Anda di halaman 1dari 6

Sari Pediatri, Vol.

Sari 4, No. Vol.


Pediatri, 4, Maret 2003:
4, No. 180 -2003
4, Maret 185

Tata laksana Bayi dari Ibu pengidap HIV/AIDS

Rulina Suradi

Sejak diidentifikasi kasus AIDS pada tahun 1981 di Los Angeles, kasus AIDS melanda
dunia. Di Asia Tenggara jumlah kasus yang dilaporkan pada tahun 1999 adalah 134.671
kasus. Di Indonesia secara kumulatif tercatat dari September 1987 sampai dengan
Desember 2001 terdapat 1904 kasus HIV positif dan 615 kasus AIDS. Transmisi vertikal
dari ibu ke bayi dapat secara transmisi intra-uterin, intrapartum dan melalui ASI. Dengan
berbagai cara misalnya persalinan melalui bedah kaisar dan penggunaan obat obat
antirertroviral terjadi pengurangan transmisi vertikal secara intra-uterin dan intrapartum,
tetapi transmisi melalui ASI tidak dapat dicegah. Tata laksana bayi dari ibu pengidap
HIV/AIDS adalah suportif, meliputi pemberian imunisasi rutin, pemantauan
pertumbuhan dan pemeriksaan darah. Bila timbul gejala segera obati dengan obat
antiretroviral.

Kata kunci: HIV/AIDS, transmisi intra-uterin, antiretroviral.

ada tahun 1981 di Los Angeles California, Desember 2001 secara kumulatif dilaporkan pengidap

P Amerika Serikat untuk pertama kali


ditemukan suatu penyakit yang kemudian
dikenal sebagai Acquired Immunodeficiency
Syndrome atau AIDS. Penyebabnya adalah virus HIV
infeksi HIV dan kasus AIDS adalah 2,575 orang, 1904
kasus HIV positif dan 617 kasus AIDS. Selama tahun
2001 terdapat tambahan 951 kasus, 732 kasus
terinfeksi HIV dan 219 kasus AIDS.5 Di Poliklinik
tipe-1 yang baru dua tahun sesudahnya diindentifikasi. kebidanan RS Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta sejak
HIV/AIDS telah menjadi masalah dunia pada saat ini1. bulan April 1996 sampai dengan 19 Desember2001
Di Asia Tenggara pada bulan Maret 1994 dilaporkan tercatat 6 orang ibu yang memeriksakan kehamilannya
5700 kasus HIV yang kemudian meningkat menjadi ternyata mengidap HIV.
65,091 kasus pada bulan Juli 1997 dan 134,671 kasus
pada tahun 1999.2 Selama lebih dari 15 tahun adanya
pandemi AIDS kurang lebih 9000 wanita di seluruh Transmisi dari Ibu ke Anak
dunia telah terinfeksi HIV-1. Proporsi wanita yang
terinfeksi HIV yang pada tahun 1990 hanya me- Sebenarnya ibu dengan HIV positif kurang begitu subur.
rupakan 25% kasus meningkat menjadi 45% kasus Penelitian di Uganda dan beberapa negara maju
pada tahun 19953. Di Indonesia sampai September menunjukkan bahwa infeksi HIV pada perempuan
1993 dilaporkan 175 kasus HIV-1 diantaranya 20 % menurunkan fertilitas6. Namun karena kelompok umur
adalah wanita 4. Kemudian dari April 1987 s/d yang terinfeksi HIV sebagian besar adalah usia subur
maka kehamilan pada wanita HIV positif merupakan
masalah nyata. Transmisi HIV dari ibu dengan HIV
Alamat Korespondensi: positif ke bayi disebut transmisi vertikal dapat terjadi
Dr. Rulina Suradi, SpA(K).
melalui plasenta pada waktu hamil (intrauterin), waktu
Subbagian Perinatologi. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM.
Jl. Salemba no.6, Jakarta 10430. bersalin (intrapartum) dan pasca natal melalui air susu
Telepon: 021-3154020. Fax: 021-390 7743. ibu (ASI).7 Tidak semua ibu pengidap HIV akan
menularkannya kepada bayi yang dikandungnya. HIV
Telah disampaikan pada Seminar HIV/AIDS, PIT POGI, Batu 2 Juli 2002 tidak melalui barier plasenta. Transmisi vertikal terjadi

180
Sari Pediatri, Vol. 4, No. 4, Maret 2003

sekitar 15-40%, sebelum penggunaan obat anti- 2. Pencegahan sekunder


retrovirus. Perbedaan ini terjadi karena perbedaan
insidens pemberian ASI 8,9 Diperkirakan risiko transmisi a. Pemberian antiretrovirus secara profilaksis
melalui ASI adalah 15%. Apabila ibu terinfeksi pada
saat hamil tua atau pada saat menyusui maka risiko Pada tahun 1994 dapat dibuktikan bahwa pemberian
tersebut meningkat sampai 25 %.10 obat tunggal zidovudine sejak kehamilan 14 minggu,
Mekanisme transmisi melalui ASI. HIV-1 berada di selama persalinan dan dilanjutkan 6 minggu kepada
dalam ASI dalam bentuk terikat dalam sel atau virus bebas, bayi dapat menurunkan transmisi vertikal sebanyak 2/
namun belum diketahui bentuk mana yang ditularkan 3 kasus 11 . Akhir-akhir ini telah terbukti bahwa
ke bayi. Beberapa penelitian yang perlu dikonformasi lagi pemberian profilaksis zidovudine dalam jangka waktu
oleh karena hanya melibatkan kasus yang tidak banyak lebih singkat cukup efektif asalkan bayi tidak diberikan
memperlihatkan bahwa prevalensi dan konsentrasi DNA ASI, oleh karena obat tersebut tidak dapat mencegah
HIV-1 tertinggi pada 6 bulan pertama. Beberapa zat transmisi melalui ASI 12. Saat ini penelitian mem-
antibodi yang terdapat di dalam ASI dapat bekerja buktikan bahwa pemberian satu kali Nevirapine pada
protektif terhadap penularan melalui ASI seperti saat persalinan kepada ibu dan kemudian dilanjutkan
laktoferin, secretory leukocyte protease inhibitor. Status dengan pemberian satu kali pada bayi pada usia 48-72
vitamin A pada ibu juga penting karena terbukti laju jam setelah lahir dapat menurunkan transmisi vertikal
penularan lebih tinggi pada ibu dengan defisiensi vit A10. sebanyak 50% bila dibandingkan dengan pemberian
zidovudine oral waktu intrapartum dan pada bayi
selama satu minggu.13 Kombinasi dua obat anti-
Risiko transmisi vertikal retroviral atau lebih ternyata sangat mengurangi
transmisi vertikal apalagi bila dikombinasi dengan
Risiko transmisi vertikal bergantung pada beberapa persalinan melalui seksio sesaria serta tidak mem-
faktor. berikan ASI. Efek samping penggunaan antiretroviral
- Usia kehamilan. Transmisi vertikal jarang terjadi ini masih dalam penelitian.
pada waktu ibu hamil muda, karena plasenta
merupakan barier yang dapat melindungi janin b. Pertolongan persalinan oleh petugas terampil
dari infeksi pada ibu. Transmisi terbesar terjadi
pada waktu hamil tua dan waktu persalinan. Pertolongan persalinan sebaiknya oleh tenaga kesehatan
- Beban virus di dalam darah. yang terampil dengan meminimalkan prosedur yang
- Kondisi kesehatan ibu . Stadium dan progresivitas invasif dan menetrapkan universal precaution untuk
penyaklit ibu, ada tidaknya komplikasi, kebiasaan mencegah transmisi HIV.
merokok, penggunaan obat-obat terlarang dan
defisiensi vitamin A. c. Pembersihan jalan lahir
- Faktor yang berhubungan dengan persalinan;
seperti masa kehamilan, lamanya ketuban pecah, Pembersihan jalan lahir dengan menggunakan
dan cara persalinan bayi baru lahir. chlorhexidine dengan konsentrasi cukup pada saat
- Pemberian profilaksis obat antiretroviral intrapartum diusulkan sebagai salah satu cara yang
- Pemberian ASI dapat menurunkan insidens transmisi HIV intra-
partum antara ibu ke anak.14,15 Selain menurunkan
transmisi vertikal HIV tindakan membersihkan jalan
Pencegahan transmisi vertikal lahir ini dapat menurunkan morbiditas ibu dan bayi
serta mortalitas bayi.16
1. Pencegahan primer
d. Persalinan dengan seksio sesaria
Pendekatan yang paling efektif untuk mencegah
transmisi vertikal adalah pencegahan pada wanita usia Suatu meta-analisis pada 15 buah penelitian yang
subur. Konseling sukarela, rahasia, dan pemeriksaan melibatkan 7800 pasangan ibu anak membuktikan
darah adalah cara mendeteksi pengidap HIV secara dini. bahwa bayi yang dilahirkan secara seksio sesaria yang

181
Sari Pediatri, Vol. 4, No. 4, Maret 2003

dilakukan sebelum ketuban pecah mempunyai toxoplasma yang dapat memberi gejala pada otak. Bayi
kejadian transmisi vertikal jauh lebih rendah bila juga mudah menderita infeksi dengan miko-bakterium
dibandingkan dengan kelahiran per vaginam. 17 tuberkulosa.
Sebuah penelitian klinik yang dilakukan dengan
randomisasi membuktikan bahwa pada bayi yang 2. Pemeriksaan laboratorium
dilahirkan dengan cara seksio sesaria transmisi vertikal
HIV adalah 1.8% sedangkan yang lahir per vaginam a. Pemeriksaan darah tepi berupa pemeriksaan
transmisi vertikal adalah 10,6 %.18 Hemoglobin, leukosit hitung jenis, trombosit, dan
jumlah sel CD4. Pada bayi yang terinfeksi HIV
e. Menjaga kesehatan ibu dapat ditemukan anemia serta jumlah leukosit
CD4 dan trombosit rendah 19,20
Makanan ibu penting. Gangguan gizi ibu dapat b. Pemeriksaan kadar immunoglobulin. Ini di-
merusak integritas mukosa usus dan memudahkan lakukan untuk mengetahui adanya hipo atau hiper
tranmisi. Selain vit. A, riboflavin dan mikronutrien gammaglobulinemia yang dapat menjadi pertanda
lain dapat mempertahankan integritas mukosa usus. terinfeksi HIV19,20
c. Pemeriksaan antibody HIV. Terdapatnya IgG
antibodi HIV pada darah bayi belum berarti bayi
Tata laksana Bayi dari ibu HIV positif tertular, oleh karena antibody IgG dari ibu dapat
melalui plasenta dan baru akan hilang pada usia
Pertolongan persalinan pada bayi baru lahir dari ibu kurang lebih 15 bulan. Bila setelah 15 bulan di
yang mengidap HIV/AIDS seperti pada pertolongan dalam darah bayi masih ditemukan antibodi IgG
persalinan normal dengan menerapkan universal HIV baru dapat disimpulkan bahwa bayi tertular.
precaution. Bila obat antiretroviral tersedia dapat Untuk dapat mengetahui bayi kurang dari 15 bulan
diberikan kepada bayi. Saat ini obat yang dianjurkan terinfeksi atau tidak diperlukan pemeriksaan lain
untuk mengurangi transmisi vertikal pada neonatus yaitu pemeriksaan IgM antibody HIV, biakan HIV
adalah Zidovudine selama 6 minggu atau Niverapine dari sel mononuklear darah tepi bayi, mengukur
sebanyak satu kali pemberian. antigen p24 HIV dari serum dan pemeriksaan
provirus (DNA HIV) dengan cara reaksi rantai
polimerase (polymerase chain reaction = PCR)21.
Diagnosis HIV pada bayi Bila bayi tertular HIV in utero, maka baik biakan
maupun PCR akan menunjukkan hasil yang positif
1. Pemeriksaan fisik dalam 48 jam pertama setelah lahir. Bila bayi tertular
pada waktu intrapartum maka biakan HIV maupun
Transmisi vertikal pada 50-70% terjadi sewaktu PCR dapat menunjukkan hasil yang negatif pada
kehamilan tua atau pada saat persalinan sehingga pada minggu pertama. Reaksi baru akan positif setelah bayi
waktu lahir bayi tidak menunjukkan kelainan. Jadi bila berumur 7-90 hari21. Kebanyakan bayi yang tertular
saat lahir tidak ditemukan kelainan fisik belum berarti HIV akan menunjukkan hasil biakan dan PCR yang
bayi tidak tertular. Pemantauan perlu dilakukan secara positif pada usia rata-rata 8 minggu. Dianjurkan untuk
berkala, setiap bulan untuk 6 bulan pertama, 2 bulan memeriksa PCR segera setelah lahir, pada usia 1-2
sekali pada 6 bulan kedua , selanjutnya setiap 6 bulan. bulan dan 3-6 bulan.
Kelainan yang dapat ditemukan antara lain berupa
gagal tumbuh, anoreksia, demam yang berulang atau
berkepanjangan, pembesaran kelenjar , hati dan limpa Tata laksana selanjutnya
serta ensefalopati progresif. Gejala juga dapat berupa
infeksi pada organ tubuh lainnya berupa infeksi saluran 1. Pengobatan antiretroviral
nafas yang berulang, diare yang berkepanjangan,
piodermi yang berulang maupun infeksi oportunistik Sampai sekarang belum ada obat antiretroviral yang
antara lain infeksi dengan jamur seperti kandidiasis, dapat menyembuhkan infeksi HIV, obat yang ada
infeksi dengan protozoa seperti Pneumocystis carinii, hanya dapat memperpanjang kehidupan. Obat

182
Sari Pediatri, Vol. 4, No. 4, Maret 2003

antiretroviral yang dipakai pada bayi/anak adalah maka ibu yang tidak menyusui bayinya akan ketahuan
Zidovudine22,23 Obat tersebut diberikan bila sudah bahwa ia menderita sesuatu sehingga tidak dibokehkan
terdapat gejala seperti infeksi oportunistik, sepsis, gagal menyusui. Perlu dipertimbangkan juga biaya penga-
tumbuh, ensefalopati progresif, jumlah trombosit < daan makanan pengganti ini. Bila bayi tidak mendapat
75.000 / mm3 selama 2 minggu, atau terdapat ASI maka susu formula yang dibutuhkan adalah: untuk
penurunan status imunologis. Pemantauan status 6 bulan pertama bayi membutuhkan sekitar 92 liter
imunologis yang dipakai adalah jumlah sel CD4 atau atau 20 kg susu. Pada usia antara 6 12 bulan apabila
kadar imunoglobulin < 250 mg/mm3. Jumlah sel CD4 makanan bayi masih 1/2 diperoleh dari susu dan pada
untuk umur <1 tahun,1-2, 3-6,dan >6 tahun berturut- usia 12-24 bulan masih 1/3 diperoleh dari susu maka
turut adalah < 1750, <1000, <750/mm3., dan < 500/ antara 6-24 bulan susu formula yang dibutuhkan
mm3. Pengobatan diberikan seumur hidup. Dosis adalah 255 liter atau 43 kg. Jadi dari 0 sampai 24 bulan
pada bayi < 4 minggu adalah 3 mg/kg BB per oral dibutuhkan sekitar 63 kg susu formula25. Biaya tersebut
setiap 6 jam, untuk anak lebih besar 180 mg/m2; dosis cukup besar. Belum lagi biaya untuk air bersih dan
dikurangi menjadi 90-120 mg/m2 setiap 6 jam apabila bahan bakar dan biaya untuk perawatan kesehatan oleh
terdapat tanda-tanda efek samping atau intoleransi karena bayi yang tidak mendapat ASI lebih sering sakit.
seperti kadar Hemoglobin dan jumlah leukosit Makanan yang dibuat sendiri akan lebih murah seperti
menurun, atau adanya gejala mual. yang dilaksanakan di Bangladesh biaya formula yang
Untuk pencegahan terhadap kemungkinan terjadi dibuat di rumah hanya 60% dari biaya susu kaleng.25
.
infeksi Pneumocystis carinii diberikan trimethropin- Maka apabila ibu bukan pengidap HIV/AIDS atau
sulfamethoxazole dengan dosis 150 mg/m2 dibagi statusnya tidak diketahui maka ibu tetap dianjurkan
dalam 2 dosis selama 3 hari berturut setiap minggu.22 untuk memberikan ASI
Bila terdapat hipogammaglobulinemia (IgG<250 mg/ Apabila ibu diketahui mengidap HIV/AIDS
dl) atau adanya infeksi berulang diberikan Imunoglobulin terdapat beberapa alternatif yang dapat diberikan dan
intravena dengan dosis 400 mg/kg BB per 4 minggu. setiap keputusan ibu setelah mendapat penjelasan perlu
Pengobatan sebaiknya oleh dokter anak yang telah didukung.
memperdalam tentang pengobatan AIDS pada anak. - Bila ibu memilih tidak memberikan ASI maka ibu
diajarkan memberikan makanan alternatif yang baik
2. Pemberian makanan dengan cara yang benar, misalnya pemberian dengan
cangkir jauh lebih baik dibandingkan dengan
Telah diketahui bahwa ASI mengandung virus HIV pemberian melalui botol. Di negara berkembang
dan transmisi melalui ASI adalah sebanyak 15 %. sewajarnya makanan alternatif ini disediakan secara
Kemungkinan transmisi vertikal intrapartum dapat cuma-cuma untuk paling kurang 6 bulan.
diturunkan sampai 2-4% dengan menggunakan cara - Bila ibu memilih memberikan ASI walaupun
pencegahan seperti pemberian antiretrovirus, per- sudah dijelaskan kemungkinan yang terjadi, maka
salinan secara seksio sesaria, maka sebaiknya bayi tidak dianjurkan untuk memberikan ASI secara eksklusif
mendapat ASI. Namun perlu dipertimbangkan bahwa selama 3-4 bulan kemudian menghentikan ASI
pemberian pengganti ASI jangan berdampak lebih dan bayi diberikan makanan alternatif. Perlu
buruk. Analisis dari data yang diperoleh membuktikan diusahakan agar puting jangan sampai luka karena
bahwa di negara yang angka kematian pascaneonatal virus HIV dapat menular melalui luka. Jangan
adalah 90 per seribu, bila penggunaan susu formula pula diberikan ASI bersama susu formula karena
mencapai 10% akan terjadi kenaikan 13% pada angka susu formula akan menyebabkan luka di dinding
kematian bayi dan apabila penggunaan susu formula usus yang menyebabkan virus dalam ASI lebih
mencapai 100% angka kematian bayi naik sebanyak mudah masuk.
59%24. Penelitian lain menunjukkan bahwa di daerah
dengan higiene yang buruk, angka kematian karena 3. Imunisasi
diare pada anak usia 8 hari sampai 12 bulan adalah 14
kali pada mereka yang tidak mendapatkan ASI Beberapa peneliti menyatakan bahwa bayi yang tertular
dibandingkan yang mendapat ASI. Lagipula pada HIV melalui transmisi vertikal masih mempunyai
masyarakat yang kebiasaan menyusui itu lumrah, kemampuan untuk memberi respons imun terhadap

183
Sari Pediatri, Vol. 4, No. 4, Maret 2003

vaksinasi sampai umur 1-2 tahun. Oleh karena itu di dengan dukungan suportif berupa makanan
negara-negara berkembang tetap dianjurkan untuk bergizi dan pemberian imunisasi rutin.
memberikan vaksinasi rutin pada bayi yang terinfeksi 5. Pemberian ASI tidak dianjurkan. Pengganti ASI
HIV melalui transmisi vertikal. Namun dianjurakan ini harus diberikan secara gratis selama paling
untuk tidak memberikan imunisasi dengan vaksin kurang 6 bulan. Namun apabila ibu tetap ingin
hidup misalnya BCG, polio, campak. Untuk imunisasi memberikan ASI walaupun sudah dijelaskan
polio OPV (oral polio vaccine) dapat digantikan dengan sebelumnya tentang risikonya, ASI harus
IPV (inactivated polio vaccine) yang bukan merupakan diberikan secara eksklusif selama 3-4 bulan saja.
vaksin hidup. Imunisasi Campak juga masih 6. Pemantauan dilakukan terhadap pertumbuhan
dianjurkan oleh karena akibat yang ditimbulkan oleh dan perkembangan anak, serta pemeriksaan darah
infeksi alamiah pada pasien ini lebih besar daripada (hemoglobin, CD4, trombosit dan sebagainya)
efek samping yang ditimbulkan oleh vaksin campak. 7. Bila timbul gejala segera diobati dengan obat
antiretroviral
4. Dukungan psikologis 8. Prognosis sampai saat ini masih kurang baik.

Selain pemberian nutrisi yang baik bayi memerlukan


kasih sayang yang kadang-kadang kurang bila bayi Daftar Pustaka
tidak disusukan ibunya. Perawatan anak seperti pada
anak lain. Hindari jangan sampai terluka. Bilamana 1. Loth G. The global programme on AIDS. Prosiding pada
sampai terluka rawat lukanya sedemikian dengan of the 5th National Congress of the Indonesian Society
for Perinatology and International Symposium,
mengusahakan agar si penolong terhindar dari Lombok, Indonesia, September 4-7, 1994.
penularan melalui darah. Pakai sarung tangan dari latex 2. Narain JP. HIV/AIDS and sexually transmitted diseases-
dan tutup luka dengan menggunakan verban. Darah an update- WHO Regional Office for South East Asia,
yang tercecer di lantai dapat dibersihkan dengan larutan New Delhi, 1999.
3. Quinn TC, Global burden of the HIV pandemic. Lan-
desinfektans. Popok dapat direndam dengan deterjen.
cet 1966; 348:99-106.
Perlu mendapat dukungan ibu, sebab ibu dapat 4. Abednego HM. Indonesia AIDS update, 15 September
mengalami stres karena penyakitnya sendiri maupun 1993. Disampaikan pada pertemuan Donor ke V, 29
infeksi berulang yang diderita anaknya. September 1993, WHO, Jakarta.
5. Data dari laporan Pokdisus AIDS DepKes, 2002.
6. Desgree du LA, Msellati P, Yao A, Noba V, Viho I,
Ramon R, et al. Impaired fertility in HIV-1 infected
Prognosis pregnant women : a clinical-based survey in Abyuan,
Corte dIvoire 1997. AIDS; 13:517-21.
Tujuh puluh puluh delapan persen (78%) bayi yang 7. Newell ML. Mechanism and timing of mother-to-child
transmission of HIV-1. AIDS, 1988, 12:831-37.
terinfeksi HIV sudah akan menunjukkan gejala klinis
8. de Cock K, Fowler MG, Mercier E, de Vincenzi I, Saba
menjelang umur 2 tahun dan biasanya 3-4 tahun J, Hoff. et al.Prevention of mother-to-child HIV trans-
kemudian meninggal26 ,27 mission in resource-poor countriestranslating research
into policy and practice. JAMA, 2000, 283:1175-1182
9. Dabis F, Leroy V, Castetbon K, Spira R, Newell ML,
Salamon R. Preventing mother-to child transmission of
Kesimpulan HIV-1 in Africa in the year 2000. AIDS, 2000; 14:
1017-26.
1. Neonatus dapat tertular HIV melalui transmisi 10. Van de Perre P: Transmission of HIV through
vertikal sewaktu intranatal, intrapartum atau breastfeeding: an overview . dalam HIV and Infant Feed-
melalui ASI. ing : Implementation of Guidelines, A report of the
UNICEF-UNAIDS-WHO Technical consultation on
2. Transmisi vertikal dapat sangat dikurangi dengan HIV and Infant feeding Geneva, 20-22 April 1998.
pemberian obat antiretroviral pada ibu, persalinan 11. Connor AM , Sperling RS, Gelber Rl, Kiselev P, Scott
melalui seksio sesaria dan pencucian jalan lahir. G, OSullivan MJ, et al. Reduction of maternal-infants
3. Diagnosis dengan PCR dapat memastikan transmission of human immunodeficiency virus type 1
with zidovudine treatment. New England Journal of
penularan pada usia 8 minggu. Medicine 1994; 331:1173-1180.
4. Tatalaksana adalah seperti bayi yang tidak tertular

184
Sari Pediatri, Vol. 4, No. 4, Maret 2003

12. Wiktor SZ, Ekpini E, Karon JM, Nkengasong J, Maurice 19. Gibb D, Newell ML. HIV infection in children. Arch
C, Severin ST, et al. Short course oral zidovudine for Dis Child 1992; 67:138-141.
prevention of mother-to-child transmission of HIV-1in 20. Amman AJ. Human Immuno Defiency Virus infection
Abidjan. Cote dIvoire: a randomized trial . Lancet 1999; / AIDS in Children: The Next Decade. Pediatrics 1994;
353: 781-785. 93:930-935
13. Anderson J. The Hopkins HIV Report July 2001 Peri- 21. Lane HC and Davey RT. Diagnosis of HIV Infection.
natal Transmission and HIV http://www.hopkins- Immunol Allergy Clin N Amer. 1995; 15:2 :367-237.
aids.edu/publications/report/july01_3.html 22. Pizza PA. Pediatric AIDS : Part I Medical Management of
14. Biggar RJ, Miotti PG, Taha TE, Mtimavalye L, HIV-infected Children. AIDS Clinical Care 1993; 5:9-10
Broadhead R, Justesen A, et al. Perinatal intervention 23. Working group on antiretroviral therapy : National Pediat-
trial in Africa: effect of a birth canal cleansing interven- ric HIV resource Center. Antiretroviral therapy and medi-
tion to prevent HIV transmission. Lancet 1996; 347: cal management of the human immuno deficiency virus-
1647-1650. infected child. Pediatric Infect Dis J. 1993; 12:513-522
15. Gallard P ,Mwanyumba F, Verhofstede C, Claeys P, 24. Savage F. Replacement feeding options. Dalam HIV and
Chohan V, Goetghebeur,E, et al.. Vaginal lavage with Infant Feeding : Implementation of Guidelines, A report
chlorhexidine during labour to reduce mother-to-child of the UNICEF-UNAIDS-WHO Technical consultation
transmission: clinical trial in Mombasa, Kenya. AIDS, on HIV and Infant feeding Geneva, 20-22 April 1998.
2001; 15:389-396. 25. Lhotska L. Cost of replacement feeding. Dalam HIV and
16. Taha TE, Biggar RJ, Broadhead L, MtimavalyeLAR, Infant Feeding : Implementation of Guidelines, A report
Miotti PG,, Justesen AB et al. Effect of cleansing the of the UNICEF-UNAIDS-WHO Technical consultation
birth canal with antiseptic solution on maternal and on HIV and Infant feeding Geneva, 20-22 April 1998.
newborn morbidity and mortality in Malawi: clinical 26. Falloon J, Eddy J, Winer L and Pizzo PA. Human im-
trial. BMJ, 1997; 315:216-220. munodeficiency virus infection in Children. J Perdiatr
17. The International Perinatal HIV Group NEJM 1999; 1989:1-30.
340:9770. 27. Prober CG, Gehrson AA. Medical Management of new-
18. The European Mode of Delivery Collaboration. Lancet borns and infants born to immunodeficiency virus- serop-
1999; 353:1035 ositive mothers. J Pediatr Infect Dis 1991; 10:684-695

185

Anda mungkin juga menyukai