Pengajar :
Gita Ayuningtyas
Materi :
2016/2017
Dewasa ini dapat dilihat semua bidang kehidupan masyarakat sudah
terjamah aspek hukum. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya manusia
mempunyai hasrat untuk hidup teratur. Akan tetapi keteraturan bagi seseorang
belum tentu sama dengan keteraturan bagi orang lain, oleh karena itu diperlukan
kaidah-kaidah yang mengatur hubungan antar manusia melalui keserasian antara
ketertiban dan landasan hukum.
Norma atau kaidah yang mengatur aspek pribadi terdiri dari norma
kepercayaan dan norma kesusilaan. Norma kepercayaan bertujuan agar manusia
hidup beriman, sedang norma kesusilaan bertujuan agar manusia hidup berakhlak.
Norma yang mengatur antar pribadi terdiri dari norma kesopanan dan norma
hukum. Suatu norma hukum biasanya dirumuskan dalam bentuk perilaku yang
dilarang dengan mendapat sanksi apabila larangan tersebut dilanggar.
Norma hukum ada yang tertulis dan ada pula yang tidak tertulis. Hukum
tertulis biasanya disamakan dengan peraturan perundang-undangan. Secara
hirarkis peraturan perundang-undangan di Indonesia tersusun sebagai berikut :
2. Ketetapan MPR
4. Peraturan Pemerintah
5. Keputusan Presiden
a. Peraturan Menteri
b. Instruksi Menteri
Legal berasal dari kata leggal dalam bahasa Belanda yang berarti sah
menurut undang-undang. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan
sesuai dengan undang-undang atau hukum.
Hukum merupakan salah satu tatanan yang ada dalam kehidupan
masyarakat dan merupakan perlengkapan masyarakat untuk menciptakan
ketertiban dan keteraturan, dua tatanan lainnya yani tatanan kebiasaan dan tatanan
kesusilaan. Dalam tatanan hukum, dicirikan oleh penciptaan norma-norma hukum
yang dibuat secara sengaja oleh suatu badan perlengkapan dalam masyarakat yang
khusus ditugasi untuk menjalankan penciptaan atau pembuatan hukum itu dan
menghasilkan substansi yang sah.
Definisi Hukum
Peraturan adat yang secara remi dianggap mengikat dan dikukuhkan oleh
penguasa, pemerintah, atau otoritas. Undang-undang, peraturan, dan
sebagainya untuk mengatur kehidupan masyarakat
2. Plato
Hukum adalah sistem peraturan-peraturan yang teratur dan tersusun baik yang
mengikat masyarakat
3. Aristoteles
4. Austin
Disiplin Hukum
1. Ilmu Hukum
c. Pengertian hukum
2. Filsafat Hukum
Yaitu sistem ajaran yang pada hakikatnya menjadi kerangka utama dari segala
ilmu hukum dan hukum itu sendiri beserta segala unsur penerapan dan
pelaksanaannya.
3. Politik Hukum
Yaitu arah atau dasar kebijakan yang menjadi landasan pelaksanaan dan
penerapan hukum yang bersangkutan.
Macam-macam Hukum
a. Hukum undang-undang
b. Hukum negara
5. Menurut caranya
Pergaulan hidup atau hidup di masyarakat yang sudah maju seperti sekarang
ini tidak cukup hanya dengan adat kebiasaan yang turun-temurun seperti sebelum
lahirnya peradaban yang modern. Untuk itu, maka oleh kelompok masyarakat
yang hidup dalam suatu masyarakat atau negara diperlukan aturan-aturan secara
tertulis yang disebut hukum. Meskipun demikian, tidak semua perilaku
masyarakat atau hubungan antara satu dengan lainnya juga masih perlu diatur oleh
hukum yang tidak tertulis yang disebut : etika, adat istiadat, tradisi, kepercayaan,
dan sebagainya
Istilah etika yang kita gunakan sehari-hari pada hakikatnya berkaitan dengan
falsafah moral, yaitu mengenai apa yang dianggap baik atau buruk di
masyarakat dalam kurun waktu tertentu, sesuai dengan perubahan/perkembangan
norma dan nilai. Dikatakan dalam kurun waktu tertentu karena moral bisa berubah
seiring waktu. Etika dan moral senantiasa berjalan beriringan, sehingga suatu
tindakan yang dinilai bermoral pasti etis dan sesuatu yag tidak bermoral pasti
dianggap tidak etis pula.
Etika dan hukum memiliki tujuan yang sama, yaitu mengatur tata tertib dan
tenteramnya pergaulan hidup di masyarakat. Pelanggaran etik tidak selalu
pelanggaran hukum. Tetapi sebaliknya, pelanggaran hukum hampir selalu
merupakan pelanggaran etik. Etika tanpa hukum hanya merupakan pajangan
belaka, bagaikan harimau tanpa taring, hanya bisa digunakan untuk memberi
teguran, nasehat bahwa suatu tindakan itu salah atau benar tanpa bisa berbuat
lebih jauh lagi. Sebaliknya, hukum tanpa etika ibarat rumah tangga tanpa pondasi
yang kuat.
Karena hukum ditujukan bagi masyarakat, maka bila hukum dibuat tanpa
dasar etika, artinya menganggap manusia seperti robot. Keduanya saling
membutuhkan, berkaitan, dan keberadaannya tidak bisa digantikan. Misalnya,
aborsi tanpa indikasi medis yang jelas, dianggap sebagai tindakan yang melanggar
etika. Etika tidak hanya bergerak sebatas memberi peringatan dan tuntunan,
sedangkan hukum (dengan dasar etika yang jelas) bisa memberi sanksi yang lebih
jelas dan tegas dalam bentuk tuntutan.
Hukum Kesehatan
3. Masing-masing mengatur kedua belah pihak antara hak dan kewajiban, baik
pihak yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan maupun yang menerima
pelayanan kesehatan agar tidak saling merugikan.
5. Baik etika maupun hukum kesehatan merupakan hasil pemikiran dari para
pakar serta pengalaman para praktisi bidang kesehatan.
Beberapa dasar dalam otonomi dan aspek legal/hukum yang mendasari dan
terkait dengan pelayanan kebidanan antara lain :
Malpraktik
Oleh karena itu malpraktik dapat disebabkan oleh sikap/perilaku yang tak
acuh, lalai, atau kurang keterampilan/ketelitian dalam menjalankan kewajiban
profesional, melakukan perbuatan salah dengan sengaja, atau menjalankan praktik
yang tidak legal atau tidak etis. Malpraktek di bidang kesehatan dapat
mengakibatkan penderitaan bahkan kematian pada pasien/klien.
Tanggung jawab hukum adalah tanggung jawab yang diakui dan ditegakkan
oleh pengadilan diantara para pihak yang berperkara. Tanggung jawab di bidang
hukum perdata dari seorang tenaga kesehatan muncul dalam bentuk tanggung
gugat, bahwa bidan dapat digugat di muka pengadilan karena perbuatannya. Klien
dalam mengajukan gugatan dapat memilih salah satu dari dua macam dasar
gugatan. Gugatan dalam hukum perdata dapat dilakukan berdasarkan wanprestasi
atau berdasarkan perbuatan melawan hukum. Gugatan dapat muncul karena
kerugian yang diderita oleh pihak-pihak yang berkepentingan.
2. Tuntutan ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku bagi
tenaga kesehatan yang melakukan tindakan penyelamatan nyawa atau
pencegahan kecacatan seseorang dalam keadaan darurat.
Informed concent
Informed consent adalah istilah yang telah diterjemahkan dan lebih sering
disebut dengan persetujuan tindakan medik. Secara harfiah, informed consent
terdiri dari dua kata, yaitu : informed dan consent. Informed berarti telah
mendapat informasi/penjelasan/keterangan. Consent berarti memberi persetujuan
atau mengizinkan. Dengan demikian informed consent itu merupakan suatu
persetujuan yang diberikan pasien/keluarga setelah mendapatkan informasi.
Informed consent merupakan suatu kesepakatan/persetujuan pasien atas upaya
medis yang akan dilakukan dokter terhadap dirinya setelah mendapat informasi
dari dokter mengenai upaya medis yang dapat dilakukan untuk menolong dirinya
disertai informasi mengenai segala resiko yang mungkin terjadi.
Di Indonesia, perkembangan informed consent secara yuridis formal
ditandai dengan munculnya pernyataan dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) melalui
SK PB-IDI No. 139/PB/A.4/88 Tahun 1988 tentang Informed Consent. Kemudian
dipertegas kembali dengan Permenkes No. 585 Tahun 1989 tentang Persetujuan
Tindakan Medik (Informed Consent). Kemudian diubah dengan Permenkes No.
290 Tahun 2008 tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran.
Alamat ................................................
PERSALINAN
Nomor: ..............
Nama : ........................................................
Alamat : ........................................................
Pekerjaan : ........................................................
Nama : ........................................................
Alamat : ........................................................
Pekerjaan : ........................................................
Demikian surat persetujuan ini saya buat tanpa paksaaan dari pihak
manapun dan agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
........................, .......................
Yang memberi
(...............................) (.............................................)
DAFTAR PUSTAKA
6. Husein Karbala. Segi Etis dan Yuridis Informed Consent. Jakarta; Pustaka
Sinar Harapan. 1993.
13. Soekidjo Notoatmodjo. Etika dan Hukum Kesehatan. Rineka Cipta. 2010.