Anda di halaman 1dari 16

1

RINGKASAN

Pertanian di Indonesia; Zakina Romadona, 151710201011; Farchan Mushaf Al


Ramadhani; 151710201078; Saviyana Marianti; 151710201112; 2015; 16
halaman; Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas
Jember.

Dilihat dari segi wilayah, Indonesia sangat berpotensi menjadi negara


pengekspor beras untuk mencukupi kebutuhan pangan dunia. Namun terdapat
beberapa kendala untuk meningkatkan potensi tersebut. Kendala utamanya adalah
masih rendahnya sumber daya manusia yang terlibat dalam sektor pertanian di
Indonesia, serta rendahnya penggunaan teknologi di bidang pertanian. Oleh sebab
itu, pembangunan pertanian perlu ditingkatkan untuk mendapatkan hasil produksi
yang lebih efisien. Tujuan penulisan untuk (1) mengetahui pertumbuhan penduduk
dan hubungannya dengan pertanian di Indonesia, (2) mengetahui kebutuhan
pangan dan ketahanan pangan di Indonesia, (3) mengetahui produksi pertanian
Indonesia, (4) mengetahui peran iklim terhadap produksi pertanian, (5)
mengetahui pertanian di Indonesia, (6) mengetahui tingkat ekonomi pertanian dan
sosiologi pedesaan, (7) mengetahui pengelolaan sumber daya manusia di bidang
pertanian Indonesia, (8) mengetahui pegelolaan sumber daya alam di bidang
pertanian Indonesia.
Penulisan dilaksanakan berdasarkan dua tahap. Pada tahap pertama
mencari dari literatur-literatur yang telah di sediakan, baik itu dalam bentuk buku,
jurnal, skripsi, dan laporan. Pada tahap kedua diadakan pengamatan lapang, lokasi
pengamatan lapang ada 2. Pengamatan lapang pertama yaitu di Dam Kottok
tepatnya terletak di Desa Kottok Kecamatan Kalisat Kabupaten Jember.
Pengamatan lapang kedua yaitu di desa Sukoreno Padukuan Gudang Empak
Krajan I Kecamatan Kalisat Kabupaten Jember. Lokasi kunjungan kedua yaitu
desa Sukoreno Padukuan Gudang Empak Krajan I kecamatan Kalisat Kabupaten
Jember. Metode yang digunakan dalam pengamatan lapang menggunakan metode
wawancara langsung kepada petani dan buruh tani.
2

Berdasarkan penulisan yang telah dipaparkan, maka dapat diambil beberapa


kesimpulan sebagai berikut. (1) Pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia selalu
mengalami peningkatan dari tahun ketahun, (2) prinsip kebutuhan dan ketahanan
pangan di Indonesia masih harus di perbaiki kembali, (3) Indonesia kemungkinan
tidak dapat mencapai swasembada beras lagi, karena produktivitas yang kurang,
(4) iklim memiliki peran penting dalam sektor pertanian Indonesia, terutama
hubungannya dengan produksi pertanian. Karena iklim mempengaruhi kuantitas
dan kualitas dari produksi pertanian, (5) pertanian di Indonesia yang masih
tertinggal jauh dengan lainnya karena berbagai aspek masalah, (6) tingkat
ekonomi petani Indonesia masih jauh dari sejahtera, (7) pengelolaan sumber daya
manusia dibidang pertanian belum maksimal, (8) pengelolaan sumber daya alam
dibidang pertanian harus disesuaikan dengan kondisi dari alam itu sendiri.
3

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Di Indonesia sektor pertanian mempunyai peran yang sangat penting dalam


pertumbuhan perekonomian. Banyaknya tenaga kerja yang bekerja di sektor
pertanian serta adanya potensi yang besar membuat sektor ini perlu mendapatkan
perhatian yang khusus oleh pemerintah seperti halnya sektor industri dan jasa.
Potensi itu misalnya pada saat ini harga komoditas pertanian seperti beras, jagung,
dan kedelai di dunia yang semakin meningkat, serta sektor pertanian yang tidak
mudah terkena dampak krisis ekonomi dunia. Oleh sebab itu, pembangunan
pertanian perlu ditingkatkan untuk mendapatkan hasil produksi yang lebih efisien.

Besarnya peranan sektor pertanian bukan saja dapat dilihat dari kenyataan
bahwa sebagian besar rakyat hidup dari usaha-usaha pertanian, melainkan juga dari
besarnya sumbangan sektor ini kepada pendapatan nasional. Walaupun sejak tahun
1969 besarnya sumbangan sektor pertanian kepada produk domestik bruto secara
relatif menurun sedikit demi sedikit, tetapi secara absolut, menunjukkan kenaikan.
Kenaikan secara absolut disebabkan karena usaha-usaha pembangunan yang intensif
dalam sektor pertanian itu sendiri.

1.2 Tujuan
1. Mengetahui pertumbuhan penduduk dan hubungannya dengan
pertanian di Indonesia.
2. Mengetahui kebutuhan pangan dan ketahanan pangan di Indonesia.
3. Mengetahui produksi pertanian Indonesia.
4. Mengetahui peran iklim terhadap produksi pertanian.
5. Mengetahui pertanian di Indonesia.
6. Mengetahui tingkat ekonomi pertanian dan sosiologi pedesaan.
7. Mengetahui pengelolaan sumber daya manusia di bidang pertanian
Indonesia.
8. Mengetahui pegelolaan sumber daya alam di bidang pertanian
Indonesia.
1.3 Manfaat
4

1. Dapat mengetahui pertumbuhan penduduk dan hubungannya dengan


pertanian di Indonesia.
2. Dapat mengetahui kebutuhan pangan dan ketahanan pangan di
Indonesia.
3. Dapat mengetahui produksi pertanian Indonesia.
4. Dapat mengetahui peran iklim terhadap produksi pertanian.
5. Dapat mengetahui pertanian di Indonesia.
6. Dapat mengetahui tingkat ekonomi pertanian dan sosiologi pedesaan.
7. Dapat mengetahui pengelolaan sumber daya manusia di bidang
pertanian.
8. Dapat mengetahui pengelolaan sumber daya alam di bidang pertanian.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hubungan Manusia Dengan Sumber Daya Alam

Manusia dengan sumber daya alam memiliki hubungan yang tidak dapat
terpisahkan. Manusia sangat bergantung pada lingkungan yang memberikan
sumberdaya alam untuk tetap bertahan hidup. Salah satunya dengan cara bertani.
Mereka memproduksi bahan pangan tidak hanya untuk dirinya sendiri, melainkan
untuk manusia yang lain.
2.1.1 Pertumbuhan Penduduk di Indonesia
5

Tesis yang paling mendasar dari Malthus adalah bahwa Jumlah penduduk
cenderung meningkat lebih cepat dari persediaan bahan makanan. Peningkatan
jumlah penduduk di Indonesia masih terus berlangsung sampai saat ini, jumlahnya
dari tahun ke tahun terus bertambah.

Menurut Badan Pusat Statistik Jakarta-Indonesia (2013:35) hasil proyeksi


menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia selama dua puluh lima tahun
mendatang terus meningkat yaitu dari 238,5 juta pada tahun 2010 menjadi 305,6
juta pada tahun 2035 (Tabel 2.1). Walaupun demikian, pertumbuhan rata-rata per
tahun penduduk Indonesia selama periode 2010-2035 menunjukkan
kecenderungan terus menurun. Dalam periode 2010-2015 dan 2030-2035 laju
pertumbuhan penduduk turun dari 1,38 persen menjadi 0,62 persen per tahun
(Tabel 2.2). Turunnya laju pertumbuhan ini ditentukan oleh turunnya tingkat
kelahiran dan kematian. Tingkat penurunan karena kelahiran lebih cepat daripada
tingkat penurunan karena kematian. Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth
Rate/CBR) turun dari sekitar 21,0 per 1000 penduduk pada awal proyeksi menjadi
14,0 per 1000 penduduk pada akhir periode proyeksi, sedangkan Angka Kematian
Kasar (Crude Dead Rate/CDR) naik dari 6,4 per 1000 penduduk menjadi 8,8 per
1000 penduduk dalam kurun waktu yang sama (Badan Pusat Statistik Jakarta-
Indonesia, 2013:35).

Tabel 2.1. Proyeksi Penduduk Indonesia, 2010-2035 (Ribuan)

Provini/Negar Tahun
2010 2015 2020 2025 2030 2035
a
Jawa Timur 37.565 38.847 39.886 40.646 41.077 41.127
Indonesia 238.518 255.461 271.066 284.829 296.405 305.652
Sumber: Badan Pusat Statistik Jakarta-Indonesia. (2013).

Tabel 2.2. Laju Pertumbuhan Penduduk Indonesia, 2010-2035

Provinsi/Negar Tahun
a 2010-2015 2015-2020 2020-2025 2025-2030 2030-2035
6

Jawa Timur 0,67 0,53 0,38 0,21 0,02


Indonesia 1,38 1,19 1,00 0,80 0,62
Sumber: Badan Pusat Statistik Jakarta-Indonesia. (2013).

2.1.2 Kebutuhan Pangan dan Ketahanan Pangan

Menurut Nainggolan (dalam Purwaningsih, 2008:1), peranan sektor


pertanian di Indonesia sangat penting dilihat dari keharusannya memenuhi
kebutuhan pangan penduduk pada tahun 2005 berjumlah 219,3 juta, dan
diprediksikan terus bertambah sebesar 1,25 persen. Pemerintah harus
melaksanakan kebijakan pangan, yaitu menjamin ketahanan pangan yang meliputi
pasokan, diversifikasi, keamanan, kelembagaan, dan organisasi pangan. Kebijakan
ini diperlukan untuk meningkatkan kemandirian pangan. Pembangunan yang
mengabaikan keswadayaan dalam kebutuhan dasar penduduknya, akan menjadi
sangat tergantung pada negara lain, dan itu berarti menjadi negara yang tidak
berdaulat (Arifin, dalam Purwaningsih, 2008:1).

Beberapa ahli sepakat bahwa ketahanan pangan minimal mengandung dua


unsur pokok, yaitu ketersediaan pangan dan aksesabilitas masyarakat
terhadap bangan pangan tersebut. Salah satu dari unsur diatas terpenuhi, maka
suatu negara belum dapat dikatakan mempunyai ketahanan pangan yang baik.
Walaupun pangan tersedia cukup di tingkat nasional atau di tingkat regional,
tetapi akses individu untuk memenuhi kebutuhan pangannya sangat tidak merata,
maka ketahanan pangan masih dikatakan rapuh (Arifin.2001:15).

2.1.3 Produksi Pertanian

Menurut Arifin (2001:56) pertumbuhan produksi dan produktivitas


pertanian dunia yang begitu mengagumkan pada periode 1950-1990 tidak mampu
dipertahankan pada periode setelah dekade 1990-an. Setelah tahun 1990, produksi
pangan dan pertanian dunia secara umum telah mengalami perlambatan yang
sangat signifikan. Bagi Indonesia saat ini, sebagian besar petani telah mengetahui
bahwa penggunaan varietas baru, pupuk dan pestisida akan mampu meningkatkan
7

produksi dan produktivitas pertanian. Hal yang paling krusial adalah bagaimana
agar sarana produksi tersebut mampu tersedia tepat waktu.

Tabel 2.3 Produksi Pertanian 1990-2005 (ribu ton)

Sumber : Badan Pusat Statistik (2003) dan Statistik Pertanian 1999-2003 (dalam
Purwaningsih, 2008:6)

Produksi tanaman pangan selain beras, yaitu jagung dan ubi kayu
menunjukkan tren yang meningkat dari tahun 1990-2005, namun untuk kedelai
menurun setelah tahun 2000, dan meningkat mulai tahun 2004, nampak dalam
Tabel 2.3 (Purwaningsih, 2008:6).
Menurut Soetriono et al. (2003:5), faktor-faktor yang mempengaruhi
tumbuh dan berkembangnya tumbuhan (belum diusahakan) pada masa itu sama
dengan faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya tanaman
(sudah diusahakan) pada waktu sekarang. Faktor-faktor tersebut sangat banyak,
tetapi dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu: (1) kelompok faktor bahan
tumbuhan atau bahan tanaman; (2) kelompok faktor esensial; (3) kelompok faktor
iklim; (4) kelompok faktor gangguan.

2.1.4 Peran Iklim Terhadap Produksi Pertanian

Iklim adalah suatu keseluruhan dari keadaan atmosfir dalam jangka waktu
panjang dan tempat yang berlainan. Iklim sangat erat hubungannya dengan
perubahan cuaca seperti yang dikemukakan Suberjo (dalam Muslim, 2013:212),
perubahan cuaca dan pemanasan global dapat menurunkan produksi pertanian
antara 5-20 persen. Perubahan iklim merupakan suatu kondisi yang ditandai
8

dengan berubahnya pola iklim dunia yang mengakibatkan fenomena cuaca yang
tidak menentu (Muslim, 2013:212).

2.2 Pertanian di Indonesia


Indonesia merupakan negara pertanian. Pembangunan Pertanian di
Indonesia merupakan usaha optimalisasi pemanfaatan sumberdaya alam dan
teknologi secara tepat guna dengan biaya yang murah, sederhana, efektif dan
penataan dan pengembangan kelembagaan di pedesaan.

2.2.1 Profil Pertanian Indonesia


Dilihat dari segi wilayah, Indonesia sangat berpotensi menjadi negara
pengekspor beras untuk mencukupi kebutuhan pangan dunia. Namun terdapat
beberapa kendala untuk meningkatkan potensi tersebut. Kendala utamanya adalah
masih rendahnya sumber daya manusia yang terlibat dalam sektor pertanian di
Indonesia, serta rendahnya penggunaan teknologi di bidang pertanian.
Grafik 2.1 Perkembangan jumlah petani Indonesia dari Tahun 2004 2009

Sumber : Badan Pusat Statistik 2010


Dari data di atas, dapat diketahui bahwa jumlah petani di Indonesia dari
tahun 2004-2009 cenderung konstan pada kisaran 40.000.000 orang. Sedangkan
jumlah angkatan kerja semakin meningkat dan jumlahnya jauh lebih banyak dari
pada jumlah petani, yakni mencapai 100.000.000 orang. Hal ini berarti banyak
angkatan kerja yang lebih memilih sektor pekerjaan lain dari pada bekerja pada
sektor pertanian. Dengan demikian pertanianpun semakin lama akan semakin
9

terpuruk karena para tenaga kerja muda tidak mau menjadi petani sehingga tenaga
kerjanya adalah orang-orang lanjut usia yang tenaganya sudah mulai renta.

2.2.2 Ekonomi Pertanian dan Sosiologi Pedesaan

Secara absolut, sektor pertanian sampai sekarang masih merupakan sektor


ekonomi yang dapat menyerap tenaga kerja terbesar, khususnya di daerah
perdesaan. Pada tahun 1985, penyerapan tenaga kerja sektor pertanian mencapai
34.141.000 orang, dan pada tahun 1990 menjadi 35.450.000 orang dan meningkat
menjadi 40.677.000 pada tahun 2000 (Nurmala et al., 2012:96).

Menurut Zainuddin (2009:6) sosiologi pedesaan (klasik) yakni


menggambarkan keadaan Barat secara umum memperlihatkan perbedaan yang
jelas dan bahkan dikotomis antar kawasan desa dan kota. Pada era globalisasi
perbedaan antara kota dan desa semakin kabur terutama disebabkan teknologi
transportasi dan komunikasi maka sosiologi pedesaan mempunyai pemahaman
yang berbeda dari pemahaman yang lama. Menurut Raharjo, (dalam Zainuddin,
2009:7) bahwa sosiologi pedesaan yang baru hendaknya merupakan studi tentang
bagaimana masyarakat desa (bukan hanya desa pertanian) menyesuaikan diri
terhadap masuknya kapitalisme modern ditengah kehidupan mereka.

2.2.3 Pengelolaan Sumber Daya Manusia di Bidang Pertanian

Sumber daya manusia merupakan suatu modal penting bagi pembangunan


nasional Indonesia utamanya di bidang pertanian karena Indonesia merupakan
salah satu negara agraris di dunia. Fakta bahwa Negara kita dikenal sebagai
negara agraris karena sebagian besar penduduknya terlibat dalam sektor
pertanian. Akan tetapi pada kenyataannya kesiapan sumber daya manusia di
bidang pertanian masih sangat memprihatinkan.

Menurut Gatot Irianto (2010) bahwa 75% tingkat pendidikan petani


Indonesia tidak tamat SD, 24% lulus SMP dan SMA, serta hanya 1% lulus
10

perguruan tinggi. Pernyataan tersebut didukung oleh data yang berasal dari BPS
tahun 2011, menyebutkan bahwa 70% - 80% petani di Indonesia hanya lulusan
Sekolah Dasar, bahkan ada yang tidak bersekolah.

Dalam hal ini, para petani harus diberikan pendidikan atau keterampilan
khusus mengenai halhal yang berhubungan dengan pertaniaan, guna
meningkatkan produksi pertanian. Jika produksi pertanian meningkat, maka
kebutuhan pangan dan ketahanan pangan dapat terpenuhi tanpa harus mengimpor
dari negara lain, sehingga tugas pemerintah dalam peningkatan ketahanan pangan
tidak lagi menjadi masalah. Karenanya, pemerintah harus turut campur tangan
dalam masalah rendahnya tingkat pendidikan para petani di Indonesia. Agar mutu
sumber daya manusia dalam sektor pertanian semakin meningkat.
2.2.4 Pengelolaan Sumber Daya Alam di Bidang Pertanian

Sumberdaya alam (SDA) berarti sesuatu yang ada di alam yang berguna dan
mempunyai nilai dalam kondisi dimana kita menemukannya. Tidak dapat
dikatakan SDA apabila sesuatu yang ditemukan tidak diketahui kegunaannya
sehingga tidak mempunyai nilai, atau sesuatu yang berguna tetapi tidak tersedia
dalam jumlah besar dibanding permintaannya sehingga ia dianggap tidak bernilai
(Solihin dan Sudirja, 2007:783).
Menurut Irawan (dalam Solihin dan Sudirja, 2007:784) ada 4 (empat) hal
yang perlu dicatat dalam mengelola SDA :
biaya pengambilan/ penggalian semakin tinggi dengan semakin menipisnya
persediaan SDA tersebut,
kenaikan dalam biaya pengambilan/ penggalian SDA akan diperkecil dengan
diketemukannya deposit baru serta adanya teknologi baru,
sebidang tanah tidak hanya bernilai tinggi karena adanya sumberdaya mineral
yang terkandung di dalamnya, tetapi juga karena adanya opportunity cost
berupa keindahan alam itu,
juga perlu diingat dan dibedakan antara penggunaan sumberdaya yang bersifat
dapat dikembalikan lagi dan penggunaan sumberdaya yang tak dapat
dikembalikan ke keadaan semula (irreversible ).
11

BAB III
PENGAMATAN LAPANG
3.1 Lokasi Kunjungan Lapang
Dam Kottok merupakan lokasi kunjungan lapang pertama. Dam Kottok
adalah sebutan bendungan yang terletak di desa Kottok kecamatan Kalisat
kabupaten Jember. Bendungan yang memang cukup besar tersebut membendung
aliran sungai Kottok. Bendungan tersebut dapat mengairi sawah seluas 2552 Ha.
Bendungan Kottok dikelola oleh Induk Hippa (Himpunan Petani Pemakai Air).
Aliran air dari bendungan Kottok melewati Antirogo, Tegal Gede, sampai
Jenggawah.
Lokasi kunjungan kedua yaitu desa Sukoreno Padukuan Gudang Empak
Krajan I kecamatan Kalisat. Desa yang terletak di sebelah timur kabupaten Jember
tersebut mayoritas penduduknya berprofesi sebagai petani.
12

3.2 Hasil Kunjungan Lapang


Petani di desa Sukoreno umumnya tamatan SD, dan SMP. Mereka belajar
ilmu bercocok tanam secara turun-temurun dari generasi sebelumnya. Namun
semenjak adanya kelompok tani yang dipimpin oleh H. Faruq, para petani desa
Sukoreno sangat terbantu dengan berbagai penyuluhan yang diadakan.
Dalam pengelolaan lahan, petani sudah menggunakan teknologi yang lebih
maju dibandingkan sebelumnya. Menurut hasil wawancara, dahulu petani desa
Sukoreno menggunakan sapi untuk membajak lahan mereka yang membutuhkan
waktu lama dalam penyelesaiannya. Namun sekarang petani desa Sukoreno telah
menggunakan jasa penyewaan traktor untuk membajak lahan mereka. Dengan
adanya jasa penyewaan traktor, pengelolaan lahan dapat dikerjakan secara efektif
dan efisien.
Tanaman yang ditanam para petani desa Sukoreno umumnya sama dari
petani satu ke petani lainnya. Apabila musim kemarau, mereka menanam tanaman
Tembakau karena hasilnya yang sangat menjanjikan daripada menanam Jagung.
Apabila musim penghujan, mereka menanam Padi. Karena tanaman Padi
memerlukan air yang cukup melimpah.

BAB IV
PEMBAHASAN
Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis
dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Sektor ini merupakan sektor
yang tidak mendapatkan perhatian secara serius dari pemerintah dalam
pembangunan bangsa. Mulai dari proteksi, kredit hingga kebijakan lain tidak satu
pun yang menguntungkan bagi sektor ini. Program-program pembangunan
pertanian yang tidak terarah tujuannya bahkan semakin menjerumuskan sektor ini
pada kehancuran. Meski demikian sektor ini merupakan sektor yang sangat
banyak menampung luapan tenaga kerja dan sebagian besar penduduk kita
tergantung padanya.
Perjalanan pembangunan pertanian Indonesia hingga saat ini masih belum
dapat menunjukkan hasil yang maksimal jika dilihat dari tingkat kesejahteraan
13

petani dan kontribusinya pada pendapatan nasional. Pembangunan pertanian di


Indonesia dianggap penting dari keseluruhan pembangunan nasional. Ada
beberapa hal yang mendasari mengapa pembangunan pertanian di Indonesia
mempunyai peranan penting, antara lain: potensi Sumber Daya Alam yang besar
dan beragam, pangsa terhadap pendapatan nasional yang cukup besar, besarnya
pangsa terhadap ekspor nasional, besarnya penduduk Indonesia yang
menggantungkan hidupnya pada sektor ini, perannya dalam penyediaan pangan
masyarakat dan menjadi basis pertumbuhan di pedesaan. Potensi pertanian
Indonesia yang besar namun pada kenyataannya sampai saat ini sebagian besar
dari petani kita masih banyak yang termasuk golongan miskin. Hal ini
mengindikasikan bahwa pemerintah pada masa lalu bukan saja kurang
memberdayakan petani tetapi juga terhadap sektor pertanian keseluruhan.
Pembangunan pertanian pada masa lalu mempunyai beberapa kelemahan,
yakni hanya terfokus pada usaha tani, lemahnya dukungan kebijakan makro, serta
pendekatannya yang sentralistik. Akibatnya usaha pertanian di Indonesia sampai
saat ini masih banyak didominasi oleh usaha dengan: (a) skala kecil, (b) modal
yang terbatas, (c) penggunaan teknologi yang masih sederhana, (d) sangat
dipengaruhi oleh musim, (e) wilayah pasarnya lokal, (f) umumnya berusaha
dengan tenaga kerja keluarga sehingga menyebabkan terjadinya involusi pertanian
(pengangguran tersembunyi), (g) akses terhadap kredit, teknologi dan pasar sangat
rendah, (h) pasar komoditi pertanian yang sifatnya mono/oligopsoni yang dikuasai
oleh pedagang-pedagang besar sehingga terjadi eksploitasi harga yang merugikan
petani. Selain itu, masih ditambah lagi dengan permasalahan-permasalahan yang
menghambat pembangunan pertanian di Indonesia seperti pembaruan agraria
(konversi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian) yang semakin tidak
terkendali lagi, kurangnya penyediaan benih bermutu bagi petani, kelangkaan
pupuk pada saat musim tanam datang.
Swasembada beras yang tidak meningkatkan kesejahteraan petani dan
kasus-kasus pelanggaran Hak Asasi Petani, menuntut pemerintah untuk dapat
lebih serius lagi dalam upaya penyelesaian masalah pertanian di Indonesia demi
14

terwujudnya pembangunan pertanian Indonesia yang lebih maju demi tercapainya


kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Pembangunan pertanian di masa yang akan datang tidak hanya dihadapkan
untuk memecahkan masalah-masalah yang ada, namun juga dihadapkan pula pada
tantangan untuk menghadapi perubahan tatanan politik di Indonesia yang
mengarah pada era demokratisasi yakni tuntutan otonomi daerah dan
pemberdayaan petani. Disamping itu, dihadapkan pula pada tantangan untuk
mengantisipasi perubahan tatanan dunia yang mengarah pada globalisasi dunia.
Oleh karena itu, pembangunan pertanian di Indonesia tidak saja dituntut untuk
menghasilkan produk-produk pertanian yang berdaya saing tinggi namun juga
mampu mengembangkan pertumbuhan daerah serta pemberdayaan masyarakat.
Ketiga tantangan tersebut menjadi sebuah kerja keras bagi kita semua apabila
menginginkan pertanian kita dapat menjadi pendorong peningkatan kesejahteraan
masyarakat dan dapat menjadi motor penggerak pembangunan bangsa

BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan pernyataan-pernyataan yang telah dipaparkan, maka dapat


diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia selalu mengalami peningkatan dari


tahun ketahun.

2. Prinsip kebutuhan dan ketahanan pangan di Indonesia masih harus di perbaiki


kembali.

3. Indonesia kemungkinan tidak dapat mencapai swasembada beras lagi, karena


produktivitas yang kurang.
15

4. Iklim memiliki peran penting dalam sektor pertanian Indonesia, terutama


hubungannya dengan produksi pertanian. Karena iklim mempengaruhi
kuantitas dan kualitas dari produksi pertanian.

5. Pertanian di Indonesia yang masih tertinggal jauh dengan lainnya karena


berbagai aspek masalah.

6. Tingkat ekonomi petani Indonesia masih jauh dari sejahtera.

7. Pengelolaan sumber daya manusia dibidang pertanian belum maksimal.

8. Pengelolaan sumber daya alam dibidang pertanian harus disesuaikan dengan


kondisi dari alam itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, B. 2001. Spektrum Kebijakan Pertanian Indonesia. Jakarta: Erlangga.


Badan Pusat Statistik Jakarta-Indonesia. 2013. Proyeksi Penduduk Indonesia
2010-2035. Jakarta: Badan Pusat Statistik Jakarta-Indonesia.
Muslim, C. 2013. Mitigasi Perubahan Iklim dalam Mempertahankan
Produktivitas Tanah Padi Sawah (Studi kasus di Kabupaten
Indramayu). Jurnal Penelitian Pertanian Terapan. 13 (3), 211-222.
Mustika, C. 2011. Pengaruh PDB dan Jumlah Penduduk Terhadap Kemiskinan di
Indonesia Periode 1990-2008. Jurnal Paradigma Ekonomika.1 (4),
12-23.
Nurmala, Suyono, Rodjak, Suganda, Natasasmita, Simarmata, Salim, Yuwariah,
Sendjaja, Wiyono, dan Hasani. 2012. Pengantar Ilmu Pertanian.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
16

Purwaningsih, Y. 2008. Ketahanan Pangan: Situasi, Permasalahan, Kebijakan,


dan Pemberdayaan Masyarakat. Jurnal Ekonomi Pembangunan. 9
(1), 1-27.
Solihin, M. A. dan Sudirja, R.. 2007. Pengelolaan Sumberdaya Alam Secara
Terpadu Untuk Memperkuat Perekonomian Lokal. 8 (15), 782-793.
Soetriono, Suwandari, A., dan Rijanto. 2003. Pengantar Ilmu Pertanian. Jember:
Bayumedia Publishing.
Surmaini, E., Runtunuwu, E., dan Las, I. 2010. Upaya Sektor Pertanian Dalam
Menghadapi Perubahan Iklim. Jurnal Litbang Pertananian. 30 (1), 1-
7
Taufik, M., Rajiman dan Hermawan, R. 2011. Analisis Produktivitas Padi Sawah
Di Kupang Timur, NTT. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian. 7 (2), 105-113.
Zainuddin, S. 2009. Sosiologi Pedesaan Sebagai Ilmu Pengetahuan. Jurnal
Academica Fisip Untad. 1, 1-15.

Anda mungkin juga menyukai