PENDAHULUAN
Post trauma stress disorder (PTSD) atau gangguan stres pasca trauma
perang militer, serangan dengan kekerasan atau suatu kecelakaan yang serius
gejala gangguan psikologis lain, namun tidak semua gangguan psikologis yang
lingkungan. Bentuk paling ekstrem dari stres merupakan akibat dari kerjadian
traumatik, yang disebut traumatik stress. Stres pasca trauma atau post traumatic
stress (PTS) merupakan stres yang berlangsung mengikuti kejadian traumatis. Bila
1
subklinis gangguan tersebut.prevalensi seumur hidup pada perempuan berkisar
sekitar 10 hingga 12 persen dan 5 hingga 6 persen pada laki-laki. Walaupun PTSD
dapat timbul pada usia berapapun, ganguan ini paling prevalen pada dewasa muda
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gangguan stres pasca trauma (post traumatic stress disorder) adalah suatu
sindrom yang timbul setelah seseorang melihat, terlibat di dalam, atau mendengar
tersebut dengan rasa takut dan tidak berdaya, secara menetap menghidupkan
berbeda dengan pemicu gangguan stres biasa. Peristiwa gangguan stres pasca
trauma biasanya bersifat luar biasa, tiba-tiba dan sangat menekan. Pemicu stres
2
dikategorikan sebagai traumatic stressor, sedangkan pemicu stres atau kecemasan
biologis yang sebelumnya ada dan peristiwa yang terjadi sebelum dan
karena anggota yang lainnya juga mengalami pengalaman yang sama. Arti
yang selamat dari bencana dapat mengalami rasa bersalah (survivor guilt)
3
terjadi pada pasien yang melaporkan riwayat trauma seksual mas akanak-
peristiwa.3
Model perilaku PTSD menekankan adanya dua fase di dalam
bebas dari stimulus asal yang tidak dipelajari, dan orang mengembangkan
4
pola penghindaran terhadap stimulus yang dipelajari maupun stimulus
Adrenal.
berikut.5,6,7,8,9
1. Jenis kelamin peremppuan, 2 hingga 4 kali lipat dibandingkan pada laki-
depresi.
6. Tidak memiliki sitem pendukung yang baik dari keluarga dan teman.
7. Memiliki kerabat dekat dengan masalah kesehatan mental, termasuk
PTSD.
8. Terpapar oleh kejadian-kejadian dalam kehidupan yang luar biasa
dirinya.
2.4 Gejala
secara kontinu dan dalam kurun waktu yang tentu. Gejala dapat timbul sewaktu-
5
waktu bergantung pada stimuli yang diterima pasien. Gejala PTSD, meskipun
tidak spesifik, meliputi indikasi yang khas. Terdapat tiga tipe gejala, flight, fight,
amarah dan perilaku kekerasan merupakan gejala fight, sedangkan disosiasi dan
alterasi diri merupakan karakteristik freeze. Tiga tipe gejala yang terjadi pada
PTSD adalah.1,2,3
1. Pengulangan pengalaman trauma, ditunjukkan dengan:
Selalu teringat akan peristiwa yang menyedihkan yang telah
dialami.
Flashback (merasa seolah-olah peristiwa yang menyedihkan
terulang kembali).
Nightmares (mimpi buruk tentang kejadian-kejadian yang
membuatnya sedih).
reaksi emosional dan fisik yang berlebihan karena dipicu oleh
6
Tidak bisa tidur
Kehilangan selera makan
Impotensi
2. Gangguan kognitif:9
Gangguan pikiran seperti disorientasi
Mengingkari kenyataan
Linglung, melamun berkepanjangan, lupa
Terus menerus dibayangi ingatan yang tak diinginkan
Tidak fokus dan tidak konsentrasi
Tidak mampu menganalisa dan merencanakan hal-hal yang
sederhana
Tidak mampu mengambil keputusan
3. Gangguan emosi:9
Halusinasi dan depresi (suatu keadaan yang menekan, berbahaya,
dominan.
Gangguan ini tidak boleh secara umum didiagnosis kecuali ada bukti
bahwa timbulnya dalam waktu 6 bulan dari suatu peristiwa traumatik yang luar
waktu antara terjadinya peristiwa dan onset melebihi waktu lebih dari 6 bulan,
7
asalkan manifestasi klinisnya khas dan disertai bukti adanya trauma yang selalu
ada dalam ingatan, bayangan atau mimpi mengenai peristiwa tersebut secara
disorder ed 4: orang yang telah terpapar dengan suatu kejadian traumatik dimana
terdapat kedua dari berikut ini, orang mengalami, menyaksikan, atau dihadapkan
dengan sesuatu kejadian yang berupa ancaman kematian atau kematian yang
sesungguhnya atau cedera yang serius atau ancaman kepada integritas fisik diri
sendiri atau orang lain, respon berupa rasa takut yang kuat, rasa tidak berdaya atau
horor.9
Berdasarkan DSM IV, ada beberapa jenis kejadian yang potensial mungkin
perampokan).
2. Penculikan.
3. Penyandraan.
4. Serangan militer
5. Serangan teroris
6. Penyiksaan
7. Ditahan dalam penjara sebagai tahanan politik atau tahanan perang
8. Bencana alam baik yang alamiah maupun yang dibuat oleh manusia
9. Kecelakaan mobil yang berat
10. Didiagnosis mengalami penyakit berat yang mengancam kehidupan
8
2.5 Diagnosis Banding
Gejala stres pasca traumatik sulit dibedakan dengan gejala gangguan panik
dengan kecemasan dan aktivasi gejala autonomik. Pada gangguan stres pasca
traumatik relasi waktu antara kejadian traumatik dan gejala dan selalu teringat
2.6 Prognosis
Kira-kira 30% pasien pulih dengan smepurna, 40% terus menderita gejala
ringan, 20% terus menderita gejala sedang dan 10 % tidak berubah atau
memburuk. Umumnya orang yang sangat muda atau sangat tua lebih mengalami
kesulitan.
Prognosis yang baik dapat dicapai bila kondisi gangguan stres pasca
traumatik muncul dalam waktu singkat, fungsi premorbid yang baik, dukungan
sosial yang baik dan tidak ada kondisi penyalahgunaan zat. Tingkat pemulihan
disorder.3
2.7 Penatalakksanaan
2.7.1 Farmakoterapi
Selective serotonin Reuptake inhibitor (SSRI), seperti sertralin (zoloft) dan
semua kelompok gejala PTSD dan efektif dalam memperbaiki gejala PTSD yang
khas, tidak hanya gejala yang serupa dengan depresi atau gangguan ansietas lain.3
9
Efektifitas imipramin (Tofranil) dan amitriptilin (Elavil), dua obat trisiklik, untuk
terapi PTSD didukung oleh sejumlah percobaan klinis yang terkontrol baik.
sebagian besar percobaan ini memberikan kecacatan serius termasuk durasi yang
terlalu singkat. Dosis imipramin dan amitriptilin harus sama dengan dosis yang
2.7.2 Psikoterapi
Psikoterapi psikodinamik dapat berguna dalam terapi pada banyak pasien
karena mengalami kembali trauma dapat terlalu berat untuk sejumlah pasien.
trauma.
Terapi seperti ini biasanya memerlukan pendekatan kognitif dan juga
10
stres. Pasien disarankan tidur, menggunakan obat jika perlu. Dukungan dari orang
traumatik melalui teknik membayangkan atau pajanan in vivo. Pajanan ini dapat
intens seperti pada terapi implosif, atau bertahap seperti pada desensitisasi
stres, termasuk teknik relaksasi dan pendekatan kognitif untuk menghadapi stres
stres efektif lebih cepat daripada teknik pemajanan, hasil teknik pemajanan lebih
bertahan lama.3
Teknik psikoteraupetik lainnya yang relatif baru dan kontroversial adalah
pada gerakan lateral jari klinisi sambil mempertahankan bayangan mental tentang
pengalaman trauma. Keyakinan umum adalah bahwa gejala dapat dipulihkan jika
dalam. Penggagas terapi ini mengatakan terapi ini sama efektif dan mungkin lebih
11
efekif daripada terapi PTSD lain dan lebih disukai klinisi maupun pasien yang
telah mencobanya.3
BAB III
KESIMPULAN
Gangguan stres pasca trauma (post traumatic stress disorder) adalah suatu
sindrom yang timbul setelah seseorang melihat, terlibat di dalam, atau mendengar
stressor, sedangkan pemicu stres atau kecemasan biasa disebut ordinary stressor
Terdapat tiga tipe gejala, flight, fight, dan freezze. Ansietas dan penghindaran
gejala fight, sedangkan disosiasi dan alterasi diri merupakan karakteristik freeze.
12
Gangguan ini tidak boleh secara umum didiagnosis kecuali ada bukti
bahwa timbulnya dalam waktu 6 bulan dari suatu peristiwa traumatik yang luar
waktu antara terjadinya peristiwa dan onset melebihi waktu lebih dari 6 bulan.
SSRI mengurangi gejala semua kelompok gejala PTSD dan efektif dalam
memperbaiki gejala PTSD yang khas, tidak hanya gejala yang serupa dengan
psikoterapi terbatas waktu untuk korban trauma. Terapi seperti ini biasanya
.DAFTAR ISI
KATA PENGANTARi
DAFTAR ISI..ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
BAB II.....................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................3
2.4 Gejala..............................................................................................................6
13
2.5 Diagnosis Banding........................................................................................11
2.6 Prognosis......................................................................................................11
2.7 Penatalakksanaan..........................................................................................11
2.7.2 Psikoterapi.............................................................................................12
BAB III..................................................................................................................15
KESIMPULAN.....................................................................................................15
ii
14