REFERAT
PEMFIGUS VULGARIS
DISUSUN OLEH:
Rizna Ainun Budiman
111 2015 2229
SUPERVISOR PEMBIMBING:
dr. Soraya Syakib, Sp.KK
1
DAFTAR ISI
REFERAT
Pemfigus Vulgaris
I.Definisi Pemfigus Vulgaris.................................................................................
1
II.Epidemiologi Pemfigus Vulgaris ......................................................................
2
III.Etiologi Pemfigus Vulgaris...............................................................................
2
IV.Patomekanisme Pemfigus Vulgaris..................................................................
3
V.Gejala Klinis ......................................................................................................
5
Effloresensi.....................................................................................................
5
Histopatologi ..................................................................................................
7
Imunologi.. .....................................................................................................
8
Serologi..........................................................................................................
8
Pemeriksaan Darah, Urin dan Feses rutin......................................................
9
VI. Diferential Diagnosis.......................................................................................
2
9
VI. Penatalaksanaan .............................................................................................
11
Prognosis ...............................................................................................................
22
DAFTARPUSTAKA.............................................................................................
23
PEMFIGUS VULGARIS
I. DEFINISI
Pemfhigus berasal dari bahsa yunani yaitu dari kata pemphix yang
vegetans.
3
b. Di stratum granulosum ialah pemfigus follaseus dan variannya pemfigus
eritematous.1,2,3,4,5
II. EPIDEMIOLOGI
Pemfigus vulgaris (P.V.) merupakan bentuk yang tersering dijumpai (
80% semua kasus). Penyakit ini tersebar di seluruh dunia dan dapat mengenai
semua bangsa dan ras. Lebih umum pada orang-orang Yahudi dan orang-
juta, sedangkan di Perancis dan Jerman itu adalah 1,3 per juta. Frekuensinya
pada kedua jenis kelamin sama. Umumnya mengenai usia 40-60 tahun , tetapi
III. ETIOLOGI
Pemfigus ialah penyakit autoimun, karena pada serum penderita
4
langsung hanya kira-kira 70% yang positif. Pemfigus dapat menyertai
penyakit neoplas-ma, baik yang jinak maupun yang maligna, dan disebut
antigen DRw6
2. Pemphigus sering terdapat pada pasien dengan penyakit autoimun yang
IV. PATOGENESIS
Semua bentuk pemfigus mempunyai sifat sangat khas, yakni:
1. Hilangnya kohesi sel-sel epidermis (akanto-lisis).
2. Adanya antibody IgG terhadap antigen deter-minan yang ada pada
5
penarikan tonofilamin dari sitoplasma keratinosit,akibatnya terjadi pemisahan
sel-sel keratinosit (tidak ada kohesi antar sel) proses ini disebut akantolisis.
sebenranya.
Bula pada P.V. akibat terjadinya reaksi autoimun terhadap antigen P.V.
Target antigen pada P.V. yang hanya dengan lesi oral ialah desmoglein
3, sedangkan yang dengan lesi oral dan kulit ialah desmoglein 1 dan 3.
V. GAMBARAN KLINIS
Keadaan umum penderita umumnya buruk
Membran mukosa
Lesi pada pemphigus vulgaris pertama kali berkembang pada
6
dengan bentuk yang tidak teratur, sakit dan lambat untuk menyembuh.
Kulit
Kelainan kulit dapat bersifat lokal maupun generalisata, terasa
lipatan paha.
Timbul pertama kali berupa bula yang lembek (berdinding
kendur) berisi cairan jernih pada kulit normal dengan dasr eritematous.
Bula mudah pecah dan yang utuh jarang didapatkan disebabkan atap
bula yang terdiri dari sebagian kecil bagian atas epidermis. Kemudian
dapat timbul erosi yang nyeri, mudah berdarah dan cenderung meluas.
7
Kemudian erosi teresut akan ditutupi oleh krusta. Lesi yang
parut.
dengan cara:
a. Menekan dan menggeser kulit diantara dua bula dengan
terkelupas
b. Menekan diatas bula dengan ujung jari, akibatnya cairan
spread phenomenon.1,2,4,5,8
8
Gambar 3.
HISTOPATOLOGI
Pada gambaran histopatologik didapatkan bula intraepldermal suprabasal dan
sel-sel epitel yang mengalami akantolisis pada dasar bula yang menyebabkan
peristiwa sekunder.1
IMUNOLOGI
Pada tes imunofloresensi langsung didapatkan antibody interselular
9
telah menjadi positif pada permulaan penyakit, sering sebelum tes
kedua menjadi positif, dan tetap positif pada waktu yang lama
pengobatan kortikosteroid.1
SEROLOGIK
dan fungsi hati,kadar gula darah puasa dan 2 jam setelah makan serta reduksi
10
Pemfigoid bulosa
Pemfigoid bulosa berbeda dengan pemfigus vulgaris karena keadaan
terdapat IgG linear. Bula-bula ini sering timbul pada daerah andomen
bagian bawah, bagian paha depan atau paha atas, dan fleksor lengan
atas.
Dermatitis Herpetiformis
Dermatitis
11
Gambar 5. Dermatitis
Herpetiformis
Ada pula yang menggunakan 3 mg/kgBB sehari bagi pemfigus yang berat.
Pada dosis yang tinggi sebaiknya diberikan deksametasoni.m. atau i.v. sesuai
Jika belum ada perbaikan, yang berarti masih timbul lesi baru setelah
5-7 hari dengan dosis inisial, maka dosis dinaikkan 50%.Kalau telah ada
12
turunkan 10-20 mg ekuivalen prednison tergantung pada respons masing-
titernya stabil, penurunan dosis lambat. Dan bila titernya menurun, penurunan
sebagai dosis tunggal pada pagi hari jam 8. Alasannya pada waktu tersebut
kadar kortisol dalam darah paling tinggi. Sebaiknya obat diberikan selang
sehari, diharapkan pada waktu bebas obat tidak terjadi penekanan terhadap
kelenjar adrenal bagian korteks. Keburukannya pada hari bebas obat timbul
lesi baru.
dengan rendah atau tinggi dosis kortikosteroid. Pedoman oleh EDF (Eropa
prednisolon dosis yang lebih tinggi (sampai 2 mg/kgBB) bisa diberikan. Dosis
optimal belum divalidasi. Sebuah uji coba terkontrol menunjukkan tidak ada
perbedaan yang signifikan mengenai durasi remisi dan tingkat kambuh pada 5
13
tahun pada pasien diacak untuk pengobatan dengan baik dosis rendah
dilakukan setiap dua minggu dengan penurunan lebih lambat ketika dosis di
bawah 20 mg / d tercapai.
dengan ajuvan yang terkuat ialah sitostatik. Efek samping kortikosteroid yang
yang diharapkan.
14
Sitostatik merupakan ajuvan vang terkuat karena bersifat imunosupresif.
dan mikofenolatmofetil.
a. Azitropin
Obat yang lazim digunakan ialah azatioprin karena cukup bermanfaat dan
tidak begitu toksik seperti siklofosfamid, Dosisnya 50-150 mg sehari atau 1-3
Hendaknya diingat bahwa efek terapeutik azatioprin baru terjadi setelah 2-4
remisi klinis.
15
b. Siklofosfamid
jam, efek maksimum baru terjadi setelah 6 minggu.Efek samping yang utama
menyebabkan sterilitas.
melalui urin, oleh karena itu penderita dianjurkan agar banyak minum.Gejala
toksik dini pada vesikaurinana ialah diuria, didapati pada 20% penderita yang
sementara atau diganti dengan obat sitotoksik yang lain. Obat yang dapat
dosis siklofosfamid sehari, i.v., diberikan tiga kali sehari selang 4 jam, dosis I
c. Metotreksat
per minggu i.m. atau per os. Mikrofenolatmofetil dikatakan lebih efektif
16
daripada azatioprin.sedangkan efek toksiknyalebih sedikit. Dosisnya 2 x 1 g
sehari.
d. Mycophenolate Mofetil
MMF adalah agen steroid-sparing aman. Hal ini dianggap sebagai lini
CSS oral tidak ditemukan unggul bila dibandingkan dengan CSS lisan dan
plasebo pada pasien dengan PV ringan atau sedang. Titik akhir primer pasien
klinis menggunakan MMF adjuvant untuk steroid pada pasien dengan PV.
e. Dapson
Dapson dianjurkan dalam dosis 100 mg / hari atau sampai dengan 1.5
keunggulan dapson atas plasebo sebagai agen steroid-sparing ketika titik akhir
17
tidak menunjukkan manfaat apapun pada remisi penyakit. Sebelum memulai
f. Rituximab
sesuai dengan EDF. Jadwal administrasi dalam literatur adalah baik 1.000 mg
dapat diberikan lagi dalam kasus relaps klinis. Sebuah meta-analisis dari
sekitar 95% dari total pasien. 35 infus profilaksis setelah remisi lengkap
dua mingguan. 45 namun, kejadian infeksi yang fatal yang tak terduga seperti
bersamaan antibiotik jangka panjang dan profilaksis untuk virus herpes telah
18
pengobatan, dokter harus memiliki tujuan tertentu dan titik akhir. Mereka juga
harus menyadari potensi efek samping dan kurangnya informasi tentang efek
sampingnya yang berat ialah retinopati yang dapat terjadi setelah dosis
mg sehari.
sekuat sitostatik, namun efek sampingnya jauh lebih sedikit dan hasilnya
lepra, umum-nya tanpa efek samping. Tetapi, bila dengan dosis 200 mg hams
19
Pengobatan topikal sebenarnya tidak sepenting pengobatan sistemik.Pada
daerah yang erosif dapat diberikan silver sulfadiazine, yang berfungsi sebagai
1. Medikamentosa
cepat untuk sekitar setengah dosis awal sampai pasien hampir bersih, diikuti
20
Azathioprine, 2-3 mg/KgBB sampai pembersihan lengkap. Tapering dosis
Methotrexate, Baik secara oral (PO) atau IM dengan dosis 2535 mg/minggu.
seminggu sekali atau setiap 2 minggu di tahap awal, sebagai perbaikan diikuti
dapat berguna.
21
Gold therapy, untuk kasus-kasus ringan. Setelah pengujian awal dosis 10 mg
2. Non Medikamentosa
Tindak lanjut:
panjang.
22
4. Kerja sama dengan bagian penyakit dalam,alergi-imunulogi,dan
dari lesi dicapai. Selanjutnya, mulai ulang tapering off steroid sistemik.
dosis awal.
5. Jika CSS oral diberikan sebagai monoterapi, tambahkan
immunosuppressant.
6. jika CSS oral sudah dikombinasikan dengan imunosupresan,
23
menunjukkan kekambuhan pada mukosa.
VIII. PROGNOSIS
Sebelum kortikosteroid digunakan, maka kematian terjadi pada 50% penderita
DAFTAR PUSTAKA
Company,2000: 574-79
4. Stanley JR. Pemfigus. In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA,
(two vol. set). 7th ed. New York: McGraw-Hill; 2008: 459-74
5. Habif TP, ed. Clinical dermatology: a color guide to diagnosis and therapy.
Cutaneus Medicine And Surgery, vol 2A, W.B. Saunders Company,1996: 651-
55
7. Moshella SL, Autoimun Bullous Disease in Textbook of Dermatology, vol 2,
24
8. Kariosentono H, Epidermolisis Bulosa dalam HarahapM, Penyunting Ilmu
Dermatoses, Farmer R. Evan, hood F.A editor in Patology of the Skin, United
https://www.dovepress.com/management-of-pemphigus-vulgaris-challenges-
and-solutions-peer-reviewed-fulltext-article-CCID.
14. Alexander H. Enk, MD; Jrgen Knop, MD, PhD. Mycophenolate Is Effective
doi:10.1001/archderm.135.1.54.
25
26