LP RBD
LP RBD
Kelompok 1
Oleh :
NIM. 150070300011004
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016
KONSEP RESIKO BUNUH DIRI
2 RENTANG RESPON
3 PENYEBAB
Stressor pencetus secara umum
Stressor pencetus bunuh diri sebagian besar adalah kejadian memalukan,
masalah interpersonal, dipermalukan di depan umum, kehilangan pekerjaan, ancaman
penjara dan yang paling penting adalah mengetahui cara-cara bunuh diri. Faktor
resiko secara psikososial : putus asa, ras, jenis kelamin laki-laki, lansia, hidup sendiri,
klien yang memiliki riwayat pernah mencoba bunuh diri, riwayat keluarga bunuh diri,
riwayat keluarga adiksi obat, diagnostic : penyakit kronis, psikosis, penyalahgunaan
zat.
Faktor yang mempengaruhi bunuh diri
Faktor Predisposisi
Berbagai pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan faktor predisposisi,
artinya mungkin terjadi atau mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan jika faktor
berikut dialami oleh individu :
1. Psikologis
Kegagalan yang di alami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat
timbul agresif atau amuk.Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan yaitu
perasaan ditolak, dihina, dianiaya atau saksi penganiayaan.
2. Perilaku
Reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering
mengobservasi kekerasan dirumah atau di luar rumah. Semua aspek ini
menstimulasi individu untuk mengadopsi perilaku kekerasan.
3. Social budaya
Budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dari control social
yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah
perilaku kekerasan diterima (permissive)
4. Bioneurologis
Banyak pendapat bahwa kerusakan lobus frontalis, lobus temporal dan
ketidakseimbangan neurotransmitter juga berperan dalam perilaku kekerasan.
5. Diagnostik psikiatrik
Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh
diri mempunyai riwayat gangguan jiwa. Tipe gangguan jiwa yang membuat
individu beresiko untuk melakukan tindakan bunuh diri adalah gangguan afektif,
penyalahgunaan zat, skizofrenia.
6. Sifat kepribadian
Tiga tipe kepribadian yang erat hubungannya dengan besarnya resiko bunuh
diri adalah antipasti, impulsive dan depresi
7. Lingkungan psikososial
Factor predisposisi terjadinya perilaku bunuh diri, diantaranya adalah
pengalaman kehilangan, kehilangan dukungan social, kejadian-kejadian
negative dalam hidup, penyakit kronis, perpisahan atau bahkan
perceraian,kekuatan dukungan social sangat penting dalam menciptakan
intervensi yang terapeutik, dengan terlebih dahulu mengetahui penyebab
masalah, respon seseorang dalam menghadapi masalah tersebut , dan lain-
lain.
8. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan factor penting
yang menyebabkan seseorang melakukan tindakan bunuh diri
9. Faktor biokimia
Data menunjukkan bahwa pada klien dengan resiko bunuh diri terjadi
peningkatan zat-zat kimia yang terdapat di dalam otak seperti serotonin,
adrenalin dan dopamine. Peningkatan zat tersebut dapat dilihat melalui rekam
gelombang Electro Enchepalo (EEG)
Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi dengan
orang lain. Kondisi klien seperti kelemahan fisik (penyakit fisik), keputusasaan,
ketidakberdayaan, percaya diri yang kurang dapat menjadi penyebab perilaku
kekerasan. Demikian pula dengan situasi yang yang rebut, padat, kritikan yang
mengarah pada penghinaan, kehilangan orang yang di cintai / pekerjaan dan
kekerasan merupakan factor penyebab yang lain. Interaksi social yang provokatif
dan konflik dapat memicu perilaku kekerasan. Perilaku destruktif diri dapat
ditimbulkan oleh stress berlebihan yang dialami oleh individu. Pencetusnya sering
kali berupa kejadian hidup yang memalukan. Factor lain yang dapat menjadi
pencetus adalah melihat atau membaca melalui media mengenai orang yang
melakukan bunuh diri ataupun percobaan bunuh diri. Bagi individu yang emosinya
labil, hal tersebut bisa sangat rentan.
6 Pohon Masalah
Berdasarkan besarnya kemungkinan pasien melakukan bunuh diri, terdapat
tiga macam perilaku bunuh diri, yaitu :
Isyarat bunuh diri
Biasanya ditunjukkan dengan berperilaku secara tidak langsung ingin bunuh
diri, misalnya dengan mengatakan, Tolong jaga anak-anak karena saya akan
pergi jauh! atau Segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya.
Dalam kondisi ini pasien mungkin sudah mempunyai ide untuk mengakhiri
hidupnya, tetapi tidak disertai dengan ancaman dan percobaan diri. Pasien
umumnya mengungkapkan perasaan seperti rasa bersalah, sedih, marah, putus
asa, atau tidak berdaya. Pasien juga mengungkapkan hal-hal negatif tentang
dirinya sendiri yang menggambarkan harga diri rendah.(B. A. Keliat, 2006)
Ancaman bunuh diri
Ancaman bunuh diri umumnya diucapkan oleh pasien, berisi keinginan untuk
mati disertai oleh rencana untuk mengakhiri kehidupan dan persiapan alat untuk
melaksanakan rencana tersebut. Secara aktif pasien telah memikirkan rencana
bunuh diri, tetapi tidak disertai dengan percobaan bunuh diri (B. A. Keliat, 2006).
Walaupun dalam kondisi ini belum pernah mencoba bunuh diri, pengawasan
ketat harus dilakukan. Kesempatan sedikit saja dapat dimanfaatkan pasien untuk
melaksanakan rencana bunuh dirinya. (B. A. Keliat, 2006)
Mengkomunikasikan secara nonverbal dengan memberikan barang berharga
sebagai hadiah, merevisi wasiatnya, dan sebagainya. Pesan-pesan ini harus
dipertimbangkan dalam konteks peristiwa kehidupan saat ini. Ancaman
menunjukkan ambivalensi seseorang terhadap kematian. Kurangnya respons
positif dapat ditafsirkan sebagai dukungan untuk melakukan tindakan bunuh diri
(Gail Stuart, 2006).
Percobaan bunuh diri/ Upaya bunuh diri
Percobaan bunuh diri adalah tindakan pasien mencederai atau melukai diri
untuk mengakhiri kehidupannya. Pada kondisi ini, pasien aktif mencoba bunuh
diri dengan cara gantung diri, minum racun, memotong urat nadi, atau
menjatuhkan diri dari tempat yang tinggi (B. A. Keliat, 2006).
Menarik diri
Petunjuk Gejala
Keputusasaan;
Menyalahkan diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berharga;
Alam perasaan tertekan;
Agitasi dan gelisah;
Insomnia yang menetap;
Penurunan berat badan;
Berbicara lamban,keletihan, menarik diri dari lingkungan sosial;
Pikiran dan rencana bunuh diri
Gangguan Jiwa
Upaya bunuh diri sebelumnya;
Gangguan alam perasaan;
Alkoholisme atau penyalahgunaan zat;
Gangguan tingkah laku dan depresi pada remaja;
Demensia dini dan status konfusi pada lansia yang mengalami skizofrenia;
Kombinasi dari kondisi diatas.
Riwayat Psikososial
Baru berpisah, bercerai, atau kehilangan;
Hidup sendiri;
Tidak bekerja, perubahan atau kehilangan pekerjaan yang baru dialami;
Stres kehidupan multipel (pindah, kehilangan, putus hubungan yang berarti, masalah sekolah,
ancaman terhadap krisis disiplin);
Penyakit medis kronik;
Minum alkohol yang berlebihan atau penyalahgunaan zat;
Faktor Kepribadian
Impulsif, agresif, rasa bermusuhan;
Kekakuan kognitif dan negativitas;
Keputusasaan;
Harga diri rendah;
Gangguan kepribadian ambang atau antisosial.
Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga berperilaku bunuh diri;
Riwayat keluarga gangguan alam perasaan, alkoholisme, atau keduanya.
Diagnosa Keperawatan
1. Resiko Bunuh Diri
2. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
3. ketidakefektifan koping
Aziz R, dkk. Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang: RSJD Dr. Amino
Gondoutomo. 2003