Anda di halaman 1dari 5

INOVASI Vol.

4/XVII/Agustus 2005
INOVASI

Model Pengelolaan Sumberdaya Air di Jepang

Muhammad Aqil
Researcher at National Research Institute for Cereals, Indonesia
E-mail: akilshimane@gmail.com
Yomota Atsushi
Professor Emeritus, Faculty of Environmental Science and Technology Okayama University,
Japan
E-mail: alimuddin30@hotmail.com
Abi Prabowo
Researcher at Center Development of Agricultural Mechanization, Indonesia
E-mail: aprabowo@yahoo.com

1. Pendahuluan jumlah besar tersebut menempatkan Jepang


sebagai negara ketiga terbesar di benua Asia
Jepang yang terletak di wilayah dalam hal jumlah bendungan setelah China
Sirkum-Pasifik mempunyai keunikan dan India, atau peringkat pertama dalam hal
karakteristik sumberdaya air tersendiri. rasio antara jumlah bendungan per luas
Fisiografis wilayah yang dikelilingi wilayah. Pembangunan bendungan dalam
pegunungan yang mencakup bagian jumlah besar tersebut tidak hanya ditujukan
wilayahnya serta sungai-sungai yang pendek untuk keperluan penampungan air saja
dan tergolong curam mengakibatkan pola namun bersifat multifungsi, misalnya untuk
distribusi siklus air menjadi sangat unik. pengendalian banjir, tempat pemeliharaan
Keunikan karakteristik tersebut sangat ikan, rekreasi dan lain-lain. Pembangunan
mempengaruhi siklus hidrologi di wilayah bendungan dan kolam penampungan air di
daerah aliran sungai. Banyaknya gunung dan Jepang pada satu sisi memberi keuntungan
bukit serta sungai yang sempit dan curam dalam kaitannya dengan pemenuhan
tersebut mengakibatkan hujan yang jatuh di kebutuhan masyarakat akan air untuk aktifitas
daerah hulu mengalir dengan cepat ke laut pertanian, industri maupun perumahan.
dan yang terserap kedalam tanah hanya Namun demikian terlepas dari keuntungan
dalam jumlah yang terbatas. Rata-rata curah tersebut pembangunan sarana tersebut juga
hujan di Jepang setiap tahunnya di atas 1600 membawa permasalahan-permasalahan baik
mm, yang terjadi pada musim hujan serta itu dalam kaitannya dengan pendanaan untuk
saat-saat typhoon antara bulan Juni-Oktober. konstruksi jaringan irigasi maupun dalam
Faktor curah hujan yang tergolong tinggi kegiatan operasi dan pemeliharaan (O&P)
serta tingkat kemampuan menahan air tanah sarana dan prasarana yang telah dibangun.
yang rendah mengharuskan pemerintah Sehubungan dengan hal tersebut, tulisan ini
Jepang membuat bangunan dimaksudkan untuk memaparkan kondisi
penangkap/penahan air dalam jumlah besar, sumberdaya air di Jepang, yang mencakup
mulai dari bendungan raksasa sampai ke aspek distribusi penggunaan air, model O&P
kolam-kolam penampungan air skala mikro. fasilitas air serta permasalahan yang dihadapi
dalam pengelolaan bangunan air tersebut.
Pemerintah Jepang telah menghabiskan
banyak biaya untuk pembangunan
bendungan dan kolam penampungan air 2. Distribusi Penggunaan Air
dalam upayanya untuk memaksimalkan
penangkapan air hujan. Menurut hasil survey Tinggi rendahnya tingkat konsumsi air
[2} dan [3] saat ini tercatat lebih dari 2.650 masyarakat sangat berkorelasi dengan
dam (ketinggian >15 m) telah dibangun di kondisi sosial-ekonomi masyarakat tersebut.
Jepang, dengan daya tampung air mencapai Sebagaimana negara-negara lain, tingkat
26.9 milyar meter kubik. Selain dam, embung penggunaan air di Jepang mempunyai
penampung air juga banyak dibangun dengan karakteristik yang hampir sama dengan
peruntukan utama untuk mengairi lahan penggunaan air di belahan dunia lainnya,
pertanian. Pembangunan waduk dalam dimana porsi terbesar dari alokasi air di
berikan ke sektor pertanian. Berdasarkan
Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia 43
INOVASI Vol.4/XVII/Agustus 2005

Petani
iuran

Land Improvement District

Pengaturan distribusi air Penyiapan


dan kontrol drainase tenaga
kerja
O&P fasilitas irigasi

Pengerokan lumpur,
Kontrol dan pemeliharaan pembersihan rumput, gulma

Gambar 1. Diagram alir organisasi

hasil survey tahun 1998 jumlah air tersedia


setiap tahunnya berkisar antara 150-200
miliar meter kubik, dimana lebih dari 60% 3. Distribusi Air dan Fasilitas
dipakai untuk mengairi lahan pertanian, Pendukungnya
sedangkan sisanya masing-masing sebesar
15% dan 18% dipergunakan untuk memenuhi Aktivitas pertanian di Jepang membutuhkan
kebutuhan domestik dan industri [4]. Dengan sedikitnya 60x109 meter kubik air setiap
tingkat penggunaan air perkapita penduduk tahunnya yang diambil dari sungai, air tanah,
mencapai 3.393 meter kubik pertahunnya, dan kolam-kolam penampungan air. Keterse
atau setengah dari rata-rata potensi air diaan air baik secara kualitas maupun
perkapita dunia yg mencapai 7.045 meter kuantitas lebih tersedia di wilayah pedesaan
kubik, Jepang juga dihadapkan pada di Jepang. Hal ini disebabkan karena di
permasalahan distribusi penyebaran wilayah pedesaan proses siklus air berjalan
penduduk yang tidak merata, dimana dengan baik sehingga ketersediaan air
kesenjangan antara tingkat kepadatan senantiasa terjaga. Lain halnya di daerah
penduduk di perkotaan dan di daerah perkotaan dimana air tidak mengalami siklus
pedesaan sangat tinggi. Rata-rata kepadatan perputaran air dengan baik dan terbuang
penduduk di wilayah perkotaan sebesar percuma ke saluran pembuangan dan
6.600 orang/km2 dan 121 orang/km2 di mengalir ke laut.
wilayah pedesaan. Adanya kecenderungan
penduduk yang meninggalkan kampung Proses distribusi air di Jepang didukung oleh
halamannya menuju kota-kota besar untuk jaringan irigasi yang mantap dengan disertai
mencari pekerjaan pada beberapa dekade kesadaran yang tinggi dari para petani dalam
terakhir ini juga akan menimbulkan kegiatan O&Pnya. Jaringan irigasi di Jepang
permasalahan dalam proses pendistribusian sebagian besar terdiri dari line canal dimana
air dimasa mendatang. semua struktur salurannya dibuat dari beton
Pendistribusian air ke lahan pertanian dan dirancang khusus untuk tahan gempa.
digunakan untuk pemenuhan kebutuhan Secara umum, bangunan irigasinya terdiri
lahan sawah untuk produksi padi, tanaman dari bendung yang berfungsi untuk
sayuran/buah, dan kebutuhan peternakan. menaikkan air pada ketinggian tertentu untuk
Alokasi air untuk produksi padi menyerap kemudian dialirkan ke saluran irigasi melalui
sekitar 95% dari total air tersedia untuk bangunan bagi. Bangunan irigasi di Jepang
pertanian. Pada tahun 1998 saja, jumlah juga dilengkapi dengan sarana drainase yang
pemakaian air untuk proses produksi padi berfungsi untuk membuang kelebihan air.
mencapai 56x109 meter kubik. Rancangan fasilitas irigasi dan drainase yang
Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia 44
INOVASI Vol.4/XVII/Agustus 2005

sangat kokoh dan lengkap tersebut tentu saja 5. Kolaborasi LID- Petani Saat Krisis Air
membawa konsekuensi pada meningkatnya
jumlah saluran dan biaya konstruksi dan Salah satu indikator bagus tidaknya kondisi
pemeliharaan saluran-saluran tersebut. suatu sungai adalah nilai koefisien aliran
Berdasarkan hasil survei keberadaan fasilitas sungai, dimana nilai yang rendah
irigasi pada tahun 1995, didapatkan bahwa menunjukkan masih bagusnya kondisi aliran
panjang saluran utama dari bangunan irigasi sungai. Nilai koefisien aliran sungai di Jepang
di Jepang tercatat sebesar 40.000 km, dan tergolong agak tinggi sehingga resiko
apabila saluran tersier ikut dimasukkan kekeringan juga besar. Selain itu juga
menjadi 400.000 km [4]. Panjang saluran kadangkala kekeringan yang tidak normal
tersebut tercatat tiga kali lebih besar dari total datang, umumnya terjadi pada akhir musim
panjang sungai di Jepang dan dua kali hujan dimana periode tersebut merupakan
panjang jalan tol negara dan jalan prefektur. saatsaat padi membutuhkan air dalam
jumlah yang banyak. Pada saat yang sama
kebutuhan air untuk keperluan domestik juga
4. Manajemen Fasilitas Irigasi meningkat pesat. Dalam situasi sulit tersebut,
petani bekerjasama dengan LID, dan
Berbeda dengan negara-negara berkembang mengeluarkan dana untuk proses konservasi
yang kegiatan O&P salurannya dilaksanakan air melalui penggunaan air bergilir, water
oleh pemerintah, kegiatan O&P jaringan air di reuse, dan pengecekan kebocoran saluran.
Jepang diserahkan sepenuhnya kepada
petani, dengan tujuan memacu kemandirian Upaya meminimalkan penggunaan air melalui
petani dalam pengelolaan aset irigasi. Dalam penambahan tenaga kerja untuk manajemen
implementasinya, petani di setiap daerah air berdampak pada meningkatknya biaya
(chiku) membuat organisasi yang bertujuan operasional yang harus dikeluarkan. Sebagai
mengatur dan mengelola aset yang diberi contoh pada kondisi kekeringan abnormal
nama Land Improvement District yang terjadi pada tahun 2001 laju konservasi
(tochikairyouku) atau LID. Organisasi ini, air mencapai 76% untuk penggunaan di
semacam perhimpunan petani pemakai air pertanian, 50% untuk industri dan 40% untuk
(P3A) di Indonesia, namun cakupan kebutuhan domestik, yang dilakukan di
tanggungjawabnya lebih luas yakni sungai Yahagi di Aichi Prefektur. Sementara
mencakup kegiatan O&P jaringan, termasuk biaya yang dikeluar kan untuk mendukung
di dalamnya pengaturan distribusi air. program penghematan air meningkat antara
Organisasi ini telah berdiri sejak dahulu, dan 127 sampai 183%, dengan dana sebesar
seiring dengan dikeluarkannya 9.72 juta Yen. Peningkatan jumlah
undang-undang tentang perbaikan pengeluaran tersebut digunakan untuk
tanah/lahan memungkinkan dilakukannya keperluan penyediaan pompa emergency,
perancangan, perbaikan dan pemeliharaan pembuatan media informasi dan tenaga kerja.
aset bangunan yang ada secara legal.
Para petani yang menjadi anggota organisasi
dikenakan kewajiban membayar iuran O&P 6. Permasalahan Berhubungan dengan
jaringan (rata-rata sebesar 100.000 yen per Irigasi
tahun), dan uang tersebut dipakai untuk
menyewa LID untuk melakukan kegiatan Jepang telah mencatat sejarah yang panjang
O&P saluran, misalnya pembersihan atau menyangkut penerapan sistem irigasi dalam
perbaikan saluran yang mengalami proses produksi tanaman. Namun sejalan
kerusakan. Model kerjasama antara dengan pertumbuhan ekonomi
petani-LID sifatnya profesional, hampir sama mengakibatkan munculnya kesenjangan
dengan model kerja perusahaan yang antara indusri-perta nian, baik dari segi
menuntut rasa tanggungjawab yang tinggi finansial serta beban kerja.
dari para petani atas keberadaan fasilitas
irigasi. Diagram alir dari kegiatan O&P 6.1 Penurunan Kualitas Air Pertanian
saluran antara petani dan LID disajikan Akibat Modernisasi Pertanian
pada Gambar 1.
Dalam periode pertumbuhan ekonomi Jepang
yang sangat pesat antara tahun 1960 1970,
juga terjadi peningkatan polusi yang
Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia 45
INOVASI Vol.4/XVII/Agustus 2005

bersumber dari domestik dan industri. 7. Pengelolaan Aset Irigasi Secara


Penggunaan bahan kimia dalam proses Terpadu
produksi padi juga membawa dampak yang
buruk bagi lingkungan dimana unsur Nitrogen
Keberadaan fasilitas irigasi di Jepang
dan Fosfor buangan dari lahan pertanian
membawa dampak sosial ekonomi yang luas,
mencemari sungai dan air tanah. Periode
dimana disatu sisi keberadaan fasilitas
antara 1965-1975 merupakan periode
tersebut telah memberikan kontribusi yang
dengan tingkat polusi tertinggi di Jepang,
signifikan terhadap peningkatan produksi
dimana polusi menjadi permasalahan serius
pertanian. Namun demikian, seiring dengan
yang sulit ditanggulangi. Menyadari dampak
berjalannya waktu, umur teknis bangunan
buruk aktivitas tersebut berbagai
irigasi juga semakin berkurang sehingga
undang-undang dikeluarkan dalam periode
membutuhkan pembaharuan dimasa
tersebut, misalnya undang-undang tentang
mendatang. Selama periode 1975 sampai
kontaminasi serta penetapan kualitas air.
1995, terjadi pembengkakan biaya
rekonstruksi fasilitas irigasi, dimana pada
tahun 1975 biaya yang dikeluarkan untuk
6.2 Ekstensifikasi Pertanian Meningkatkan
rekonstruksi jaringan hanya sebesar 10
Resiko Kerusakan Fasilitas Irigasi
trilyun yen sementara pada tahun 1995
membengkak menjadi 22 trilyun yen.
Dimulai sejak era pertumbuhan ekonomi,
Pembengkakan biaya ini disebabkan oleh
sebenarnya sudah mulai terlihat gap antara
meningkatnya potensi kerusakan jaringan
tingkat ketersediaan lahan dengan jumlah
irigasi seiring menuanya umur fasilitas irigasi.
petani, dimana pada satu sisi umur petani
Pada tahun 1995 didapatkan bahwa hanya
kian bertambah sementara disisi lain tidak
berjumlah sekitar 60 set jaringan yang
ada generasi penerusnya. Hal ini berdampak
mengalami potensi kerusakan jaringan,
pada menurunnya jumlah petani serta
namun pada tahun 2005 meningkat menjadi
bertambahnya lahan yang tidak tergarap.
sekitar 400 set jaringan [1]. Menyiasati
Rasio ketersediaan lahan dengan jumlah
permasalahan tersebut pemerintah Jepang
tenaga kerja yang rendah tersebut
saat ini lebih menfokuskan perhatiannya ke
mengakibatkan beban kerja petani semakin
aspek perawatan/pemeliharaan fasilitas yang
bertambah. Sebagai contoh petani yang
ada dibandingkan membangun fasilitas baru.
bertugas mengelola air di daerah hulu dari
bendung yang jumlahnya berkurang akan
8. Penutup
beresiko tidak mampu mengontrol air di
bendung yang dapat membahayakan
Sebagai penutup dapat dikemukakan
daerah-daerah dibawahnya. Dalam kaitannya
beberapa point penting berkaitan dengan
dengan biaya O&P fasilitas irigasi, pihak
pengelolaan sumberdaya air di Jepang.
pemerintah pusat/ daerah membagi distribusi
Adanya kemandirian petani untuk mengelola
pembebanan biaya untuk pemeliharaan
fasilitas irigasi yang telah dibangun oleh
jaringan irigasi dengan pihak Land
pemerintah menjadi salah satu kunci utama
Improvement District dengan perbandingan
keberlanjutan sistem usahatani di Jepang.
proporsi 2/3 : 1/3, dimana dua per tiganya
Namun demikian terlepas dari keberhasilan
ditanggung oleh Land Improvement District
tersebut usahatani di Jepang juga
sementara sisanya ditanggung oleh
dihadapkan pada permasalahan kelangkaan
pemerintah pusat/daerah.Penigkatan biaya
tenaga kerja di bidang pertanian serta
pemeliharaan saluran seiring dengan
meningkatnya beban petani untuk mengelola
bertambahnya umur saluran mengakibatkan
aset irigasi yang berbiaya tinggi. Biaya
meningkatnya beban yang harus ditanggung
pengelolaan aset irigasi tersebut akan terus
oleh pihak Land Improvement District. Biaya
membengkak seiring menuanya umur
tersebut 46% dipakai untuk perbaikan saluran,
fasilitas tersebut. Olehnya itu dalam
proses pengolahan limbah 18%, instalasi
menyiasati permasalahan tersebut,
fasilitas keselamatan jaringan 11% dan
manajemen irigasi di Jepang saat ini lebih
sisanya untuk operasi pompa/drainase,
diarahkan kepada pemeliharaan dan
pembersihan gulma.
perawatan aset-aset yang ada dengan
disertai perbaikan efisiensi penggunaan air.
Selain itu juga dilakukan upaya rasionalisasi

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia 46
INOVASI Vol.4/XVII/Agustus 2005

terhadap aset yang akan diperbaiki dengan drainage canals.


terlebih dahulu mempertimbangkan tingkat [2] IJHD, 2000. Dams, water and Energy- A
keuntungan yang diperoleh terhadap biaya statistical profile.
pengeluaran untuk perbaikan fasilitas. [3] The World Commision on Dams, 2000.
Dams and Development.
Daftar Pustaka [4] The Japanese Institute of Irrigation and
Drainage (JIID), 2003: A message from
[1] Agricultural Water Drainage Canal Japan/Asia to the world water discussions
Bureau, 1995. Key agricultural water

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia 47

Anda mungkin juga menyukai