Anda di halaman 1dari 12

RESUME

MATAKULIAH BELAJAR DAN PEMBELAJAR


Dosen Pengampu Dr. Hj. Sri Endah Indriwati, M.Pd

Judul : Pembelajaran Problem-Base Learning dan Problem


Solving
Tujuan : Untuk mengetahui mengenai Pembelajaran Problem-
Base Learning dan Problem Solving
Nama / NIM : Gissa Adela P.W / 150341600860
Prodi : P. BIOLOGI
Hari, tanggal : Selasa, 28 Maret 2017

A. Pengertian Problem-Base Learning dan Problem Solving

Pengajaran berdasarkan masalah ini telah dikenal sejak zaman John Dewey. Menurut
Dewey (dalam Trianto, 2009:91) belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus
dan respon, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan
memberikan masukan kepada peserta didik berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem
saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi
dapat diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dicari pemecahannya dengan baik.

Pembelajaran Berbasis Masalah yang berasal dari bahasa Inggris Problem-based


Learning adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dengan menyelesaikan suatu
masalah, tetapi untuk menyelesaikan masalah itu peserta didik memerlukan pengetahuan baru
untuk dapat menyelesaikannya.

Pendekatan pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning / PBL) adalah


konsep pembelajaran yang membantu guru menciptakan lingkungan pembelajaran yang
dimulai dengan masalah yang penting dan relevan (bersangkut-paut) bagi peserta didik, dan
memungkinkan peserta didik memperoleh pengalaman belajar yang lebih realistik (nyata).

Pembelajaran Berbasis Masalah melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran


yang aktif, kolaboratif, berpusat kepada peserta didik, yang mengembangkan kemampuan
pemecahan masalah dan kemampuan belajar mandiri yang diperlukan untuk menghadapi
tantangan dalam kehidupan dan karier, dalam lingkungan yang bertambah kompleks sekarang
ini. Pembelajaran Berbasis Masalah dapat pula dimulai dengan melakukan kerja kelompok
antar peserta didik. peserta didik menyelidiki sendiri, menemukan permasalahan, kemudian
menyelesaikan masalahnya di bawah petunjuk fasilitator (guru).

Pembelajaran Berbasis Masalah menyarankan kepada peserta didik untuk mencari atau
menentukan sumber-sumber pengetahuan yang relevan. Pembelajaran berbasis masalah
memberikan tantangan kepada peserta didik untuk belajar sendiri. Dalam hal ini, peserta
didik lebih diajak untuk membentuk suatu pengetahuan dengan sedikit bimbingan atau arahan
guru sementara pada pembelajaran tradisional, peserta didik lebih diperlakukan sebagai
penerima pengetahuan yang diberikan secara terstruktur oleh seorang guru (Muhson, 2009).

Pembelajaran berbasis masalah (Problem-based learning), selanjutnya disingkat PBL,


merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar
aktif kepada peserta didik. PBL adalah suatu model pembelajaran vang, melibatkanpeserta
didik untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga peserta
didik dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan
sekaligus memiliki ketrampilan untuk memecahkan masalah.

Untuk mencapai hasil pembelajaran secara optimal, pembelajaran dengan pendekatan


Pembelajaran Berbasis Masalah perlu dirancang dengan baik mulai dari penyiapan masalah
yang yang sesuai dengan kurikulum yang akan dikembangkan di kelas, memunculkan
masalah dari peserta didik, peralatan yang mungkin diperlukan, dan penilaian yang
digunakan. Pengajar yang menerapkan pendekatan ini harus mengembangkan diri melalui
pengalaman mengelola di kelasnya, melalui pendidikan pelatihan atau pendidikan formal
yang berkelanjutan.

Oleh karena itu, pengajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif
untuk pengajaran proses berfikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu peserta didik
untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan
mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk
mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks.

B. Ciri-ciri Problem-Base Learning dan Problem Solving

1. Pertama, strategi pembelajaran berbasis masalah merupakan rangkaian aktivitas


pembelajaran artinya dalam pembelajaran ini tidak mengharapkan peserta didik hanya
sekedar mendengarkan, mencatat kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui
strategi pembelajaran berbasis masalah peserta didik aktif berpikir, berkomunikasi, mencari
dan mengolah data dan akhirnya menyimpulkannya.

2. Kedua, aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Strategi


pembelajaran berbasis masalah menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses
pembelajaran. Artinya, tanpa masalah tidak mungkin ada proses pembelajaran.

3. Ketiga, pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara


ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan
induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris, sistematis artinya
berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya proses
penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.
C. Komponen-Komponen Pembelajaran Problem-Base Learning dan Problem Solving

Komponen-komponen pembelajaran berbasisi masalah dikemkakan oleh Arends, diantaranya


adalah :

a. Permasalahan autentik. Model pembelajaran berbasis masalah mengorganisasikan masalah


nyata yang penting secara sosial dan bermanfaat bagi peserta didik. Permasalahan yang
dihadapi peserta didik dalam dunia nyata tidak dapat dijawab dengan jawaban yang
sederhana.

b. Fokus interdisipliner. Dimaksudkan agar peserta didik belajar berpikir struktural dan
belajar menggunakan berbagai perspektif keilmuan.

c. Pengamatan autentik. Hal ini dinaksudkan untuk menemukan solusi yang nyata. Peserta
didik diwajibkan untuk menganalisis dan menetapkan masalahnya, mengembangkan
hipotesis dan membuat prediksi, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melaksanakan
eksperimen, membuat inferensi, dan menarik kesimpulan (Sudarman. 2007).

d. Produk. Peserta didik dituntut untuk membuat produk hasil pengamatan.produk bisa
berupa kertas yang dideskripsikan dan didemonstrasikan kepada orang lain.

e. Kolaborasi. Dapat mendorong penyelidikan dan dialog bersama untuk mengembangkan


keterampilan berpikir dan keterampilan sosial.

D. Konsep Dasar Pembelajaran Problem-Base Learning dan Problem Solving

Model pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang menekankan padaproses


penyelesaian masalah. Dalam implementasi model pembelajaran berbasis masalah, guru perlu
memilih bahan pelajaran yang memiliki permasalahan yang dapat dipecahkan. Model
pembelajaran berbasis masalah ini dapat diterapkan dalam kelas jika :

a. Guru bertujuan agar peserta didik tidak hanya mengetahui dan hafal materi pelajaran saja,
tetapi juga mengerti dan memahaminya.

b. Guru mengiginkan agar peserta didik memecahkan masalah dan membuat kemampuan
intelektual siswa bertambah.

c. Guru menginginkan agar peserta didik dapat bertanggung jawab dalam belajarnya.

d. Guru menginginkan agar peserta didik dapat menghubungkan antara teori yang dipelajari
di dalam kelas dan kenyataan yang dihadapinya di luar kelas.

e. Guru bermaksud mengembangkan kemampuan peserta didik dalam menganalisis situasi,


menerapkan pengetahuan, mengenal antara fakta dan pendapat, serta mengembangkan
kemampuan dalam membuat tugas secara objektif (Akmar, 2011).

E. Langkah-langkah Problem-Base Learning dan Problem Solving

Ada beberapa pilihan dalam model ini, model-model tersebut diantaranya yaitu:

1. Model Pannen dkk.

Menurut Pannen dkk., (2001) proses pembelajaran PBL biasanya mengikuti tahapan-
tahapannya seperti roda (gambar 2.1)

Gambar 2.1 Model The Problem Solving Wheel (Pannen dkk., 2001)

2. John Dewey
Seorang ahli pendidikan berkebangsaan Amerika memaparkan 6 langkah dalam pembelajaran
berbasis masalah ini :

1) Merumuskan masalah. Guru membimbing peserta didik untuk menentukan masalah yang
akan dipecahkan dalam proses pembelajaran, walaupun sebenarnya guru telah menetapkan
masalah tersebut.

2) Menganalisis masalah. Langkah peserta didik meninjau masalah secara kritis dari
berbagai sudut pandang.

3) Merumuskan hipotesis. Langkah peserta didik merumuskan berbagai kemungkinan


pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki.

4) Mengumpulkan data. Langkah peserta didik mencari dan menggambarkan berbagai


informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah.

5) Pengujian hipotesis. Langkah peserta didik dalam merumuskan dan mengambil


kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan

6) Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah. Langkah peserta didik menggambarkan


rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan
kesimpulan.

3. David Johnson & Johnson, memaparkan 5 langkah melalui kegiatan kelompok :

1) Mendefinisikan masalah. Merumuskan masalah dari peristiwa tertentu yang mengandung


konflik hingga peserta didik jelas dengan masalah yang dikaji. Dalam hal ini guru meminta
pendapat peserta didik tentang masalah yang sedang dikaji.

2) Mendiagnosis masalah, yaitu menentukan sebab-sebab terjadinya masalah.

3) Merumuskan alternatif strategi. Menguji setiap tindakan yang telah dirumuskan melalui
diskusi kelas.

4) Menentukan & menerapkan strategi pilihan. Pengambilan keputusan tentang strategi


mana yang dilakukan.

5) Melakukan evaluasi. Baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil.


4. Secara umum langkah-langkah model pembelajaran ini adalah :

1) Menyadari Masalah. Dimulai dengan kesadaran akan masalah yang harus dipecahkan.
Kemampuan yang harus dicapai peserta didik adalah peserta didik dapat menentukan atau
menangkap kesenjangan yang dirasakan oleh manusia dan lingkungan sosial.

2) Merumuskan Masalah. Rumusan masalah berhubungan dengan kejelasan dan kesamaan


persepsi tentang masalah dan berkaitan dengan data-data yang harus dikumpulkan.
Diharapkan peserta didik dapat menentukan prioritas masalah.

3) Merumuskan Hipotesis. peserta didik diharapkan dapat menentukan sebab akibat dari
masalah yang ingin diselesaikan dan dapat menentukan berbagai kemungkinan penyelesaian
masalah.

4) Mengumpulkan Data. peserta didik didorong untuk mengumpulkan data yang relevan.
Kemampuan yang diharapkan adalah peserta didik dapat mengumpulkan data dan memetakan
serta menyajikan dalam berbagai tampilan sehingga sudah dipahami.

5) Menguji Hipotesis. Peserta didik diharapkan memiliki kecakapan menelaah dan


membahas untuk melihat hubungan dengan masalah yang diuji.

6) Menetukan Pilihan Penyelesaian. Kecakapan memilih alternatif penyelesaian yang


memungkinkan dapat dilakukan serta dapat memperhitungkan kemungkinan yang dapat
terjadi sehubungan dengan alternatif yang dipilihnya.

F. Sintak Problem-Base Learning dan Problem Solving

Pembelajaran berbasis masalah terdiri dari 5 fase dan prilaku. Perilaku tersebut
merupakan tindakan pola. Pola ini diciptakan agar hasil pembelajaran dengan pengembangan
pembelajaran berbasis maslaha dapat diwujudkan. Sintak pembelajaran berbasis masalah
sebagai berikut contoh:

Tahap TingkahLaku guru


Tahap-1 Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan
Orientasi peserta logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau
didikpada masalah demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah,
memotivasipeserta didik untuk terlibat dalam
pemecahan masalah yang dipilih.
Tahap-2 Guru membantupeserta
Mengorganisasi peserta didikuntukmendefinisikandanmengorganisasitugasbela
didik untuk belajar jar yang berhubungandenganmasalahtersebut
Guru mendorongpeserta
Tahap-3
didikuntukmengumpulkaninformasi yang sesuai,
Membimbingpenyelidikan
melaksanakaneksperimenuntukmendapatkanpenjelasan
individual maupun kelompok
danpemecahanmasalah.
Guru membantupeserta
Tahap-4 didikdalammerencanakandanmenyiapkankarya yang
Mengembangkan danmenyajik sesuaisepertilaporan, video, dan model
an hasil karya sertamembantumerekauntukberbagitugasdenganteman
nya.
Guru membantupeserta
Tahap-5
didikuntukmelakukanrefleksiatauevaluasiterhadappeny
Menganalisis danmengevaluasi
elidikanmerekadan proses-proses yang
proses pemecahan masalah
merekagunakan.

G. Penilaian dan Evaluasi Problem-Base Learning dan Problem Solving

Prosedur-prosedur penilaian harus disesuaikan dengan tujuan pengajaran yang ingin


dicapai dan hal yang paling utama bagi guru adalah mendapatkan informasi penilaian yang
reliabel dan valid.

Prosedur evaluasi pada model pembelajaran berbasis masalah ini tidak hanya cukup
dengan mengadakan tes tertulis saja, tetapi juga dilakukan dalam bentuk checklist, reating
scales, dan performance. Untuk evaluasi dalam bentuk performance atau kemampuan ini
dapat digunakan untuk mengukur potensi peserta didik untuk mengatasi masalah maupun
untuk mengukur kerja kelompok. Evaluasi harus menghasilkan definisi tentang masalah baru,
mendiagnosanya, dan mulai lagi proses penyelesaian baru (Burg, Oudlaan. 2010).

H. Keunggulan dan Kelemahan Problem-Base Learning dan Problem Solving


Sebagai suatu model pembelajaran, model pembelajaran berbasis masalah memiliki beberapa
keunggulan, diantaranya :

1. Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi
pelajaran.
2. Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan peserta didik serta memberikan
kepuasan untuk menentukan pengetahuan baru bagi peserta didik.
3. Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran peserta didik.
4. Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik bagaimana mentrasfer
pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
5. Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik untuk mengembangkan
pengetahuan barunya dan bertanggungjawab dalam pembelajaran yang mereka
lakukan.
6. Melalui pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai peserta didik.
7. Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan peserta didik untuk berpikir
kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan
pengetahuan baru.
8. Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada peserta didik untuk
mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
9. Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat peserta didik untuk secara terus
menerus belajar.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran berbasis masalah harus
dimulai dengan kesadaran adanya masalah yang harus dipecahkan. Pada tahapan ini guru
membimbing peserta didik pada kesadaran adanya kesenjangan atau gap yang dirasakan oleh
manusia atau lingkungan sosial. Kemampuan yang harus dicapai oleh peserta didik, pada
tahapan ini adalah peserta didik dapat menentukan atau menangkap kesenjangan yang terjadi
dari berbagai fenomena yang ada (Suci,2008).

Disamping keunggulannya, model ini juga mempunyai kelemahan, yaitu :

1. Manakala peserta didik tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan
bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa
enggan untuk mencoba.
2. Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup
waktu untuk persiapan.
3. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang
sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.
I. Aplikasi Pembelajaran Problem-Base Learning dan Problem Solving

Keterampilan Proses Belajar IPA

Pada dasarnya keterampilan proses adalah suatu kegiatan di mana siswa melakukan proses
belajar mandiri untuk memecahkan suatu permasalahan. Menurut Suci (2008), keterampilan
proses belajar memiliki peranan besar dalam proses kegiatan pembelajaran PBL. Hal tersebut
disebabkan karena:

1. para siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri.


2. berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara integral,
3. memupuk kerjasama yang harmonis di kalangan siswa,
4. para siswa bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri,
5. memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi demokratis,
6. mempererat hubungan sekolah dan masyarakat, dan hubungan antara orang tua dan
guru,
7. pengajaran diselenggarakan secara realistis dan konkret sehingga mengembangkan
pemahaman dan berpikir kritis serta menghindarkan verbalistis,
8. pengajaran di sekolah menjadi hidup sebagaimana proses dalam kehidupan di
masyarakat.

Berdasarkan uraian di atas maka keterampilan proses belajar IPA yang di maksud adalah
suatu proses dimana siswa tidak hanya langsung dinilai dari hasilnya saja melainkan siswa
dinilai dari proses pada saat mulai bekerja hingga menemukan hasil yang ingin dicapai dan
yang akan diobservasi dari pembelajaran IPA di kelas IV SD N 8 Kesiman meliputi

1. Antusiasme siswa dalam mengikuti pembelajara.


2. Keterampilan Proses siswa selama proses pembelajaran.
3. Keterampilan Proses siswa dalam memecahkan masalah.
4. Interaksi siswa selama proses pembelajaran.
Hasil Belajar IPA, berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar merupakan perubahan tingkah laku atau kemampuan yang dimiliki siswa setelah
mengalami proses belajar yang menunjukkan sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi
pelajaran dan ketercapaian tujuan pembelajaran yang dilaksanakan.

SOAL dan JAWABAN

1. Bagaimana evaluasi pada pembelajaran ini ?


Prosedur evaluasi pada model pembelajaran berbasis masalah ini tidak hanya cukup
dengan mengadakan tes tertulis saja, tetapi juga dilakukan dalam bentuk checklist,
reating scales, dan performance. Untuk evaluasi dalam bentuk performance atau
kemampuan ini dapat digunakan untuk mengukur potensi peserta didik untuk
mengatasi masalah maupun untuk mengukur kerja kelompok. Evaluasi harus
menghasilkan definisi tentang masalah baru, mendiagnosanya, dan mulai lagi proses
penyelesaian baru.
2. Bagaimana berpikir dengan menggunakan metode ilmiah ?
Proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis
dan empiris, sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan
tertentu, sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada data
dan fakta yang jelas.

DAPUS

Akmar, S. N., Sew, Lee. 2011. Integrating Problem-Based Learning (PBL) in Mathematics
Method Course. Spring. Vol. 4, no. 2

Burg, Oudlaan. 2010. The Interdisciplinary Journal of Problem-based Learning. Spring. Vol.
4, no. 2

Sudarman. 2007. Problem Based Learning : Suatu Model Pembelajaran Untuk


Mengembangkan dan Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah. Jurnal
Pendidikan Inovatif. Vol. 2 no. 2. PP. 68-73

Muhson, A. 2009. Peningkatan Minat Belajar dan Pemahaman Mahasiswa Melalui


Penerapan Problem-Based Learning. Jurnal Kependidikan. Vol. 39, No. 2. PP. 171-182.
Suci, N. M. 2008. Penerapan Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan
Partisipasi Belajar dan Hasil Belajar Teori Akuntansi Mahasiswa Jurusan Ekonomi
Undiksha. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan. Vol. 2 no. 1. PP. 74-86.

Anda mungkin juga menyukai