Anda di halaman 1dari 28

Laporan Kasus Ujian

SEORANG PASIEN DENGAN GANGGUAN PANIK

Billy Tumewu

14014101101

Masa KKM: 6 Juli 2 Agustus 2015

Pembimbing :

dr L.F.J. Kandou Sp.KJ

BAGIAN PSIKIATRI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2015
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Kasus Ujian dengan Judul :

Seorang Pasien Dengan Gangguan Panik

Telah dikoreksi dan dibacakan pada tanggal Juli 2015

Pembimbing,

dr L.F.J. Kandou Sp.KJ

1
DAFTAR ISI

JUDUL Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................. ii

LAPORAN KASUS ....................................................................................... 1

I. Identitas Pasien................................................................................................. 1
II. Riwayat Psikiatri............................................................................................... 1
III. Riwayat Kehidupan Pribadi.............................................................................. 3
IV. Pemeriksaan Status Mental............................................................................... 9
V. Pemeriksaan Diagnostik Lebih Lanjut.............................................................. 11
VI. Ikhtisar Penemuan Bermakna........................................................................... 13
VII. Formulasi Diagnosis......................................................................................... 14
VIII. Diagnosis Multiaksial....................................................................................... 15
IX. Problem............................................................................................................. 15
X. Terapi ...... ................................................................................ 16
XI. Anjuran............................................................................................................. 16
XII. Prognosis........................................................................................................... 17
XIII. Diskusi.............................................................................................................. 20
XIV. Wawancara Psikiatri......................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 28

LAMPIRAN ........ 29

2
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. A.M


Umur : 41 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Tempat/tanggal lahir : Manado, 22 April 1969
Status perkawinan : Menikah
Pendidikan terakhir : SMA ( tamat )
Suku/bangsa : Minahasa/ Indonesia
Alamat : Ranotana,kecamatan Sario ling 1 no 55
Pekerjaan : PNS
Agama : Kristen Protestan
Cara datang : Pasien datang sendiri
Tanggal pemeriksaan : 21 Juli 2015
Tempat pemeriksaan : Poliklinik Psikiatri RSU Prof. Dr. V. L Ratumbuysang

II. RIWAYAT PSIKIATRI


Riwayat psikiatri diperoleh pada tanggal 21 Juli 2015, dan pasien sudah
beberapa kali datang di Poliklinik Psikiatri RSU Prof.Dr.V.L.Ratumbuysang
Manado :
- Autoanamnesis

A. KELUHAN UTAMA
Perasaan gelisah disertai kram pada kepala dan nafas sesak.

B. RIWAYAT GANGGUAN SEKARANG

1
Pasien datang dengan keluhan perasaan gelisah dan tidak bisa berkonsentrasi dengan
baik di dalam kantor, kram pada kepala , dan dada terasa berat dan sesak nafas.
Keluhan ini dialami sejak 4 tahun yang lalu tetapi sekarang setelah kontrol teratur
di poli sudah jauh lebih baik. Durasi sesak 15-20 menit. Keluhan akan hilang
apabila pasien beristirahat dan ada teman yang mengajak pasien mengobrol . Gejala
seperti ini hampir setiap hari terjadi selama seminggu.
Pasien mengatakan keluhan ini sering muncul apabila pasien memikirkan sesuatu
secara berlebihan. Terutama jika pasien memikirkan soal gaji yang diterimanya.
Pasien mengatakan apabila gaji yang diterimanya sekarang tidak cukup untuk
membiayai kehidupan sehari-harinya bersama keluarga.
Pasien juga sering merasa takut jika berpergian ke luar kota. Pasien takut jika terjadi
sesuatu padanya, dan tidak akan ada orang yang menolongnya. Jika bepergian ke luar
kota, pasien akan meminta keluarga atau temannya untuk menemani pasien. Pasien
sempat coba untuk keluar kota sendiri, tapi hal ini membuat pasien merasa sangat
tidak tenang dan takut, dan langusng menghubungi dokter psikiatri yang merawatnya
untuk meminta obat. Perasaan ini akan membuat kepala pasien menjadi
kram/kesemutan dan sering kali terjadi sesak napas sekitar 15-20 menit.
Pasien sudah pernah mencoba mengatasi perasaannya ini dengan cara mengalihkan
pikirannya dan tidak tergantung dengan obat tapi tetap pasien mengalami keluhan
yang sama apabila pasien tidak minum obat dari dokter. Gejalanya ini mengganggu
pasien dalam melakukan aktivitas atau pekerjaannya. Sehingga pasien merasa perlu
untuk memeriksakan dirinya ke dokter psikiatri. Apabila pasien mengalami serangan
di kantor, maka pasien akan gelisah dan ingin segera pulang ke rumah.

C. RIWAYAT GANGGUAN PSIKIATRI

2
1. Riwayat gangguan psikiatri
Pasien sudah sering sekali datang berobat ke dokter dengan keluhan
yang sama. Sekarang keluhan pasien sudah jauh berkurang dari
sebelumnya.
2. Riwayat gangguan medis umum
Hipertensi (+) sejak tahun 2005 terkontrol dengan obat.
Penyakit ginjal, diabetes melitus, dan stroke disangkal. Tidak ada
riwayat trauma kepala, kejang, atau infeksi yang menyebabkan
penurunan kesadaran.
3. Riwayat penggunaan zat psikoaktif
Pasien hanya mengkonsumsi obat yang diberikan oleh dokter.
Merokok (+) sejak tahun 2004 dalam sehari bisa menghabiskan 5-6
batang
Alkohol (+) sejak tahun 2006 1 kali dalam seminggu ( 4 sloki )

III. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI


A. Prenatal dan Perinatal
Pasien adalah anak kedua dari empat bersaudara. Orang tua pasien mengasihi
dan menyayangi pasien. Pasien lahir normal di rumah dan ditolong oleh bidan. Saat
lahir tidak ditemukan kelainan dan cacat bawaan. Pasien dirawat sendiri oleh ibu
pasien.

B. Stadium Perkembangan Psikoseksual


Pada stadium oral (usia 0-18 bulan), setelah lahir pasien langsung diberikan
ASI sampai pasien mulai bisa mengonsumsi makanan padat. Saat lapar atau haus
pasien akan menangis dengan kencang dan segera mungkin diberi ASI oleh ibu
pasien.
Pada stadium anal (usia 1-3 tahun), Pasien diasuh oleh kedua orang tuanya.
Pasien diajarkan oleh ibunya untuk BAB di toilet (Toilet Training). Ketika pasien
ingin BAB, dia sudah dapat mengatakan pup pada ibunya. Pasien mulai tidak mau
BAB sembarangan.

3
Pada stadium urethral (Transisional), pasien diajarkan BAK di toilet (Toilet
Training) oleh ibunya. Pasien mulai bisa ke toilet sendiri saat ingin BAK. Pasien
sudah tidak mau lagi BAK sembarangan dicelana. Pasien tahu kalau BAK
sembarangan itu tidak baik.
Pada stadium falik, pasien berjenis kelamin laki-laki. Saat kecil pasien dekat
dengan kedua orang tuanya, terutama ayahnya. Pasien mencari perhatian dari orang
tuanya. Setelah pasien mengetahui identitas seksualnya adalah laki-laki, pasien
berpakaian seperti layaknya anak laki-laki dan masuk ke toilet umum khusus laki-
laki.
Pada stadium latensi (usia 5-6 tahun sampai 11-13 tahun), pasien memiliki
sifat pemalu meski begitu pasien mengaku senang bermain dan bercanda bersama
teman-temannya. Pasien juga senang bermain dengan saudaranya dirumah.
Pada stadium genital (usia 11-13 tahun sampai dewasa muda), pasien lebih
mandiri. Pasien berteman dengan teman sebayanya. Pasien sudah mulai menyukai
lawan jenisnya. Pasien memiliki teman dekat perempuan. Apabila ada masalah pasien
suka menceritakan pada ayahnya.

C. Stadium Siklus Kehidupan (Erik Erikson)


Pada stadium kepercayaan dasar lawan ketidakpercayaan dasar (usia 0-12
bulan), saat pasien lapar pasien akan menangis. Kemudian segera diberikan ASI oleh
ibu pasien dan pasien kembali tenang. Saat ditinggalkan ibunya keluar rumah pasien
akan menangis. Tapi saat di tenangkan, pasien akan berhenti menangis.
Pada stadium otonomi lawan rasa malu dan ragu (usia 1-3 tahun), pasien
memiliki sifat pemalu. Pasien mulai bisa makan sendiri dan mulai berbicara kata per
kata seperti mama, papa. Pertumbuhan dan perkembangan pasien sama seperti anak
lain yang sebaya dengan pasien.
Pada stadium inisiatif lawan rasa bersalah (usia 3-5 tahun), adanya inisiatif
untuk belajar dan melakukan pekerjaan membantu orang tua di rumah. Pasien suka
meniru pekerjaan yang dilakukan ayahnya. Pasien dididik oleh orangtuanya dengan
disiplin. Jika pasien dan saudaranya melakukan kesalahan, ayahnya akan memarahi
mereka.
Pada stadium industri lawan inferioritas (usia 6-11 tahun), pasien memiliki nilai
yang cukup baik di kelas. Pasien menyelesaikan pendidikan sekolah dasar tanpa

4
ketinggalan kelas. Pasien menyelesaikan Sekolah Dasar selama 6 tahun. Pasien
mengatakan suka keluar bermain bersama teman-temannya.
Pada stadium identitas lawan difusi peran (usia 11 tahun sampai akhir masa
remaja), pasien senang bermain dengan saudara-saudaranya, dan sering bergaul
dengan teman di dekat rumahnya. Pasien sudah tidak meneruskan ke jenjang SMP
oleh kemauan sendiri, karena pasien lebih suka bekerja membantu orang tuanya
berjualan. Pasien bekerja dengan rajin dan selalu melakukan kegiatan sehari-hari
dengan sangat teliti. Pasien sangat berhati-hati agar tidak melakukan kesalahan
selama bekerja membantu orang tuanya.
Pada stadium keintiman lawan isolasi (usia 21-40 tahun), pasien sudah menikah
dan memiliki seorang anak perempuan dan laki-laki. Pasien memiliki hubungan yang
baik dengan istri, ayah, ibu serta saudaranya. Pasien masih bekerja sebagai PNS dan
memiliki hubugan yang baik dengan orang sekitarnya.

D. Riwayat Masa Dewasa


1. Riwayat Pendidikan
Pendidikan terakhir yang dijenjang oleh pasien adalah tamat SMA.

2. Riwayat Pekerjaan
Pasien sekarang adalah PNS di RS RATUMBYSANG.

3. Riwayat Psikoseksual
Orientasi seksual pasien adalah lawan jenisnya yang sebaya. Pasien sudah
menikah dan memiliki 2 orang anak, yaitu perempuan dan laki-laki.

4. Riwayat Perkawinan
Pasien sudah menikah 2 kali yang pertama selama 3 tahun,tidak memiliki
anak dan kedua selama 10 tahun dan memiliki 2 orang anak. Selama ini
pasien aktif bekerja.
5. Kehidupan beragama

5
Pasien sering beribadah dan sering menjadi panitia dalam kegiatan gereja
seperti perayaan .

6. Riwayat Pelanggaran Hukum


Hubungan pasien dengan keluarga baik , istri dan anak cukup harmonis dan
hubungan dengan tetangga juga tergolong baik. Pasien juga sering
bersosialisasi baik dengan tetangga sekitar rumah pasien. Pasien tidak
memiliki pelanggaran hukum.

7. Situasi Kehidupan Sekarang


Letak rumah pasien di Ranotana kec Sario I Ling I No 55. Pasien tinggal di
rumah permanen dengan istri dan kedua anaknya. Bentuk rumah pasien
bangunan 1 lantai dengan dinding beton dan atap seng. Terdiri dari 3 kamar
tidur, 1 ruang tamu, 1 kamar mandi, dan 1 dapur .

DENAH RUMAH

6
Dapur
Kamar Kamar
Tidur tidur

Kamar mandi
Gudang
Ruang tamu

Kamar
Kamar Tidur
tidur
Garasi

8. Riwayat Keluarga
Pasien adalah anak kedua dari empat bersaudara, pasien termasuk
golongan keluarga dengan finansial yang cukup. Hubungan dengan orang tua
dan saudara-saudara adalah baik. Ayah dan ibu pasien mendidik pasien dan
saudara-saudaranya dengan kasih sayang yang sama rata walaupun sedikit
tegas. Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan serupa ataupun
gangguan jiwa sebelumnya.

SILSILAH KELUARGA/GENOGRAM

7

Laki-laki Meninggal Dunia

Perempuan Pasien

9. Persepsi Pasien tentang Diri dan Kehidupannya


Pasien ingin segera sembuh dan bisa berkonsentrasi kembali pada
pekerjaannya.

IV. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL

A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Pasien adalah seorang laki-laki, tampak sesuai usianya. Berkulit sawo
matang, berambut hitam. Penampilan rapi dengan menggunakan baju
dinas PNS warna biru lengan panjang dengan celana panjang warna
hitam.

8
2. Perilaku dan aktifitas psikomotor
Selama wawancara, pasien duduk tenang. Pasien dapat merespon saat
diucapkan salam. Pasien tidak menghindari kontak mata dan perhatian
pasien tidak mudah terpengaruh oleh sekitar.

3. Sikap terhadap pemeriksa


Pasien kooperatif selama wawancara dan menjawab setiap pertanyaan
yang diberikan oleh pemeriksa sesuai dengan pertanyaan yang ditanyakan.

B. Mood dan Afek


Mood : Eutimia
Afek : Luas
Keserasian : Serasi

C. Karakteristik bicara
Selama wawancara pasien menyimak pertanyaan dan menjawab pertanyaan
dengan spontan. Artikulasi jelas, volume jelas dan intonasi baik. Pasien
menoleh saat dipanggil namanya.

D. Gangguan Persepsi
Tidak ada halusinasi

E. Pikiran
1. Bentuk pikiran : Koheren, pasien menjawab sesuai
pertanyaan

2. Isi pikiran :Obsesi untuk bekerja dengan sangat hati-hati, tidak


melakukan kesalahan. Tidak ada waham.

F. Kesadaran dan Kognitif


1. Taraf Kesadaran dan Kesiagaan
Kompos mentis. Pasien dapat mengarahkan, mempertahankan,
mengalihkan dan memusatkan perhatiannya.

2. Orientasi
Orientasi waktu : baik, pasien mengetahui
waktu pada saat pemeriksaan
Orientasi tempat : baik, pasien mengetahui
dimana rumah dan tempat dia bekerja

9
Orientasi orang : baik, pasien dapat
mengenali teman-temannya.

3. Daya Ingat
Daya ingat jangka panjang :
baik, pasien dapat menceritakan masa
kecilnya dengan baik
Daya ingat jangka sedang : secara
umum baik
Daya ingat jangka pendek: baik,
pasien dapat mengingat apa yang ia
kerjakan dari tidur semalam, bangun pagi
sampai saat wawancara berlangsung
Daya ingat segera : baik, dapat
mengingat kembali percakapan yang
dilakukan dengan pemeriksa.

4. Konsentrasi dan Perhatian


Ketika wawancara berlangsung pasien dapat memusatkan perhatiannya
terhadap pertanyaan pemeriksa. Pasien menjawab sesuai pertanyaan yang
diberikan pemeriksa.

5. Kemampuan Membaca dan Menulis


Pasien dapat membaca dan menulis dengan jelas.

6. Intelegensi dan Daya Informasi


Semua pertanyaan dijawab dengan baik.

G. Pengendalian Impuls
Pasien dapat mengikuti wawancara dalam jangka waktu yang cukup lama
dengan baik dan tenang.

H. Tilikan

10
Tilikan derajat VI (pasien menyadari sepenuhnya tentang situasi dirinya
disertai motivasi untuk mencapai perbaikan untuk sembuh).

I. Taraf Dapat Dipercaya


Penjelasan pasien dapat dipercaya.

V. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS LEBIH LANJUT

A. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Cukup baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital : T: 130/80 mmHg, N: 80x/m, R: 20x/m,
S: 36,6C
Kepala : Konjungtiva anemis -/-, sclera icterus -/-
Thoraks : Rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen : Datar, lemas, peristaltic (+) normal
Hepar/Lien: tidak teraba
Ekstremitas : Edema (-), turgor kembali cepat, akral hangat

B. Pemeriksaan Neurologis
GCS : E4M6V5
TRM : Tidak dilakukan evaluasi
Mata : Gerakan normal searah
Pemeriksaan Nervus Kranialis :
a. Nervus Olfaktorius (N.I)
Dilakukan untuk memeriksa fungsi pembau penderita. Penderita disuruh
menutup matanya dan membaui bahan-bahan yang khas didekat
hidungnya dan ditanyakan apa yang dicium olehnya. Pada penderita ini
tidak dilakukan evaluasi.
b. Nervus Optikus (N.II)
Dilakukan untuk memeriksa ketajaman kasar. Kedua mata diperiksa secara
bergantian dan disuruh menyebutkan barang atau huruf di sekitar ruangan
tempat penderita berada. Pada penderita ini tidak dilakukan evaluasi.
c. Nervus Okulomotoris (N.III), Nervus Troklearis (N.IV), dan Nervus
Abducens (N.VI). Selama wawancara berlangsung dapat diamati bahwa

11
pasien memiliki gerakan bola mata yang normal (pasien mampu
melirikkan bola matanya ke kiri dan ke kakanan)
d. Nervus Trigeminus (N.V)
Pada penderita ini tidak dilakukan evaluasi
e. Nervus Facialis (N.VII)
Selama wawancara berlangsung terlihat wajah pasien simetris
f. Nervus Vestibulokoklearis (N.VIII)
Selama wawancara berlangsung, pasien mampu untuk menjawab
pertanyaan dengan tepat. Hal ini memberi kesan bahwa pendengaran
pasien normal. Saat berdiri dan berjalan pasien terlihat stabil dan tidak
terjatuh.
g. Nervus Glossofaringeus (N.IX), Nervus Vagus (N.X)
Dilakukan dengan menilai artikulasi bicara penderita, kemampuan
menelan. Pada penderita ini kesan normal.
h. Nervus Aksesorius (N.XI)
Selama wawancara berlangsung terlihat bahwa pasien dapat
menggerakkan kepalanya ke kiri dan kanan.
i. Nervus Hipoglosus (N.XII)
Dilakukan dengan cara menyuruh penderita menjulurkan lidah dan dilihat
apakah ada deviasi. Pada penderita ini tidak dilakukan evaluasi.
Ekstrapiramidal sindrom:tidak ditemukan gejala ekstrapiramidal sindrom
(tremor, rigiditas, bradikinesia)

C. Pemeriksaan penunjang
Saat dilakukan wawancara tanggal 21 Juli 2015, tidak ada pemeriksaan
penunjang.

VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Berdasarkan anamnesis didapatkan pasien laki-laki berumur 41 tahun, pendidikan
terakhir tamat SMA, telah menikah dan memiliki dua orang anak yaitu laki-laki dan
perempuan. Keluhan utama saat ini perasaan takut disertai kram pada kepala dan
sesak nafas. Keluhan ini dialami sejak 4 tahun yang lalu tetapi sekarang setelah
kontrol teratur di poli sudah jauh lebih baik. Durasi sesak 15-20 menit. Keluhan

12
akan hilang apabila pasien beristirahat dan ada teman yang mengajak pasien
mengobrol . Gejala ini terjadi hampir setiap hari dalam seminggu. Pasien pertama kali
datang ke poliklinik jiwa RS.Prof. V. L Ratumbuysang tahun 2011. Sampai sekarang
pasien rutin kontrol dan mengambil obat ke poliklinik jiwa dan mengatakan keluhan
yang dialami pasien sudah jauh berkurang dari pada sebelumnya pada tahun 2011.
Pada pemeriksaan status mental, pasien berpenampilan rapi dan sesuai dengan
usianya. Selama wawancara pasien tidak gelisah, artikulasi jelas, volume keras, serta
melakukan kontak mata dengan pemeriksa, mood pasien eutimia, afek luas, tidak
ditemukan adanya halusinasi dan waham. Arus pikir koheren. Isi pikir adanya obsesi
untuk bekerja dengan sangat hati-hati, tidak melakukan kesalahan,
jarang meluangkan waktu santai bersama keluarga. Tingkat tilikan
derajat 6, pasien menyadari sepenuhnya tentang situasi dirinya disertai motivasi untuk
mencapai perbaikan. Pada pemeriksaan fisik dalam batas normal.

VII. FORMULASI DIAGNOSTIK

Berdasarkan anamnesis ditemukan pasien merasa panik pada keadaan


dimana sebenarnya secara objektif tidak ada bahaya, dan pada keadaan tertentu
pasien juga panik setelah membayangkan sesuatu hal yang mengkahwatirkan
akan terjadi. Hal tersebut mengantarkan diagnosis Aksis I. Gangguan Panik.
Pada aksis II. Pasien bekerja dengan rajin dan selalu melakukan kegiatan
sehari-hari dengan sangat teliti. Pasien selalu berhati-hati agar tidak melakukan
kesalahan dalam pekerjaannya. Pasien juga sering merapikan rumahnya agar
selalu terlihat rapi sehingga dapat disimpulkan pasien memiliki kepribadian
obsesif kompulsif. Pada aksis III tidak ditemukan ada kelainan.
Pada aksis IV masalah pasien berkaitan dengan masalah dengan
pekerjaannya. Pasien sangat tekun dalam bekerja. Tapi pasien merasa gaji yang
diterimnya sekarang tidak cukup untuk kehidupannya dan keluarganya.

13
Pada aksis V, menurut Global Assessment of Functioning (GAF) scale,
Current dan HLPY nilainya adalah 90-81 yaitu gejala minimal, berfungsi baik,
cukup puas, tidak lebih dari masalah harian biasa.

VIII. DIAGNOSTIK MULTIAKSIAL

Aksis I : Gangguan Panik


Aksis II : Ciri Kepribadian Obsesif-Kompulsif
Aksis III : Tidak ada kelainan
Aksis IV : Bekerja sebagai pedagang di pasar. Pasien sangat tekun dalam
bekerja. Pasien harus bergelut dengan barang dagangannya
yang banyak. Belum lagi masalah kecil dalam rumah tangga,
misalnya pertengkaran kecil saat ada perbedaan pendapat
dalam rumah tangga.
Axis V : Global Assessment of Functioning (GAF) Scale current 90-81
yaitu gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas, tidak lebih
dari masalah harian yang biasa.GAF High Level Past Year
(HLPY) 90-81 yaitu penilaian fungsi secara global: gejala
minimal, berfungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari masalah
harian yang biasa.

IX. PROBLEM

A. Organobiologi : Tidak ada riwayat keluarga


yang mempunyai gejala/penyakit yang sama
B. Psikologi : Mengalami gangguan panik
C. Lingkungan dan sosial : Tidak ada gejala yang
berarti

X. TERAPI

14
A. Psikofarmako
o Fluoxetine 20 mg 1x1per hari
o Alprazolam 0,5 mg 1x1 per hari

B. Terapi Individu
Relaksasi dengan melatih pernafasan, mengendurkan seluruh otot
tubuh dan mensugesti pikiran bahwa pasien bisa sembuh dan
penyakitnya tidak akan menjadi masalah yang besar bagi
kehidupannya. Lakukan saat pasien dalam keadaan tenang.
C. Intervensi Psikososial
Memberikan dukungan dan edukasi terhadap pasien agar
memahami gangguannya lebih lanjut, cara pengobatan, efek
samping yang dapat muncul, pentingnya kepatuhan dan
keteraturan minum obat.
Memotivasi dan memberikan dukungan kepada pasien agar
pasien tidak mudah menyerah dan tetap bersemangat dalam
menghadapi hidup ini

XI. EDUKASI
- Terhadap pasien:
1) Memberikan edukasi dan support terhadap pasien agar memahami
gangguannya lebih lanjut, cara pengobatan, efek samping yang dapat
muncul, serta pentingnya kepatuhan dan keteraturan minum obat.
2) Memberikan dukungan kepada pasien untuk meningkatkan rasa percaya
diri dan pencapaian kualitas hidup yang baik.
3) Memotivasi dan memberikan dukungan kepada pasien agar pasien tidak
merasa putus asa dan semangat juangnya dalam menghadapi hidup ini
tidak kendur.
- Terhadap keluarga:

15
1) Meminta keluarga untuk tetap memastikan pasien tetap berada dalam
pengawasan keluarga.
2) Memberikan pengertian dan dukungan kepada keluarga akan pentingnya
peran keluarga pada perjalanan penyakit.
3) Meminta keluarga untuk tetap memberikan perhatian penuh terhadap
pasien dan mengawasi pasien dalam minum obat.

XII. PROGNOSIS

- Dubia et vitam : Bonam


- Dubia et functionam : Dubia ad bonam
- Dubia et sanationam : Dubia ad bonam

XIII. DISKUSI
A. Formulasi Diagnostik
Diagnosis pada pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis. Dari
anamnesis ditemukan gejala-gejala yang berkaitan dengan Gangguan
Panik. Gangguan panik adalah ditandainya serangan panik yang spontan
dan tidak diperkirakan. Serangan panik adalah periode kecemasan atau
ketakutan yang kuat dan relative singkat, yang disertai dengan gejala
somatik tertentu seperti palptasi dan takipneu. Panik pada keadaan
dimana sebenarnya secara objektif tidak ada bahaya, dan pada keadaan
tertentu pasien juga panik setelah membayangkan sesuatu hal yang
mengkahwatirkan akan terjadi..1,2

Formulasi diagnostik ini berdasarkan DSM-V. Kriteria diagnostik


gangguan panik yaitu3:
a. Serangan panik berulang yang tidak terduga. Serangan panik merupakan
luapan kekuatan dari ketidaknyamanan intens yang mencapai puncak
dalam hitungan menit dan selama waktu itu, empat (atau lebih) gejala
berikut terjadi:
1. Palpitasi, jantung berdebar atau peningkatan denyut jantung
2. Berkeringat
3. Gemetar

16
4. Rasa napas sesak atau tertahan
5. Merasa tercekik
6. Rasa nyeri dada
7. Mual atau nyeri perut
8. Merasa pusing, mudah goyah, light-headed, atau pingsan
9. Sensasi dingin atau panas
10. Paresthesia
11. Derealisasi atau depersonalisasi
12. Rasa takut kehilangan kontrol atau menjadi gila
13. Rasa takut mati
a. Setidaknya salah satu serangan telah diikuti selama satu bulan (atau
lebih) dari salah satu berikut:
1. Perhatian atau rasa khawatir menetap tentang serangan panik
tambahan atau konsekuensinya
2. Perunahan maladaptive signifikan dalam perilaku yang
berhubungan dengan serangan
b. Gangguan tidak berhubungan dengan efek fisiologis zat atau kondisi
medis lainnya.
c. Gangguan tidak dapat dijelaskan lebih baik oleh gangguan mental
lainnya.

Diagnosis pada pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis dari pasien


serta pemeriksaan status mental. Dari anamnesis ditemukan bahwa
awalnya pasien datang dengan keluhan Pasien datang dengan keluhan
perasaan gelisah disertai kram pada kepala dan nafas sesak.
Keluhan ini dialami sejak 4 tahun yang lalu tetapi sekarang setelah
kontrol teratur di poli sudah jauh lebih baik. Durasi sesak 15-20 menit.
Keluhan akan hilang apabila pasien beristirahat dan ada teman yang
mengajak pasien mengobrol . Gejala seperti ini hampir setiap hari terjadi
selama seminggu.
Pasien mengatakan keluhan ini sering muncul apabila pasien memikirkan
sesuatu secara berlebihan. Terutama jika pasien memikirkan soal gaji yang
diterimanya. Pasien mengatakan apabila gaji yang diterimanya sekarang
tidak cukup untuk membiayai kehidupan sehari-harinya bersama keluarga.

17
Kepribadian dapat didefinisikan sebagai totalitas sifat emosional dan
perilakuyang menandai kehidupan seseorang dari hari ke hari dalam
kondisi yangbiasanya. Gangguan kepribadian adalah suatu varian dari
sifat karakter tersebutyang diluar rentang yang ditemukan pada sebagian
besar orang. Gangguankepribadian digolongkan ke dalam 3 kelompok,
yaitu kategori A (paranoid,skizoid, skizotipal), kategori B (antisosial,
ambang, histrionik, narsistik), dankategori C (menghindar, dependen,
obsesif-kompulsif, gangguan kepribadian yang tidak ditentukan).1
Pada pasien ini mengarah ke gangguan kepribadian Obsesif-
Kompulsif. Ciri-ciri gangguan kepribadian Obsesif-Kompulsif: 4

a. Perasaan ragu dan hati-hati berlebihan


b. Terpaku pada rincian, peraturan, daftar, perintah, organisasi,
jadwal
c. Perfeksionisme yang menghambat penyelesaian tugas
d. Teliti, berhati-hati berlebihan dan lebih mengutamakan
produktivitas sehingga mengenyampingkan kesenangan dan
hubungan interpersonal
e. Terpaku dan terikat secara berlebih pada norma sosial
f. Memaksakan kehendak agar orang lain melakukan sesuatu
menurut caranya
g. Kaku dan keras kepala
h. Intrusi pikiran atau impuls yang tidak dikehendaki
Untuk diagnosis dibutuhkan paling sedikit 3 dari di atas. Pada kasus
ditemukan poin a, b, c, dan d

B. Perencanaan Terapi
a. Psikofarmaka
Obat trisiklik dan tetrasiklik, MAO inhibitor, SSRI dan benzodiazepine
efektif dalam pengobatan gangguan panic. Pada kasus ini diberikan
fluoxetine 20 mg 1-0-0 dan alprazolam 0,5mg 0-0-1. Fluoxetine termasuk
dalam golongan obat Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI). SSRI
bekerja menghambat re-uptake neurotransmitter serotonin pada celah

18
sinaptik antar neuron, sehingga pada awalnya terjadi peningkatan
serotonin. Fluocetin memiliki waktu paruh dua sampai tiga hari.
Farkodinamika SSRI yaitu pertama memiliki aktivitas spesifik dalam hal
inhibisi ambilan kembali serotonin tanpa efek ambilan kembali
norepinefrin dan dopamine. Kedua SSRI tidak memiliki aktivitas agonis
dan antagonis pada tiap reseptor neurotransmitter. Fluocetin mempunyai
efek samping yag melibatkan sistem saraf pusat seperti nyeri kepala,
insomnia, mengantuk, dan kecemasan. Obat alprazolam merupakan obat
golongan benzodiazepine dengan efek yang diinginkan dari penggunanya
adalah efek hipnotik-sedatif. Sifat yang diinginkan dari penggunanya
adalah perbaikan dari anxietas, euphoria, dan kemudahan untuk tidur.
Golongan benzodiazepine merupakan drug of choice dari semua obat yang
memiliki efek anti anxietas disebabkan spesifisitas, potensi, dan
keamanannya.5 Pada pasien ini diberikan alprazolam karena efektif untuk
anxietas antisipatorik.
Psikoterapi
Ventilasi: memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan
perasaan dan keluhannya sehingga pasien merasa lega.
Konseling: memberikan penjelasan kepada pasien sehingga
dapatmembantu pasien dalam memahami penyakit dan cara mengatasinya

XIV. WAWANCARA PSIKIATRI

A: Dokter Muda

B: Pasien

A: Selamat pagi pak, kita dengan dokter muda, boleh mo ba carita sadiki? kita mo
konseling dengan bapak tentang bapak pe keluhan yang bikin bapak datang
ke poliklinik jiwa. Boleh kita minta bapak pe waktu sebentar?

B : io boleh dokter.

19
A : Jadi bapak ada keluhan apa yang bikin bapak sering kontrol di poli jiwa?

B: Begini kwa dok, kita kage-kage ja rasa gelisah kong qt pe jantung rasa ta pukul
kong qt pe kepala rasa kram sampe sesak nafas.

A: sejak kapan bapak ja rasa bagitu ?

B: pertama kali rasa bagitu kira-kira dari 4 tahun yang lalu tahun 2011, kong dari
situ kita ja datang b kontrol di poli

A: kong pas jadi rasa bgtu, kira-kira brapa lama dang ?

B: sekitar 15-20 menit begitu dok

A: awalnya karena kiapa bisa timbul rasa bagitu dang ?

B: qt qw dok lagi stress ini deng qt pe gaji. Soalnya torang pe gaji kan cm jaga
ambe di bank, jadi kalo mo ambe so ta potong noh.qt rasa qw dok qt pe gaji
nd cukup dang buat qt ongkos qt pe keluarga. Padahal qt so cukup lama da
kerja deng qt selalu bagus kalo mo kerja.

A : kalo muncul itu gejala apa yang bapak jaga bikin dang ?

B : biasa kita kalo dapa gejala begitu di kantor, qt somo suka pulang ke rumah
kong istirahat ato kalo ada rame-rame keluarga, tape istri deng anak-anak
duduk kong bcerita rame-rame noh.

A : bapak ada saki laeng rupa darah tinggi, saki jantung, saki paru-paru, atau
kencing manis, atau saki ginjal sebelumnya?

B : kita ada saki darah tinggi dari tahun 2005 kalo nd salah dok, mar qt rajin
kontrol deng ta ator minum obat noh
A : bapak ja minum obat teratur di rumah? kong itu gejala ada ba kurang?
B : iyo dokter teratur minum. Kalo minum obat langsung tenang noh qt dok. Qt
rasa so jauh lebih bagus noh qt sekarang dari pada yang dulu tahun 2011

20
A :satu minggu berapa kali depe serangan muncul? tulalu lebih sering dari
sekarang dang?
B : sekarang so jarang sekali dok,leng kali sampe 1 minggu nd ada gejala le.
Tulalu ja dapa sampe tiap hari dalam 1 minggu.
A : di orang tua ato basudara ada yang ja muncul gejala rupa bapak?
B : nda ada, cuma kita yang begini dokter.
A: kong bapak so pgi ke dokter jantung for ba periksa itu jantung?
B: so pernah ba priksa jantung tahun 2011, kong depe hasil kita pe jantung bagus.
A: kong tu gejala da menganggu bapak pe pekerjaan ato nda ?

B: tulalu mengganggu sekali dok..tiap kali dapa gejala qt somo langsung suka
pulang karna qt nd bisa tenang di kantor. Mar sekarang so bagus noh dok qt
kerja di kantor. Kalo qt rasa so mulai muncul depe gejala qt so berusaha
kendalikan qt pe pikiran ato nd somo minum obat.

A: oh io dang..bagus noh kalo so bagus-bagus pak. Mar bapak tetap musti lebih
berusaha lawan noh itu pikiran deng perasaan yang jaga beking tako..kan itu
bapak pe diri, jadi musti bapak noh yang kendalikan..banyak berdoa le noh
pak tantu toh..

B: oh io dok nanti qt coba noh..

A: dengan bapak tetap jang lupa tu obat minum teratur neh sampe nanti dokter
yang kase brenti

B: oh io dokter,

A: kong bapak pernah dang ba dengar orang ba bise-bise ?

B: nda pernah dok

A: kalo balia sesuatu yang aneh-aneh dang?

B: nda pernah noh dok

21
A: kalo bapak pe pola makan dang bagimana ? teratur ato nda?

B: biasa dok, teratur kita ja makan 3 kali sehari noh

A: Klu dengan tetangga bapak pe hubungan bagaimana? bae atau bagaimana?

B : Bae dokter, nda ja baku tasalah deng dorang semua.

A: ohhh.. Oke dang pak, nanti torang sambung ulang neh, jangan lupa tu obat
musti minum teratur neh, kong jangan lupa motivasi diri sendiri kalo
sebenarnya bapak itu sehat.

B: oh io dang dok, makase banya neh dok

A: oke pak, sama-sama. Makasi banya ne bapak so bersedia, somo permisi ne


pak

B: iya dok

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Maslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III.


Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atma Jaya. 2001

2. American Psychiatric Association DSM-5 Diagnostic and Statistical Manual


of Mental Disorders : Fifth Edition . American Psychiatric Publishing;
Washington DC. 2013. p.34

3. Maslim R. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi ketiga. Jakarta: Bagian


Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atma Jaya. 2007

4. Kaplan H, Sadock B, Grebb J. Sinopsis Psikiatri: Ilmu Pengetahuan Perilaku


Psikiatri Klinis. Jilid II. Binarupa Aksara Publisher. 2010

5. Elvira DS, Hadisukanto. Buku Ajar Psikiatri. Badan Penerbit Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2010.

23
LAMPIRAN

24
Foto bersama pasien

Foto rumah depan pasien

25

Anda mungkin juga menyukai