Anda di halaman 1dari 18

1

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN


REPRODUKSI TERHADAP MASA PUBERTAS DI SMPN 1 RUMBIA KAB.
JENEPONTO

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Remaja merupakan masa kehidupan individu dimana terjadi perkembangan


psikologis untuk menemukan jati diri. Pada masa peralihan tersebut, seorang remaja
akan mengembangkan bakat dan kemampuan yang dimiliki yang akan ditunjukan
pada orang lain agar terlihat berbeda dari pada orang lain (Kusmiran, 2011).
Kesehatan reproduksi merupakan suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial
secara utuh, tidak semata- mata terbebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala
hal yang berkaitan dengan sistem, fungsi dan proses reproduksinya (Lestari, dkk.
2013).
Memasuki masa remaja, di awali dengan kematangan seksual, maka remaja
akan beradaptasi terhadap berbagai perubahan yang terjadi. Kematangan seksual juga
mengakibatkan remaja mulai tertarik terhadap anatomi fisiologi tubuhnya dan muncul
perasaan tertarik kepada teman sebaya yang berlawana jenis. Remaja harus mampu
menjaga diri dan lingkungan di sekitarnya, dengan demikian akan terjaga kesehatan
reproduksi sehat bagi remaja (Perinasia, 2014). Perubahan yang paling mencolok dan
bisa dilihat serta dirasakan adalah perubahan fisik yang terjadi secara alamiah dan
terkadang remaja tidak tahu atau tidak siap terhadap perubahan fisik tersebut yang
menyebabkan mereka menjadi cemas, malu dan merasa ada masalah dengan fisik
mereka, sehingga mereka merasa asing dengan tubuh mereka sendiri (Istiqomah,
2015). Cara untuk mengurangi kecemasan salah satunya adalah dengan diberikannya
informasi yang benar, terbuka dan mudah diperoleh tentang bagaimana perubahan-
perubahan yang akan dialami remaja.
2

Bersamaan dengan pertumbuhan tersebut, terjadi pula masa pubertas. Masa


pubertas merupakan masa peralihan seorang anak yang menjadi dewasa, masa puber
akan terjadi pematangan organ seksual serta bisa dikatakan bahwa mereka telah
mencapai kemampuan reproduksi.
Pada usia 12,5 tahun dan 14 tahun separuh (50%) dari anak perempuan di
Amerika sudah mengalami masa pubertas pada usia rata-rata 13 tahun. Pada anak
laki-laki pubertas lebih lambat yaitu antara 14 tahun dan 16,5 tahun. Hal tersebut
dikarenakan hormon 2 yang mempengaruhi pertumbuhan antara laiki-laki dan
perempuan berbeda (Al-Mighwar, 2007)
Hasil Survei Dasar Kesehatan Indonesia tahun 2012 menyatakan bahwa
kesehatan reproduksi remaja menunjukkan bahwa pengetahuan remaja tentang
kesehatan reproduksi belum memadai yang dapat dilihat dengan hanya 35,3% remaja
perempuan dan 31,2% remaja laki-laki dengan usia 15-19 tahun mengetahui
perempuan dapat hamil dengan satu kali berhubungan seksual. Tingkat pengetahuan
remaja laki-laki berupa pemahaman mengenai gejala infeksi menular seksual pada
pria 16,4% dan pada perempuan 6,1%, sedangkan tingkat pengetahuan remaja
perempuan berupa pemahaman mengenai gejala infeksi menular seksual yang terjadi
pada pria 15,8% dan pada perempuan 15,3% (Kemenkes RI, 2014).
Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia Remaja (SDKI-R) tahun
2012 menyebutkan bahwa sebanyak 13,3% remaja putri tidak tahu sama sekali
mengenai perubahan fisiknya saat puber. Bahkan 47,9% remaja putri tidak
mengetahui waktu puber (BKKBN, 2012). Disaat remaja tidak tahu tentang
perubahan yang akan mereka alami, maka cenderung memiliki tingkat stress yang
lebih tinggi terutama masalah perubahan fisik (tubuh). Pada dasarnya sikap yang
sering ditunjukan oleh remaja putri yaitu merasa malu dengan perubahan yang terjadi
seperti pertambahan besar dan perubahan payudara, haid pertama (menarche),
pertambahan berat badan, tinggi badan dan mulai tumbuh jerawat yang menjadikan
kurang percaya diri untuk bergaul dengan yang lainnya, karena adanya masa
pubertas, maka remaja putri sangat memperhatikan penampilan (Fitri, 2014).
3

Oleh karena itu, pengetahuan yang baik tentang kesehatan reproduksi dirasa
penting pada saat masa-masa pubertas ini, karena pengetahuan merupakan salah satu
komponen dalam pembentukan sikap seseorang, bisa dikatakan apabila pengetahuan
remaja tentang pubertas tidak memadai akan berdampak pada sikap remaja yang
cenderung negatif menilai sesuatu yang ada kaitannya dengan seksual. Karena
menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada
tahun 2012 menunjukan bahwa pengetahuan remaja putri tentang kesehatan
reproduksi remaja masih sangat rendah. Dibuktikan dengan Survey Perkumpulan
Keluarga Berencana Indonesai (PKBI) Jawa Tengah pada tahun2010 di Semarang
tentang pengetahuan kesehatan reproduksi menunjukan 43,22% pengetahuannya
rendah, pengetahuan cukup 37,28% sedangkan hanya 19,50% berpengetahuan baik.
Padahal kesehatan reproduksi remaja sangat penting dalam pembangunan nasional
karena remaja merupakan asset negara dan penerus bangsa (Marmi, 2013).
Pengetahuan yang rendah sangat berdampak pada sikap dan perilaku remaja
saat menjalani masa pubertas. Ketidaktahuan akan kesehatan reproduksi dan
perawatan organ reproduksi dapat mengakibatkan banyak kerugian dan penyakit
penyerta bagi remaja. Remaja yang memiliki kesiapan lebih matang akan merasa
lebih siap menghadapi masa pubertas dikarenakan dukungan dari keluarga dan
lingkungan sekitar yang memberikan informasi tentang kesehatan reproduksi yang
jelas, aman dan tuntas (Aisyah, Diah, & Yuni, 2015).
Dari bahasan diatas, dirasa menjadi hal yang peting oleh peneliti bahwa
remaja harus memiliki pengetahuan yang baik tentang kesehatan reproduksi. Dilihat
dari definisi kesehatan reproduksi sendiri menurut BKKBN adalah kesehatan secara
fisik, mental dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan
dengan sistem, fungsi serta proses reproduksi bukan hanya kondisi yang bebas dari
penyakit dan kecacatan (Yanti, 2011). Bisa diambil kesimpulan bahwa pentingnya
seorang remaja untuk dilihat sejauh mana pengetahuannya tentang kesehatan sistem
reproduksi dan untuk melihat bagaimana sikap remaja menghadapi masa pubertas.
4

Berdasarkan studi pendahuluan pada bulan Desember 2016 di SMP 1 Rumbia


Jeneponto dari wawancara kepada lima orang remaja yang memasuki masa pubertas,
satu remaja tahu apa itu pubertas tetapi belum siap dalam menghadapi saat menstruasi
dan seperti masih acuh tak acuh dengan penampilan fisik. Sedangkan dua remaja
putri belum tahu tentang pubertas terlihat malu-malu saat ditanya apakah sudah
menstruasi dan apakah tahu apa itu kesehatan reproduksi, dua remaja putra belum
mengetahui apa itu pubertas secara menyeluruh dia hanya tahu sebatas bahwa kalau
sudah puber berarti ada jerawat tetapi mulai membatasi pergaulan dengan remaja
putri dan lebih senang saat berkumpul dengan remaja laki-laki. Dengan mengetahui
masalah diatas maka peneliti merasa tertarik dan berminat mengadakan penelitian
tentang Gambaran Pengetahuan Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi Terhadap
Masa Pubertas Siswa Kelas VII SMP 1 Rumbia Kec. Rumbia Kab. Jeneponto.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah penelitian
sebagai berikut Bagaimana Gambaran Pengetahuan Remaja Tentang Kesehatan
Reproduksi Terhadap Masa Pubertas Siswa Kelas VII SMP 1 Rumbia Jeneponto?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum
Untuk menggambarkan pengetahuan remaja mengenai kesehatan
reproduksi dan sikap menghadapi masa pubertas siswa kelas VII SMP 1
Rumbia kec. Rumbia Kab. Jeneponto
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mendeskripsikan pengetahuan remaja siswa kelas VII SMP 1
Rumbia Kec. Rumbia Kab. Jeneponto mengenai kesehatan reproduksi terdiri
dari organ reproduksi dan juga cara merawat organ reproduksi yang baik dan
benar.
5

b. Untuk mengetahui sikap remaja menghadapi masa pubertas siswa kelas VII
SMP 1 Rumbia Kec.Rumbia Kab.Jeneponto

c. Untuk menggambarkan pengalaman remaja menghadapi masa pubertas


siswa kelas VII SMP 1 Rumbia kec. Kab. Jeneponto

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi institusi pendidikan


Memberikan referensi tentang tingkat pengetahuan mengenai
kesehatan reproduksi dan sikap menghadapi masa pubertas.
2. Bagi tempat penelitian
Dapat menjadi masukan dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman mengenai kesehatan reproduksi bagi remaja serta sikap saat
pubertas.

3. Bagi remaja
Dapat menjadi tambahan ilmu pengetahuan mengenai kesehatan
reproduksi bagi remaja.
4. Bagi peneliti berikutnya
Sebagai acuan untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai
pengetahuan kesehatan reproduksi remaja dan sikap menghadapi masa
pubertas.
6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori
1. Pengetahuan
a. Pengertian
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang
terhadap obyek melalui indera yang dimilikinya mata,hidung,telinga,dan sebagainya).
Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan
tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap obyek.
Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran
(telinga) dan indera penglihatan (mata) (Notoatmodjo,2010).
a. Tingkat pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan seseorang terhadap obyek
mempunyai intensitas atau tingkat berbedabeda. Secara garis besarnya dibagi
dalam 6 tingkat pengetahuan, yaitu:
1) Tahu (Knowledge)
Tahu hanya diartikan sebagai recall (memanggil) memori yang
telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Untuk mengetahui
atau mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan
pertanyaanpertanyaan.

2) Memahami (Comprehension)
Memahami suatu obyek bukan sekedar tahu terhadap obyek
tersebut, tetapi orang tersebut, tidak sekedar menyebutkan, tetapi
orang tersebut harus bisa menginterpretasikan secara benar tentang
obyek yang diketahu tersebut.
3) Aplikasi (application)
7

Aplikasi diartika apabila orang telah memahami obyek yang


dimaksud dapat menggunakan dan mengaplikasikan prinsip yang
diketahui tersebut pada situasi yang lain.
4) Analisa (Analysis)
Analisa adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan
memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponenkompenen
yang terdapat dalam suatu masalah atau obyek yang diketahui. Indikai
bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis
adalah apbila orang tersebut telah dapat membedakan, atau memisahkan,
mengelompokkan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas
obyek tersebut.
5) Sintesis (Syntesis)
Syntesisi menunjukan suatu kemampuan seseorang utnuk
merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari
komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain,
sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi-formulasi yang telah ada.
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu obyek tertentu.
Penilain ini dengan sendirinya atau norma-norma yang berlaku di
masyarakat.
b. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010), faktor faktor yang mempengaruhi
pengetahuan adalah:
1) Pendidikan
Semakin pendidikan maka ia akan mudah menerima hal-hal yang baru
dan mudah menyesuaikan dengan hal yang baru tersebut.
2) Informasi
8

Informasi yang diperoleh baik melalui pendidikan formal maupun non


formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact)
sehingga menhasilakan perubahan atau peningkatan pengetahuan.
3) Sosial, budaya dan ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui
penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian
seseorang akan bertambah pengetahauannya walaupun tidak melakukan.
Status ekonomi seseorang juga akan menentukan terjadinya suatu fasilitas
yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini
akan memepengaruhi pengetahuan seseorang.
4) Lingkungan
Lingkungan adalah segala seseuatu yang ada di sekitar individu, baik
lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap
proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam
lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik
ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.
5) Pengalaman
Di sini dikaitkan dengan umur dan pendidikan individu, maksudnya
adalah pendidikan yang tinggi maka pengalaman akan luas, sedangkan
semakin tua umur seseorang maka pengalaman akan semakin banyak.
6) Usia
Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap
dan pola pikirnya,sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik
(Notoatmodjo, 2010)
c. Pengukuran Pengetahuan
Menurut Arikunto (2010), pengukuran pengetahuan dapat dilakukan
dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang
akan diukur dari subyek penelitian atau responden ke dalam pengetahuan
yang ingin kita ukur atau kita ketahui dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-
9

tingakatnnya. Adapun pertanyaan yang dapat digunakan untuk pengukuran


pengetahuan secara umum dapat dikelompokan menjadi dua jenis yaitu:
1) Pertanyaan subyektif,misalnya pertanyaan essay
Pertanyaan essay disebut pertanyaan subyektif karena penilaian untuk
pertanyaan ini melibatkan faktor subyektif dari penilai, sehingga nilainya akan
berbeda dari seseorang penilai satu dibandingkan dengan yang lain dari satu
waktu ke waktu yang lainya.
2) Pertanyan obyektif,misalnya pertanyaan jenis pilihan ganda (muliple choise),
misalnya betul salah, dan pertanyann menjodohkan. Pertanyaan pilihan ganda,
betul salah, menjodohkan disebut pertanyaan obyektif karena pertanyaan-
pertanyaan itu dapat dinilai secara pasti oleh penilai.
Dari kedua jenis pertanyaan tersebut, pertanyaan obyektif khususnya
pertanyaan pilihan ganda lebih disukai untuk dijadikan sebagai alat ukur
dalam pengukuran karena lebih mudah disesuaikan dengan pengetahuan akan
diukur dan penilaiannya akan lebih cepat (Arikunto,2010).
2. Remaja
a. Pengertian Remaja
Masa remaja adalah masa transisi massa transisi yang ditandai
oleh adanya perubahan fisik emosi dan psikis. Masa remaja yakni
antara usia 10 19 tahun adalah suatu periode masa pemtangan organ
reproduksi manusia dan sering disebut masa pubertas (Widyastuti,
2009).
Menurut Depkes RI (2007), Masa remaja dibedakan dalam:
1) Masa remaja awal : 10 13 tahun Psikologi merupakan manifestasi perubahan
faktor faktor emosi, sosial dan intelektual. Depkes RI (2007), menyatakan
bahwa akibat perubahan tersebut, yaitu :
a) Remaja Awal (10 13 tahun)
(1) Cemas terhadap penampilan badannya yang berdampak pada
meningkatan kesadaran diri (self consciousness)
10

(2) Perubahan hormonalnya berdampak sebagai individu yang mudah


berubah ubah emosinya seperti mudah marah, mudah tersinggung atau
menjadi agresif
(3) Menyatakan kebebasan berdampak bereksperimen dalam berpakaian,
berdandan trendi dan lain lain.
(4) Perilaku memberontak membuat remaja sering konflik dengan
lingkungannya.
(5) Kawan lebih penting sehingga remaja berusaha menyesuaikan dengan
mode teman sebayanya.
(6) Perasaan memiliki terhadap teman sebaya berdamapak punya gang/
kelompok sahabat, remaja tidak mau berbeda dengan teman sebanyanya.
(7) Sangat menuntut keadilan dari sisi pandangannya sendiri dengan
membandingkan segala sesuatunya sebagai buruk/hitam atau baik/putih
berdampak sulit bertoleransi dan sulit berkompromi.
2) Masa remaja tengah : 14 - 16 tahun
a) Lebih mampu untuk berkompromi, berdampak tenang, sabar dan lebih
toleransi untuk menerima pendapat orang lain.
b) Belajar berfikir independen dan memutuskan sendiri berdampak menolak
mencampur tangan orang lain termasuk orang tua.
c) Bereksperimen untuk mendapatkan citra diri yang dirasa nyaman
berdampak baju, gaya rambut sikap dan pendapat berubah ubah.
d) Merasa perlu mengumpulkan pengalaman baru walaupun beresiko
berdampak mulai bereksperimen dengan merokok, alkohol, seks bebas
dan mungkin NAPZA.
e) Tidak lagi terfokus pada diri sendiri berdampak lebih bersosialisasi dan
tidak lagi pemalu.
f) Membangun nilai, norma dan moralisasi berdampak mempertanyakan
kebenaran ide, norma yang dianut keluarga.
g) Mulai membutuhkan lebih banyak teman dan solidaritas berdamapak ingin
banyak menghabiskan waktu untuk berkumpul dengan teman teman.
h) Mulai membina hubungan dengan lawan jenis berdampak berpacaran
tetapi tidak menjurus serius.
i) Mampu berfikir secara abstrak mulai berhipotesa berdampak mulai peduli
yang sebelumnya tidak terkesan dan ingin mendiskusikan atau berdebat.
11

3) Masa remaja akhir : 17 -19 tahun


a) Ideal berdampak cenderung menggeluti masalah sosial politik termasuk
agama.
b) Terlibat dalam kehidupan, pekerjaan dan hubungan diluar kelurga
berdamapak mulai belajar mengatasi stress yang dihadapi dan sulit diajak
berkumpul dengan keluarga.
c) Belajar mencapai kemandirian secara finansial maupun emosional
berdampak kecemasan dan ketidak pastian masa depan yang dapat merusak
keyakinan diri.
d) Lebih mampu membuat hubungan yang stabil dengan lawan jenis berdampak
mempunyai pasangan yang lebih serius dan banyak menyita waktu.
e) Merassa sebagai orang dewasa berdampak cenderung mengemukakan
pengalaman yang berbeda dengan orang tuanya.
f) Hampir siap menjadi orang dewasa yang mandiri berdampak mulai nampak
ingin meninggalkan rumah atau hidup sendiri.
Masa remaja merupakan masa yang begitu penting dalam hidup
manusia, karena pada masa tersebut terjadi proses awal kematangan organ
reproduksi manusia yang disebut sebagai masa pubertas (Depkes RI, 2007).
Masa remaja juga merupakan massa peralihan dari anak anak ke dewasa
bukan hanya dalam artian psikologi tetapi juga fisik. Bahkan perubahan-
perubahan fisik yang terjadi itulah yang merupakan gejala primer dalam
pertumbuhan remaja (Sarlito, 2010).
b. Perkembangan Jiwa Pada Remaja
Pencarian identitas diri mulai dirintis seseorang pada sangat
usia sangat muda, yaitu sekitar usia remaja muda. Pencarian
identitasdiri berarti pencarian jati diri, di mana remaja ingin tahu juga
tentang dirinya sendiri yang meenyangkut soal apandan siapa
dia,semua hubungan dengan aku ingin diselidiki dan dikenalnya
(Erickson dalam Depkes RI, 2007).
12

Pada usia 12-15 tahun pencarian identitas diri masih berada


pada tahap permulaan. Dimulai pada pengukuhan kemampuan yang
sering diungkapakan dalam bentuk kemauan yang tidak dapat
dikompromikan sehingga mungkin berlawanan dengan kemauan orang
lain. Bila kemauan itu ditentang, mereka akan memaksa agar
kemauannya dipenuhi (Depkes RI, 2007).
3. . Pubertas
a. Pengertian Pubertas
Pubertas adalah periode dalam rentang perkembangan ketika
anak anak berubah dari makhluk aseksual menjadi makhluk seksual.
Puberty berasal dari istilah latin pubertas yang berarti kelakian lakian,
kedewasaan yang dilandasi oleh sifat dan tanda kelaki lakian.
Pubescense dari kata pubis (pubic hair) yang berarti rambut (bulu)
pada daerah kemaluan (genetal) maka pubescence berarti perubahan
yang disertai dengan tumbuhnya rambut pada daerah kemaluan
(Adsense, 2009)
b. Penyebab Pubertas
Penyebab munculnya pubertas adalah hormon yang
dipengaruhi oleh hipofisis (pusat dari seluruh sistem kelenjar
penghasil hormon tubuh) Akibat kerja hormon ini, remaja memasuki
masa pubertas sehingga mulai muncul ciri ciri kelamin sekunder
yang dapat membedakan antara perempuan dan laki laki. Dengan
kata lain, pubertas terjadi karena tubuh mulai memproduksi horman
hormon seks sehingga alat reproduksi telah berfungsi dan tubuh
mengalamin perubahan (Adsensa, 2009).
Hormon seks yang mempengaruhi perempuan adalah estrogen
dan progesteron yang diproduksi di indung telur (ovarium), sedangkan
pada laki-laki diproduksi oleh testis dan dinamakan testosteron.
Hormon hormon tersebut ada di dalam darah dan mempengaruhi alat
13

alat dalam tubuh sehingga terjadilah beberapa pertumbuhan


(Adsensa, 2009).
c. Ciri ciri Pubertas
Menurut Sarlito (2010), ciri ciri pubertas,yaitu:
1) Masa puber adalah periode tumpang tindih
Masa puber harus dianggap sebagai periode tumpung tindih karena
mencakup tahun tahun akhir masa kanak kanak dan tahun tahun
masa remaja.
2) Masa puber adalah periode yang singkat
Masa puber relatif merupakan periode yang sigkat, yakni sekitar dua
sampai empat tahun, dibandingkan dengan banyaknya perubahan yang
terjadi di dalam maupun di luar tubuh. Sebagai kelompok, anak
perempuan lebih cepat matang daripada kelompok anak laki laki.
d. Aspek Perubahan pada Remaja
Menurut Notoatmodjo (2007), dan aspek pokok dalam perubahan
remaja, yaitu :
1) Perubahan fisik
Masa remaja diawali dengan pertumbuhan yang sangat cepat dan
biasanya disebut pubertas. Dengan adanya perubahan yang cepat itu
terjadilah perubahan fisik yang dapat diamati seperti pertumbuhan
tinggi dan berat badan pada remaja atu biasanya disebut pertumbuhan
dan kematangan seksual sebagai hasil dari perubahan hormonal.
2) Perubahan Psikologis
Masa transisi antara masa kanak kanak dan masa dewasa seringkali
menghadapkan individu yang bersangkutan pada situasi yang
membingungkan. Pada masa remaja labilnya emosi berat kaitannya
dengan perubahan hormon dalam tubuh. Sering terjadi letusan emosi
dalam bentuk amarah. Sensitive, bahkan perbuatan nekad.
Ketidakstabilan emosi menyebabkan mereka mempunyai rasa ingin
14

tahu dan dorongan untuk mencari tahu. Pertumbuhan kemampuan


intelektual pada remaja cenderung membuat mereka kritis.

B. Kesehatan Reproduksi
1. Pengertian kesehatan reproduksi
2. Cara perawatan reproduksi
Menurut syarif (2008) cara merawat reproduksi yaituh :
a. Menjaga daerah kemaluan dan selangkangan agar tetap kering. Suasana yang
lebab
B. Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori


Sumber : Modifikasi Notoatmodjo (2010) dan Desmita (2010)
Tingkat pengetahuan :
1.
Tahu
2.
Memahami
3.
Aplikasi
4.
15

Analisa
5.
Sintesis
6.
Evaluasi
Tingkat Pengetahuan remaja
putri
tentang perubahan
sekunder pada masa pubertas
Faktor yang mempengaruhi
pengetahu
an :
1.
Pendidikan
2.
Informasi
3.
Sosial, budaya dan ekonomi
4.
Lingkungan
5.
Pengalaman
6.
Usia
Perubahan sekunder masa pubertas:
a)
Pinggul
membesar
dan
16

membulat
sebagai
akibat
besarnya tulang pinggul dan
berkembangnya
lemak
dibawah kulit.
b)
Payudara membesar dan putinf
susu semakin menonjol.
c)
Tumbuh
rambut
pada
kemaluan, ketiak, lengan dan
kaki.
d)
Kulit menjadi lebih kasar, l
ebih
tebal dan lubang pori-
pori
bertambah besar.
e)
Suara menjadi lebih penuh dan
merdu.
f)
Kelenjar
keringan
menjadi
17

aktif dan tumbuh jerawat.

. Seperti dalam al-Quran Surat al-Isra: 32


Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah


suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk.
Pada ayat ini Allah telah melarang kepada hamba-hamba-Nya
untuktidak mendeketi perzinahan, yaitu melakukan sebab-sebabnya dan hal-
hal yang mendorong kearah perzinahan tersebut. Selain itu ayat ini juga
mengungkapkan bahwa perbuatan tersebut merupakan perbuatan yang keji,
dan merupakan suatu jalan yang buruk.
Didalam suart an-Nur diterangkan dengan jelas hukuman zina. Dan
18

pada ayat ini lebih dijelaskan lagi, yaitu Jangan dekati zina artinya segala sikap
dan tingkah laku yang dapat membawa kearah zina janganlah dilakukan. Karena
apabila seorang laki-laki dan seorang perempuan telah berdekatan, maka susah untuk
mengelakkan gelora syahwat yang ada pada tumbuhnya. Burdua-dua (khalwat) antara
permpuan dan laki-laki saja tidak diperbolehkan karena hal itu termasuk zina. Sebab
itu maka seorang perempuan dilarang memakai pakaian yang dapat membangkitkan
syahwat: Kaasiatin Ariatin; berpakaian tapi seolah-olah telanjang, you can see! Selain
itu seperti adanya film-film, gambar-gambar, majalah-majalah telanjang, porno,
nyanyian-nyanyian yang berisi ajakan buruk.

Anda mungkin juga menyukai