Peledakan
1. Bahan Peledak
a. Bahan peledak adalah suatu bahan kimia senyawa tunggal atau campuran
berbentuk padat, cair, atau campurannya yang apabila diberi aksi panas,
benturan, gesekan atau ledakan awal akan mengalami suatu reaksi kimia
eksotermis sangat cepat dan hasil reaksinya sebagian atau seluruhnya
berbentuk gas disertai panas dan tekanan sangat tinggi yang secara kimia lebih
stabil.
BAHAN PELEDAK
BAHAN PELEDAK
1
1. Menurut R.L. Ash (1962), bahan peledak kimia dibagi menjadi:
a. Bahan peledak kuat (high explosive) bila memiliki sifat detonasi atau meledak
dengan kecepatan reaksi antara 5.000 24.000 fps (1.650 8.000 m/s)
b. Bahan peledak lemah (low explosive) bila memiliki sifat deflagrasi atau
terbakar kecepatan reaksi kurang dari 5.000 fps (1.650 m/s).
2. Menurut Anon (1977), bahan peledak kimia dibagi menjadi 3 jenis seperti terlihat
pada Tabel 1.
c. Bahan peledak industri adalah bahan peledak yang dirancang dan dibuat
khusus untuk keperluan industri, misalnya industri pertambangan, sipil, dan
industri lainnya, di luar keperluan militer.
BAHAN PELEDAK
2
e. Hasil peledakan tergantung pada kondisi eksternal saat pekerjaan tersebut
dilakukan karena kondisi eksternal akan mempengaruhi kualitas bahan kimia
pembentuk bahan peledak tersebut.
f. Panas merupakan awal terjadinya proses dekomposisi bahan kimia yang
menimbulkan pembakaran dilanjutkan dengan deflagrasi dan terakhir detonasi.
g. Bahan peledak diklasifikasikan berdasarkan kecepatan reaksi dan sifat
reaksinya menjadi bahan peledak kuat (high explosive) dan bahan peledak
lemah (low explosives).
2. Perlengkapan Peledakan
1. Detonator
a. Detonator adalah alat pemicu awal yang menimbulkan inisiasi dalam bentuk
letupan (ledakan kecil) sebagai bentuk aksi yang memberikan efek kejut
terhadap bahan peledak peka detonator atau primer.
b. Jenis-jenis detonator adalah detonator biasa, listrik, dan nonel yang masing-
masing dibedakan dari cara pembentukan panas untuk meng-inisiasi bahan
peledak yang ada di dalam detonator.
c. Ditinjau dari waktu meledaknya detonator dibagi dua tipe, yaitu detonator
langsung (instantaneous) dan tunda (delay).
Instantaneous detonator adalah detonator yang meledak langsung setelah
sumber energi menginisiasi isian primer dan sekunder; dan
delay detonator adalah detonator yang dapat menunda sumber energi
beberapa saat, yaitu antara puluhan millisekon sampai sekon atau detik,
untuk meledakkan isian primer dan sekunder.
d. Detonator listrik tunda hanya bisa dipasang di dalam lubang ledak.
e. Detonator nonel tunda bisa dipasang di dalam lubang, disebut in-hole delay, dan
dipermukaan, trunkline atau surface delay
3
tabung silinder isian dasar
(shell) (base charge)
ramuan pembakar
isian utama
(Ignition mixture)
(primer charge)
ruang kosong disediakan untuk
sumbu bakar (safety fuse)
penyumbat
penyumbat
fusehead : fusehead
- kawat halus yang elemen waktu
memijar tunda
- ramuan pembakar
tabung silinder tabung silinder
isian utama isian utama
4
tabung alumunium elemen transisi
penyumbat anti-statis
pelapis baja sumbu nonel
elemen tunda
isian utama plug penutup
isian dasar
tidak tembus air
Bagian inti dari sumbu api berupa blackpowder atau gunpowder yang tergolong
bahan peledak lemah (low explosive) dan dibungkus oleh tekstil serta dilapisi
material kedap air, misalnya aspal dan plastik.
SUMBU API
blackpowder bersentuhan
Blackpowder dengan ramuan pembakar
dibakar dalam detonator
5
intinya terdapat bahan peledak PETN, yaitu salah satu jenis bahan peledak kuat
dengan kecepatan rambat sekitar 6000 7000 m/s. Komposisi PETN di dalam
tersebut bervariasi dari 3,6 70 gr/m. Namun, yang sering digunakan adalah sumbu
ledak dengan isian PETN 3,6 gr/m atau 5 gr/m karena akan mengurangi kerusakan
stemming dan bahan peledak serta pengaruh air blast.
Anyaman tekstil
sintetis
Serat nylon
Sumbu api
Detonator
No. 6 atau 8
Ke arah rangkaian
peledakan
Leg wire
Detonator
No. 6 atau 8
Ke arah rangkaian
peledakan
4. Penyambung (connector)
Penyambung maksudnya adalah perlengkapan yang diperlukan untuk meng-
hubungkan kawat listrik atau sumbu peledakan antar lubang ledak. Tujuannya antara
lain:
6
Sekedar menyambung leg wire antar lubang memakai kawat penyambung pada
peledakan dengan detonator listrik
Menyambung sumbu nonel antar lubang dan sekaligus mengeset waktu tunda
permukaan (surface atau trunkline delay)
Menyambung sumbu ledak antar lubang dan sekaligus mengeset waktu tunda
permukaan
Menyambung sumbu api antar lubang pada peledakan dengan detonator biasa.
7
Dari detonator bisa berupa:
- Kabel listrik ; - Sumbu Ledak
- Sumbu nonel ; - Sumbu Api
Penyumbat
(stemming)
Kolom lubang
ledak
BOTTOM
PRIMING
5300
Penyumbat Inisiator Diam. primer, Tekanan detonasi
Kurva
Kecepatan detonasi ANFO, m/s
Gambar 11. Perbedaan booster dan primer serta karakter energi ledak ANFO
3. Peralatan Peledakan
a. Blasting machine (BM) atau exploder sebagai pemicu ledak yang dilengkapi
dua terminal (kutub) listrik positif dan negatif.
b. Untuk memperlancar peledakan listrik diperlukan alat pendukung, yaitu alat
pengukur tahanan (blastometer atau BOM), alat pengukur kebocoran arus listrik,
multimeter peledakan, pengukur efisiensi kerja blasting machine, alat detektor
8
petir dan kawat utama (lead wire). Alat pendukung harus dipersiapkan untuk
menjamin keselamatan dan keamanan kerja peledakan listrik.
c. Tamper yaitu semacam tongkat dari kayu yang berfungsi untuk memadatkan
stemming.
d. Peralatan pengamanan peledakan harus selalu dipersiapkan pada saat
pelaksanaan peledakan. Minimal yang harus tersedia adalah radio komunikasi
(HT), sirine, bendera merah atau pita pembatas area yang akan diledakkan, dan
rambu-rambu di lokasi yang diperkirakan terkena dampak negatif langsung
akibat peledakan.
b. Pada tambang bawah tanah terdapat empat pola pengeboran dasar, yaitu:
Center cut disebut juga pyramid atau diamond cut
Wedge cut disebut juga V-cut, angled cut atau cut berbentuk baji
Drag cut atau pola kipas
Burn cut disebut juga dengan cylinder cut
9
3m 3m
3m 2,5 m
3m 3m
2,5 m
3m
d. Pada tambang terbuka pola peledakan dapat diatur antar baris, antar
beberapa lubang, atau antar lubang. Sedangkan pada bukaan bawah tanah
selalu diawali dengan peledakan cut untuk membuka bidang bebas baru.
Arah lemparan
batuan
w
B
4 3 2 1
B y
5 4 3 2
B
6 5 4 3
SEBELUM PELEDAKAN
1,4 B 1,4 B 1,4 B 1,4 B
4 3 2 1
5 4 3 2
6 5 4 3
SETELAH PELEDAKAN
10
Gambar 13. Peledakan pojok dengan pola staggered dan sistem
inisiasi echelon serta orientasi antar retakan 90
Arah lemparan
w
batuan
B
4 3 2 1
1.4B B
y
4 3 2 1
1.4B
2B 4 3 2 1
SEBELUM PELEDAKAN
1,4 B 1,4 B 1,4 B 1,4 B
4 3 2 1
SETELAH PELEDAKAN
B
1 1 1 1 B
B y
21,4B 2 2 2
B
3 3 3 3
2B 2B 2B 2B
SEBELUM PELEDAKAN
3
SETELAH PELEDAKAN
11
Arah lemparan batuan
w
B
4 3 2 1 2 3 4
B y
6 5 4 3 4 5 6
B
8 7 6 5 6 7 8
SEBELUM PELEDAKAN B
B 1,4 B 1,4 B 1,4 B 1,4 B
3 2 1 2 3
4 4
SETELAH PELEDAKAN 5 4 3 4 5
6 6
7 6 5 6 7
8 8
Wall holes
atau rib holes
Cut holes
Tinggi
abutment
Cut spreader holes
atau raker holes
12
Gambar 17. Kelompok lubang pada pemuka kerja suatu terowongan
18 18 18 18 18
18 18
19 18 17
16 15 16 17
18 19
18 16 15 14 14 15 16 18
12
17 17
15 13 11 9 11 13 15
5,2 m
16 16
14 12 10 10 12 14
16 16
15 13 11 9 11 13 15
17 17
18 17 16 14 12 14 16 17 18
7,5 m
5 7
3 4
8 6
Gambar 18. Pola peledakan dengan burn cut pada suatu terowongan
12
11 11
11 11 11
11 11 10 8 8 10
11 11
10 9 9 10
11 11
9 7 6 7 9
10 9 8 7 7 7 8 9 10
7 6 5 4 3 2 1 0 0 1 2 3 4 5 6 7
6,4 m
9 7 2 4 6 8 2,8 m
7 6 5 4 3 2 1 0 0 1 2 3 4 5 6 7
7 6 5 4 3 2 1 0 0 1 2 3 4 5 6 7 8 6 1 3 5 7
10 9 9 9 9 9 9 9 9 10
9 7 2 4 6 8
9,4 m
TAMPAK DEPAN 12 11 10 11 12
2,5 m
TAMPAK DEPAN
5,6 m
1,0 m
G
JAN
A K JE N )
C H
PUN P BENC
(TO
S
B
CREST
KOLOM LUBANG
T
LEDAK ( L )
AS
G BEB )
AN CE
BID EE FA
H (F R
PC
B B
O E
T T T
BENJANG
I J )
H NTA NCH H
J L LA OOR BE
L PC (FL
PC
14
H = tinggi jenjang ; PC = isian utama (primary charge atau powder column)
J = subdrilling
5. Secondary Blasting
a. Peledakan bongkah batu atau secondary blasting adalah peledakan untuk
memperkecil bongkah tersebut agar terbentuk fragmentasi batuan yang
berukuran sesuai dengan pekerjaan selanjutnya.
b. Teknik peledakan bongkah bisa blockholing (pop shooting), mud capping (plaster
shooting) dan snakeholing
2
3 34 arah
pengeboran
15
Gambar 23. Peledakan ulang dengan cara blockholing.
16
lakukan pemeriksaan pada tumpukan fragmentasi hasil peledakan untuk
mengamati sisa asap yang keluar dari lubang.
Terbentuk banyak bongkah batuan hasil peledakan.
Bila menggunakan sistem peledakan listrik carilah kawat yang masih terlihat
diantara tumpukan fragmentasi hasil peledakan.
Bila menggunakan sistem sumbu ledak carilah sumbu ledak di sekitar tumpukan
fragmentasi. Sumbu ledak tidak akan tersisa apabila betul-betul meledak.
Bila jumlah O2 tidak cukup disebut Negative Oksigen Balance terbentuk gas CO,
bila jumlah O2 berlebihan disebut Positive Oksigen Balance terbentuk gas NO 2.
17
Rumus ZOB :
Oo 2Co Ho = 0
Rumus tersebut dapat dikoreksi dengan :
( Oo Nao Cao ) - 2Co Ho = 0
Dimana :
Oo = jumlah oksigen yang terdapat pada bahan peledak tersebut.
Co = jumlah oksigen yang diperlukan untuk mengikat C.
Ho = jumlah oksigen yang diperlukan untuk mengikat H.
Nao = jumlah oksigen yang diperlukan untuk mengikat Na.
Cao = jumlah oksigen yang diperlukan untuk mengikat Ca.
Contoh :
AN + FO CO2 + H2O + N2
AN = NH4NO3 FO = CH2
BM AN = 14 + 4 + 14 + 48 BM FO = 12 + 2
= 80 = 14
a AN + b FO = c CO2 + d H2O + e N2
a NH4NO3 + b CH2 c CO2 + d H2O + e N2
% Ho No Oo Co
AN X 5,00 X 2,50 X 3,75 X
18
FO Y 14,28 Y - - 7,14 Y
Total 1,00 (5,00X + 14,28Y) 2,50 X 3,75 X 7,14Y
X + Y = 1 , maka
17,136 Y + Y = 1
18,136 Y = 1
Y = 0,055 (5,5% FO)
X = 0,945 (94,5% AN)
19
Celluoce - 3,710 - 3,090
20