Anda di halaman 1dari 12

PREFERENDUM

Assigment Eksperimental

Dalam rangka untuk menyelesaikan tugas Ekologi saja oleh lektor Dr. Hadi Suwono, M.Si.
dan Ibu Dr.Vivi Novianti, S.Si, M.Si.

Komposer:
Grup 5

Christine Apriyani 150341600023


Gissa Adela 150341600860
Inovira Riesnawati 150341601514
Umar Hanif 150341603597

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTY matematics DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

BIOLOGI

MARET 2017
UNIT 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Studi


Keberhasilan suatu organisme untuk bertahan hidup dan bereproduksi mencerminkan
toleransi keseluruhan seluruh set variabel lingkungan yang dihadapi oleh organisme ini. Ini
berarti bahwa setiap organisme harus beradaptasi dengan kondisi lingkungan. Tanggapan
adaptasi dalam bentuk morfologi, fisiologi dan perilaku. Dalam lingkungan laut, fisik, kimia
dan peran biologis dalam homeostasis diperlukan untuk pertumbuhan dan reproduksi biota
perairan (Tunas 2005;. 16).
Suhu merupakan faktor penting dalam ekosistem perairan (Ewusie 1990;. 180).
Kenaikan suhu air dapat menyebabkan kehidupan ikan dan hewan air lainnya terganggu
(Doubleday, 1992; 22). Menurut Soetjipta (1993; 71), Air memiliki beberapa sifat termal
yang unik, sehingga perubahan suhu air berjalan lebih lambat daripada udara. Selanjutnya
Soetjipta menambahkan bahwa meskipun suhu kurang stabil dalam air daripada di udara,
tetapi suhu merupakan faktor pembatas utama, karena itu makhluk air sering memiliki
toleransi yang sempit.
Ikan adalah ektotermik hewan yang berarti tidak menghasilkan panas tubuh, sehingga
suhu tubuh mereka tergantung pada suhu lingkungan sekitarnya atau menyesuaikan (Hoole et
al, di Cabang 2005;. 16). Untuk hewan air, ikan memiliki beberapa mekanisme fisiologis
yang tidak dimiliki oleh hewan darat. Perbedaan habitat menyebabkan perkembangan organ
ikan disesuaikan dengan kondisi lingkungan (Yonandre 2010:. 14). Secara keseluruhan ikan
lebih toleran terhadap perubahan suhu air, beberapa spesies dapat hidup pada suhu air
mencapai 29 C, sementara spesies lainnya dapat hidup pada suhu air sangat dingin, tetapi
berbagai toleransi individu terhadap suhu umumnya terbatas (Sukiya 2005;. 9),
Aklimatisasi adalah usaha manusia untuk menyesuaikan kondisi hewan terhadap faktor
lingkungan di habitat buatan baru. Aklimatisasi merupakan upaya manusia untuk hewan
menyesuaikan diri dengan kondisi faktor lingkungan tertentu di laboratorium (Dharmawan,
2005). Konsep batas toleransi, faktor pembatas dan preferendum diterapkan di bidang
pertanian, peternakan, kesehatan, konservasi dan lain-lain. Hal ini dilakukan dengan harapan
kinerja hewan biologi, pertumbuhan dan reproduksi bisa maksimal dan kondisi hewan
kondisi lingkungan yang merugikan biasanya dibuat untuk sebaliknya (Dharmawan, 2005).
Setiap hewan memiliki berbagai variasi toleransi, kehadiran di habitat ditentukan oleh
kondisi faktor lingkungan di tempat. Kehadiran dan kinerja dari populasi hewan di suatu
tempat yang menggambarkan kondisi faktor lingkungan di tempat. Oleh karena itu, ada
spesies indikator ekologi jangka, baik hewan dan studi ekologi ekologi tanaman. Adaalah
spesies indikator ekologi dari spesies atau organisme kehdirannya kelimpahan dapat
memberikan petunjuk tentang bagaimana kondisi faktor fisik, kimia suatu tempat
(Dharmawan, 2005).
Suhu individu yang dikenal relatif tinggi untuk hari beebrapa (atau mungkin kurang
dari itu) dapat digeser respons secara keseluruhan suhu atas sepanjang skala suhu, dan
beberapa hari tunduk untuk menurunkan suhu relatif bisa meluncur respon. Proses ini sering
disebut sebagai aklimatisasi jika perubahan dilakukan dalam kondisi laboratorium dan
aklimatisasi jika terjadi di lapangan. Aklimatisasi terlalu cepat bisa bencana. Selain itu,
individu biasanya berbeda dalam menanggapi suhu tergantung pada tahap dalam
pengembangan ini mencapai mankah (Soetjipto, 1993).
1.2 Soal Pernyataan
(1) Apakah faktor pembatas dan toleransi suhu kisaran terhadap individu berdasarkan
distribusi fase ikan hidup (juvenile, gravid dan non garvid)?
(2) Bagaimana kondisi suhu preferendum ikan?
(3) Apa efek dari aklimatisasi terhadap efek dari membatasi dan preferendum?
1.3 Maksud
(1) Tentukan faktor pembatas dan toleransi suhu kisaran terhadap individu berdasarkan
distribusi fase ikan hidup (juvenile, gravid dan non garvid).
(2) Mengetahui kondisi suhu preferendumikan.
(3) Periksa apakah ada pengaruh aklimatisasi terhadap efek dari pembatasan dan
preferendum.
1.4 Manfaat
(1) Mengetahui faktor prmbatas dari fase ikan hidup (juvenile, gravid dan non garvid).
(2) Tentukan kisaran toleransi suhu terhadap individu berdasarkan distribusi fase ikan
hidup (juvenile, gravid dan non garvid).
(3) Mengetahui suhu preferendum aklimasi suhu ikan dan tidak pengaruh efek dari
pembatasan dan preferendum.

1.3 Hipotesis
(1)
UNIT 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. organisme adaptasi
Adaptasi berarti kemampuan individu untuk mengatasi lingkungan dan menggunakan sumber
daya alam yang lebih untuk bertahan hidup di ceruk diduduki. Ini bahwa setiap organisme
memiliki sifat adaptasi untuk hidup di berbagai kondisi lingkungan (Knopf, 1992; 58).
Djamal menambahkan bahwa ada beberapa jenis adaptasi yaitu; adaptasi morfologi, fisiologi
adaptif dan adaptasi perilaku.

2.2. Ikan Biologi


Pisces (ikan) adalah superclass dari vertebrata subphylum memiliki keragaman yang sangat
besar (Sukiya 2005;. 33). Ikan adalah anggota vertebrata poikilotermik (berdarah dingin)
yang hidup di air dan bernapas dengan insang. Ikan adalah kelompok vertebrata yang paling
beragam dengan jumlah lebih dari 27.000 spesies di seluruh dunia (Fujaya, 1999 di Dhamadi.
2009).
Secara keseluruhan ikan lebih toleran terhadap perubahan suhu air dalam suhu air, seperti
vertebrata suhu poikilotherm tubuh lainnya adalah ektotermik, yang berarti bahwa suhu tubuh
tergantung pada suhu lingkungan (Sukiya.2005; 9-10). Selanjutnya Sukiya menambahkan
bahwa beberapa ikan memiliki perilaku khusus seperti ikan Glodok yang dapat berjalan di
darat dan memanjat pohon.

2.3. Fisiologi Respirasi Ikan


Untuk biota perairan, ikan semakin oksigen terlarut dalam air. Di hampir semua ikan, insang
merupakan komponen penting dalam pertukaran gas, lengkungan tulang rawan insang
terbentuk dari mengeras, dengan beberapa filamen insang (1999 Fujaya.; 103) di dalamnya.
Menurut Sukiya (2005; 16), setiap kali mulut dibuka, air dari luar akan pergi menuju farink
kemudian keluar lagi dengan pergi melalui celah insang, peristiwa ini melibatkan tulang
rawan ikan pendukung filamen. Selanjutnya Sukiya menambahkan bahwa lamellae insang
dalam bentuk pelat tipis ditutupi dengan epitel pernapasan menutup jaringan pembuluh darah
dan busur aorta, sehingga darah dapat ditukar dengan karbon dioksida oksigen terlarut dalam
air.
Insang organ pada ikan ditutupi oleh bagian khusus yang berfungsi untuk menghilangkan air
dari insang disebut operculum yang membentuk ruang operkulum sebelah insang lateral yang
sisi (sugiri 1984;. 1966). Tingkat pergerakan operkulum ikan memiliki korelasi positif dengan
laju respirasi ikan.
2.4. Pengaruh Suhu air di Perairan Darat
Salah satu faktor adalah suhu perairan lingkungan fisik. Permukaan air sensitif terhadap
perubahan suhu, perubahan suhu dipengaruhi oleh lokasi geografis, ketinggian, paparan
panjang matahari dan kedalaman badan air (Tunas, 2005;. 16, 18).
Peningkatan suhu air dapat menyebabkan beberapa efek sebagai berikut (Doubleday, 2005;
22-23):
a. Jumlah oksigen terlarut dalam air menurun.
b. Kecepatan reaksi kimia meningkat
c. Kehidupan ikan dan hewan air lainnya terganggu.
d. Jika batas suhu yang mematikan terlampaui, ikan dan hewan air lainnya mungkin akan
mati.
Selanjutnya, menurut Munro (1978 di Tunas 2005: 18), suhu air meningkat dapat
menyebabkan berkurangnya kelarutan gas, tetapi meningkatkan kelarutan zat beracun seperti
minyak polutan mentah dan pestisida, serta meningkatkan toksisitas logam berat, misalnya,
bahwa air tawar (salinitas 0%) peningkatan suhu dari 25 sampai 300C menyebabkan
penurunan kelarutan oksigen dari 8,4-7,6 mg / liter.

2.5. Pengaruh Suhu air di Respon Fisiologi dan Perilaku Ikan


Ikan memiliki tingkat toleransi untuk rentang suhu tertentu yang berperan untuk
pertumbuhan, inkubasi telur, konversi pakan dan ketahanan terhadap penyakit (Tunas 2005;.
16). Selanjutkan Tunas menambahkan bahwa ikan akan mengalami stres saat terkena suhu di
luar rentang yang dapat ditoleransi.
Suhu tinggi tidak selalu menghasilkan mematikan tetapi dapat menyebabkan status kesehatan
jangka panjang. Misalnya menekankan bahwa ditandai tubuh lemah, tipis, dan perilaku
abnormal, sementara suhu yang lebih rendah mengakibatkan ikan menjadi rentan terhadap
infeksi jamur dan bakteri patogen karena melemahnya sistem kekebalan tubuh (Cabang
2005;. 16-17). Pada dasarnya suhu rendah memungkinkan air mengandung oksigen lebih
tinggi, tetapi suhu rendah menyebabkan stres pernafasan pada ikan dalam bentuk penurunan
laju respirasi dan denyut jantung sehingga dapat terus pingsan ikan karena kekurangan
oksigen.
Penelitian oleh Kuz'mina et al. (Tahun 1996 di Tunas., 2005) menunjukkan bahwa suhu air
mempengaruhi laju metabolisme dan proses biologis ikan. Menunjukkan bahwa aktivitas
enzim pencernaan karbohidrase sangat dipengaruhi oleh suhu, aktivitas protease tertinggi
ditemukan pada musim panas, sedangkan aktivitas amilase tertinggi ditemukan pada musim
gugur (Hofer, 1979a; 1979b di Tunas 2005;. 18).
Menurut Kanisius (1992; 23) suhu air yang relatif tinggi dapat ditandai antara lain dengan
munculnya ikan dan hewan air lainnya ke permukaan untuk oksigen.
UNIT 3
METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian


3.1.1. Lokasi Pengamatan
Di kamar 105 FMIPA ekologi-Universitas Negeri Malang.

3.1.2. pengamatan Waktu


Kamis, 2 Maret, 2017
3.2. Alat dan Bahan
Titre beberapa alat yang kita butuhkan untuk ini penelitian, akuarium, suhu termometer
(batang), kompartemen, beaker glass, kompor termetilasi, jaring kecil, aerator, pompa air,
batu dan selang, air mandi, chiller, putaran meja, pel, gelas ukur, ember, kabel, dan sendok
plasstik. Bahan Tit untuk ikan gatul(Poeciliareticulata)fase remaja, non-gravid dan gravid, es
batu kemasan kecil, kantong plastik, dan pertandingan.

3.3.Prosedur
Kegiatan Percobaanini dilakukan dalam beberapa tahap.

Aklimatisasi

Aklimatisasi dilakukan dua hari sebelum laboratorium. Tujuannya adalah untuk


menyesuaikan ikan dengan suhu yang diinginkan.

Alat yang digunakan adalah:

waterbath: 2

chiler: 1

akuarium: 2

aerator: 3

pompa air: 3

kabel: 1

Bucket: 3
menyiapkan air mandi, dan sebuah akuarium chiller

air mengisi ke dalam air mandi dan menggunakan ember chiler

menyeka tabel dari tumpahan air menggunakan meja lap

bersihkan lantai dari tumpahan air dengan menggunakan kain lantai

gilirannya pada bhat air memastikan lonjakan itu.

pengaturan suhu air mandi pada 30 C

pengaturan suhu chiler pada 20 C

memberikan aerasi menggunakan aerator (hati-hati ketika memasukkan STECKER ke


stopkontak kabel untuk basah

ikan masukkan (satu jenis) kedalamnya tidak lebih dari 100 orang

memasukkan jenis lainnya ikan untuk akuarium lain

tutup menggunakan kawat kasa

mengontrol setiap pagi dan membuang ikan kehilangan jaring dan dimasukkan ke dalam
kantong plastik

Pengobatan

disiapkan berikut alat dan bahan

kompartemen: 1 set

termometer batang: 10 buah

lampu spiritus: 1 buah

Bucket : 1 buah

gelas ukur: 1 buah


mop:1 lembar

mejaLap: 1 lembar

corong kaca: 1 buah

kantong plastik: 5 buah

karet gelang: 10 buah

pertandingan: 1 buah

spiritus: 200ml

penyaring ikan

1. kompartemen diletakkan di atas meja datar mungkin

2. mengambil termometer dan dasi tengah menggunakan karet gelang

3. masukkan sidang diisi air kolam air yang telah dikondisikan oleh curah hujan semalam
setinggi 3-4 cm (atau diukur dengan gelas ukur)

4. masukkan termometer ke dalam aperture kompartemen diatur ke ketinggian yang sama dan
tidak menyentuh kompartemen

5. tempat kompartemen lampu bawah hak semangat

6. gilirannya menggunakan korek api mengatur ketinggian api menyentuh dasar


kompartemen menjaga suhu tidak melebihi 35 C

7. ambil ember es batu menggunakan frezer dan tempat 2 buah di sisi lain (yang tidak
terpengaruh oleh api) kompartemen

8. kering meja basah menggunakan meja lap

9. mengamati sampai termometer suhu gradasi dan merekam suhu setiap termometer

10. 10 Download grafid ikan akuarium menggunakan jaring dan kemudian masukkan ke
dalam kompartemen tengah.

11. menunggu 5-10 menit cobalah untuk tidak banyak bergerak sehingga ikan tidak takut dan
bergerak ke sana kemari
12. mengamati setiap 5 menit sampai 15 menit

13. Membuat catatan dari pengamatan di tabel yang telah disediakan

14. 7- ulangi tidak ada 12 dengan 3 ulangan menggunakan ikan yang berbeda grafid

15. 7-repeat tidak ada 13 sebanyak 3 kali pengulangan menggunakan non grafid dan ikan
remaja

UNIT 4
HASIL dAN PEMBAHASAN
UNIT 5
PENUTUP
PUSTAKA

Dharmawan, Agus, dkk. 2005. EkologiHewan.Malang: Universitas Negeri Malang


Ewusie. 1990.Pengantar EkologiTropika.Penerbit Institut Teknologi Bandung: Bandung.
Fujaya, Yushinta. 2004.Fisisologi Ikan. Penerbit PT Rineka Cipta: Jakarta.
Kanisius. 1992. Polusi Air Dan Udara. Penerbis Kanisius: Yogyakarta.
Soetjipta. 1993.Dasar-dasar Ekologi Hewan. Penerbit Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan: Yogjakarta.
Sukiya.2005.Biologi Vertebrata. Penerbit Universitas Negeri Malang: Malang.
Tunas, Arthama Wayan. 2005.Patologi IkanToloestei.Penerbit Universitas Gadjah Mada.
Yogjakarta.
Yonandre, Berna Vricca 2010. Morfologi Ikan Guppy (Poecilia sp.) Yang Hidup di Air Panas
Dan Air Dingin. Skripsi, Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai