Patologi Anatomis
1. Plasenta Inkreta, dimana vili korealis tumbuh lebih dalam dan
menembus desidua sampai ke myometrium.
2. Plasenta akreta, yang menembus lebih dalam ke dalam
myometrium tetapi belum menembus serosa.
3. Plasenta perkreta, yang menembus sampai serosa atau peritoneum
dinding Rahim (Wiknjosastro Obstetri patologi 2002)
4. Klasifikasi
1) Berdasarkan Luasnya
Total : seluruh plasenta yang melekat pada myometrium
Partial : ada salah satu atau lebih cotyledon atau sebagian
cotyledon yang melekat
2) Berdasarkan Dalamnya
Acreta : plasenta melekat pada myometrium
Increta : villi chorialis menembus otot uterus tapi tidak
keseluruhan tebalnya.
Percreta : villi chorialis menembus dinding uterus dan
dapat menimbulkan, perforasi lapisan serosa dapat terjadi
rupture uteri (Harry Oxorn & William R Forte, 2010)
5. Gejala klinis
1) Anamnesis, meliputi tentang pertanyaan tentang periode
prenatal, meminta informasi mengenai episode perdarahan
sebelumnya, pariatis, serta riwayat multipel fetus dan
polihidramnion. Serta riwayat postpartum sekarang dimana
plasenta tidak lepas secara spontan atau timbul perdarahan
aktif setelah bayi dilahirkan.
2) Pada pemeriksaan prevagina, plasenta tidak ditemukan di
dalam kanalis servikalis tetapi secara parsal atau lengkap
menempel di dalam uterus.
6. Komplikasi
Koplikasi yang dapat terjadi meliputi
1. Komplikasi yang berhubungan dengan transfusi darah yang
dilakukan
2. Multiple organ failure yang berhubungan dengan kolaps
sirkulasi dan penurunan perfusi organ
3. Sepsis
4. Kebutuhan terhadap histeroktomi dan hilang.nya potensi
untuk memiliki anak selanjutnya
7. Etiologi Retensio plasenta
Penyebab Retentio plasenta menurut sastrawinata (2006:174) adalah :
a. Fungsional
1) His kurang kuat (penyebab terpenting)
2) Plasenta sukar terlepas karena tempatnya (insersi di sudut
tuba), bentuknya (plasenta membranasea,plasenta anularis),
dan ukurannya (plasenta yang sangat kecil ). Plasenta yang
sukar lepas karena penyebab di atas disebut plasenta
adhesive
b. Patologi Anatomi :
1) Plasenta akreta
2) Plasenta inkreta
3) Plasenta perkreta
Sebab-sebabnya plasenta belum lahir bisa oleh karena :
a. Plasenta belum lepas dari dinding uterus
b. Plasenta sudah lepas, akan tetapi belum di lahirkan
8. Tanda dan gejala
1. Plasenta Akreta Parsial/Separasi
a. Konsistensi uterus kenyal
b. TFU setinggi perut
c. Bentuk uterus discoid
d. Perdarahan sedang-banyak
e. Ostium uteri terbuka
f. Separasi Plasenta lepas sebagian
g. Syok inkarserata
2. Plasenta inkarserata
a. Konsistensi uterus keras
b. TFU 2 jari bawah pusat
c. Bentuk Uterus globular
d. Perdarahan sedang
e. Tali pusat terjulur
f. Osteum uteri terbuka
g. Separasi plasenta sudah lepas
h. Syok jarang
3. Plasenta Akreta
a. Konsistensi uterus cukup
b. TFU setinggi pusat
c. Bentuk uterus discoid
d. Perdarahan sedikit atau tidak ada
e. Tali pusat tidak terjulur
f. Ostium uteri terbuka
g. Separasi plasenta melekat seluruhnya
h. Syok jarang sekali, kecuali akibat inversion oleh tarikan
kuat pada tali pusat
(Prawirohardjo 2002:178)
9. Penatalaksanaan
a. Pencegahan adalah yang terbaik :
1. Atasi anemia pada kehamilan
2. Riwayat perdarahan (lahir dirumah sakit)
3. Pemeriksaan factor pembekuan darah pada IUFD
4. Pada kala 3 uterus jangan dipijat atau di dorong sebelum
plasenta lepas
5. Persalinan lam: berikan penanganan, cegah jangan sampai ibu
lelah
6. Penggunaan uterotonika terutama pada ibu dengan resiko
perdarahan
b. Penanganan umum
Penanganan retensio plasenta atau sebagian plasenta adalah :
1. Resisutasi. Pemberian oksigen 100%. Pemasangan IV-line dengan
karakter yang berdiameter besar serta pemberian cairan
kristaloid (sodium klorida isotonic atau larutan ringer laktak yang
hangat, apabila memungkinkan). Monitor jantung nadi, tekanan
darah dan saturasi oksigen. Transfusi darah apabila diperlukan
yang di konfirsmasi dengan hasil pemeriksaan darah.
2. Drips oksitosin (oxytocin drips) 20 IU dalam 500 ml larutan ringer
laktat atau Nacl 0.9% (normal saline) sampai uterus
berkontraksi.
3.
Retensio Plasenta