Anda di halaman 1dari 20

3.

Peledakan
1. Bahan Peledak
a. Bahan peledak adalah suatu bahan kimia senyawa tunggal atau campuran
berbentuk padat, cair, atau campurannya yang apabila diberi aksi panas,
benturan, gesekan atau ledakan awal akan mengalami suatu reaksi kimia
eksotermis sangat cepat dan hasil reaksinya sebagian atau seluruhnya
berbentuk gas disertai panas dan tekanan sangat tinggi yang secara kimia lebih
stabil.

b. Klasifikasi Bahan Peledak

BAHAN PELEDAK

MEKANIK KIMIA NUKLIR

BAHAN PELEDAK KUAT BAHAN PELEDAK LEMAH


(HIGH EXPLOSIVE) (LOW EXPLOSIVE)

PRIMER SEKUNDER PERMISSIBLE NON-PERMISSIBLE

Gambar 1. Klasifikasi bahan peledak menurut J.J. Manon (1978)

BAHAN PELEDAK

MEKANIK KIMIA NUKLIR

BAHAN PELEDAK KUAT BAHAN PELEDAK LEMAH


(HIGH EXPLOSIVE) (LOW EXPLOSIVE)

ASLI SECARA BLASTING


NON-PERMISSIBLE
MOLEKULER AGENT

Gambar 2. Klasifikasi bahan peledak

1
1. Menurut R.L. Ash (1962), bahan peledak kimia dibagi menjadi:
a. Bahan peledak kuat (high explosive) bila memiliki sifat detonasi atau meledak
dengan kecepatan reaksi antara 5.000 24.000 fps (1.650 8.000 m/s)
b. Bahan peledak lemah (low explosive) bila memiliki sifat deflagrasi atau
terbakar kecepatan reaksi kurang dari 5.000 fps (1.650 m/s).

2. Menurut Anon (1977), bahan peledak kimia dibagi menjadi 3 jenis seperti terlihat
pada Tabel 1.

Tabel 1. Klasifikasi bahan peledak menurut Anon (1977)

JENIS REAKSI CONTOH


Bahan peledak lemah (low explosive) Deflagrate (terbakar) black powder
Bahan peledak kuat (high explosive) Detonate (meledak) NG, TNT, PETN
Blasting agent Detonate (meledak) ANFO, slurry, emulsi

c. Bahan peledak industri adalah bahan peledak yang dirancang dan dibuat
khusus untuk keperluan industri, misalnya industri pertambangan, sipil, dan
industri lainnya, di luar keperluan militer.

BAHAN PELEDAK

BAHAN AGEN BAHAN PELEDAK PENGGANTI


PELEDAK KUAT PELEDAKAN KHUSUS BAHAN PELEDAK

TNT ANFO Seismik Compressed


Dinamit air / gas
Slurries Trimming
Gelatine Expansion
Emulsi Permissible
agents
Hybrid ANFO Shaped charges
Slurry mixtures Mechanical
Binary methods
LOX Water jets
Liquid Jet piercing

Gambar 3. Klasifikasi bahan peledak menurut Mike Smith (1988)

d. Reaksi peledakan berupa reaksi eksotermis, yaitu reaksi kimia yang


menghasilkan panas.

2
e. Hasil peledakan tergantung pada kondisi eksternal saat pekerjaan tersebut
dilakukan karena kondisi eksternal akan mempengaruhi kualitas bahan kimia
pembentuk bahan peledak tersebut.
f. Panas merupakan awal terjadinya proses dekomposisi bahan kimia yang
menimbulkan pembakaran dilanjutkan dengan deflagrasi dan terakhir detonasi.
g. Bahan peledak diklasifikasikan berdasarkan kecepatan reaksi dan sifat
reaksinya menjadi bahan peledak kuat (high explosive) dan bahan peledak
lemah (low explosives).

2. Perlengkapan Peledakan
1. Detonator

a. Detonator adalah alat pemicu awal yang menimbulkan inisiasi dalam bentuk
letupan (ledakan kecil) sebagai bentuk aksi yang memberikan efek kejut
terhadap bahan peledak peka detonator atau primer.
b. Jenis-jenis detonator adalah detonator biasa, listrik, dan nonel yang masing-
masing dibedakan dari cara pembentukan panas untuk meng-inisiasi bahan
peledak yang ada di dalam detonator.
c. Ditinjau dari waktu meledaknya detonator dibagi dua tipe, yaitu detonator
langsung (instantaneous) dan tunda (delay).
Instantaneous detonator adalah detonator yang meledak langsung setelah
sumber energi menginisiasi isian primer dan sekunder; dan
delay detonator adalah detonator yang dapat menunda sumber energi
beberapa saat, yaitu antara puluhan millisekon sampai sekon atau detik,
untuk meledakkan isian primer dan sekunder.
d. Detonator listrik tunda hanya bisa dipasang di dalam lubang ledak.
e. Detonator nonel tunda bisa dipasang di dalam lubang, disebut in-hole delay, dan
dipermukaan, trunkline atau surface delay

3
tabung silinder isian dasar
(shell) (base charge)

ramuan pembakar
isian utama
(Ignition mixture)
(primer charge)
ruang kosong disediakan untuk
sumbu bakar (safety fuse)

Gambar 4. Sketsa penampang detonator biasa

plastik selubung plastik selubung


kabel kabel

penyumbat
penyumbat

fusehead : fusehead
- kawat halus yang elemen waktu
memijar tunda
- ramuan pembakar
tabung silinder tabung silinder
isian utama isian utama

isian dasar isian dasar

a. Detonator listrik langsung b. Detonator listrik tunda

Gambar 5. Sketsa penampang detonator listrik

4
tabung alumunium elemen transisi
penyumbat anti-statis
pelapis baja sumbu nonel

elemen tunda
isian utama plug penutup
isian dasar
tidak tembus air

Gambar 6. Bagian dalam detonator nonel

2. Sumbu api (safety fuse)


Sumbu api adalah alat berupa sumbu yang fungsinya merambatkan api dengan
kecepatan tetap. Perambatan api tersebut dapat menyalakan ramuan pembakar
(ignition mixture) di dalam detonator biasa, sehingga dapat meledakkan isian primer
dan isian dasarnya.

Bagian inti dari sumbu api berupa blackpowder atau gunpowder yang tergolong
bahan peledak lemah (low explosive) dan dibungkus oleh tekstil serta dilapisi
material kedap air, misalnya aspal dan plastik.

bagian ujung yang bagian ujung yang


dipotong miring dipotong tegak lurus

SUMBU API

blackpowder bersentuhan
Blackpowder dengan ramuan pembakar
dibakar dalam detonator

Gambar 7. Cara pemotongan dan penyulutan sumbu api

3. Sumbu ledak (detonating cord)


Berbagai nama untuk sumbu ledak yang dikenal di lapangan antara lain detonating
cord, detonating fuse, atau cordtex. Sumbu ledak adalah sumbu yang pada bagian

5
intinya terdapat bahan peledak PETN, yaitu salah satu jenis bahan peledak kuat
dengan kecepatan rambat sekitar 6000 7000 m/s. Komposisi PETN di dalam
tersebut bervariasi dari 3,6 70 gr/m. Namun, yang sering digunakan adalah sumbu
ledak dengan isian PETN 3,6 gr/m atau 5 gr/m karena akan mengurangi kerusakan
stemming dan bahan peledak serta pengaruh air blast.

Anyaman tekstil
sintetis
Serat nylon

Selubung PETN Inti katun


plastik

Gambar 8. Bagian-bagian sumbu ledak

Sumbu api
Detonator
No. 6 atau 8
Ke arah rangkaian
peledakan

Sumbu ledak Selotip kuat

a. Menggunakan sumbu api

Leg wire
Detonator
No. 6 atau 8
Ke arah rangkaian
peledakan

Sumbu ledak Selotip kuat

b. Menggunakan detonator listrik

Gambar 9. Cara meledakkan sumbu ledak

4. Penyambung (connector)
Penyambung maksudnya adalah perlengkapan yang diperlukan untuk meng-
hubungkan kawat listrik atau sumbu peledakan antar lubang ledak. Tujuannya antara
lain:

6
Sekedar menyambung leg wire antar lubang memakai kawat penyambung pada
peledakan dengan detonator listrik
Menyambung sumbu nonel antar lubang dan sekaligus mengeset waktu tunda
permukaan (surface atau trunkline delay)
Menyambung sumbu ledak antar lubang dan sekaligus mengeset waktu tunda
permukaan
Menyambung sumbu api antar lubang pada peledakan dengan detonator biasa.

5. Primer dan Booster


Primer adalah suatu istilah yang diberikan pada bahan peledak peka detonator, yaitu
bahan peledak berbentuk cartridge berupa pasta atau keras, yang sudah dipasang
detonator yang diletakkan di dalam kolom lubang ledak. Proses peledakan di dalam
kolom lubang ledak sebagai berikut:
setelah alat pemicu ledak menginisiasi detonator, maka cartridge akan meledak,
meledaknya cartridge atau primer akan memberikan energi cukup kuat untuk
menginisiasi bahan peledak utama disepanjang kolom lubang ledak.
Terdapat tiga tempat atau titik untuk meletakkan primer di dalam kolom lubang ledak
(lihat Gambar 3.1) , yaitu:
1) dibagian dasar bahan peledak dalam kolom lubang ledak, disebut bottom
priming,
2) dibagian tengah bahan peledak dalam kolom lubang ledak, disebut deck atau
middle priming,
3) dibagian atas bahan peledak dalam kolom lubang ledak, disebut top atau collar
priming,
Cara pembuatan primer pada prinsipnya sama untuk semua jenis detonator, yaitu
menyisipkan detonator pada dinamit atau cartridge
Ketika menyisipkan detonator pada cartridge atau dinamit, disarankan untuk
membuat lubang seukuran diameter detonator menggunakan kayu atau bamboo
atau bukan dari penusuk dari logam

Booster didefinisikan sebagai bahan peka detonator yang dimasukkan ke dalam


kolom lubang ledak berfungsi sebagai penguat energi ledak (Gambar 3.2.a).

7
Dari detonator bisa berupa:
- Kabel listrik ; - Sumbu Ledak
- Sumbu nonel ; - Sumbu Api

Penyumbat
(stemming)

Kolom lubang
ledak

Bahan peledak TOP


utama (COLLAR)
DECK
(Primary Charge) PRIMING
(MIDDLE)
PRIMING

BOTTOM
PRIMING

Gambar 10. Posisi primer di dalam kolom lubang ledak

5300
Penyumbat Inisiator Diam. primer, Tekanan detonasi
Kurva
Kecepatan detonasi ANFO, m/s

(stemming) inci primer, kbars


A
4640 A 3 240
B 2 12 240
Bahan peledak 3980 B C 2 240
utama D 1 240
(Primary Charge)
3320 C
BOOSTER Konstan
2660
D
BOTTOM
2000
PRIMING 0 10 20 30 40 50 60 70 80

Jarak dari primer, cm

a. Perbedaan booster dan primer b. Karakter energi peledakan ANFO dengan


dalam kolom lubang ledak variasi diameter primer (Junk,1968)

Gambar 11. Perbedaan booster dan primer serta karakter energi ledak ANFO

3. Peralatan Peledakan
a. Blasting machine (BM) atau exploder sebagai pemicu ledak yang dilengkapi
dua terminal (kutub) listrik positif dan negatif.
b. Untuk memperlancar peledakan listrik diperlukan alat pendukung, yaitu alat
pengukur tahanan (blastometer atau BOM), alat pengukur kebocoran arus listrik,
multimeter peledakan, pengukur efisiensi kerja blasting machine, alat detektor

8
petir dan kawat utama (lead wire). Alat pendukung harus dipersiapkan untuk
menjamin keselamatan dan keamanan kerja peledakan listrik.
c. Tamper yaitu semacam tongkat dari kayu yang berfungsi untuk memadatkan
stemming.
d. Peralatan pengamanan peledakan harus selalu dipersiapkan pada saat
pelaksanaan peledakan. Minimal yang harus tersedia adalah radio komunikasi
(HT), sirine, bendera merah atau pita pembatas area yang akan diledakkan, dan
rambu-rambu di lokasi yang diperkirakan terkena dampak negatif langsung
akibat peledakan.

4. Pola Pemboran dan Peledakan


a. Pada tambang terbuka terdapat tiga pola pengeboran, yaitu:
pola bujursangkar (square pattern), jarak burden dan spasi sama
pola persegipanjang (rectangular pattern), jarak spasi dalam satu baris lebih
besar dibanding burden, dan
pola zigzag (staggered pattern), antar lubang bor dibuat zigzag yang bisa
berasal dari pola bujursangkar maupun persegipanjang.

b. Pada tambang bawah tanah terdapat empat pola pengeboran dasar, yaitu:
Center cut disebut juga pyramid atau diamond cut
Wedge cut disebut juga V-cut, angled cut atau cut berbentuk baji
Drag cut atau pola kipas
Burn cut disebut juga dengan cylinder cut

c. Pola peledakan menunjukkan urutan atau sekuensial ledakan dari sejumlah


lubang ledak. Beberapa keuntungan yang diperoleh dengan menerapkan waktu
tunda pada sistem peledakan antara lain adalah:
Mengurangi getaran
Mengurangi overbreak dan batu terbang (fly rock)
Mengurangi gegaran akibat airblast.
Dapat mengarahkan lemparan fragmentasi batuan

9
3m 3m

3m 2,5 m

Bidang bebas Bidang bebas


a. Pola bujursangkar b. Pola persegipanjang

3m 3m

2,5 m
3m

Bidang bebas Bidang bebas


c. Pola zigzag bujursangkar d. Pola zigzag persegipanjang

Gambar 12. Sketsa pola pengeboran pada tambang terbuka

d. Pada tambang terbuka pola peledakan dapat diatur antar baris, antar
beberapa lubang, atau antar lubang. Sedangkan pada bukaan bawah tanah
selalu diawali dengan peledakan cut untuk membuka bidang bebas baru.

Arah lemparan
batuan
w

B
4 3 2 1
B y
5 4 3 2
B
6 5 4 3
SEBELUM PELEDAKAN
1,4 B 1,4 B 1,4 B 1,4 B

4 3 2 1

5 4 3 2

6 5 4 3

SETELAH PELEDAKAN
10
Gambar 13. Peledakan pojok dengan pola staggered dan sistem
inisiasi echelon serta orientasi antar retakan 90
Arah lemparan
w
batuan

B
4 3 2 1
1.4B B
y
4 3 2 1
1.4B

2B 4 3 2 1
SEBELUM PELEDAKAN
1,4 B 1,4 B 1,4 B 1,4 B

4 3 2 1

SETELAH PELEDAKAN

Gambar 14. Peledakan pojok antar baris dengan pola bujursangkar


dan sistem inisiasi echelon

Arah lemparan batuan

B
1 1 1 1 B
B y
21,4B 2 2 2
B
3 3 3 3

2B 2B 2B 2B
SEBELUM PELEDAKAN

3
SETELAH PELEDAKAN

Gambar 15. Peledakan pojok antar baris dengan pola staggered

11
Arah lemparan batuan
w

B
4 3 2 1 2 3 4
B y
6 5 4 3 4 5 6
B
8 7 6 5 6 7 8

SEBELUM PELEDAKAN B
B 1,4 B 1,4 B 1,4 B 1,4 B

3 2 1 2 3
4 4

SETELAH PELEDAKAN 5 4 3 4 5
6 6

7 6 5 6 7
8 8

Gambar 16. Peledakan pada bidang bebas memanjang dengan


pola V-cut persegi panjang dan waktu tunda bebas

Roof holes atau


back holes

Stoping holes atau


Tinggi helper holes atau
busur reliever holes

Wall holes
atau rib holes

Cut holes
Tinggi
abutment
Cut spreader holes
atau raker holes

Floor holes atau


lifter holes

12
Gambar 17. Kelompok lubang pada pemuka kerja suatu terowongan

18 18 18 18 18
18 18
19 18 17
16 15 16 17
18 19

18 16 15 14 14 15 16 18
12
17 17
15 13 11 9 11 13 15
5,2 m
16 16
14 12 10 10 12 14
16 16

15 13 11 9 11 13 15
17 17

18 17 16 14 12 14 16 17 18

7,5 m

5 7

3 4

8 6

Gambar 18. Pola peledakan dengan burn cut pada suatu terowongan

12
11 11

11 11 11
11 11 10 8 8 10
11 11
10 9 9 10
11 11
9 7 6 7 9
10 9 8 7 7 7 8 9 10
7 6 5 4 3 2 1 0 0 1 2 3 4 5 6 7
6,4 m
9 7 2 4 6 8 2,8 m
7 6 5 4 3 2 1 0 0 1 2 3 4 5 6 7

7 6 5 4 3 2 1 0 0 1 2 3 4 5 6 7 8 6 1 3 5 7
10 9 9 9 9 9 9 9 9 10

9 7 2 4 6 8
9,4 m
TAMPAK DEPAN 12 11 10 11 12

2,5 m
TAMPAK DEPAN

5,6 m
1,0 m

TAMPAK ATAS TAMPAK ATAS

Gambar 19. Gambar 20.


13
Pola peledakan dengan wedge cut Pola peledakan dengan drag cut
pada suatu terowongan pada suatu terowongan

e. Faktor teknis yang menentukan keberhasilan peledakan terutama ditentukan


oleh diameter lubang ledak, ketinggian jenjang dan fragmentasi hasil peledakan
f. Geometri peledakan terdiri dari sejumlah parameter jarak atau panjang yang
terdiri dari spasi, burden, tinggi jenjang, kedalaman kolom lubang ledak,
penyumbat (stemming), panjang kolom isian bahan peledak utama, dan
subdrilling.
g. Powder factor (PF) adalah perbandingan antara volume peledakan dengan
jumlah bahan peledak yang dipakai. PF biasanya sudah ditetapkan oleh
perusahaan karena merupakan hasil dari beberapa penelitian sebelumnya dan
juga karena berbagai pertimbangan ekonomi.

G
JAN
A K JE N )
C H
PUN P BENC
(TO

S
B
CREST
KOLOM LUBANG

T
LEDAK ( L )

AS
G BEB )
AN CE
BID EE FA
H (F R

PC
B B

O E
T T T

BENJANG
I J )
H NTA NCH H
J L LA OOR BE
L PC (FL
PC

Gambar 21. JTerminologi dan simbul geometri peledakan


J
Keterangan :
B = burden ; Lvertikal
a. Lubang ledak = kedalaman kolom lubang
b. ledak
Lubang ledak miring
S = spasi ;T = penyumbat (stemming)

14
H = tinggi jenjang ; PC = isian utama (primary charge atau powder column)
J = subdrilling

Gambar 22. Lubang ledak vertikal dan miring


Keterangan :
B = burden sebenarnya (true burden)
B = burden semu (apparent burden)
= Sudut kemiringan kolom lubang ledak

5. Secondary Blasting
a. Peledakan bongkah batu atau secondary blasting adalah peledakan untuk
memperkecil bongkah tersebut agar terbentuk fragmentasi batuan yang
berukuran sesuai dengan pekerjaan selanjutnya.
b. Teknik peledakan bongkah bisa blockholing (pop shooting), mud capping (plaster
shooting) dan snakeholing

2
3 34 arah
pengeboran

15
Gambar 23. Peledakan ulang dengan cara blockholing.

Gambar 24. Beberapa cara peledakan mudcapping

Gambar 25. Sketsa snackholing

6. Gagal Ledak (Misfire)


Gagal ledak adalah istilah yang diberikan kepada bahan peledak yang tidak
meledak di dalam kolom lubang ledak.
Terdapat beberapa ciri awal untuk mengindikasikan bahwa suatu lubang ledak tidak
meledak, antara lain:
Perhatikan dari jauh asap yang keluar dari dalam lubang yang tidak meledak,
biasanya mengalir dengan konstan. Apabila tidak bisa, maka setelah 15 menit
untuk peledakan listrik atau 30 menit untuk peledakan dengan sumbu api,

16
lakukan pemeriksaan pada tumpukan fragmentasi hasil peledakan untuk
mengamati sisa asap yang keluar dari lubang.
Terbentuk banyak bongkah batuan hasil peledakan.
Bila menggunakan sistem peledakan listrik carilah kawat yang masih terlihat
diantara tumpukan fragmentasi hasil peledakan.
Bila menggunakan sistem sumbu ledak carilah sumbu ledak di sekitar tumpukan
fragmentasi. Sumbu ledak tidak akan tersisa apabila betul-betul meledak.

Beberapa cara mengatasi gagal ledak adalah:


Bila masih terlihat kawat detonator dan diperiksa masih aktif atau sumbu
ledak, maka dapat diledakkan ulang menggunakan blasting machine.
Bila kawat dan sumbu ledak tidak terlihat, dapat dilakukan peledakan ulang
dengan terlebih dahulu mengeluarkan stemming menggunakan kompresor.
Membongkar lubang ledak menggunakan alat gali misalnya shovel, backhoe
atau dragline. Cara ini merupakan alternatif terakhir apabila tidak ada cara lain
yang relative lebih aman.
Menetralisir bahan peledak ANFO dengan cara menuangkan atau menyem-
protkan air ke dalam lubang gagal ledak. Yang perlu dingat bahwa bahan
peledak emulsi, watergel, slurry dan cartridge (primer) tidak dapat larut. Oleh
sebab itu tetap harus dilakukan penggalian atau peledakan ulang untuk
mengatasi lubang gagal ledak.

7. Zero Oksigen Balance


Tujuan dari peledakan pada suatu tambang adalah membentuk Zero Oksigen
Balance yaitu unsur-unsur hydrogen, nitrogen, oksigen dan karbon di dalam bahan
peledak tersebut harus dibuat sebanding sedemikian rupa sehingga gas-gas yang
terjadi pada waktu peledakan semua unsur-unsur H bereaksi menjadi H 2O, unsur-
unsur N dibebaskan sebagai molekul-molekul N 2, unsur-unsur C bereaksi
membentuk CO2.

Bila jumlah O2 tidak cukup disebut Negative Oksigen Balance terbentuk gas CO,
bila jumlah O2 berlebihan disebut Positive Oksigen Balance terbentuk gas NO 2.

17
Rumus ZOB :
Oo 2Co Ho = 0
Rumus tersebut dapat dikoreksi dengan :
( Oo Nao Cao ) - 2Co Ho = 0
Dimana :
Oo = jumlah oksigen yang terdapat pada bahan peledak tersebut.
Co = jumlah oksigen yang diperlukan untuk mengikat C.
Ho = jumlah oksigen yang diperlukan untuk mengikat H.
Nao = jumlah oksigen yang diperlukan untuk mengikat Na.
Cao = jumlah oksigen yang diperlukan untuk mengikat Ca.
Contoh :
AN + FO CO2 + H2O + N2

AN = NH4NO3 FO = CH2
BM AN = 14 + 4 + 14 + 48 BM FO = 12 + 2
= 80 = 14

Gram ataom dalam AN : Gram atom dalam FO :


Grat N = 2 / 80 x 100% Grat C = 1 / 14 x 100%
= 2,5 grat = 7,14 grat
Grat H = 4 / 80 x 100% Grat H = 2 / 14 x 100%
= 5 grat = 14,28 grat
Grat O = 3 / 80 x 100%
= 3,75 grat

Menghitung perbandingan bahan-bahan dalam bahan peledak dimana persamaan


reaksinya tidak diketahui :

a AN + b FO = c CO2 + d H2O + e N2
a NH4NO3 + b CH2 c CO2 + d H2O + e N2

% Ho No Oo Co
AN X 5,00 X 2,50 X 3,75 X

18
FO Y 14,28 Y - - 7,14 Y
Total 1,00 (5,00X + 14,28Y) 2,50 X 3,75 X 7,14Y

Karena X + Y = 100%, maka X + Y = 1


OB = Oo 2Co Ho
Substitusikan angka gram setiap elemen ke dalam persamaan :
OB = 3,75 X - 2 (7,14 Y) - (5,00 X + 14,28 Y) = 0
= 3,75 X - 14,28 Y) - 2,5 X - 7,14 Y)
= 1,25 X - 21,42 Y
1,25 X = 21,42 Y
X = 17,136 Y

X + Y = 1 , maka
17,136 Y + Y = 1
18,136 Y = 1
Y = 0,055 (5,5% FO)
X = 0,945 (94,5% AN)

Jadi campuran yang tepat adalah 94,5% AN dan 5,5% FO

KOMPOSISI BAHAN PELEDAK


BERAT KOMPOSISI (grat/100 gr)
NAMA FORMULA
MOLEKUL C H N O

NG 227,09 C3H5(NO2)3 1,321 2,202 1,321 3,963

TNT 227,13 C6H2CH3(NO2)3 3,082 2,201 1,321 2,642

Wood Pulp - - 4,170 6,300 - 2,140

AN 80,1 NH4NO3 - 4,997 2,498 3,748

Sodium 85,01 NaNO3 Na=1,176 - 1,176 3,530


Nitrate

Cal.Car 100,09 CaCO3 0,999 Ca=0,999 - 3,000

19
Celluoce - 3,710 - 3,090

20

Anda mungkin juga menyukai