FITOTERAPI
OLEH:
NIM : O1A114107
KELAS : C
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
KENDARI
2016
1. Standarisasi Ekstrak
Standarisasi merupakan penetapan mutu farmasetik yang dapat
diproduksi dengan cara membandingkan suatu produk terhadap baku pembanding
dan dengan menentukan jumlah minimum satu atau lebih senyawa atau kelompok
senyawa (heinrich, dkk., 2009, farmakognosi dan fitoterapi). Standarisasi
dilakukan agar dapat diperoleh bahan baku yang seragam yang akhirnya dapat
menjamin efek farmakologi tanaman tersebut. Standardisasi merupakan proses
penjaminan produk akhir (simplisia, ekstrak atau produk herbal) agar mempunyai
nilai parameter tertentu yang konstan dan ditetapkan terlebih dahulu.
Metode standarisasi ekstrak meliputi (Anam, dkk., 2013):
a. Penentuan parameter non spesifik
1. Penetapan Susut Pengeringan
Tujuan: untuk memberikan batasan maksimal mengenai besarnya
senyawa yang hilang pada saat proses pengeringan.
Prosedur:
Suhu penetapan adalah 105oC dan susut pengerigan ditetapkan sebagai
berikuta: timbang seksama 1-2 gram zat dalam bobot timbang dangka
bertutup yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu penentapan selama
30 menit dan telah ditara. Jika zat berupa hablur besar, sebelum ditimbang
digerus dengan cepat hingga ukuran butiran lebih kurang 2 mm. ratakan
zat dalam botol timbang dengan menggoyangkan botol, hingga merupakan
lapisan setebal lebih kurang 5-10 mm, masukkan kedalam ruang
pengering, buka tutupnya, keringkan pada suhu penetapan hingga bobot
tetap. Sebelum setiap pengeringan, biarkan botol dalam keadaan tertutup
mendingin dalam eksikator hingga suhu kamar. Jika suhu lebur zat lebih
rendah dari suhu penetapan, pengeringan dilakukan pada suhu antara 5o
dan 10o dibawah suhu leburnya selama 1-2 jam, kemudian pada suhu
penetapan selama waktu yang ditentukan atau hingga bobot tetap (Depkes
RI, 1995).
2. Penentuan kadar air
Tujuan: Untuk mengetahui berapa jumlah hidrat atau air yang terkandung
dalam ekstrak. Dengan mengetahui kadar air, dapat dilakukan berbagai
tindakan yang tepat untuk mencegah terjadinya kerusakan pada ekstrak
dimana kadar air yang tinggi memudahkan pertumbuhan mikroba.
Prosedur:
Sejumlah 0,1 g ekstrak ditimbang dalam krus porselen bertutup yang
sebelumnya telah dipanaskan pada suhu 105 0C selama 30 menit dan telah
ditera. Diratakan dengan menggoyangkan hingga merupakan lapisan
setebal 10 15 mm dan dikeringkan pada suhu penetapan hingga bobot
tetap, tutupnya dibuka, dibiarkan krus dalam keadaan tertutup dan
mendingin dalam desikator hingga suhu kamar, kemudian dicatat bobot
tetap yang diperoleh untuk menghitung persentase susut pengeringannya
Berat sebelum pengeringanBerat akhirBerat
Kadar Air = sebelum pengeringan 100%
b. X-Gra Phapros
Tiap kapsul mengandung:
Ekstrak Ganoderma lucidum 150 mg
Ekstrak Eurycomae radix 50 mg
Ekstrak Ginseng 30 mg
Ekstrak Retrofracti fructus 2,5 mg
Royal jelly 5 mg
Dosis: Sehari 2 kapsul Diminum sebelum tidur secara rutin minimal
selama 1 bulan.
Indikasi: Meningkatkan stamina dan kesegaran tubuh, membantu
meningkatkan stamina pria, membantu mengatasi disfungsi ereksi dan
ejakulasi dini.
Komposisi:
Tiap 5 ml Stimuno Sirup mengandung ekstrak Phyllanthus niruri 25 mg.
Tiap kapsul Stimuno mengandung Phyllanthus niruri 50 mg
Dosis : Sirup untuk anak-anak usia 1 tahun ke atas; Anak : 3 kali sehari 1
sendok takar sirup (5 ml); Kapsul untuk dewasa Dewasa : 3 kali sehari 1
kaps.
Indikasi: Membantu meningkatkan sistem imun tubuh (sebagai
imunomodulator).
d. Tensigard Phapros
Komposisi tiap kapsul berisi:
Ekstrak Apii herba 92mg
Ekstrak Orthosiphon folium 28mg
Dosis: Dosis terapi: 3 x sehari 1 kapsul. Dosis pemeliharaan: 2 x sehari 1
kapsul
Indikasi: Menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik
Daftar pustaka:
http://mushaffkunimal.blogspot.co.id/2014/01/fitofarmaka-indonesia.html, diakses
pada sabtu, 04 maret 2017, pukul : 09:30.
3. Daftar Prodak OHT
N Nama
Komposisi Indikasi
o Prodak
mengurangi frekuensi
Ekstrak psidii folium 23,5 %
Diabmeneer buang air besar,
Ekstrak curcumae domesticate
memadatkan tinja, dan
(Produksi PT rhizome 12,5 %
1 menyerap racun pada
Soho Industri Ekstrak coix lacrima jobi semen 18 %
penderita diare serta bukan
Ekstrak phellodendri radix 23 %
Farmasi) sebagai pengganti oralit.
Ekstrak coptidis rhizome 23 %
Membantu dalam
Virugon Ekstrak Drymariae setara dengan pengobatan penyakit
2 Cream
Drymariae Herba 10% Herpes (Dompo) pada
(Konimex) bahan lain hingga 100% kulit.
22 (PT. Industri
Jamu
Borobudur)
Redacid
23 (PT. Industri
Jamu
Borobudur)
OB Herbal
24 (PT. Deltomed
Laboratories)
Kenis
25 (PT. Industri
Jamu
Borobudur)
Tulak
26 (PT. Industri
Jamu
Borobudur)
27 Bilon
(PT. Industri
Jamu
Borobudur)
Neo Sendi
28 (PT. Industri
Jamu
Borobudur)
Inlacin 100
29 PT. DEXA
MEDICA
30
31
32
33
34
35
Daftar pustaka;
http://blogbersama48.blogspot.co.id/2012/09/komposisi-fitofarmaka-dan-obat
herbal.html, diakses pada sabtu, 04 maret 2017, pukul 12:22.
http://kendhilkencana.blogspot.co.id/2012/01/obat-herbal-terstandar-2-oht.html,
diakses pada sabtu, 04 maret 2017, pukul 14:40.
https://www.scribd.com/doc/228755278/Daftar-Jamu-OHT-Fitofarmaka, diakses
pada sabtu, 04 maret 2017, puku 15:24.
4. Cara Penomoran/Registrasi Obat Tradisional
Nomor registrasi obat tradisional terdiri dari kode huruf dan 9 kode angka
(menurut Cerdas Memilih Obat & Mengenali Penyakit, Agus Wibowo, 2009):
Arti kode huruf :
TR : obat tradisional lokal
TI : obat tradsional impor
TL : obat tradisional lisensi
BTR : produk berbatasan lokal
BTI : produk berbatasan impor
BTL : produk berbatasan lisensi
Angka 1-2 : tahun mulai didaftarkan pada Depkes.RI
1976 ditulis 76
1978 ditulis 78
2000 ditulis 00
Angka 3 :
Angka 1 : pabrik farmasi
Angka 2 : pabrik jamu
Angka 3 : perusahaan jamu
Angka 4 : menunjukkan bentuk sediaan
1 : bentuk rajangan
2 : bentuk serbuk
3 : bentuk kapsul
4 : bentuk pil, granul, boli, pastiles, jenang, tablet/kaplet
5 : bentuk dodol, majun
6 : bentuk cairan
7 ; bentuk salep, krim
8 : bentuk plester/koyo
9 : bentuk lain seperti dupa, ratus, mangir, permen
6. Interaksi Obat
7. Dapatkah Terjadi Nteraksi Obat Dari Bahan Alam (Menurut Sutanti, D.W.,
dan Iis W., 2013, Bioavailabilitas Tablet Ibuprofen Pada Pemberian Bersamaan
Dengan Ekstrak Air Herba Pegagan (Centella Asiatica (L) Urban) Pada Kelinci
Jantan, Jurnal Ilmiah Kefarmasian, Vol. 3(1) ).
Masyarakat umum beranggapan, obat herbal dapat mengurangi efek
samping dari obat yang diminum dan dapat meningkatkan efektifitas dari
pengobatan. Meskipun dianggap alami, banyak obat herbal yang dapat
berinteraksi dengan obat lain menyebabkan efek samping yang berbahaya dan
atau mengurangi manfaat dari obat. Penggunaan obat herbal yang bersamaan
dengan obat sintetik memungkinkan terjadinya interaksi potensial. Dimana
interaksi ini umumnya tidak diketahui sampai pasien tersebut mengalami sakit
atau kejadian serius yang mengancam hidup pasien terjadi.
Obat herbal dapat berinteraksi dengan obat sintetik melalui interaksi
Farmakokinetik dan atau farmakodinamik. Interaksi farmakokinetik
mengakibatkan perubahan absorpsi, distribusi, metabolisme atau ekskresi dari
obat sintetik atau obat herbal sehingga dapat mempengaruhi kerja obat secara
kuantitatif. Interaksi farmakodinamik mempengaruhi aksi obat secara kualitatif,
baik melalui efek meningkatkan (aksi sinergis atau aditif) atau efek antagonis.
Sebagai contoh ibuprofen apabila diminum bersama dengan ekstrak air
herba pegagan yang sama- sama memiliki aktivitas sebagai antiinflamasi dapat
kemungkinan berkurangnya metabolisme ibuprofen di dalam usus sehingga
ibuprofen berada dalam jumlah lebih banyak di usus akibat selanjutnya adalah
jumlah ibuprofen yang terabsorpsi akan meningkat dimana hal ini yang akan
menentukan bioavailabilitas obat ibu proven dalam tubuh.
Daftar pustaka:
Depkes RI,1995, Materia Medika Indonesia, Depkes RI: Jakarta
Hermanto dan subroto, 2007, Pilih Jamu dan Herbal Tanpa Epek Samping. PT Elex,
Media Komputindo: Jakarta.
Suharmiati dan Lestari H., 2007, Cara Benar Meracik Obat Tradisional, Agromedia:
Jakarta.