Anda di halaman 1dari 14

BAB VIII

MENULIS TULISAN ILMIAH

A. Pengertian dan Tahapan Menulis Tulisan Ilmiah


Tulisan ilmiah adalah tulisan yang dikembangkan dengan menggunakan logika berpikir
ilmiah. Didalam menulis tulisan ilmiah diperlukan cara berpikir yang logis dan sistematis. Selain
itu juga, dalam tulisan ilmiah perlu dilengkapi oleh fakta dan data yang akurat, sesuai dengan
keadaan sebenarnya. Agar tulisan ilmiah yang kita ciptakan sistematis dan teratur, maka harus
mengikuti tahapan-tahapan sebagai berikut :

1. Sumber topik dan Pemilihan topik


Topik dapat disebut pokok pembicaran atau masalah yang akan dibahas. Topik harus
telah ditentukan sebelum mulai menulis. Tanap topik tidak mungkin dihasilkan tulisan yang
baik. Dengan demikian topik merupakan hal yang sangat penting dalam tulisan. Topik dapat
dibara dari mana-mana. Pengalaman individual, penyelidikan terhadap suesuatu, kreasi
imajinati, pengalaman keluarga, cita-cita, kerier, dalam sekitar, persoalan kemasyarakatan,
kebudayan, ilmu pengetahuan, mata pencaharian dan sebagainya.
Tulisan-tulisan narasi, deskripsi dan ekposis biasanya bersumber dari apa yang
disebutkan di atas. tetapi tulisan argumensai atau persuasi umumnya bersumber dari pendapat
dan sikap pengarang, setiap orang mempunyai pendapat dan sikap terhadap sesuatu. Orang
dapat menyukai sesuatu atau membenci, menyetujui atau menolak, menganggap baik atau
menganggap buruk, bersikap ragu-ragu atau yakin dan lain-lain. Dari pendapat dan sikap inilah
karangan argumentasi atau persuasi.
Penulis yang masih baru biasanya sangat sulit untuk mencari atau memperoleh topik.
Untuk mengatasi hal tersebut petunjuk dibawah ini perlu diperhatikan, a.1. :
a. Selalulah berusaha menambah pengalaman dengan banyak melibat mendengarkan,
membaca dan mengalami sendiri berbagai pertistiwa
b. Selalu rajin mengamat-amati sesuatu yang terjadi di sekitar kita, atau membaca buku-buku
yang merupakan hasil pengamanan dan penelitian orang lain.
c. Selalu mengembangkan imajinasi (days khayal) dan kratifitas.
d. Sering menagdakan diskusi dan tukar menyukar pendapat untuk melatih mengemukakan
pendapat dan mempertahankannya dengan argumentasi dan contoh yang baik dan tepat,
serta memperluas cakrawala berpikir.
Setelah kita mengetahui sumber topik, maka langkah yang berikutnya adalah pemilihan
topik. Untuk memilih topik ini pertama sekali kita harus menentukan jenis tulisan apa yang akan
kita buat, sehingga kita dapat mengembangkannya menjadi suatu tulisan.
Ada beberapa hal yang harus kita perhatikan dalam pemilihan suatu topik (pokok
pembicaraan) yaitu :

1
1. Topik harus menarik perhatian penulis sendiri. Apabila topik sudah menarik perhatian penulis,
maka dengan sendirinya penulis akan berusaha secara teurs menerus mencari data-data untuk
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi. Penulis akan terdorong untuk menyelesaikan
tulisan itu dengan sebaik-baiknya. Sebaliknya suatu topik yang tidak menarik perhatian
penulis akan menimbulkan kekesalan bagi penulis dan pembciaraan yang tersendat-sendat
2. Topik harus diketahui oleh penulis. Dalam hal ini penulis sekurang-kurangnya mengetahui
prinsip-prinsip ilmiahnya serba sedikit.
3. Topik jangan terlalu baru, terlalu teknis dan terlalu kontroversal. Suatu topik yang terlalu baru
sangat sulit dikumpulkan data-datanya sebagai penunjang di perpustakana atau buku
referensi lainnya. Begitu juga dengan suatu topik yang terlalu teknis dan yang kontroversial
akan menimbulkan kesulitan pula bagi penulis untuk bertindak secara objektif

2. Pembatasan Topik
Panjang pendeknya suatu tulisan tidaklah menetuka kwalitas tulisan tersebut. Tulisan
yang pendek tetapi jelas, padat dan berguna bagi perbedaharaan pengetahuan dan bermakna bagi
kehidupan, pasti lebih dihargai daripada tulisan yang panjang tetapi bertele-tele atau tidak jelas
apa sesungguhnya yang akan disampaikan penulisnya.
Berdasarkan uraian di atas ini, suatu tulisan ada baiknya jangan telrebih luas dan jangan
pula terlalu sempit. Setiap penulis harus yakin bahwa topik yang dipilihnya cukup sempit dan
terbatas sesuai dengan pengetahuan penulis mengenai topik yang terlalu luas dan umum, akan
mengakibatkan uraian menjadi kabur dan cermat.
Supaya hal ini jangan terjadi, pembatasan dan penyempitan topik akan memungkinkan
penulis untuk mengadakan penelitian yang lebih intensif mengenai masalah dan lebih mudah
memilih hal-hal yang mudah dikambingkan. Untuk membatasi suatu topik dapat dilakukan
dengan langkah-langkah berikut ini: :
a. Menetapkan topik yang ingin digarasi dalam suatu kedudukan sentral.
b. Ajukan pertanyaan, apakah topik yang berada dalam kedudukan sentral itu masih dapat
diperinci lebih lanjut ? Bila dapat, tempatkanlah perinciannya itu di sekitar topik tersebut.
c. Tetapkanlah yang mana dari perincian tadi yang dipilih.
d. Ajukan pertanyaan apakah pilihan tadi masih dapat dirinci
Demikianlah dilakukan secara berulang-ulang sampai diperoleh suatu topik yang khussu
yang akan digarap lebih lanjut. Di samping cara yang di atas, pembatasan topik ini dapat pula
dilakukan dengan cara lain, yaitu :
a. Pembatasan menurut tempat
b. Pembatasan menurut waktu / periode / zaman
c. Pembatasan menurut pembagian bidang kehidupan manusia.
d. Pembatasan menurut aspek khusus-umum
e. Pembatasan menurut hubungan klausal

2
f. Pembatasan menurut objek yang dibicarakan.

3. Menentukan maksud dan tujuan


Pembatasan topik dalam suatu tulisan belumlah dengan sendirinya menbatasi pula
maksud dan tujuan penulisan. Oleh sebab itu penulis harus menetapkan pula maksud untuk
mengarap topik tersebut. Pemberantasan dan penentuan tujuan ini merupakan sebuah ransangan
menyeluruh yang memungkikan penulis lebih bebas dan terarah untuk becerita.
Seperti halnya pemberantasan topik, penentuan maksud dan tujuan juga akan
menentukan bahwa mana yang diperlukan, serta cara mana yang paling baik untuk menyusun
tulisan itu.
Disamping penentuan maksud dan pemilihan topik, tema tuilisan jgau ahrus
diperhatikan. Dalam penentuan sebuah tema untuk sebuah tulisan dan dua unsur yang paling
dasar peklu dikeahui yaitu topik atau pokok pembicaran dan tujuan yang akan dicapai melalui
topik tersebut. Berdasarkan hal ini maka tema dalam suatu tulisan dapat dibatasi sebagai suatu
perumusan dari topik yang akan dijadikan landasan pembicraan dan tujuan yang akan dicapai
melalui topik tadi.
Tema dapat dirumuskan dalam bentuk satu paragraf, suatu kalimat atau rngkaian
paragraf-paragraf. Perumusan singkat yang mengandung tema dasar dari sebuah tulisan disebut
tesis. Sedangkan perumusan yang tidak menjutkan tema dasarnya disebut pengungkapan
maksud. Untuk lebih jelasnya tesis sudah pengungkapan maksud ini, perhatilankan contoh-
contoh di bawah ini :
Contoh I :
Topik : Pengangguran
Tujuan : Menguraikan sebab-sebab terjadinya pengangguran
Tesis : Penangguran yang sekarang dialami negara-negara berkembang
disebabkan oleh bermacam-macam faktor.

Contoh II
Topik : Pengangguran
Tujuan : Mencegah pengangguran
Pengungkapan maksud : dalam urain penulis akan mengemukakan bermacam-macam faktor
yang menimbulkan pengangguran itu, sehinga pemerintah dapat
mengambil langkah-langkah pencegahan

4. Struktur dan metode penyusunan


Struktur dan metode penyusunan adalah cara yang dipergunakan oleh penular untuk
mengadakan inter-relasi antar gagasan-gagasan yang membentuk suatu topik. Kalai kita
menetapkan bahwa topik tulisan kita umapanya pendidikan, maka gagasan-gagasan atau topik-

3
topik bahwaannya yang dikembangkan dari topik utama dari adalah murid, guru, sekolah, alat
peraga, kurikulum, metode mengajar, sistem evaluasi dan sebagainya
Struktur dan metode penyusunan sebaliknya memberi kemungkinan untuk menemukan
inter-relasi murid dan guru, dann sarana pendidikan, murid dan kurikulum, guru dan metode
menggarap, guru dan alat peraga dan sebagainya. Penulis harus menetapkan sebauh topik dan
berusaha memerinci topik itu dan mengevaluasi semuanya dalam sautu struktur yang jelas.
Selanjutnya, untuk menghasilkan sebuah tulisan yang baik penulis harus
mnengembangkan secara terus menerus suatu proses berpikir yang teratur. Proses berpikir yang
teratur ini harus menuju kepada suatu kesimpulan. Untuk itu pertmaa-tama penulis harus
mengumpulkan sejumlah data, fakta, informasi, opini, kemudain dan mengadakan evaluasi dan
selokasi atasan bahan-bahan informasi tadi, lalu mengoorganisasikannya ke dalam suatu
kerangka berfikir yang teratgur menuju kepda suatu kesimpulan. Berdasarkan kerangka tulisan
inilah nanti si penulis untuk mengembangkan tulisannya menjadi sautu tulisan yang baik dan
teratur.

B. Perbedaan topik dan judul


Berangkali ada diantara pembaca bingung dengan kedua istilah ini. Topik dan judul
adalah dua tiilsah yang jelas berbeda. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, topik dapat
dikatakan sebagai pkk pembciaraan atau maslah yang akan dibahas. Sedangkan judul dapat
dikatakan kepada karangan atau tulisan. Sebelum memulai tulisan, topik harus sudah ditentukan,
sedangkan judul tidak selalu demikian halnya.
Judul ada kalanya ditentukan setelah tulisan selesai, tetapi ada pula ditentukan sebelum
memulai tulisan. Hal ini tergantung kepada penulisannya juga. Penulis yang menentukan judul
sebelum memulai tulisan, tidak jarang mempertimbangkan kembali, atau mengubahnya, setelah
tulisannya selesai. Hal ini dimaksudkan agar judul sebagai kepala karangan atau tulisan, sesuai
benar dengan isi tulisan tersebut. Sebagai kepala tulisan, judul mempuyai kedudukan yang
sangat penting.
Inilah sebabnya kata yang dipilih untuk judul sebuah tulisan seringkali dipertimbangan
sedemikian rupa agar cocok benar dijadikan kepala karangan. Memilih kata yang tepat untuk
judul memang tergantung pada selera penulisnya, dan bersifat relative. Oleh karena itu sering
pengarang menentukan judul sesuai dengan keinginannya yang dianggapnya menarik dan
memilih nilai artistic di samping dapat mengambarkan isi tulisan.
Untuk menentukan judul yang baik dan menarik, penulis perlu memperhtikan syarat-
syarat berikut :
1. Judul harus relevan, maksudnya harus mempunyai pertalian dengan temannya, atau setidak-
tidaknya ada pertalian dengan beberapa bagian yang penting dari tulisan tersebut

4
2. Judul harus ekonomis, maksudnya judul tidak perlu terlalu panjang, cukup singkat, yang
penting tetap harus diperhatikan agar tidak mengurangi arti, isi atau luas cakupan masalah
yang dibahas dengan kata lain harus singkat.
3. Judul harus jelas dan logis maksud judul harus tetap mempunyai makna yang jelas, tidak
mendua arti, dan diusahakan menghindari kata-kata yang bersifat mengaburkan pengertian
agar dapat dipertanggungjawabkan.
4. Judul harus provokatif, maksudnya judul harus mampu mengundang rasa ingin tahu
pembaca terhadap isi tulisan itu, sehingga mereka tertarik untuk membacanya
SOAL-SOAL BAB VIII

1. Jelaskanlah defenisi dan ciri-ciri karangan atau tulisan ilmiah.


2. Uraikan perbedaan topik dengan judul dalam tulisan.
3. Untuk menentukan judul yang baik dan menarik dalam tulisan perlu memperhatikan beberapa
syarat. Jelaskan satu per satu.
4. Untuk membatasi topik dalam tulisan dapat dilakukan dengan beberapa cara, jelaskan satu per
satu.
5. Jelaskan langkah-langkah membatasi topik dalam tulisan.
6. Untuk menentukan topik dalam tulisan perlu memperhatikan beberapa hal, sebutkan satu per
satu.

5
BAB IX
KERANGKA TULISAN (OUTLINE)

A. Pengertian Kerangka Tulisan (Outline)


Secara singkat kerangka tulisan (outline adalah suatu rencana kerja yang memuat garis-
garis besar dari sautu tulisan yang akan digarap. Seorang penulis, pada umumnya pertama sekali
harus membuat bagan atau rencana kerja, yang setiap saat dapat mengalami perbaikan dan
penyempurnaan hingga mencapai bentuk yang lebih baik.
Untuk membuat perencanaan semacam ini, diperlukan suatu metode yang teratur,
sehingga pada waktu menyusunan bagian-bagian dari topik yang akan digaraf, dapat dilihat
hubungan yang jelas antara satu bagian dengan bagian lainnya. Metode yang biasa dipergunakan
untuk maksud inilah disebut kerangka tulisan itu.
Walaupun kerangka tulisan menjamin penulisan yang logis dan teratur, namun kerangka
tulisan tidak boleh diperlakukan suatu pedoman yang kaku, tetapi selalu dapat mengalami
perbaikan untuk mencapai suatu bentuk yang lebih sempurna. Kerangka tulisan dapat berbentuk
catatan sederhana tetapi dapat juga berbentuk yang lebih mendetail yang sudah digaraf lebih
cermat.

B. Manfaat Kerangka Tulisan (outline)


Apabila diperhatikan, seorang penulis ada kalanya tidak mengindahkan kerangka tulisan
untuk meneruskan tulisannya. Suatu tulisan yang pendek ataupun tulisan yang panjang dapat
disusun tanpa kerangka tulisaan. Memang hal ini biasa terjadi bagi mereka yang sudah
berpengalaman. Tetapi perlu diketahui penulis yang membuat tulisannya tanpa kerangka tulisan
biasanya cenderung kehilangan kontrol untuk mengarahkan tulisannya kepada sasaran yang
hendak dicapai. Untuk menghindari hal inilah maka kerangka tulisan itu sangat besar
manfaatnya bagi setiap penulis, terutama sekali bagi orang-orang yang baru menulis.

Secara terperinci kerangka Tulisan bertujuan untuk :


1. Membantu penulis untuk menyusun tulisannya secara teratur dan terarah.
2. Memudahkan penulis menciptakan bagian-bagian atau tingkatan-tingkatan yang berbeda
dalam tulisan tersebut .
3. Memudahkan penulis untuk mencari materi pembantu dalam pengembangan tulisan
tersebut.
4. Menghindari penggarapan sebuah gagasan sampai dua kali atau lebih, sekaligus
kesalahan-kesalahan yang tidak perlu dilakukan.

6
5. Bila seorang pembaca kelak menghadpai tulisan yang telah siap, ia dapat
menyusutkannya kembali kepada tulisan yang hakekatnya sama dengan apa yang dibuat
penulisnya.

C. Langkah-Langkah Penyusunan Kerangka Tulisan


Biasanya suatu kerangka tulisan yang baik tidaklah cukup hanya dibuat sekali saja.
Penulis selalu berusaha menyempurnakan untuk memperoleh bentuk yang lebih baik. Untuk
mendapatkan kerangka tulisan yang lebih baik ini, penulis hendaknya mengikuti langkah-
pangkah penyusunan kerangka tulisan tersebut. Adapun langkah-langkah yang perlu
diperhatikan adalah sebagai berikut
1. Menentukan topik dan menetapkan tujuan penggarapan topik tersebut.
2. Merumuskan tema dengan jelas berdasarkan topik dan tujuan yang telah ditentukan.,
tema yang dirumuskan haruslah berbentuk tesis dan pengungkapan maksud.
3. Mendaftarkan atau merumuskan gagasan-gagasan bawahan yang merupakan perincian
dari tema yang berbentuk tesis atau pengungkapan maksud tadi. Setiap gagasan dapat
diperinci lebih lanjut.
4. Mengevaluasi setiap gagasan yang merupakan perincain dari topik atau gagasan yang
lebih tinggi kedudukannya.
Evaluasi ini dapat dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut :
a. Kita harus memperhatikan semau gagasan, apakah ada relevansinya dengan tesis atau
pengungkapan maksud. Jika ada gagasan yang ternyata tidak mempunyai rerlevansi /
hubungan dengan tesis, maka gagasan tersebut dapat dihilangkan atau dicoret dari
daftar.
b. Kita harus memperhatikan apakah ada dua gagasan yang sama tetapi dirumuskan
dengan cara yang berbeda. Jika ternyata ada, maka kedua gagasan tersebut harus
dirumuskan kembali dengan yang baru agar mencakup kedua gagasan tersebut.
c. Kita harus memperhatikan apakah semua gagasan itu sama derajatnya, atau
sebaliknya ada gagasan itu merupakan bawahan dari gagasan yang lain, tetapi
ditempatkan pada kedudukan yang sama. Jika ternyata ada, maka gagasan yang
merupakan bawahan itu haruslah ditempatkan pada kedudukan derajat yang lebih
rendah
d. Kita harus memperhatikan apakah gagasnm-gagasan itu benar-benar menjadi
bawahan dari gagasan-gagasan yang membawahinya.
5. Untuk menyusun gagasan-gagasan itu semuanya menjadi suatu kerangka tulisan yang
logis dan teratur, maka langkah yang terakhir adalah menentukan suatu pola susunan
yang paling cocok.
Pola susunan keranga tulisan yang sering dipergunakan adalah sebagai berikut :
a. Berdasarkan urutan waktu (kronologis)

7
Urutan waktu ini biasnaya dipergunakan untuk membantu suatu kerangka tulisan yang
didasarkan pada tahap-tahap kejadian atau peristiwa yang hendak diuraikan. Bab-bab atau pasal-
pasal yang memakai pola ini disusun menurut urutan kejadiannya dalam hal ini peristiwa yang
satu mendahului peristiwa yang lain atau suatu peristiwa mengikuti peristiwa lainnya. Oleh
karena itu sering suatu peristiwa akan menajdi penting bila dirangkakan dengan peristiwa
lainnya.
Dalam bentuk tulisan naratif seperiti roman, novel dan cerpen sering kita jumpai urutan
peristiwa yang merupakan corak lain dari urutan waktu yang dimasudkan , yang biasa disebut
berplot flasback (sorot balik). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa suatu peristiwa akan
menjadi jelas apabila dikaitkan dengan peristiwa lainnya.

b. Berdasarkan urutan local / tempat (ruang)


Urutan local ini dieprgunakan mengembangkan kerangka tulisan menurut susunan
tempat atau ruang daripada objek yang hendak diuraikan. Dalam hal ini semua bab demi bab
atau pasal demi pasal disusun berdasarkan tempat objek tersebut. Misalnya menerangkan sebuah
gedung bertingkat. Penulis menerangkannya mulai dari tingkat bahwa ruang satu, dua, tiga.
Kemudian berangsur-angsur ke tingkat dua ruang empat, lima enam, tujuh, delapan dan
sembilan sampai seterusnya selesai. Tulisan yang sering mempergunakan urutan ini adalah
tulisan deksripsi.

c. Berdasarkan urutan klimaks dan arti klimaks


Urutan ini biasanya dilakukan menurut jenjang kepentingannya. Bila posisi yang paling
penting itu berada pada akhir rangkaian maka urutan ini disebut klimaks. Tetapi jika posisi yang
paling penting itu berada di awal, maka urutan ini disebut urutan anti klimaks.
Dalam urutan klimaks penulis menyusun bagian-bagian dari kerangka tulisan itu mulai
dari suatu rangkaian yang paling rendah kepentingannya, berangsur-angsur kepada kepentingan
yang lebih tinggi, sedangkan dalam urutan anti klimaks penulis menyusunanya mulai dari suatu
yang paling penting berangsur-angsur menuju kepada yang paling rendah kedudukannya atau
kepentingannya.

d. Berdasarkan urutan familiaritas


Berdasarkan uutan ini kerangka tulisan disusun menurut dikenal tidaknya bahan yang
akan diuraikan. Dalam hal ini penulis pertama sekali mengemukakan hal-hal yang dikenal,
kemudian berangsur-angsur pindah kepada hal-hal yang belum dikenal atau yang belum
diketahui pembaca. Apabila penulis pertama sekali mengemukakan hal yang belum dikenal
pembaca, maka hal ini dapat mengurangi minat si pembaca untuk melanjutkan pembacaannya.
Sebaliknya, apabila penulis pertama sekali mengemukakan yang sudah dikenal pembaca, maka

8
dengan sendirinya pembaca semakin tertarik untuk membaca selanjutnya, sekaligus merasa
terbimbing untuk mengenal sesuatu yang selama ini belum dikenalnya.

e. Berdasarkan urutan ekspretabilitas


Berdasarkan urutan ini kerangka tulisan disusun menurut diterima tidaknya gagasan yang
dikemukakan. Dalam hal ini penulis pertama sekali mengemukakan suatu yang dapat diterima
pembaca, kemudian berangsur-angsur kepada gagasan-gagasan yang mungkin ditolak oleh
pembaca. Hal-hal yang dapat diterima pembaca biasanya merupakan prinsip-prinsip umum,
selanjutnya kepada prinsip-prinsip yang lebih khusus.
Misalnya , Hak memperoleh keadilan adalah sebagian dari pada hak azasi manusia.
Prinsip umum ini akan diterima pembaca. Maka prinsip umum ini terlebih dahulu
dikemukakan, untuk sampai pada inti tulisan, yaitu meggugat ketidakadilan yang dialami anak
kecil. Gugatan ini mungkin langsung ditolak oleh orang yang merasa berintdak tidak adil
tersebut. Tetapi manakala dia menerima perinsip umum yang telah dikemukakan terdahulu maka
otomatis gugatan itu harus diterima pula, seperti dia menerima prinsip umum tadi.

f. Berdasarkan urutan kausal


Berdasarkan urutan ini kerangka tulisan disusun menurut hubungan sebab-akibat atau
akibat-sebab. Dalam hal ini penulis pertama sekali mengemukakan suatu masalah yang dianggap
sebab, kemudian uraian selanjutnya akan menelusuri akibat-akibat yang mungkin
ditimbulkannya. Demikian pula sebaliknya. dapat dimulai dengan menguraikan bebarapa akibat
atau beberapa keadaan, lalu kemudian bertanya, kenapa hal itu terjadi, apa yang
menyebabkannya. Dalam penulisan sejarah atau membicarkaan persoalan yang dihadapi umat
manusia pada umumnya, urutan kerangka tulisan berdasarkan hubungan kausal ini terasa amat
efektif.

g. Berdasarkan urutann logis


Berdasarkan urutan ini kerangka tulisan disusun menurut aspek umum dan aspek khusus.
Dalam hal ini penulis pertama sekali dengan memperkenalkan kelompok-kelompok yang paling
umum, kemudian berangsur-angsur membicarakan kelompok-kelompok yang paling khusus,
yang merupakan bagian daripada kelompok yang umum tadi. Atau sebaliknya, dimulai dengan
hal-hal yang khusus, lalu meningkatkan kepada hal-hal yang umum yang mencakup hal-hal yang
khusus tadi.

h. Berdasarkan urutan pemecahan masalah


Berdasarkan urutan ini, kerangka tulisan disusun menurut pengungkapan masalah dan
bagaimana pula pemecahannya. Dalam hal ini penulis pertama sekali memulai dari suatu

9
masalah tertentu, kemudian berangsur-angsur mengemukakan hal-hal yang menjadi kesimpulan
umum sekaligus menjadi pemcegahan masalah tersebut.
Untuk menguraikan sesuatu dengan metode ini, ada tiga hal yang perlu diperhatikan
antara lain :
(1) Pertama kali menguraikan peristiwa atau persoalan tersebut
(2) Analisa menangani sebab-sebab atau akibat--akibat dari persoalan itu
(3) Alternatif-alternaif apa yang menjadi jalan kelaur atau jawaban dari masalah yang
dihadapi tersebut

D. Syarat-Syarat Kerangka Tulisan Yang Baik


Dengan melakukan langkah-langkah dan pola penyusunan kerangka tulisan di atas,
belumlah dapat menciptakan suatu kerangka yang baik. Oleh karena itu, suatu kerangka tulian
yang baik harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut.
1. Tesis atau pengungkapan maksud harus jelas
Kejelasan yang dimaksudkan di sini adalah dalam struktur kalimat yang baik, kejelasan
menampilkan gagasan mana yang dijadikan landasan uraian dan tujuan mana yang akan dicapai
oleh landasan tadi.
2. Tiap unit dalam kerangka tulisan hanya mengandung satu gagasan
Dalam hal ini, setiap unit dalam kerangka tulisan tersebut, baik unit atasan maupun unit
bawahan tidak boleh mengandung lebih dari satu gagasan pokok. Jika ada dua tau lebih gagasan
pokok dimasudkan dalam satu simbol yang sama maka hubungan sturkturnya tidak akan jelas.
Oleh karena itu unit yang demikian harus bervariasi dan ditempatkan dalam pasangan simbol
yang sama derajatnya.

3. Pokok-pokok dalam kerangka tulisan harus disusun secara logis


Dalam hal ini, suatu kerangka tulisan yang disusun secara logis dan teratur haruslah
memperhatikan hal berikut :
a. Setiap unit yang lebih tinggi harus diperinci lebih khusus secara maksimal.
b. Setiap perincian yang lebih khusus itu harus mempuyai hubungan langsung dengan
atasannya
c. Setiap perincian harus mempunyai hubungan yang sudah baik dan teratur mengandung
satu kesatuan.
d. Semua pokok-pokok harus mengandung pasangan symbol yang konsisten.
Pemakaian angka dan huruf sebagai penanda tingkatan maupun urutan unit-unitnya, dan
tipografi atau penempatan angka dan huruf penanda tingkatan tersebut dalam tingkatan atas
sampai ke tingkatan paling bawah.
Pemakaian angka dan huruf sebagai penanda tingkatan dan urutan unti-unit kerangka
tulisan biasanya mengikuti aturan sebagai berikut :

10
a. Angka Romawi, I, II, III, IV, dsd dipakai untuk tingkatan pertama.
b. Huruf Kapital ,A B, C, D, dseb, dipakai untuk tinkat kedua
c. Hufuf Arab : 1, 2,3,4, dsb dipakai untuk tingkatan ketiga.
d. Huruf Kecil : a, b, c, d, dsb dipakai untuk tingkatan keempat.
e. Angak arab dalam kurung : (1), (2), (3), (4), dsb dipakai untuk tingkatan kelima
f. Huruf kecil dalam kurung : (a), (b), (c), (d), dsb dipakai untuk tingkatan keenam

E. Macam-macam kerangka tulisan


Berdasarkan perincian atau penggolongannya kerangka tulisan dapat dibedakan atas
kerangka tulisan sementara dan kerangka tulisan formal
Kerangka tulisan sementara atau sering disebut kerangka tulisan non-formal adalah
merupakan alat bantu, sebagai penuntun sementara untuk mengarahkan tulisan sebelum sampai
kepada naskah jadi. Kerangka Tulisan ini belum disusun secara terperinci. Biasanya hanya
terdiri dari tesis atau pengungkapan maksud dan pokok pokok utama. Paling tinggi dua tingkat
perincian. Kerangka tulisan seperti ini bisa menjadi dasar untuk mengadakan perombakan-
perombakan yang dianggap perlu.
Sedangkan kerangka tulsan formal timbul dari pertimbangan bahwa topik yang akan
sudah bersifat sangat kompleks atau keseluruhannya boleh dikatakan sudah selesai. Untuk lebih
mengetahui tentang kerangka tulisan ini, marilah kita perhatikan format di bawah ini sebagai
berikut :

TESIS : ...................................................................................................
MAKSUD : ...................................................................................................
BAB I : PENDAHULUAN ...................................................................................
A. .......................................................................................................
1. .....................................................................................................
a. ..................................................................................................
b. ..................................................................................................
2. .....................................................................................................
a. ..................................................................................................
b. ..................................................................................................
B.........................................................................................................
1. .....................................................................................................
2. .....................................................................................................
a. ..................................................................................................
b. ..................................................................................................

BAB II ............................................................................................................

11
A. .......................................................................................................
1. .....................................................................................................
2. .....................................................................................................
3.......................................................................................................
B. .......................................................................................................
1. .....................................................................................................
2. .....................................................................................................
C.........................................................................................................
1. .....................................................................................................
2. .....................................................................................................
3.......................................................................................................
a. ................................................................................................
b. ................................................................................................
BAB .III ............................................................................................................
A. .......................................................................................................
1. .....................................................................................................
a. ..................................................................................................
b. ..................................................................................................
2. .....................................................................................................
a. ..................................................................................................
b. ..................................................................................................
B.........................................................................................................
1. .....................................................................................................
2. .....................................................................................................
a. ..................................................................................................
b. ..................................................................................................
BAB .IV dst

12
SOAL-SOAL BAB IX

1.Jelaskan apa yang dimaksud dengan kerangka tulisan (out line).


2.Uraikan apa manfaat kerangka tulisan (out line) dalam pengembangan tulisan.
3.Pola penyusunan kerangka tulisan dapat dilakukan berdasarkan beberapa hal. Jelaskan satu-
persatu.
4.Uraikan beberapa syarat-syarat kerangka tulisan yang baik.
5.Jelaskan langkah-langkah penyusunan kerangka tulisan.
6.Kerangka tulisan dapat dibedakan atas beberapa jenis. Jelaskan satu-persatu.
7.Pemakaian simbol sebagai penanda tingkatan atau urutan unit-unit kerangka karangan dapat
dilakukan dengan mengikuti aturan tertentu. Jelaskan satu-persatu.
8.Jelaskan tujuan pembuatan kerangka karangan dalam pengembangan tulisan.
9.Ciptakanlah sebuah kerangka karangan singkat yang bisa digunakan untuk pengembangan
tulisan.
10.Bandingkanlah kerangka tulisan dengan daftar isi.

13
BAB X
PENGUMPULAN DATA DAN KUTIPAN

A.Pengumpulan Data
Dalam pembahasan terdahulu telah diungkapkan bahwa sebelum melakukan penulisan,
penulis terlebih dahulu telah menentukan topik yang akan digarap. Berdasarkan topik tersebut
juga telah dibatasi ruang lingkupnya dengan merumuskan beberapa permasalahan yang akan
dibahas, sekaligus membuat kerangka karan

14

Anda mungkin juga menyukai