Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Reproduksi merupakan salah satu ciri dari makhluk, disamping ciri-ciri
lain seperti; respirasi, transportasi, pencernaan, ekskresi, koordinasi, dan
iritabilitas. Setiap makhluk hidup memiliki kemampuan untuk melakukan
reproduksi atau proses perkembangbiakan. Secara umum reproduksi pada
makhluk hidup dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu reproduksi seksual
(secara perkawinan) dan reproduksi aseksual (tanpa perkawianan).

Pada reproduksi seksual mengunakan alat/organ seksual berupa sel


kelamin jantan dan sel kelamin betina, sedangkan pada reproduksi aseksual, tidak
menggunakan alat/organ seksual, sehingga proses perkembangbiakan
menggunakan organ tubuh, Reproduksi seksual disebut juga perkembangbiakan
secara generative, sedangkan reproduksi aseksual disebut juga perkembangbiakan
secara vegetative. Reproduksi seksual umumnya dilakukan oleh hewan tingkat
tinggi. Sedangkan reproduksi aseksual umum dilakukan hewan tingkat rendah.

Sistem reproduksi pada hewan vertebrata terbagi menjadi 3, yaitu: Ovipar


(bertelur), ovovivipar (bertelur melahirkan), dan vivipar (melahirkan). Sedangkan
cara fertilisasinya terbagi menjadi 2, yaitu: fertilisasi internal (fertilisasi yang
terjadi dalam tubuh hewan betina) dan fertilisasi eksternal (fertilisasi yang terjadi
di luar tubuh). Fertilisasi eksternal adalah penyatuan sperma dan ovum di luar
tubuh hewan betina, yakni berlangsung dalam suatu media cair, misalnya air.
Contohnya pada ikan (pisces) dan amfibi (katak). Sedangkan fertilisasi internal
merupakan penyatuan sperma dan ovum yang terjadi di dalam tubuh hewan
betina. Hal ini dapat terjadi karena adanya peristiwa kopulasi, yaitu masuknya alat
kelamin jantan ke dalam alat kelamin betina. Fertilisasi internal terjadi pada
hewan yang hidup di darat (terestrial), misalnya hewan dari kelompok reptil, aves
dan Mamalia.

1
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam pembuatan makalah ini yaitu:
Bagaimanan Gambaran Umum Reproduksi Hewan?
Bagaimana Mekanisme Reproduksi?
Bagaimana Susunan Fungsional Organ Reproduksi Pada Hewan?

1.3. Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah diatas adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini
yaitu:
Untuk mengetahui bagaimanan Gambaran Umum Reproduksi Hewan
Untuk mengetahui bagaimana Mekanisme Reproduksi
Untuk mengetahui bagaimana Susunan Fungsional Organ Reproduksi Pada
Hewan

1.4. Manfaat Penulisan


Dengan penulisan makalah ini adapun manfaat yang dapat dicapai yaitu
dapat lebih mengetahui tentang bagaimana gambaran umum reproduksi hewan,
mekanisme reproduksi, dan susuna fungsional organ reproduksi pada hewan
terutama pada vertebrata.

BAB II

2
ISI

2.1. GAMBARAN UMUM REPRODUKSI HEWAN


A. Reproduksi aseksual maupun reproduksi seksual terjadi pada tingkat
kingdom hewan
Terdapat dua modus utama reproduksi hewan. Reproduksi aseksual
(Bahasa Y unani, tanpa seks ) adalah pencipta individu baru yang semua gen
nya berasal dari satu induk tanpa pelebur telur dan sperma.Pada sebagian kasus,
reproduksi aseksual secara keseluruhan mengandalkan pembelahan sel secara
mitosis. Reproduksi seksual adalah penciptaan keturunan melalui peleburan
gamet haploid untuk membentuk zigot (telur yang sudah dibuahi),yang diploid.
Gamet di bentuk melalui meiosis. Gamet betina, ovum (telur yang belum di
buahi), umumnya adalah sel relatif ;ebih besar dan tidak motil. Gamet jantan,
spermatozoon, umumnya adalah sel yang kecil namun motil. Reproduksi seksual
meningkatkan keragaman genetik di antara keturunan dengan cara
membangkitkan kombinasi unik gen yang di wariskan dari dua induk.

B. Mekanisme reproduksi aseksual yang beranekaragam dan mampu


membuat keturunan yang identik secara cepat
Banyak invertebrata dapat bereoroduksi scara aseksual dengan
pembelahan (fission), yaitu pemisahan sebuah induk menjadi dua atau lebih
individu dengan ukuran kira-kira sama. Dalam reproduksi aseksual bentuk lain,
beberapa invertrebrata melepaskan sekelompok sel-sel khusus yang dapat tumbuh
menjadi individu baru. Sebagai contoh, gemula (gemmule) dari spons terbentuk
ketika sel-sel dari berbagai jenis bermigrasi bersama di dalam spons itu dan
kemudian di kemudian di kelilingi oleh suatu lapisan pelindung.
Jenis reproduksi aseksual lain yang dapat di temukan adalah fragmentasi,
yaitu pematahan tubuh menjadi beberapa bagian dan beberapa atau semuanya
berkembang menjadi individu dewasa yang lengkap. Bagi hewan untuk dapat
bereproduksi dengan cara ini, fragmentasi harus di sertai daengan regenerasi,
yaitu pertumbuhan kembali bagian tubuh yang hilang itu. Reproduksi melalui

3
fragmentasi dan regenerasi terjadi pada banyak hewan spons, cnidaria, annelida
polikaeta, dan tunikata.Banyak hewan lain juga dapat menggantikan anggota
tubuh yang hilang dengan cara regenerasi misalnya, sebagian besar bintang laut
dapat menumbuhkan lengan baru ketika terluka atau patah, tetapi hal tersebut
bukan merupakan reproduksi karena tidak dihasilkan individu baru. Pada bintang
laut dari genus Linckia, individu baru bisa tumbuh dan berkembang dari sepotong
lengan. Dengan demikian, satu hewan dengan lima lengan, jika diputuskan
semuanya. Secara aseksual dapat menghasilkan lima keturunan.
Reproduksi aseksual mempunyai beberapa potensi keuntungan. Sebagai
contoh, hal tersebut mebuat hewan-hewan yang hidup dalam isolasi mampu
menghasilkan keturunan tanpa harus mencari dan menemukan pasangan kawin.
Reproduksi aseksual dapat juga menciptakan banyak sekali keturunan dalam
waktu singkat, yang merupakan hal ideal untuk dapat mengkolonisasi suatu
habitat secara cepat.

C. Siklus dan pola reproduksi hewan sangat bervariasi


Sebagian besar hewan memperlihatka siklus yang jelas dan pasti dalam
aktivitas reproduksi, yang seringkali dikaitka dengan perubahan musim. Sifat
periodik reproduksi memungkinkan hewan untuk menghemat sumberdaya dan
menghasilkan keturunan ketika lebih banyak energi tersedia dibandingkan dengan
yang diperlukan untuk memelihara kondisi dan ketika kondisi lingkungan
mendukung kelangsungan hidup keturunan. Domba betina, misalnya, mempunyai
siklus reproduksi selama 15 hari dan berevolusi pada pertengahan setiap siklus.
Siklus ini umumnya terjadi selama musim gugur dan pada awal musim dingin,
sehingga anak domba umumnya lahir pada akhir musim dingin atau semi. Bahkan
hewan yang hidup di habitata yang hampir stabil. Seperti daerah tropis atau
lautan, umumnya bereproduksi hanya pada waktu- waktu tertentu dalam setahun.
Siklus reproduksi dikontrol oleh kombinasi petunjuk hormon dan lingkungan
Hewan dapat bereproduksi hanya secara aseksual atau seksual, atau bisa
bergantian kedua modus tersebut. Pada afid (aphid, kutu daun), rotifera, dan
krustase air tawar daphinia, setiap betina dapat menghasilkan dua jenis telur,

4
tergantung pada kondisi lingkungan, misalnya waktu-waktu dalam setahun. Satu
jenis telur di buahi, tetapi jenis telur yang lain berkembang dengan cara
partenogenesis yaitu, proses perkembangan telur tanpa di buahi. Hewan dewasa
yang di hasilkan melalui partenogenesis seringkali haploid, dan sel-selnya tidak
mengalami meosis dalam pembentukan telur -telur baru. Dalam kasus Daphnia,
pergantian dari reproduksi seksual ke reproduksi aseksual seringkali berkaitan
dengan musim. Perilaku seksual pada kadal partenagenetik yaitu kadal whiptail
yang hidup di gurun dan padang rumput (Cnemidophorus uniparens) adalah
spesies yang semua anggotanya betina. Repilia ini bereproduksi secara
partenogenesis, telor mengalami pengandaan kromosom setelah meiosis dan
berkembang menjadi kadal tanpa harus di buahi. Akan tetapi, ovulasi ditingkat
dengan terjadinya ritual percumbuan dan perkawinan yang meniru perilaku
spesies yang berhubungan dekat dan bereproduksi secara seksual
Pola reproduksi yang menakjubkan lain nya adalah hermafroditisme
sekuensial, dimana suatu individu mengubah jenis kelaminya selama masa
hidupnya. Pada beberapa spesies, hewan hermafrodit seksuensial bersifat
protogini (protogynous, betina dulu baru berganti menjadi jantan), sementara
spesies lain bersifat protandri (protandrous, jantan dulu beru berganti menjadi
betina). Pada berbagai spesies ikan-ikan karang yang di sebut sebagai wrasse,
pengubahan jenis kelamin di kaitkan dengan umur dan ukuran. Sebagai contoh,
wrasse kepala biru karibia adalah spesies protogini dimana hanya individu yang
terbesar (umumnya yang tertua) berubah dari betina ke jantan. Ikan ini hidup
dalam kelompok yang terdiri atas seekor jantan dan beberapa ekor betina. Jika
yang jantan mati atau dikeluarkan dari percobaan, betina yang paling besar dalam
kelompok tersebut akan berubah jenis kelamin dan menjadi jantan baru. Dalam
tempo satu minggu, individu yang berubah kelamin itu sudah menghasilkan
sperma sebagai pengganti telur. Pada spesies ini, jantan akan membela dan
mempertahankan kelompok itu dari pengacau, dan dengan demikian ukuran yang
lebih besar memberikan keuntungan reproduksi yang lebih besar bagi jantan di
bandingkan betina. Sebaliknya , terdapat hewan protandri yang berubah dari
jantan ke betina ketika ukuran bertambah. Pada kasus seperti itu, ukuran yang

5
lebih besar bisa meningkatkan keberhasilan reproduksi betina di bandingkan
jantan.

2.2. MEKANISME REPRODUKSI


Reproduksi pada hewan dapat terjadi secara seksual maupun aseksual. Konsep
reproduksi aseksual tidak dapat didefenisikan dengan tepat (karena terlalu banyak
variasi), tetapi jelas bahwa proses ini tidak berkaitan dengan proses pembentukan
gamet. Reproduksi aseksual pada hewan invertebrata terjadi dengan cara :
1. Membelah diri (pembelahan biner), yaitu pembelahan diri dari satu sel
menjadi dua sel baru. Misalnya, terjadi pada Protozoa.
2. Fragmentasi, yaitu pemisahan sebagian sel dari suatu koloni dan selanjutnya
membentuk koloni sel baru. Misalnya, terjadi pada Volvox.
3. Sporulasi atau pembentukan spora, misalnya Plasmodium (penyebab malaria)
pada fase oosit. Oosit akan membelah dan selanjutnya akan menghasilkan
sporozoit.
4. Pembentuhan tunas, misalnya pada hewan Hydra dan Porifera
5. Dengan regenerasi, yaitu sebagian tubuh terpisah dan selanjutnya bagian tadi
dapat tumbuh menjadi individu baru yang lengkap. Misalnya pada Planaria
dan Bintang Laut
Pada reproduksi seksual tidak selalu terjadi pembuahan, namun kadang-kadang
dapat terbentuk individu baru tanpa adanya pembuahan, sehingga reproduksi
secara seksual pada hewan invertebrata dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Tanpa pembuahan, yaitu pada peristiwa partenogenesis, sel telur tanpa
dibuahi dapat tumbuh menjadi individu baru. Misalnya pada lebah jantan dan
semut jantan.
2. Dengan pembuahan, dapat dibedakan atas konjugasi dan anisogami.
3. Konjugasi, ini terjadi pada invertebrata yang belum jelas alat reproduksinya
misalnya Paramecium.
4. Anisogami, yaitu peleburan dua asel kelamin yang tidak sama besarnya,
misalnya peleburan mikrogamet dan makrogamet pada Plasmodium, dan
peleburan sperma dengan ovum di dalam rahim.
Sedangkan pada Vertebrata hanya dapat berkembang biak secara kawin (seksual),
yaitu melalui peleburan antara ovum dan spermatozoid. Pembuahan pada
vertebrata dapat terjadi di luar tubuh maupun di dalam tubuh. Bila terjadi di luar

6
tubuh disebut fertilisasi eksterna, misalnya pada ikan dan katak. Bila
pembuahannya terjadi di dalam tubuh disebut fertilisasi interna. Misalnya pada
reptilia, burung, dan hewan menyusui.
Perkembangbiakan pada vertebrata dapat dibedakan atas:
1. Ovipar (bertelur), ialah hewan yang meletakkan telur di luar tubuhnya.
Embrio berkembang di dalam telur dan memperoleh sumber makanan dari
cadangan makanan dalam telur. Misalnya ikan, burung, amfibia, dan sebagian
reptilia.
2. Ovovivipar (bertelur-beranak), ialah hewan yang menghasilkan telur, dan
embrio berkembang dalam telur. Pembeda dengan ovipar adalah kelompok
hewan ovovivipar tidak mengeluarkan telurnya dari dalam tubuh. Jadi embrio
tetap tumbuh di dalam telur tetapi tetap berada di dalam tubuh induk. Saat
menetas dan keluar dari tubuh induknya tampak seperti melahirkan.
Misalnya, ikan Hiu, kadal, dan beberapa jenis ular.
3. Vivipar (beranak), ialah hewan yang melahirkan anaknya. Embrio
berkembang di dalam tubuh induknya dan mendapatkan makanan dari
induknya dengan perantaraan plasenta (ari-ari). Misalnya, manusia dan hewan
menyusui lainnya.

2.3. SUSUNAN FUNGSIONAL ORGAN REPRODUKSI PADA HEWAN


Pada hewan yang masih primitif, jaringan yang menghasilkan sel gamet
tersusun menyebar (difus). Jaringan ini terdiri atas sejumlah sel lokus yang
berfungsi untuk perbanyakan sel kelamin. Pada hewan yang perkembangannya
sudah lebih maju, bentuk dan lokasi gonad sudah lebih jelas, terletak simetris
bilateral, dan biasanya merupakan organ berpasangan.
Kadang-kadang salah satu gonad mengalami degenerasi, seperti yang ditemui
pada burung betina. Pada hewan ini, ovarium yang berkembang hanya bagian kiri,
sedangkan burung jantan tetap memiliki sepasang testis.
Ovarium dan testis merupakan organ penghasil gamet yang terbentuk melalui
gametogenesis. Gamet dihasilkan dari sel khusus, yaitu sel benih primordial, yang
terdapat dalam gonad (ovarium atau testis). Gamet ini selanjutnya akan
berkembang menjadi sel benih.

7
A. Gametogenesis pada Hewan (Betina)
Gametogenesis pada hewan betina disebut oogenesis. Oogenesis adalah
proses pembentukan gamet betina (ovum) yang terjadi dalam ovarium. Proses ini
ditandai dengan adanya perubahan oogonium menjadi oosit (calon ovum), yang
akan mengalami pemasakan sehingga menjadi ovum yang siap
dibuahi. Umumnya tahap-tahap oogenesis serupa dengan spermatogenesis.
Sel induk telur (oogonium) menjadi besar sebelum membelah secara
meiosis. Sel yang menjadi besar ini disebut oosit primer. Akan tetapi,
dibandingkan spermatogenesis, ada dua perbedaan utama pada oogenesis.
Pertama, sel oosit primer jauh lebih besar karena mengandung komponen
sitoplasmik lebih banyak. Kedua, dua oosit sekunder (hasil pembelahan meiosis I)
berbeda ukuran dan fungsi. Salah satu sel oosit sekunder memiliki ukuran lebih
besar. Sel oosit sekunder yang berukuran lebih besar ini akan melakukan meiosis
II yang hanya akan menghasilkan satu uvum (sel telur) yang sehat dan fungsional
dan satu badan kutub yang akan mengalami degenerasi. Sedangkan sel oosit
sekunder yang berukuran lebih kecil (badan kutub pertama) juga mengalami
degenerasi (mati). Dengan demikian, dari total empat sel haploid hanya satu sel
haploid saja yang fungsional menjadi sel ovum, sedangkan tiga sel lainnya
mengalami degenerasi.

B. Sistem Reproduksi pada Vertebrata (Betina)


1. Pisces
a. Ovarium pada Elasmoranchi padat, tapi kurang kompak, terletak pada
anterior rongga abdomen. Pada saat dewasa yang berkembang hanya ovarium
kanan. Pada Teleostei tipe ovariumnya sirkular dan berjumlah sepasang.
b. Saluran reproduksi Elasmoranchi berjumlah sepasang, bagian anteriornya
berfusi yang memiliki satu ostium yang dikelilingi oleh fimbre-fimbre.
Oviduk sempit pada bagian anterior dan posteriornya. Pelebaran selanjutnya

8
pada uterus yang bermuara di kloaka. Pada Teleostei punya oviduk pendek
dan berhubungan langsung dengan ovarium. Pada bagian posterior bersatu
dan bermuara pada satu lubang. Teleostei tidak memiliki kloaka.

2. Amphibi
a. Ovarium berjumlah sepasang, pada sebelah kranialnya dijumpai jaringan
lemak bermwarna kuning (korpus adiposum). Baik ovarium maupum korpus
adiposum berasal dari plica gametalis, masing-masing gonalis, dan pars
progonalis. Ovarium digantungkan oleh mesovarium.
b. Saluran reproduksi, oviduk merupakan saluran yang berkelok-kelok. Oviduk
dimulai dengan bangunan yang mirip corong (infundibulum) dengan
lubangnya yang disebut oskum abdominal.oviduk di sebelah kaudal
mengadakan pelebaran yang disebut dutus mesonefrus. Dan akhirnya
bermuara di kloaka.

3. Reptil
a. Ovarium berjumlah sepasang, berbentuk oval dengan bagian permukaannya
benjol-benjol. Letaknya tepat di bagian ventral kolumna vertebralis.
b. Saluran reproduksi, oviduk panjang dan bergelung. Bagian anterior terbuka
ke rongga selom sebagai ostium, sedang bagian posterior bermuara di kloaka.
Dinding bersifat glanduler, bagian anterior menghasilkan albumin yang
berfungsi untuk membungkus sel telur, kecuali pada ular dan kadal. Bagian
posterior sebagai shell gland akan menghasilkan cangkang kap
4. Aves
a. Ovarium. Selain pada burung elang, ovarium aves yang berkembang hanya
yang kiri, dan terletak di bagian dorsal rongga abdomen.
b. Saluran reproduksi, oviduk yang berkembang hanya yang sebelah kiri,
bentuknya panjang, bergulung, dilekatkan pada dinding tubuh oleh
mesosilfing dan dibagi menjadi beberapa bagian; bagian anterior adalah
infundibulumyang punya bagian terbuka yang mengarah ke rongga selom
sebagai ostium yang dikelilingi oleh fimbre-fimbre. Di posteriornya adalah
magnum yang akan mensekresikan albumin, selanjutnya istmus yang
mensekresikan membrane sel telur dalam dan luar. Uterus atau shell gland
untuk menghasilkan cangkang kapur.

9
5. Mamalia
a. Ovarium berjumlah sepasang, merupakan organ yang kompak, dan terletak di
dalam rongga pelvis.
b. Saluran reproduksi, pada monotremata oviduk hanya sebelah kiri yang uterus
yang mensekresikan bungkus telur. Oviduk menuju ke sinis urogenital dan
bermuara di kloaka. Pada mamalia yang lain duktus Muller membentuk
oviduk, uterus, dan vagina. Bagian anterior oviduk (tuba falopi) membentuk
infundibulum yang terbuka kearah rongga selom.

Ada 4 macam tipe uterus:


1. Dupleks : uterus kanan dan kiri terpisan dan bermuara secara terpisah ke
vagina.
2. Bipartil : uterus kanan dan kiri bersatu yang bermuara ke vagina dengan
satui lubang.
3. Bikornuat : bagian uterus kana dan kiri labih banyak yang bersatu bermuara
ke vagina dengan satu lubang.
4. Simpleks : semua uterus bersatu sehingga hanya memiliki badan uterus.

C. Fertilisasi
Proses fertilisasi mulai bila sperma benar-benar melekat pada telur. Untuk
itu, sperma melepaskan enzim pencerna yang membuat lubang pada lapisan
protein pelengkap dan pada beberapa spesies pada sel-sel folikel saja, yang
biasanya menyelubungi telur. Kemudian sel sperma memasuki telur. Telur dalam
hal ini terlihat memainkan peran penting, karena sperma terlihat tertarik kedalam.
Masuknya sperma di ikuti oleh suatu perubahan cepat dan dramatik dalam telur
itu sendiri. Unsur sitoplasmanya di susun kembali dengan cepat. Pada katak,
granula-granula tertentu dalam sitoplasma terlihat pada permukaan telur dalam
pita yang di sebut bulan sabit kelabu.
Pada banyak telur, perubahan yang terjadi karena masuknya sebuah
sperma, ialah dengan cepat merintangi masuknya sperma lainnya. Bagaimana ini
terjadi tidak sepenuhnya diketahui. Pada hewan dengan telur besar, seperti
reptilia, burung dan cungur bebek platikus, hal itu tidak terjadi sama sekali.
Meskipun banyak sperma dapat masuk kedalam telur-telur ini, hanya satu

10
memberikan nukleusnya (intinya) pada bakal zigot. Pada setiap kasus, masuknya
sebuah sel sperma juga merangsang menyelesaikan pembelahan meiosis ke 2 , dan
terbentuklah sebuah badan kutub kedua.
Peristiwa terakhir dalam fertilisasi, ialah ketika kepala sperma mambesar
membentuk sebuah pronukleus dan bergerak ke pronukleus yang mirip dari
telur tadi. Kedua pronukleus bersatu membentuk sebuah inti zigot diploid, maka
fertilisasi selesai. Dalam waktu yang singkat pembelahan mitosis yang pertama
dari sel akan terjadi dan perkembangan embrio akan mulai.

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Reproduksi Pada Vertebrata
1. Class Pisces yaitu dengan ovipar dan secara fertilisasi eksternal, ovovivipar
dan vivipar. Organa reproduksinya meliputi testis, vas deferens, lubang
urogenitalia untuk jantan dan untuk betina adalah ovarium, oviduk dan lubang
urogenitalia.
2. Class Amphibia yairu dengan fertilisasi eksternal. Organ reproduksinya
meliputi testis, vasa efferentia dan kloakauntuk jantan dan untuk betina yaitu
ovarium, oviduk dan kloaka.
3. Class Reptilia yaitu dengan fertilisasi internal. Organ reproduksinya meliputi
testis, hemipenis, vas deferens, epididimis dan kloaka. Untuk betina yaitu
ovarium, oviduk dan kloaka.

11
4. Class Aves yaitu dengan fertilisasi internal. Organ reproduksi bagi yang jantan
yaitu testis, vas deferens dan kloaka. Untuk yang betina meliputi ovarium kiri,
oviduk, dan kloaka.
5. Class Mammalia yaitu dengan fertilisasi internal. Organ reproduksi jantan
meliputi penis, vas deferens, testis dan anus. Untuk yang betina meliputi
ovarium, oviduk, uterus dan anus. Memiliki sistem menstruasi yang disebut
dengan fase estrus serta tipe uterus yang kompleks. termasuk kedalam
kelompok ini adalah manusia.yang telah kita kupas tuntas di blog ini

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2013.Belajar Biologi, (online)


(http://belajarbiologi02.blogspot.com/2013/08/v-
behaviorurldefaultvmlo.html), diakses tanggal 28 Januari 2015
Campbell, Reece-Mitchell (edisi kelima-jilid 3)
Ninoriadi.2014.Sistem Reproduksi, (online)
(http://ninoriadi.blogspot.com/2014/08/makalah-tentang-sistem-
reproduksi-pada.html), diakses tanggal 17 Februari 2015

12

Anda mungkin juga menyukai