Anda di halaman 1dari 10

1.

Fisiologi persalinan

a) Definisi fisiologi persalinan


Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dari janin
turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban
didorong keluar melalui jalan lahir (Sarwono, 2001 ).

Persalinan normal disebut juga partus spontan adalah proses lahirnya bayi pada
letak belakang kepala dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta
tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam
( Rustam Mochtar, 1998 ).

Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan
cukup bulan ( 37 42 minggu ) lahir spontan dengan presentasi belakang kepala
yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada
janin ( Prawirohardjo, 2001 ).

b) Sebab-sebab mulainya persalinan


Banyak penyebab mulainya persalinan. Sebab-sebab mulainya persalinan
di dahului beberapa faktor. Menurut Sumarah (2009, pp.2-4), bagaimana
terjadinya persalinan belum diketahui dengan pasti, sehingga menimbulkan
beberapa teori yang berkaitan dengan mulainya kekuatan his.
Hormon-hormon yang dominan pada saat kehamilan yaitu:

1. Estrogen
Estrogen berfungsi untuk meningkatkan sensivitas otot rahim dan
memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan
oksitosin, rangsangan prostaglandin, rangsangan mekanis.

2. Progesteron
Progesteron berfungsi menurunkan sensivitas otot rahim,
menyulitkan penerimaan rangsangan dari luar seperti oksitosin,
rangsangan prostaglandin, rangsangan mekanis, dan menyebabkan otot
rahim dan otot polos relaksasi.

Pada kehamilan kedua hormon tersebut berada dalam keadaan yang seimbang,
sehingga kehamilan bisa dipertahankan. Perubahan keseimbangan kedua hormon
tersebut menyebabkan oksitosin yang dikeluarkan oleh hipofise parst posterior
dapat menimbulkan kontraksi dalam bentuk Braxton Hicks. Kontraksi ini akan
menjadi kekuatan yang dominan pada saat persalinan dimulai, oleh karena itu
makin tua kehamilan maka frekuensi kontraksi semakin sering. Oksitosin diduga
bekerja bersama atau melalui prostaglandin yang makin meningkat mulai umur
kehamilan minggu ke-15 sampai aterm lebih-lebih sewaktu partus atau persalinan.
Disamping faktor gizi ibu hamil dan keregangan otot rahim dapat memberikan
pengaruh penting untuk mulainya kontraksi rahim.

1
Dengan demikian dapat dikemukakan beberapa teori yang memungkinkan
terjadinya proses persalinan :

1. Teori Keregangan Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam


batas tertentu. Setelah melewati batas waktu tersebut terjadi kontraksi
sehingga persalinan dapat mulai. Keadaan uterus yang terus membesar dan
menjadi tegang mengakibatkan iskemia otot-otot uterus. Hal ini mungkin
merupakan faktor yang dapat mengganggu sirkulasi uteroplasenter sehingga
plasenta mengalami degenerasi. Pada kehamilan ganda seringkali terjadi
kontraksi setelah keregangan tertentu, sehingga menimbulkan proses
persalinan.
2. Teori penurunan progesterone Proses penuaan plasenta terjadi mulai
umur kehamilan 28 minggu, dimana terjadi penimbunan jaringan ikat,
pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu. Villi koriales
mengalami perubahan-perubahan dan produksi progesteron mengalami
penurunan, sehingga otot rahim lebih sensitif terhadap oksitosin. Akibatnya
otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat penurunan progesteron
tertentu.
3. Teori oksitosin internal Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofise
parst posterior. Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat
mengubah sensitivitas otot rahim, sehingga sering terjadi kontraksi braxton
hicks. Menurunnya konsentrasi progesteron akibat tuanya kehamilan maka
oksitosin dapat meningkatkan aktivitas, sehingga persalinan dimulai.
4. Teori prostaglandin Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur
kehamilan 15 minggu, yang dikeluarkan oleh desidua. Pemberian
prostaglandin pada saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim
sehingga terjadi persalinan. Prostaglandin dianggap dapat memicu terjadinya
persalinan.
5. Teori hipotalamus-pituitari dan glandula suprarenalis Teori ini
menunjukkan pada kehamilan dengan anensefalus sering terjadi
keterlambatan persalinan karena tidak terbentuk hipotalamus. Teori ini
dikemukakan oleh Linggin (1973). Malpar tahun 1933 mengangkat otak
kelinci percobaan, hasilnya kehamilan kelinci menjadi lebih lama. Pemberian
kortikosteroid yang dapat menyebabkan maturitas janin, induksi persalinan.
Dari beberapa percobaan tersebut disimpulkan ada hubungan antara
hipotalamus-pituitari dengan mulainya persalinan. Glandula suprarenal
merupakan pemicu terjadinya persalinan.
6. Teori berkurangnya nutrisi Berkurangnya nutrisi pada janin
dikemukakan oleh Hippokrates untuk pertama kalinya. Bila nutrisi pada janin
berkurang maka hasil konsepsi akan segera dikeluarkan.
7. Faktor lain Tekanan pada ganglion servikale dari pleksus frankenhauser
yang terletak dibelakang serviks. Bila ganglion ini tertekan, maka kontraksi
uterus dapat dibangkitkan. Bagaimana terjadinya persalinan masih tetap

2
belum dapat dipastikan, besar kemungkinan semua faktor bekerja bersama-
sama, sehingga pemicu persalinan menjadi multifaktor.

Pada kehamilan kedua hormon tersebut berada dalam keadaan yang seimbang,
sehingga kehamilan bisa dipertahankan. Perubahan keseimbangan kedua hormon
tersebut menyebabkan oksitosin yang dikeluarkan oleh hipofise parst posterior
dapat menimbulkan kontraksi dalam bentuk Braxton Hicks. Kontraksi ini akan
menjadi kekuatan yang dominan pada saat persalinan dimulai, oleh karena itu
makin tua kehamilan maka frekuensi kontraksi semakin sering. Oksitosin diduga
bekerja bersama atau melalui prostaglandin yang makin meningkat mulai umur
kehamilan minggu ke-15 sampai aterm lebih-lebih sewaktu partus atau persalinan.
Disamping faktor gizi ibu hamil dan keregangan otot rahim dapat memberikan
pengaruh penting untuk mulainya kontraksi rahim

c) Persalinan normal
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dari janin turun
kedalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban di dorong
keluar melalui jalan lahir (Sarwono, 2001). Persalinan normal disebut juga partus
spontan atau proses lahirnya bayi pada letak belakang kepala dengan tenaga ibu
sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya
berlangsung kurang dari 24 jam (Rustam Mochtar, 1998).

Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan
cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala
yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada
janin (Prawirohardjo, 2001)

d) Mekanisme persalinan
Mekanisme persalinan normal adalah rentetan gerakan pasif janin pada saat
persalinan berupa penyesuaian bagian terendah (kepala) janin terhadap jalan lahir
atau panggul pada saat melewati jalan lahir

a. Masuknya kepala janin pada PAP

Pada primigavida masuknya kepala janin dimulai pada akhir kehamilan. Masuk
periode inpartu dalam keadaan kepala engaged.(BDP). Pada nulipara, masuknya
kepala janin pada pintu atas panggul terjadi pada awal persalinan. masuk periode
inpartu dalam keadaan floating (melayang di atas PAP)

Engagement atau kepala sudah cakap apabila diameter terbesar bagian terendah
janin telah melewati PAP.. Engagement kepala janin bergantian pada situasi :

1) Sinklitismus jika sutura sagitalis sejajar diameter transversal PAP, berada


tepat antara simfisis pubis dan promontorium, tulang ubun-ubun depan dan
belakang sama rendah.

3
2) Asinklitismus jika sutura sagitalis dalam keadaan kebelakang mendekati
promontorium dan ke depan mendekati simfisis pubis. Terdapat 2 macam
posisiasinklitismus.yaitu Asinklitismus Anterior (sutura sagitalis mendekati
promontorium dan tulang ubun-ubun/parietal depan lebih rendah dari tulang
ubun-ubun belakang) dan asinklitismus Posterior (Sutura sagitalis mendekati
simfisis pubis, tulang ubun-ubun/parietal belakang lebih rendah lebih rendah dari
tulang ubun-ubun depan.
b. Turunnya kepala janin ke dasar panggul

Pada primipara, masuknya kepala janin ke dalam PAP terjadi sebelum persalinan,
sedangkan turunnya kepala terjadi setelah itu, biasanya pada awal kala II. Pada
nulipara, masuk dan turunnya kepala janin ke dalam panggul terjadi bersamaan.

c. Fleksi

Dengan turunnya kepala, fleksi kepala bertambah sehingga posisi ubun-ubun kecil
(UUK) lebih rendah daripada ubun-ubun besar (UUB) sehingga diameter fronto
oksipital (12 cm) sebagai ukuran terpanjang terbentang antara fronto diameter
anteroposterior dan diameter sub oksipitobregmatika (9,5cm) yang lebih kecil
yang akan melewati jalan lahir.

d. Putaran Paksi Dalam

Pemutaran bagian terendah janin ke depan (simfisis pubis) atau ke belakang


(sakrum). Putaran paksi dalam merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi
kepala dengan bentuk jalan lahir.

e. Ekstensi / Defleksi kepala janin

Terjadi agar kepala dapat melewati PBP, sumbu jalan lahir arah anteroposterior

f. Putaran paksi luar atau Restitusi

Setelah kepala lahir seluruhnya, kepala kembali memutat ke arah punggung untuk
menghilangkan torsi pada leher karena putaran paksi dalam tadi.putaran ini
disebut putaran restitusi kemudian putaran dilanjutkan hingga kepala berhadapan
dengan tuber ischiadicum sepihak (di sisi kiri)

g. Ekspulsi

Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai di bawah simfisis dan menjadi
hypomochilion untuk melahirkan bahu belakang kemudian bahu depan menyusul
seluruh badan anak lahir searah dengan paksi jalan lahir.

4
3. Fisiologi nifas
a) Puerperium normal dan penangananya
1) Pengertian nifas
Nifas atau puerperium adalah periode waktu atau masa dimana organ-organ
reproduksi kembali kepada keadaan tidak hamil. Masa ini membutuhkan waktu
sekitar enam minggu (Fairer, Helen, 2001:225)

b) Perubahan masa nifas


1. 1. Sistem Reproduksi pada Masa Kehamilan
Dalam masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun eksterna akan berangsur-
angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan yang terjadi di
dalam tubuh seorang wanita sangatlah menakjubkan. Uterus atau rahim yang
berbobot 60 gram sebelum kehamilan secara perlahan-lahan bertambah besarnya
hingga 1 kg selama masa kehamilan dan setelah persalinan akan kembali ke
keadaan sebelum hamil. Seorang bidan dapat membantu ibu untuk memahami
perubahan-perubahan ini.

1. Involusi Uterus
Involusi uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus
kembali ke kondisi sebelum hamil dengan bobot hanya 60 gram. Involusi uteri
dapat juga dikatakan sebagai proses kembalinya uterus pada keadaan semula atau
keadaan sebelum hamil. Involusi uterus melibatkan reorganisasi dan penanggalan
decidua/endometrium dan pengelupasan lapisan pada tempat implantasi plasenta
sebagai tanda penurunan ukuran dan berat serta perubahan tempat uterus, warna
dan jumlah lochia.

Proses involusi uterus adalah sebagai berikut :

1. Iskemia Miometrium,Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus


menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta membuat uterus relative anemi
dan menyebabkan serat otot atrofi

2. Autolysis,Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di


dalam otot uterine. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah
sempat mengendur hingga 10 kali panjangnya dari semula dan lima kali lebar dari
semula selama kehamilan atau dapat juga dikatakan sebagai pengrusakan secara
langsung jaringan hipertropi yang berlebihan hal ini disebabkan karena penurunan
hormon estrogen dan progesteron.

3. Efek Oksitosin,Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot


uterin sehingga akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan

5
berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini membantu untuk mengurangi situs
atau tempat implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan.

Penurunan ukuran uterus yang cepat itu dicerminkan oleh perubahan lokasi uterus
ketika turun keluar dari abdomen dan kembali menjadi organ pelviks. Segera
setelah proses persalinan puncak fundus kira-kira dua pertiga hingga tiga
perempat dari jalan atas diantara simfisis pubis dan umbilicus. Kemudian naik ke
tingkat umbilicus dalam beberapa jam dan bertahan hingga satu atau dua hari dan
kemudian secara berangsur-angsur turun ke pelviks yang secara abdominal tidak
dapat terpalpasi di atas simfisis setelah sepuluh hari.Perubahan uterus ini
berhubungan erat dengan perubahan-perubahan pada miometrium. Pada
miometrium terjadi perubahan-perubahan yang bersifat proteolisis. Hasil dari
proses ini dialirkan melalui pembuluh getah bening.Decidua tertinggal dalam
uterus setelah separasi dan ekspulsinplasenta dan membrane yang terdiri dari
lapisan zona basalis dan suatu bagian lapisan zona spongiosa pada decidua basalis
(tempat implantasi plasenta) dan decidua parietalis (lapisan sisa uterus).

Decidua yang tersisa ini menyusun kembali menjadi dua lapisan sebagai hasil
invasi leukosit yaitu :

1. Suatu degenerasi nekrosis lapisan superficial yang akan terpakai lagi sebagai
bagian dari pembuangan lochia dan lapisan dalam dekat miometrium.

2. Lapisan yang terdiri dari sisa-sisa endometrium di lapisan basalis.

Endometrium akan diperbaharui oleh proliferasi epithelium endometrium.


Regenerasi endometrium diselesaikan selama pertengahan atau akhir dari
postpartum minggu ketiga kecuali di tempat implantasi plasenta.Dengan involusi
uterus ini, maka lapisan luar dari decidua yang mengelilingi situs plasenta akan
menjadi nekrotik. Decidua yang mati akan keluar bersama dengan sisa cairan,
suatu campuran antara darah yang dinamakan lochia, yang biasanya berwarna
merah muda atau putih pucat. Pengeluaran Lochia ini biasanya berakhir dalam
waktu 3 sampai 6 minggu. Pertumbuhan kelenjar pada hakekatnya mengikis
pembuluh darah yang meembeku pada tempat implantasi plasenta yang
menyebabkannya menjadi terkelupas dan tak dipakai lagi pada pembuangan
lochia.

1. Involusi tempat plasenta


Setelah persalinan, tempat plasenta merupakan tempat dengan permukaan kasar,
tidak rata dan kira-kira sebesar telapak tangan. Dengan cepat luka ini mengecil,
pada akhir minggu ke-2 hanya sebesar 3-4 cm dan pada akhir nifas 1-2 cm.
Penyembuhan luka bekas plasenta khas sekali. Pada permulaan nifas bekas
plasenta mengandung banyak pembuluh darah besar yang tersumbat oleh
thrombus. Biasanya luka yang demikian sembuh dengan menjadi parut, tetapi luka
bekas plasenta tidak meninggalkan parut. Hal ini disebabkan karena luka ini
sembuh dengan cara dilepaskan dari dasarnya tetapi diikuti pertumbuhan
endometrium baru di bawah permukaan luka. Endometrium ini tumbuh dari

6
pinggir luka dan juga dari sisa-sisa kelenjar pada dasar luka.Regenerasi
endometrium terjadi di tempat implantasi plasenta selama sekitar 6 minggu.
Epitelium berproliferasi meluas ke dalam dari sisi tempat ini dan dari lapisan
sekitar uterus serta di bawah tempat implantasi plasenta dari sisa-sisa kelenjar
basilar endometrial di dalam deciduas basalis. Pertumbuhan kelenjar endometrium
ini berlangsung di dalam decidua basalis.

1. Perubahan pada servik


Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Perubahan-perubahan yang
terdapat pada serviks postpartum adalah bentuk serviks yang akan menganga
seperti corong. Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadakan
kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi, sehingga seolah-olah pada
perbatasan antara korpus dan serviks uteri terbentuk semacam cincin. Warna
serviks sendiri merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah.Beberapa
hari setelah persalinan, ostium externum dapat dilalui oleh 2 jari, pinggir-
pinggirnya tidak rata tetapi retak-retak karena robekan dalam persalinan. Pada
akhir minggu pertama hanya dapat dilalui oleh 1 jari saja, dan lingkaran retraksi
berhubungan dengan bagian atas dari canalis cervikallis.Pada serviks terbentuk
sel-sel otot baru yang mengakibatkan serviks memanjang seperti celah. Karena
hyper palpasi ini dank arena retraksi dari serviks, robekan serviks menjadi
sembuh. Walaupun begitu, setelah involusi selesai, ostium externum tidak serupa
dengan keadaannya sebelum hamil, pada umumnya ostium externum lebih besar
dan tetap ada retak-retak dan robekan-robekan pada pinggirnya, terutama pada
pinggir sampingnya. Oleh robekan ke samping ini terbentuk bibir depan dan bibir
belakang pada serviks.
1. Lochea
Dengan adanya involusi uterus, maka lapisan luar dari decidua yang mengelilingi
situs plasenta akan menjadi nekrotik. Decidua yang mati akan keluar bersama
dengan sisa cairan. Campuran antara darah dan decidua tersebut dinamakan
Lochia, yang biasanya berwarna merah muda atau putih pucat.Lochia adalah
ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai reaksi basa/alkalis yang
dapat membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang
ada pada vagina normal. Lochia mempunyai bau yang amis meskipun tidak terlalu
menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiap wanita. Secret mikroskopik
Lochia terdiri dari eritrosit,peluruhan deciduas, sel epitel dan bakteri. Lochia
mengalami perubahan karena proses involusi.

Pengeluaran Lochia dapat dibagi berdasarkan waktu dan warnanya diantaranya :

a. Lochia Rubra/ merah (kruenta)Lochia ini muncul pada hari 1 sampai hari ke 4
masa postpartum. Sesuai dengan namanya, warnanya biasanya merah dan
mengandung darah dari perobekan/luka pada plasenta dans erabut dari deciduas
dan chorion. Terdiri dari sel desidua, verniks caseosa, rambut lanugo, sisa
mekoneum dan sisa darah.

b. Lochea Sanguinolenta, lochea ini muncul pada hari ke 4 sampai hari ke 7


postpartum. Cairan berwarna merah kecoklatan dan berlendir.

7
c. Lochia Serosa Lochia ini muncul pada hari ke 7 sampai ke 14 postpartum.
Warnanya biasanya kekuningan atau kecoklatan. Lochia ini terdiri dari lebih
sedikit darah dan lebih banyak serum, juga terdiri dari leukosit dan robekan
laserasi plasenta.

d. Lochia Alba, Lochia ini berlangsung selama 2 sampai 6 minggu postpartum.


Warnanya lebih pucat, putih kekuningan dan lebih banyak mengandung leukosit,
selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang mati.

1. Perubahan pada Vulva, Vagina dan Perineum


Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang
sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari
pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam
keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada
keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan
muncul kembali sementara labia manjadi lebih menonjol.Segera setelah
melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan
kepala bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari ke 5, perineum sudah
mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur dari
pada keadaan sebelum melahirkan.Ukuran vagina akan selalu lebih besar
dibandingkan keadaan saat sebelum persalinan pertama. Meskipun demikian,
latihan otot perineum dapat mengembalikan tonus tersebut dan dapat
mengencangkan vagina hingga tingkat tertentu. Hal ini dapat dilakukan pada akhir
puerperium dengan latihan harian.

FISIOLOGI LAKTASI

Laktasi atau menyusui mempunyai dua pengertian, yaitu produksi ASI (prolaktin)
danpengeluaran ASI (oksitosin).

A. Produksi ASI (Prolaktin)


Pembentukan payudara dimulai sejak embrio berusia 18-19 minggu, dan
berakhir ketika mulai menstruasi. Hormon yang berperan adalah
hormon esterogen dan progesteronyang membantu maturasi alveoli. Sedangkan
hormon prolaktin berfungsi untuk produksi ASI.
Selama kehamilan hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI belum
keluar karena pengaruh hormon estrogen yang masih tinggi. Kadar estrogen
dan progesteronakan menurun pada saat hari kedua atau ketiga pasca persalinan,
sehingga terjadi sekresi ASI. Pada proses laktasi terdapat dua reflek yang
berperan, yaitu refleks prolaktin danrefleks aliran yang timbul akibat
perangsangan puting susu dikarenakan isapan bayi.

8
B. Refleks Prolaktin
Akhir kehamilan hormon prolaktin memegang peranan untuk membuat
kolostrum, tetapi jumlah kolostrum terbatas
dikarenakan aktivitas prolaktin dihambat oleh estrogen danprogesteron yang
masih tinggi. Pasca persalinan, yaitu saat lepasnya plasenta dan berkurangnya
fungsi korpus luteum maka estrogen dan progesteron juga berkurang. Hisapan
bayi akan merangsang puting susu dan kalang payudara, karena ujung-ujung saraf
sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik.
Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus melalui medulla spinalis hipotalamus
dan akan menekan pengeluaran faktor penghambat sekresi prolaktin dan
sebaliknya merangsang pengeluaran faktor pemacu sekresi prolaktin.
Faktor pemacu sekresi prolaktin akan merangsang hipofise anterior sehingga
keluarprolaktin.

C. Refleks Aliran (Let Down Reflek)


Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh hipofise anterior,
rangsangan yang berasal dari isapan bayi dilanjutkan ke hipofise posterior
(neurohipofise) yang kemudian dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran darah,
hormon ini menuju uterus sehingga menimbulkan kontraksi. Kontraksi dari sel
akan memeras air susu yang telah terbuat, keluar dari alveoli dan masuk ke
sistem duktus dan selanjutnya mengalir melalui duktuslactiferus masuk ke mulut
bayi.

D. Refleks Menangkap (Rooting Refleks)


Timbul saat bayi baru lahir tersentuh pipinya, dan bayi akan menoleh ke
arah sentuhan. Bibir bayi dirangsang dengan papilla mamae, maka bayi akan
membuka mulut dan berusaha menangkap puting susu.

E. Refleks Menghisap (Sucking Refleks)


Refleks ini timbul apabila langit-langit mulut bayi tersentuh oleh puting.
Agar puting mencapai palatum, maka sebagian besar areola masuk ke dalam

9
mulut bayi. Dengan demikian sinus laktiferus yang berada di bawah areola,
tertekan antara gusi, lidah dan palatum sehingga ASI keluar.

F. Refleks Menelan (Swallowing Refleks)


Refleks ini timbul apabila mulut bayi terisi oleh ASI, maka ia akan
menelannya.
G. Pengeluaran ASI (Oksitosin)
Apabila bayi disusui, maka gerakan menghisap yang berirama akan
menghasilkan rangsangan saraf yang terdapat pada glandula pituitaria posterior,
sehingga keluar hormon oksitosin. Hal ini menyebabkan sel-sel miopitel di sekitar
alveoli akan berkontraksi dan mendorong ASI masuk dalam pembuluh ampula.
Pengeluaran oksitosin selain dipengaruhi oleh isapan bayi, juga oleh reseptor yang
terletak pada duktus. Bila duktusmelebar, maka secara
reflektoris oksitosin dikeluarkan oleh hipofisis.

10

Anda mungkin juga menyukai