dibangun
tepatnya di jalan masuk Jl. Karanglo Raya. Bentuk tersebut dapat dikenali oleh pengamat dari luar pada nodes utama kawasan, yaitu di Jl. Karanglo
patung yang serupa burung rajawali merupakan kawasan. Landmark bisa menjadi identitas lokal Raya.
suatu ciri khas yang menjadikan pengamat mudah ataupun identitas kota secara keseluruhan.
mengingat. Elemen ini akan memiliki identitas yang lebih baik
jika bentuknya jelas dan unik.

Elemen landmark yang bisa menjadi identitas


kawasan mengharuskan landmark tersebut
memiliki bentuk yang jelas dan unik. Kejelasan
bentuk ini salah satunya ditunjukkan dari
ukurannya yang besar.

Anda mungkin juga menyukai