ABSTRAK
Pupuk nitrogen (N) dalam bentuk urea sudah menjadi kebutuhan pokok bagi petani padi sawah. Umumnya petani
memberikan pupuk dengan takaran tinggi, melebihi kebutuhan tanaman, sehingga menyebabkan pemborosan dan
pencemaran lingkungan. Untuk mengetahui kebutuhan hara N pada tanaman, chlorophyll meter (SPAD) merupakan
alat yang tepat dan praktis, namun harga alat ini relatif mahal. Hasil pengamatan status N daun dengan bagan warna
daun (BWD) atau leaf color chart (LCC) berkorelasi sangat tinggi dengan hasil pengamatan dengan SPAD sehingga
alat ini dapat dijadikan sebagai alternatif untuk menentukan waktu pemupukan N yang tepat. BWD terbuat dari
plastik, terdiri atas 6 skala warna mulai dari skala 1 dengan warna hijau kekuningan hingga skala 6 yang berwarna
hijau tua. Skala kritis tanaman padi yang ditanam pindah adalah pada skala 4 untuk varietas unggul semikerdil dan
skala 45 untuk varietas hibrida. Untuk tanaman padi yang ditanam secara sebar langsung, nilai kritisnya berada
pada skala 3. Pemupukan N berdasarkan hasil pengamatan BWD lebih efisien daripada pemupukan secara konvensional
yang terjadwal. Di Filipina, penggunaan BWD dapat menghemat pupuk N 1053% dibanding takaran umum yang
digunakan untuk mencapai produktivitas yang sama. Di Vietnam, penggunaan pupuk urea butiran dapat menghemat
N 2040% dari cara petani. Di Sulawesi Selatan, penghematan pupuk N mencapai 60% dibanding takaran rekomendasi
untuk mencapai hasil yang sama.
Kata kunci: Padi sawah, efisiensi, pupuk nitrogen, bagan warna daun
ABSTRACT
Increasing nitrogen efficiency in lowland rice using leaf color chart method
Nitrogen (N) fertilizer in the form of urea is an essential requirement of rice farmers. Some farmers apply high rate
of N fertilizer more than its requirement so it caused wasting and damaged environment. Chlorophyll meter
(SPAD) is a right and practical tool to determine N status in rice plant, however it is relatively expensive.
Observational result using leaf color chart (LCC) has high correlation with the result observed by SPAD, so that
LCC could be used as an alternative determination on when N fertilizer have to be applied. The tool is made of
plastic, consisted of six color scales, from scale 1 with yellowish green to scale 6 with dark green color. The critical
scale for semi-dwarf variety of transplanted rice was 4 and for hybrid variety was 45, while the critical scale for
direct seeded rice was 3. The application of N based on LCC was more efficient than that of scheduled conventional
application. Results in the Philippines indicated that the use of LCC could save N fertilizer by 1053% compared
with general recommendation to reach the same yield. In Vietnam, using LCC could save fertilizer 2040%
compared to farmers method. Result of the experiment in South Sulawesi indicated that the use of LCC could save
N fertilizer reaching to 60%.
Keywords: Wetland rice, efficiency, nitrogen fertilizers, leaf color chart
Tabel 3. Hasil pengamatan BWD skala 4 dan 5 selama percobaan lapang di Desa Nepo, Barru, Sulawesi Selatan MK
2000.
1
Pupuk awal 10 kg N berasal dari pupuk ZA + 100 kg SP-36 + 50 kg KCl.
2
(p) = dipupuk dengan takaran 20 kg N/ha; (tp) = tidak dipupuk.
3
100 kg urea + 50 ZA + 100 kg SP-36 + 50 kg KCl pada 10 HST kemudian pupuk susulan 150 kg urea/ha.
4
Asumsi harga pupuk (Rp/kg) urea, ZA, SP-36, dan KCl berturut-turut: Rp 1.100, 900, 1.500, dan 1.500.
= tidak diamati.
Sumber: Wahid et al. (2001).
Maligaya, Filipina
Beberapa hasil penelitian menunjukkan Tapin, MH 1996 (17 petani)
bahwa untuk mencapai hasil padi yang Kontrol 0 3,16
optimum, pemberian pupuk N berdasarkan Cara petani 101 4,16 10 41
hasil pengamatan warna daun (BWD) BWD-4 48 4,18 21 87 53
lebih efisien daripada pemberian N secara Tapin, MH 1997 (12 petani)
konvensional (terjadwal) atau cara petani. Kontrol 0 3,49
Tabel 2 memperlihatkan bahwa dari tiga Cara petani 97 4,49 10 46
BWD-4 87 4,29 9 49 10
lokasi percobaan di Sumatera Utara,
pemupukan N secara terjadwal 3 dan 5 kali Tapin, MH 1998 (11 petani)
Kontrol 0 3,43
dengan takaran masing-masing 80 kg N/ Cara petani 78 3,97 9 51
ha, memberikan hasil yang tidak berbeda BWD-4 33 3,87 20 117 45
nyata dengan BWD dengan takaran 40 Tapin, MH 1999 (11 petani)
70 kg N/ha, kecuali BWD-5. Kontrol 0 3,71
Hasil penelitian di Maligaya, Filipina Cara petani 74 4,49 12 61
(Tabel 4) memperlihatkan bahwa dengan BWD-4 46 4,68 19 102 28
menerapkan BWD skala 4, petani ko- Tabela, MK 1998 (6 petani)
operator dapat menghemat penggunaan Kontrol 0 3,62
pupuk N 1053 kg N/ha atau sekitar 10 Cara petani 151 4,53 6 30
BWD-4 125 5,15 14 41 26
58% dari takaran yang umum diterapkan
oleh petani untuk mencapai produktivitas Tapin, MK 1998 (14 petani)
Kontrol 0 3,84
yang sama. Serangan penyakit bakteri Cara petani 116 5,75 19 49
bercak daun dan penyakit bergaris merah BWD-4 130 6,05 19 46 - 14
juga tidak banyak dijumpai pada petak Tapin, MK 1999 (9 petani)
yang menerapkan BWD (Morales 2000). Kontrol 0 3,33
Di Vietnam, petani kooperator yang Cara petani 121 5,10 15 42
menerapkan BWD-3 maupun BWD-4 BWD-4 135 5,30 16 39 - 14
pada musim kemarau dapat menghemat Vietnam
penggunaan pupuk N 1843 kg N/ha atau Distrik Cai Lay
20 40% dari cara petani setempat dengan MK 1997 (14 petani)
tingkat produktivitas yang sama. Di Cara petani 107 4,87 46
Propinsi Cantho, tingkat produktivitas BWD-3 64 4,91 77 43
yang dicapai bahkan lebih tinggi dengan MK 1998 (10 petani)
penghematan N 1018 kg N/ha. Cara petani 88 7,01 79
BWD-4 70 7,23 103 18
Kartaatmadja et al. (2001) menyata-
an bahwa penerapan BWD dapat meng- MK 1999 (7 petani)
Cara petani 99 6,34 64
hemat penggunaan pupuk N dalam usaha BWD-4 70 6,31 90 29
tani padi. Abdulrachman et al. (2001) juga
Distrik Omon dan Thotnot, MK 1999 (20 petani)
melaporkan bahwa pemberian pupuk N Cara petani 108 4,44 41
berdasarkan status khlorofil daun dengan BWD-4 98 4,81 49 10
menggunakan SPAD meter atau BWD Distrik Huven, MK 1999 (18 petani)
dapat menghemat pupuk urea 30 40%. Cara petani 98 4,63 47
Wahid et al. (2001) melaporkan BWD-4 80 4,92 62 18
bahwa keuntungan usaha tani padi Sumber: Morales (2000).
dengan menerapkan BWD-4 dan BWD-5
lebih tinggi daripada cara petani atau
pemupukan sesuai rekomendasi (Tabel 3).
Penghematan pupuk N dibandingkan
dengan takaran rekomendasi sebesar 75 sedangkan pemupukan sesuai rekomen- paling rendah (Rp 373), disusul BWD-5
kg N (60%) untuk BWD-4 dan sekitar 15 dasi dan cara petani masing-masing 2,50 Rp 381, takaran rekomendasi Rp 400, dan
kg N (12%) untuk BWD-5. R/C rasio yang dan 2,46. Dilihat dari biaya yang di- cara petani Rp 407/kg gabah.
dicapai dengan BWD-4 dan BWD-5 keluarkan untuk menghasilkan setiap Umumnya petani dapat menerapkan
masing-masing adalah 2,68 dan 2,62, kilogram gabah, BWD-4 adalah yang pemupukan berdasarkan BWD. Faktor
DAFTAR PUSTAKA
Abdulrachman, S., Suparyono, I N. Widiarta, U. Fageria, N.K. and B. Virupax. 1999. Nitrogen management regimes. Contr. Centr. Res. Inst.
S. Nugraha, dan A. Hasanuddin. 2001. management for lowland rice production on Agr. Bogor 11: 114.
Teknologi untuk peningkatan produksi padi an Inceptisol. Agricultural Research Service,
Partohardjono, S., B.S. Soepardi, and A.
nasional. Lokakarya Padi: Implementasi USDA, NAA, AFSRC, Beaver.
Munandar. 1981. Effect of ordinary urea,
Kebijakan Strategis untuk Peningkatan Pro-
IRRI-CREMNET. 1998. Progress Report for granular urea, sulfur coated urea and urea
duksi Padi Berwawasan Agribisnis dan
1997. International Rice Research Institute briquet on the yield of PB26 lowland rice.
Lingkungan. Sukamandi 22 Maret 2000. hlm.
Crop and Resource Management Network. Penelitian Pertanian 1(1): 1012.
4967. Pusat Penelitian dan Pengembangan
IRRI, Los Banos, Philippines.
Tanaman Pangan, Bogor. Ramanathan, S.P. and R. Nagarayan. 2000.
Kartaatmadja, S., T. Alihamsyah, Suwarno, dan Assessment of chlorophyll meter-based N
Anonim. 2000a. Penggunaan unsur hara yang
Sumarno. 2001. Strategi peningkatan pro- application at critical growth stages of
tepat dalam pemupukan. Bahan Pelatihan
duksi padi untuk keamanan pangan nasional. irrigated transplanted rice. Paper presented
Efisiensi Pemupukan dengan Penerapan
Lokakarya Padi. Implementasi Kebijakan at Second CREMNET India Workshop Cum-
LCC. Denpasar, 2226 Mei 2000. IPPTP
Strategis untuk Peningkatan Produksi Padi Group-Meeting Held at the Soil and Water
Denpasar, Bali.
Berwawasan Agribisnis dan Lingkungan. hlm. Management Research Institute, India, 24
Anonymous. 2000b. Leaf color chart. Nutrient 1224. Pusat Penelitian dan Pengembangan 27 August 1999.
Management in rice. Trop Rice (Internet). Tanaman Pangan, Bogor.
Stevens, G., S. Hefner, and E. Tanner. 1999.
Asis, O.R. 2001. Save P1.000 per ha with leaf Morales, T. 2000. Bagan warna daun alat yang Monitoring Crop Nitrogen in Rice Using
color chart. Media Releases News. PhilRice mudah dan murah untuk pengelolaan N Portable Chlorophyll Meters. Missouri Rice
Inst. Philippines. Rice Research Institute. berdasarkan pertumbuhan tanaman padi. form 199798. University of Missouri-Delta
Maligaya science 3119 Nueva Ecija, Bahan Pelatihan Penggunaan Chlorophyll Center.
Philippines. Meter dan Bagan Warna Daun untuk
Wahid, A.S., Nasruddin, dan S. Saenong. 2000.
Pengelolaan N pada Padi dan Teknik Pe-
Balasubramanian,V., A.C. Morales, and R.T. Pengkajian uji adaptif teknologi budi daya
laksanaan Lapang, Denpasar, 2226 Mei
Cruz. 1998. Chlorophyll meter threshold padi gogo rancah pada sawah tadah hujan di
2000. IPPTP Denpasar, Bali.
values for N management in direct wet Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan.
seeded, irrigated rice. Paper presented at Mutters, C. 1999. Nitrogen Management in Laporan Hasil Penelitian Kerja Sama IPPTP
the National CREMNET Workshop Cum Akitakomachi. Butte County Rice Industry, Makassar dengan Dinas Pertanian Tanaman
Group Meetings. Directorate of Rice Japan. Pangan Propinsi Sulawesi Selatan. (Tidak
Research, Hyderabad, India, 79 January dipublikasikan).
Partohardjono, S. 1999. Upaya peningkatan
1998.
efisiensi penggunaan pupuk nitrogen untuk Wahid, A.S., Nasruddin, dan S. Saenong. 2001.
Balasubramanian, V., A.C. Morales, R.T. Cruz, menekan emisi gas N2O dari lahan sawah. Efisiensi dan diseminasi pemupukan nitrogen
and S. Abdulrachman. 1999. On-farm adap- hlm. 111. Dalam S. Partohardjono, J. dengan metode LCC pada tanaman padi
tation of knowledge-intensive nitrogen Soejitno, dan Hermanto (Ed.). Menuju sawah. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan
management technologies for rice systems. Sistem Produksi Padi Berwawasan Ling- Teknologi Pertanian 4(2): 108117.
Nutr. Cycle Agroecosyst. 53: 93101. kungan. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Zaini, Z. dan Erythrina. 2002. Panduan Teknis
Tanaman Pangan, Bogor.
Boyd, V. 2001. A low-tech, high tech tool. Penggunaan Bagan Warna Daun untuk
Economical leaf color chart helps you chek Partohardjono, S. and J.B. Fitts. 1974. Sulfur Meningkatkan Efisiensi Pemupukan Urea
the crop for nitrogen. UC Farm advisor cass coated urea (SCU) effectiveness on yield of pada Tanaman Padi Sawah. Badan Penelitian
mutters. (rg mutters.ucdevis.edu@worldnet) lowland rice grown under several water dan Pengembangan Pertanian, Jakarta.