Anda di halaman 1dari 21

Kehamilan Postterm 2017

BAB I
PENDAHULUAN

Kehamilan pada umumnya berlangsung 40 minggu (280 hari) dihitung dari hari
pertama haid terakhir. Kehamilan postterm merupakan kehamilan yang berlangsung lebih
dari 42 minggu (294 hari) sejak hari pertama siklus haid terakhir (HPHT). Insiden kehamilan
postterm antara 4-19% tergantung pada definisi yang dianut dan kriteria yang dipergunakan
dalam menentukan usia kehamilan. 1

Penentuan usia kehamilan menjadi salah satu pokok penting dalam penegakan
diagnosa kehamilan postterm. Informasi yang tepat mengenai lamanya kehamilan merupakan
hal yang penting karena semakin lama janin berada di dalam uterus maka semakin besar pula
1
resiko bagi janin ataupun neonatus untuk mengalami gangguan yang berat. Diagnosa
kehamilan postterm berdasarkan hari pertama haid terakhir (HPHT) hanya memiliki tingkat
akurasi 30 persen.2 Kini, dengan adanya pelayanan USG maka usia kehamilan dapat
ditentukan lebih tepat, terutama bila dilakukan pemeriksaan pada usia kehamilan 6-11
minggu. 1

Divon dan Feldman-Leidner melaporkan bahwa insiden kehamilan postterm berkisar


dari 4 hingga 19 persen. Sekitar 6 persen dari 4 juta bayi yang lahir di Amerika Serikat
selama tahun 2006 diperkirakan telah dilahirkan pada usia kehamilan 42 minggu atau lebih.

Sampai saat ini, masih belum ada ketentuan dan kesepakatan yang pasti mengenai
penatalaksanaan kehamilan postterm. Masalah yang sering dihadapi pada pengelolaan
kehamilan postterm adalah perkiraan usia kehamilan yang tidak selalu dapat ditentukan
dengan tepat. Masalah lain dalam penatalaksanaan kasus kehamilan postterm adalah karena
pada sebagian besar pasien (70%), saat kehamilan mencapai 42 minggu, didapatkan serviks
belum matang/unfavourable dengan nilai Bishop yang rendah sehingga tingkat keberhasilan
induksi menjadi rendah. Sementara itu, persalinan yang berlarut-larut akan sangat merugikan
bayi postmatur. Oleh sebab itu, masih menjadi kontroversi sampai saat ini apakah pada
kehamilan postterm langsung dilakukan terminasi/induksi atau dilakukan penanganan
ekspektatif sambil dilakukan pemantauan kesejahteraan janin. 2

1
Kehamilan Postterm 2017

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi
Kehamilan postterm adalah kehamilan yang berlangsung lebih dari 42 minggu (294
hari) yang terhitung sejak hari pertama siklus haid terakhir (HPHT).3

2.2. Epidemiologi
Insiden kehamilan postterm di negara Prancis adalah sekitar 1% dari semua
kehamilan. Insiden kehamilan postterm di negara AS dan negara Eropa bervariasai antara
0,5-10%. Adanya variasi insiden dikarenakan adanya pemeriksaan dini dengan USG dan
adanya penggunaan induksi persalinan.3

Menurut Standar Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi (POGI), insidens


kehamilan lewat waktu sangat bervariasi antara lain4 :

Insidens kehamilan 42 minggu lengkap : 4 14 %, 43 minggu lengkap 2 7 %.

Insidens kehamilan post-term tergantung pada beberapa faktor : tingkat pendidikan


masyarakat, frekuensi kelahiran pre-term, frekuensi induksi persalinan, frekuensi
seksio sesaria elektif, pemakaian USG untuk menentuka usia kehamilan.

Secara spesifik, insidens kehamilan post-term akan rendah jika frekuensi kelahiran
pre-term tinggi, bila angka induksi persalinan dan seksio sesaria elektif tinggi, dan
bila USG dipakai lebih sering untuk menentukan usia kehamilan.

2.3. Etiologi
Penyebab pasti dan poses terjadinya kehamilan postterm sampai saat ini masih belum
diketahui dengan pasti. Teori-teori yang pernah diajukan untuk menerangkan penyebab
terjadinya kehamilan postterm antara lain2 :
1. Teori progesteron
Berdasarkan teori ini, diduga bahwa terjadinya kehamilan postterm adalah karena
masih berlangsungnya pengaruh progesteron melewati batas waktu yang semestinya.
2. Teori oksitosin
Rendahnya pelepasan oksitosin dari neurohipofisis wanita hamil pada usia kehamilan
lanjut diduga sebagai salah satu faktor penyebab terjadinya kehamilan postterm.

2
Kehamilan Postterm 2017

3. Teori kortisol/ACTH janin


Kortisol janin akan mempengaruhi plasenta sehingga produksi progesteron berkurang
dan memperbesar sekresi estrogen. Proses ini selanjutnya berpengaruh terhadap
meningkatnya produksi prostaglandin. Pada kasus-kasus kehamilan dengan cacat
bawaan janin seperti anensefalus atau hipoplasia adrenal, tidak adanya kelenjar
hipofisis janin akan menyebabkan kortisol janin tidak diproduksi dengan baik
sehingga kehamilan berlangsung lewat bulan.
4. Teori saraf uterus
Berdasarkan teori ini, diduga kehamilan postterm terjadi pada keadaan tidak
terdapatnya tekanan pada ganglion servikalis dari pleksus Frankenhauser yang
membangkitkan kontraksi uterus seperti pada keadaan kelainan letak, tali pusat
pendek, dan masih tingginya bagian terbawah janin.
5. Teori heriditer
Pengaruh herediter terhadap insidensi kehamilan postterm telah dibuktikan pada
beberapa penelitian sebelumnya. Kitska et al (2007) menyatakan dalam hasil
penelitiannya bahwa seorang ibu yang pernah mengami kehamilan postterm akan
memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami kehamilan postterm pada kehamilan
berikutnya. Hasil penelitian ini memunculkan kemungkinan bahwa kehamilan
postterm juga dipengaruhi oleh faktor genetik. Mogren (1999) menyatakan bahwa
bilamana seorang ibu mengalami kehamilan postterm saat melahirkan anak
perempuan, maka besar kemungkinan anak perempuannya akan mengalami
kehamilan postterm.

2.4. Faktor Risiko


Faktor risiko dari kehamilan postterm antara lain3 :
1. Primiparitas
2. Riwayat kehamilan postterm sebelumnya
3. Obesitas
4. Faktor hormonal dan predisposisi genetik
5. Anensephali janin
6. Defisiensi placental sulfatase

3
Kehamilan Postterm 2017

2.5. Permasalahan Kehamilan Postterm


Pada kehamilan postterm terjadi berbagai perubahan baik pada cairan amnion,
plasenta, maupun janin. Pengetahuan mengenai perubahan-perubahan tersebut dapat
dijadikan dasar untuk mengelola kasus persalinan postterm2.

1. Perubahan pada Plasenta.


Disfungsi plasenta merupakan faktor penyebab terjadinya komplikasi pada kehamilan
postterm dan meningkatnya risiko pada janin. Fungsi plasenta mencapai puncaknya pada
kehamilan 38 minggu dan kemudian mulai menurun terutama setelah 42 minggu. Rendahnya
fungsi plasenta ini berkaitan dengan peningkatan kejadian gawat janin dengan risiko 2-4 kali
lebih tinggi. Penurunan fungsi plasenta dapat dibuktikan dengan penurunan kadar estriol dan
plasenta laktogen. Perubahan yang terjadi pada plasenta sebagai berikut.

Penimbunan kalsium. Pada kehamilan postterm terjadi peningkatan penimbunan


kalsium pada plasenta. Hal ini dapat menyebabkan gawat janin dan bahkan kematian
janin intrauterin yang dapat meningkat sampai 2-4 kali. Timbunan kalsium plasenta
meningkat sesuai dengan progresivitas degenarasi plasenta.

Proses degenerasi jaringan plasenta yang terjadi seperti edema, timbunan fibrinoid,
fibrosis, trombosis intervilli, spasme arteri spiralis dan infark villi.

Selaput vaskulosinsial menjadi tambah tebal dan jumlahnya berkurang. Keadaan ini
dapat menurunkan metabolisme transport plasenta.

Perubahan biokimia. adanya insufisiensi plasenta menyebabkan protein plasenta dan


kadar DNA di bawah normal, sedangkan konsentrasi RNA meningkat. Transport
kalsium tidak terganggu tetapi aliran natrium, kalium, glukosa, asam amino, lemak
dan gamma globulin mengalami gangguan sehingga janin akan mengalami hambatan
pertumbuhan dan penurunan berat janin.1

2. Oligohidramnion
Pada kehamilan postterm terjadi perubahan kualitas dan kuantitas cairan amnion.
Jumlah cairan amnion mencapai puncak pada usia kehamilan 38 minggu, yaitu sekitar 1000
ml dan menurun menjadi sekitar 800 ml pada usia kehamilan 40 minggu. Penurunan jumlah
cairan amnion berlangsung terus menjadi sekitar 480 ml, 250 ml, hingga 160 ml pada usia
kehamilan 42, 43, dan 44 minggu.1

4
Kehamilan Postterm 2017

Penurunan jumlah cairan amnion pada kehamilan postterm berhubungan dengan


penurunan produksi urin janin. Dilaporkan bahwa berdasarkan pemeriksaan Doppler
velosimetri, pada kehamilan postterm terjadi peningkatan hambatan aliran darah (resistance
index/RI) arteri renalis janin sehingga dapat menyebabkan penurunan jumlah urin janin dan
pada akhirnya menimbulkan oligohidramnion. Oleh sebab itu, evaluasi volume cairan amnion
pada kasus kehamilan postterm menjadi sangat penting artinya.2

Estimasi jumlah cairan amnion dapat diukur dengan pemeriksan USG. Salah satu
metode yang cukup populer adalah pengukuran diameter vertikal dari kantung amnion
terbesar pada setiap kuadran dari 4 kuadran uterus. Hasil penjumlahan keempat kuadran
tersebut dikenal dengan sebutan indeks cairan anmion (Amnionic Fluid Index/AFI). Bila nilai
AFI telah turun hingga 5 cm atau kurang, maka merupakan indikasi adanya
oligohidramnion.1

3. Perubahan pada janin


Berat janin. Bila terjadi perubahan anatomik yang besar pada plasenta, maka terjadi
penurunan berat janin. Namun, seringkali pula plasenta masih dapat berfungsi dengan
baik sehingga berat janin bertambah terus sesuai bertambahnya umur kehamilan.
Risiko persalinan bayi dengan berat lebih dari 4000 gram pada kehamilan postterm
meningkat 2-4 kali lebih besar.

Sindrom postmaturitas. Dapat dikenali pada neonatus dengan ditemukannya


beberapa tanda seperti gangguan pertumbuhan dan dehidrasi, penurunan jumlah
lemak subkutaneus, kulit menjadi keriput, dan hilangnya vernik kaseosa dan lanugo.
Perubahan lainnya yaitu; rambut panjang, kuku panjang, serta warna kulit kehijauan
atau kekuningan karena terpapar mekonium. Namun demikian, Tidak seluruh
neonatus kehamilan postterm menunjukkan tanda postmaturitas tergantung fungsi
plasenta. Umumnya didapat sekitar 12-20 % neonatus dengan tanda postmaturitas
pada kehamilan postterm. Tanda postterm dibagi dalam 3 stadium2 :
a. Stadium 1 : Kulit kehilangan verniks kaseosa dan maserasi berupa
kulit kering, rapuh, dan mudah mengelupas.
b. Stadium 2 : Gejala di atas disertai pewarnaan mekonium (kehijauan) pada kulit.
c. Stadium 3 : Pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit, dan tali pusat.

5
Kehamilan Postterm 2017

Gawat janin atau kematian perinatal menunjukkan angka meningkat setelah


kehamilan 42 minggu atau lebih. Umumnya disebabkan oleh makrosomia, insufisiensi
plasenta, dan cacat bawaan.2

6
Kehamilan Postterm 2017

2.6. Patofisiologi

7
Kehamilan Postterm 2017

2.7. Manifestasi Klinis


Keadaan klinis pada ibu yang dapat ditemukan ialah dirasakan gerakan janin yang
jarang, yaitu secara subyektif kurang dari 7 kali/menit atau secara obyektif dengan KTG
(kardiotokografi) kurang dari 10 kali/manit dan air ketuban yang berkurang.
Pada bayi akan ditemukan tanda-tanda lewat waktu :
Tidak ada lanugo
Kuku panjang
Kulit berkeriput, mengelupas dan berwarna kekuningan
Kadang-kadang anak agak kurus
Air ketuban sedikit dan mengandung mekonium
Biasanya lebih berat dari bayi matur.
Tulang dan sutura kepala lebih keras bayi matur.
Rambut kepala agak tebal.
Kulit agak pucat dengan deskuamasi epitel.
Tanda post term dapat dibagi dalam 3 stadium :
a. Stadium 1 : Kulit kehilangan verniks kaseosa dan maserasi berupa
kulit kering, rapuh, dan mudah mengelupas.
b. Stadium 2 : Gejala di atas disertai pewarnaan mekonium pada kulit.
c. Stadium 3 : Pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit, dan tali pusat.
2.8. Diagnosis
Meskipun diagnosis kehamilan postterm berhasil ditegakkan pada 4-19% dari seluruh
kehamilan, sebagian diantaranya kenyataanya tidak terbukti oleh karena kekeliruan dalam
menentukan usia kehamilan. Oleh sebab itu, pada penegakkan diagnosis kehamilan postterm,
informasi yang tepat mengenai lamanya kehamilan menjadi sangat penting. Hal ini
disebabkan karena semakin lama janin berada di dalam uterus maka semakin besar pula
risiko bagi janin dan neonatus untuk mengalami morbiditas maupun mortalitas. Namun
sebaliknya, pemberian intervensi/terminasi secara terburu-buru juga bisa memberikan
dampak yang merugikan bagi ibu maupun janin.

1. Riwayat haid
Pada dasarnya, diagnosis kehamilan postterm tidaklah sulit untuk ditegakkan apabila
keakuratan HPHT ibu bisa dipercaya. Diagnosis kehamilan postterm berdasarkan HPHT
dapat ditegakkan sesuai dengan definisi yang dirumuskan oleh American College of

8
Kehamilan Postterm 2017

Obstetricians and Gynecologists (2004), yaitu kehamilan yang berlangsung lebih dari 42
minggu (294 hari) yang terhitung sejak hari pertama siklus haid terakhir (HPHT).1
Riwayat haid dapat dipercaya jika telah memenuhi beberapa kriteria, yaitu: (a) ibu
harus yakin betul dengan HPHT-nya; (b) siklus 28 hari dan teratur, (c) tidak minum pil anti
hamil setidaknya 3 bulan terakhir.2

2. Riwayat pemeriksaan antenatal


Tes kehamilan. Bila pasien melakukan pemeriksaan tes imunologik sesudah
terlambat haid 2 minggu, maka dapat diperkirakan keamilan telah berlangsung 6
minggu.
Gerak janin. Gerak janin pada umumnya dirasakan ibu pada umur kehamilan 18-20
minggu. Pada primigravida dirasakan sekitar umur kehamilan 18 minggu, sedangkan
pada multigravida pada 16 minggu. Keadaan klinis yang ditemukan ialah gerakan
janin yang jarang, yaitu secara subyektif kurang dari 7 kali/20 menit, atau secara
obyektif dengan CTG kurang dari 10 kali/20 menit.
Denyut Jantung Janin (DJJ). Dengan stetoskop Laennec DJJ dapat didengar mulai
umur kehamilan 18-20 minggu, sedangkan dengan Doppler dapat terdengar pada usia
kehamilan 10-12 minggu.

Kehamilan dapat dinyatakan sebagai kehamilan postterm bila didapat 3 atau lebih dari
4 kriteria hasil pemeriksaan sebagai berikut:

a. Telah lewat 36 minggu sejak test kehamilan positif


b. Telah lewat 32 minggu sejak DJJ pertama terdengar dengan Doppler
c. Telah lewat 24 minggu sejak dirasakan gerak janin pertama kali
d. Telah lewat 22 minggu sejak terdengarnya DJJ pertama kali dengan
stetoskop Laennec.

3. Tinggi Fundus Uteri


Dalam trisemester pertama pemeriksaan tinggi fundus uteri serial dalam sentimeter
(cm) dapat bermanfaat bila dilakukan pemeriksaan secara berulang setiap bulan. Lebih dari
20 minggu, tinggi fundus uteri dapat menentukan umur kehamilan secara kasar. 5

4. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)


Penggunaan pemeriksaan USG untuk menentukan usia kehamilan telah banyak
menggantikan metode HPHT dalam mempertajam diagnosa kehamilan postterm. Beberapa

9
Kehamilan Postterm 2017

penelitian terdahulu telah membuktikan bahwa penentuan usia kehamilan melalui


pemeriksaan USG memiliki tingkat keakuratan yang lebih tinggi dibanding dengan metode
HPHT.

Semakin awal pemeriksaan USG dilakukan, maka usia kehamilan yang didapatkan
akan semakin akurat sehingga kesalahan dalam mendiagnosa kehamilan postterm akan
semakin rendah. Tingkat kesalahan estimasi tanggal perkiraan persalinan jika berdasarkan
pemeriksaan USG trimester I (crown-rump length) adalah 4 hari dari taksiran persalinan.
Pada usia kehamilan antara 16-26 minggu, ukuran diameter biparietal (biparietal
diameter/BPD) dan panjang femur (femur length/FL) memberikan ketepatan 7 hari dari
taksiran persalinan.2

5. Pemeriksaan laboratorium
a. Sitologi cairan amnion. Pengecatan nile blue sulphate dapat melihat sel lemak
dalam cairan amnion. Apabila jumlah sel yang mengandung lemak melebihi 10%, maka
kehamilan diperkirakan sudah berusia 36 minggu dan apabila jumlahnya mencapai 50% atau
lebih, maka usia kehamilan 39 minggu atau lebih.2
b. Tromboplastin cairan amnion (ATCA). Hasil penelitian terdahulu berhasil
membuktikan bahwa cairan amnion mempercepat waktu pembekuan darah. Aktivitas ini
meningkat dengan bertambahnya usia kehamilan. Pada usia kehamilan 41-42 minggu, ACTA
berkisar antara 45-65 detik sedangkan pada usia kehamilan lebih dari 42 minggu, didapatkan
ACTA kurang dari 45 detik. Bila didapatkan ACTA antara 42-46 detik, ini menunjukkan
bahwa kehamilan sudah postterm. 2
c. Perbandingan kadar lesitin-spingomielin (L/S). Perbandingan kadar L/S pada
usia kehamilan sekitar 22-28 minggu adalah sama (1:1). Pada usia kehamilan 32 minggu,
perbandingannya menjadi 1,2:1 dan pada kehamilan genap bulan menjadi 2:1. Pemeriksaan
ini tidak dapat dipakai untuk menentukan kehamilan postterm tetapi hanya digunakan untuk
menentukan apakan janin cukup usia/matang untuk dilahirkan. 2
d. Sitologi vagina. Pemeriksaan sitologi vagina (indeks kariopiknotik > 20%)
mempunyai sensitivitas 75%. Perlu diingat bahwa kematangan serviks tidak dapat dipakai
untuk menentukan usia gestasi. 2

10
Kehamilan Postterm 2017

2.9. Penatalaksanaan
Beberapa masalah yang sering dihadapi pada pengelolaan kehamilan postterm antara
lain sebagai berikut.2
Pada beberapa penderita, umur kehamilan tidak selalu dapat ditentukan dengan tepat,
sehingga janin bisa saja belum matur sebagaimana diperkirakan.
Sukar menentukan apakah janin akan mati, berlangsung terus, atau mengalami
morbiditas serius bila tetap dalam rahim.
Sebagian besar janin tetap dalam keadaan baik dan tumbuh terus sesuai dengan
tambahnya umur kehamilan.
Pada saat kehamilan mencapai 42 minggu, pada beberapa penderita didapatkan
sekitar 70% serviks belum matang (unfavourable) dengan nilai Bishop rendah
sehingga induksi tidak berhasil.
Pada postterm sering terjadi disproporsi kepala panggul dan distosia bahu.
Pemecahan selaput ketuban harus dengan pertimbangan matang. Pada
oligohidramnion pemecahan selaput ketuban akan meningkatkan risiko kompresi tali,
sebaliknya pemecahan selaput ketuban akan dapat diketahui adanya mekoniuum
dalam cairan amnion.

Hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan kehamilan postterm antara lain.
Menentukan apakah kehamilan memang telah berlangsung lewat bulan atau bukan.
Identifikasi kondisi janin dan keadaan yang membahayakan janin.
- Pemeriksaan kardiotokografi seperti nonstress test (NST) dan contraction stress
test dapat mengetahui kesejahteraan janin sebagai reaksi terhadap gerak janin atau
kontraksi uterus.
- Pemeriksaan USG untuk menentukan besar janin, denyut jantung janin, gangguan
pertumbuhan janin, keadaan dan derajat kematangan plasenta, jumlah dan kualitas
air ketuban.
- Gerakan janin dapat ditentukan secara subjektif (normal rata-rata 7 kali/20 menit)
atau secara objektif dengan tokografi (normal 10 kali/20 menit).
- Amnioskopi. Bila ditemukan air ketuban yang banyak dan jernih mungkin
keadaan janin masih baik.
- Pemeriksaan kematangan serviks dengan skor Bishop. Skor ini dinilai berdasarkan
lima faktor yang didapatkan dari pemeriksaan dalam dan akan digunakan untuk
memperkirakan keberhasilan induksi persalainan. Lima faktor yang diperiksa

11
Kehamilan Postterm 2017

adalah (1) dilatasi serviks, (2) penipisan serviks/effacement, (3) konsistensi


serviks, (4) posisi serviks, dan (5) station dari bagian terbawah janin. Kematangan
serviks ini memegang peranan penting dalam pengelolaan kehamilan postterm.
Tabel Penilaian Skor Bishop

Bila serviks telah matang (dengan nilai Bishop >5) dilakukan induksi persalinan dan
dilakukan pengawasan intrapartum terhadap jalannya persalinan dan keadaan janin.
Bila serviks belum matang, perlu dinilai keadaan janin lebih lanjut apabila kehamilan
tidak diakhiri :
- Bila ditemukan oligohidramnion (< 2 cm pada kantong yang vertikal atau indeks
cairan amnion < 5) atau dijumpai deselerasi variabel pada NST, maka dilakukan
induksi persalinan.
Kehamilan lebih dari 42 minggu diupayakan diakhiri.
Hindari penggunaan obat penenang atau analgetika selama persalinan.

Pengelolaan selama Persalinan


Pemantauan yang baik terhadap ibu (aktivitas uterus) dan kesejahteraan janin.
Awasi jalannya persalinan.
Persiapan oksigen dan bedah sesar bila sewaktu-waktu terjadi kegawatan janin.
Cegah terjadinya aspirasi mekonium dengan segera mengusap wajah neonatus dan
dilanjutkan resusitasi sesuai dengan prosedur pada janin dengan cairan ketuban
bercampur mekonium.
Segera setelah lahir, bayi harus segera diperiksa terhadap kemungkinan hipoglikemi,
hipovolemi, hipotermi, dan polistemi.
Pengawasan ketat terhadap neonatus dengan tanda-tanda postmaturitas.
Hati-hati kemungkinan terjadi distosia bahu.

12
Kehamilan Postterm 2017

Rekomendasi Penatalaksanaan
American College of Obstetricians and Gynecologists

41 minggu tanpa komplikasi

Beberapa memilih pemantauan kesejahteraan


janin

42 minggu lengkap

Tanpa komplikasi Komplikasi :


Oligohidramnion, dan
gangguan janin

Pemantauan Induksi
kesejahteraan persalinan Induksi Persalinan
janin dan AFI (terutama
(Amniotic Fluid dengan
Index) pemtangan
serviks)

2.10. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu seperti korioamnionitis, perdarahan post
partum.
Komplikasi terjadi pada bayi seperti hipoksia, sindrom gawat nafas, hipoglikemia.6

13
Kehamilan Postterm 2017

BAB III
STATUS PASIEN

IDENTITAS PASIEN
Nama : Sarina Sigalingging
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 26 tahun
Status : Menikah
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku : Batak
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Desa Kaban Julu
No. RM : 12-76-14

ANAMNESA (Autoanamnesa)
Keluhan Utama : Gravida 42 minggu
Telaah : Penderita datang dengan gravida 42 minggu. Lendir
bercampur darah tidak ada. Riwayat keluar air tidak
ada. Penderita mengeluh pegal pada pinggang dan
paha.
RPT : (-)
RPK : (-)
RPO : (-)
Riwayat Haid : Menarche usia 14 tahun, HPHT 25-4-2016, taksiran
tanggal persalinan 1-2-2017
Riwayat G/P/A :1/0/0
Riwayat Alergi : (-)

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Vital Sign
- Tekanan Darah : 120/70 mmHg
- Denyut Nadi : 90 kali/menit
14
Kehamilan Postterm 2017

- Frekuensi Pernapasan : 25 kali/menit


- Suhu : 36,7C
Kepala : Edema palpebra (-/-), konjungtiva anemis (-/-), sklera
ikterik (-/-)
Paru
- Inspeksi : Simetris kiri=kanan
- Palpasi : Sulit dinilai
- Perkusi : Sonor seluruh lapangan paru
- Auskultasi : Ronkhi basah (-)
Jantung
- Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
- Palpasi : Ictus cordis tervaba di SIC V
- Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
- Auskultasi : Reguler, tidak terdapat bunyi jantung tambahan

Status Obstetri
Wajah : Edema palpebra (-/-), konjungtiva anemis (-/-), sklera
ikterik (-/-)
Mammae : Hiperpigmentasi areola mammae dan papilla (+/+)
Abdomen
- Inspeksi : Cembung (+), abdomen melebar, fundus uteri di atas
umbilikus, linea nigra (+), striae gravidarum (+)
- Palpasi : Nyeri tekan (-)
Leopold I : TFU 2 jari di bawah proc. xipoideus, teraba massa
bulat dan kenyal, presentasi bokong
Leopold II : Teraba bagian keras memanjang di sisi kanan ibu
Leopold III : Bagian terbawah janin teraba bulat keras, presentasi
kepala
Leopold IV : Kepala belum masuk PAP
- DJJ : 146 kali/menit
- Perkusi : Timpani
- Auskultasi : Bising usus (+) normal
Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan

15
Kehamilan Postterm 2017

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium (tanggal 17-2-2017)
Darah rutin Hasil pemeriksaan
Hemoglobin 12,3 gr/dl
Hematokrit 37,0 %
Leukosit 11.800/mm3
Trombosit 261ribu/uL
Eritrosit 4,27 juta/uL
Golongan Darah B
Ultrasonografi (USG)
Tampak gambaran oligohidramnion
DIAGNOSA
G1P0A0 hamil 42 minggu, postterm, oligohidramnion, janin tunggal hidup, presentasi kepala
TATALAKSANA AWAL
Rencana operasi (SC)
IVFD RL + Dex 5%
Inj Cefotaxime 1 gr/12 jam
Inj Metronidazole 500mg/12 jam
Inj Ketorolac 1 amp/8 jam
Inj Ranitidine 1 amp/8 jam
Inj Asam Traneksamat 1 amp/8 jam

16
Kehamilan Postterm 2017

Hasil Follow Up
Tanggal S O A P

17-2-2017 Nyeri di Sens : CM G1P0A0 hamil Rencana operasi SC


pinggang. 42 minggu IVFD RL + Dex 5%
TD : 120/70 mmHg
postterm, Inj Cefotaxime 1
HR : 90 x/i oligohidramnion gr/12 jam

RR : 22 x/i
, janin tunggal Inj Metronidazole
hidup, presentasi 500mg/12 jam
T : 36,7C kepala Inj Ketorolac 1
amp/8 jam
Inj Ranitidine 1
amp/8 jam
Inj Asam
Traneksamat 1
amp/8 jam

18-2-2017 Nyeri pada luka Sens : CM P1A0 Post SC IVFD Kaen 3B


operasi. atas indikasi 20gtt/i
TD : 110/70 mmHg
Keadaan umum postterm Inj Cefotaxime 1
pasien baik. HR : 80 x/i gr/12 jam
Inj Metronidazole
RR : 21 x/i
500mg/12 jam
T : 36,7C Inj Ketorolac 1
amp/8 jam
Inj Ranitidine 1
amp/8 jam
Inj Asam
Traneksamat 1
amp/8 jam
Antasida syr 3 x C I
Mobilisasi miring

17
Kehamilan Postterm 2017

kiri-kanan

19-2-2017 Nyeri pada luka Sens : CM P1A0 Post SC Metronidazole


operasi. atas indikasi tablet 500 mg 3x1
TD : 120/70 mmHg
Keadaan umum postterm Asam mefenamat
pasien baik. HR : 90 x/i tablet 500 mg 3x1
B comp tablet 3x1
RR : 22 x/i
Ciprofloxacin 500
T : 36,7C mg tablet 2x1
Mobilisasi
20-2-2017 Nyeri pada luka Sens : CM P1A0 Post SC Metronidazole
operasi. atas indikasi tablet 500 mg 3x1
TD : 120/70 mmHg
Keadaan umum postterm Asam mefenamat
pasien baik. HR : 78 x/i tablet 500 mg 3x1
B comp tablet 3x1
RR : 20 x/i
Ciprofloxacin 500
T : 36,6C mg tablet 2x1
Antasida syr 3xC I
Mobilisasi
PBJ

18
Kehamilan Postterm 2017

BAB IV
PEMBAHASAN

Menegakkan diagnosis kehamilan postterm bukan merupakan hal yang mudah dan
sangat bervariasi tergantung kriteria tanggal yang digunakan. Standar internasional
(American College of Obstetricians and Gynecologists,1997) merekomendasikan definisi
kehamilan postterm sebagai kehamilan penuh dalam 42 minggu (294 hari) atau lebih dari hari
pertama haid terakhir (HPHT).
Pada kasus ini diagnosa kehamilan postterm ditegakkan berdasarkan anamnesa,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Dari hasil anamnesa didapatkan bahwa HPHT
adalah tanggal 1 Mei 2016, dengan siklus menstruasi teratur setiap bulannya (setiap 28 hari,
selama 5-7 hari). Menurut rumus Naegle, yaitu tanggal+7, bulan-3, dan tahun +1, maka
taksiran tanggal persalinan nya adalah tanggal 8 Februari 2017.
Berdasarkan pemeriksaan fisik ditemukan hasil palpasi didapatkan tinggi fundus uteri
adalah 2 jari dibawah procesus xiphoideus dan tidak dirasakan adanya his, sedangkan
berdasarkan auskultasi didapatkan denyut jantung janin (DJJ) 146 kali/menit.
Angka morbiditas dan mortalitas perinatal pada kehamilan postterm cenderung
meningkat seiring dengan pertambahan usia kehamilan, sehingga diperlukan penanganan
yang serius dan cermat, yaitu meliputi: pengawasan kesejahteraan janin, pengawasan
intrapartum dan pengawasan postpartum.

19
Kehamilan Postterm 2017

BAB V
KESIMPULAN

Kehamilan postterm merupakan kehamilan yang berlangsung lebih dari 42 minggu


(294 hari) sejak hari pertama siklus haid terakhir (HPHT).
Faktor risiko dari kehamilan postterm antara lain :
1. Primiparitas
2. Riwayat kehamilan postterm sebelumnya
3. Obesitas
4. Faktor hormonal dan predisposisi genetik
5. Anensephali janin
6. Defisiensi placental sulfatase
Beberapa masalah yang sering dihadapi pada pengelolaan kehamilan postterm antara
lain sebagai berikut.
Pada beberapa penderita, umur kehamilan tidak selalu dapat ditentukan dengan tepat,
sehingga janin bisa saja belum matur sebagaimana diperkirakan.
Sukar menentukan apakah janin akan mati, berlangsung terus, atau mengalami
morbiditas serius bila tetap dalam rahim.
Sebagian besar janin tetap dalam keadaan baik dan tumbuh terus sesuai dengan
tambahnya umur kehamilan.
Pada saat kehamilan mencapai 42 minggu, pada beberapa penderita didapatkan
sekitar 70% serviks belum matang (unfavourable) dengan nilai Bishop rendah
sehingga induksi tidak berhasil.

20
Kehamilan Postterm 2017

DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham, F.G., et al. 2001. Postterm Pregnancy, Antepartum Assessment, In :


Williams Obstetrics. Edisi 21. Mc Graw Hill. New York: 729 742. 1095-1108.
2. Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. Edisi IV. Jakarta. PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2010. hal. 685-695
3. Galal, M. Symonds, I. Murray, H. Postterm Pregnancy. FVV in ObGyn, 2012, 4 (3): 175-
187
4. Pengurus besar POGI, Standar Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi, bagian 1, Balai
penerbit FKUI, 2003, hal 70-71.
5. Decherney A, Nathan L, Goodwin T,Leufer N, Current Diagnosis and Treatment
Obstetrics & Gynacology 10th edition; McGraw-Hill, 2007 page 187-189
6. Rustam, Mochtar. 1998. Sinopsis Obstetri (Obstetri Fisiologi Obstertri Patologi). Edisi 2.
EGC. Jakarta.

21

Anda mungkin juga menyukai