Anda di halaman 1dari 14

TUGAS MATA KULIAH

GEOKIMIA

APLIKASI PENENTUAN GERAKAN SEDIMEN DENGAN


MENGGUNAKAN ISOTOP RADIOAKTIF

Disusun Oleh:

Deasy Gitasari 21100113120040


Aldo Alkautsar 211001131300xx
Rosalina Imanuella 21100113140087

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG
SEPTEMBER 2016

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Radioisotop adalah isotop suatu unsur radioaktif yang memancarkan sinar
radioaktif. Secara garis besar, penggunaan radioisotop dibagi menjadi 2
golongan utama. Yaitu sebagai peranut (tracer)dan sumber radiasi. Penggunaan
radioisotop sebagai peranut didasarkan pada pengertian bahwa isotop radioaktif
mempunyai sifat kimia yang sama dengan isotop stabil. Suatu isotop radioaktif
melangsungkan reaksi kimia, yang sama dengan seperti isotop stabilnya.
Sedangkan penggunaan radioisotop sebagai sumber radiasi didasarkan pada
kenyataan bahwa radiasi yang dihasilkan zat radioaktif dapat mempengaruhi
materi maupun makhluk hidup. Radiasi dapat digunakan untuk memberi efek
fisi, efek kimia mapupun efek biologis. Pengguanan radioisotop sebagai peranut
dapat disebut juga dengan metode pengenceran isotop yang dimana dilakukan
penambahan zat radioaktif yang telah diketahui aktifitas jenisnya dan sudah
diencerkan dalam zat yang akan ditentukan kadarnya. Senyawa yang digunakan
memiliki sifat yang identik dengan senyawa yanga kan dianalisis. Pada
penggunaan radioisotop sebagai peranut yang dimana menambahkan bahan
radioisotop tersebut ke dalam suatu sistem (baik sistem fisika, kimia, maupun
biologi) memiliki peranan penting pada berbagai bidang keilmuan yang salah
satunya sangat berguna dalam bidang ilmu hidrologi. Pada bidang hidrologi,
penggunaan isotop radioaktif dengan sistem perunut dapat digunakan dalam
penentuan gerakan sedimen pada daerah pelabuhan dan daerah pantai. Dengan
mengetahui arah gerakan sedimen , diharapkan kecepetan pendangkalan dapat
dikurangi atau ditekan.

2
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana proses mekanisme isotop radioaktif sebagai peranut atau
tracer ?
Bagaimana pemanfaatan isotop radioaktif dalam kaitannya dengan bidang
hidrologi
Bagaimana pemanfaatan isotop radioaktif kaitannya dengan penentuan
arah gerakan sedimen pada daerah pelabuhan atau daerah pantai ?

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemanfaatan Teknologi Perunut Radioaktif Di Bidang Hidrologi


Penggunaan radioisotop sebagai perunut untuk suatu penyelidikan bertujuan
untuk mendapatkan suatu informasi atau jawaban suatu permasalahan hidrologi
tertentu. Data atau informasi yang diperoleh akan menjadi masukan untuk tindak
lanjut perbaikan (problem solving) dari masalah yang dihadapi. Prinsip dasar dari
teknik perunut adalah penandaan (pelabelan) terhadap suatu sistem (hidrologi)
atau bagian dari sistem yang akan diselidiki, segala kelakuan dan peristiwa yang
dialami oleh sistem tersebut diketahui dari hasil pemonitoran perunut yang
memberikan informasi tentang kelakuan dari sistem secara keseluruhan. Untuk
dapat dipakai sebagai perunut, suatu bahan harus memenuhi kriteria tertentu
dimana bahan perunut tersebut harus dapat menyatu atau menjadi bagian dari
sistemnya, dan kehadirannya dalam sistem tidak boleh mengganggu, mengubah
atau mempengaruhi sistem yang diselidiki.

2.2 Aplikasi isotop alami dan buatan


2.2.1 Aplikasi isotop buatan (Artificial radioisotopes).
Dalam bidang hidrologi banyak dijumpai masalah yang menyangkut
dinamika air dimana teknik perunut dengan radioisotop sering sangat
berperanan dalam memberikan informasi tentang masalah yang menyangkut
dinamikanya dan mengungkapkan anomali yang terjadi. Masalah utama
dalam bidang hidrologi yang sering dijumpai dapat dikelompokkan ke dalam
3 kegiatan sebagai berikut:

a. Pengukuran kecepatan aliran

4
Prinsip dari teknik pengukuran ini adalah metoda pengenceran isotop,
yaitu larutan isotop dengan aktivitas tertentu di-injeksikan ke dalam aliran
sungai pada segmen yang akan ditentukan debitnya. Kemudian dilakukan
pengukuran terhadap tingkat aktivitas isotop di bagian hilir dari tempat
injeksi. Ada dua metoda pengukuran yaitu constant rate injection dan
instantinuous injection.

b. Kebocoran dan rembesan


Masalah yang sering timbul pada suatu reservoir air, misalnya
bendungan, waduk dan lain-lain adalah adanya kekhawatiran adanya
kebocoran yang melebihi toleransi yang keluar dari suatu reservoir. Untuk
mengetahui apakah bocoran itu berasal dari air waduk ataukah dari sumber
lain (misalnya dari air tanah), teknik perunut radioisotop dapat membantu
memberikan jawaban yang pasti dan lebih lanjut dapat memberikan
informasi dimana lokasi daerah bocorannya. Radioisotop yang digunakan
sebagai perunut harus memenuhi persyaratan tertentu, antara lain: tidak
berbahaya bagi manusia atau mahkluk hidup lain di sekelilingnya,
aktivitasnya rendah, waktu paronya pendek, larut dalam air, tidak diserap
oleh tanah atau tubuh bendungan/dam dan oleh tumbuhan.
Radioisotop dilepaskan pada tempat tertentu di reservoir (air dam)
yang diperkirakan sebagai tempat terjadinya rembesan/bocoran pada
dam/bendungan. Apabila terjadi kebocoran pada bendungan tersebut, maka
air yang telah diinjeksi/dilepas, radioisotop akan masuk mengikuti arah
bocoran. Dengan mengikuti/mencacah air yang keluar dari mata air, sumur-
sumur pengamat yang terdapat di daerah downstream, maka akan dapat
diketahui adanya bocoran/rembesan dan arah dari rembesan dam tersebut.

c. Inter-koneksi

5
Inter-koneksi ini adalah masalah di lapangan minyak dan lapangan
panas bumi, dimana ingin diketahui apakah ada hubungan antara satu
sumur (sumur minyak/panas bumi) dengan sumur lainnya lapangan
tertentu.
Di bidang perminyakan informasi tentang inter-koneksi antara sumur-
sumur minyak diperlukan dalam usaha meningkatkan produksi minyak
bumi yang dinamakan kegiatan enhanced oil recovery yaitu suatu kegiatan
peng-injeksian air secara terus menerus kedalam salah satu sumur untuk
meningkatkan tekanan reservoir minyak sehingga memudahkan
pemompaan dari sumur produksi yang lain. Test dengan perunut radioaktif
yang dilakukan ini berguna untuk mendapatkan informasi tentang
hubungan antar sumur injeksi dengan sumur produksi di sekitarnya serta
time breakthrough-nya.
Pada lapangan panas bumi inter-koneksi antar sumur produksi uap
perlu diketahui, terutama antara sumur re-injeksi kondensat uap dan sumur-
sumur produksi uap. Perunut radioaktif yang digunakan untuk penelitian
inter-koneksi di lapangan panas bumi ini terutama adalah Tritium dan
Xenon-133.

2.2.2 Aplikasi isotop alam


Untuk studi suatu sistem hidrologi yang mencakup daerah yang luas
tersebut dapat memanfaatkan isotop alam, baik yang radioaktif maupun
yang stabil. Isotop alam yang dimaksud disini ialah isotop alam yang dapat
berasosiasi dengan molekul air atau menjadi bagian dari molekul air itu
sendiri (H-2, H-3, O-18, C-13, C-14). Deuterium (H-2) dan O-18
keberadaan dan konsentrasinya di dalam sistem hidrologi di alam
dipengaruhi oleh variabel fisis yang terjadi di alam ini, misalnya suhu
udara, tekanan udara, kelembaban udara, lokasi geografis dan ketinggian

6
(altitude). Kedua isotop tersebut merupakan perunut yang sangat ideal
karena merupakan bagian dari molekul air itu sendiri, sedang C-14
biasanya terdapat dalam persenyawaan karbonat yang larut dalam air.
Prinsip studi tentang fenomena hidrologi dengan isotop stabil H-2 dan O-
18 adalah mempelajari adanya variasi komposisi isotop stabil dari molekul
air dari sampel-sampel yang diambil dari berbagai tempat pada sistem
hidrologi yang diselidiki. Karena variasi kandungan isotop stabil ini
berkaitan dengan variabel fisis dan proses yang dialami dalam sistem
hidrologinya (evaporasi dan kondensasi) maka interpretasi dari fenomena-
fenomena yang dijumpai dapat dikaitkan dengan faktor yang
mempengaruhi perubahan fisis yang menyertai sistem hidrologinya. Untuk
analilsis isotop stabil H-2 dan O-18 digunakan spektrometer masa.
Tritium (H-3) dan C-14 yang ada di alam ini terjadi dari radiasi sinar
kosmik pada atom nitrogen di atmosfer. Kedua isotop alam yang bersifat
radioaktif ini berguna untuk menentukan umur air tanah. Dari data tentang
umur air tanah maka dapat di-interpretasikan residence time dari masa air
tanah ini berada dalam sistem akuifernya.

a. Studi daerah resapan


Faktor utama yang mempengaruhi fraksinasi isotop stabil dalam
proses evaporasi dan kondensasi yang terjadi dalam suatu sistem hidrologi
adalah suhu udara. Fenomena ini digunakan untuk studi mengetahui lokasi
daerah resapan dari suatu akuifer. Dari membandingkan nilai komposisi
isotop stabil dari akuifer dengan nilai komposisi isotop stabil air hujan
yang dikumpulkan dari berbagai ketinggian maka daerah resapan air hujan
dapat diketahui. Dengan demikian dapat diketahui asal-usul dari suatu
sumber air.

7
b. Inter-koneksi antara air tanah dan air permukaan
Pada contoh kasus diatas dikemukakan bahwa pengisisan sumber air
tanah terjadi atau berasal dari lokasi yang lebih tinggi. Dalam kasus
lainnya, misalnya apakah sungai yang mengalir dalam suatu daerah
tertentu, atau suatu danau pada suatu lokasi mempunyai kontribusi mengisi
sumber air tanah dibawahnya? Hal ini dapat dipastikan dengan
menganalisis konsentrasi isotop stabil air tanah dan konsentrasi isotop
stabil dari air sungai, danau. Apabila komposisi isotop stabilnya
mempunyai korelasi maka dapat dipastikan adanya hubungan antara air
tanah dengan air permukaan tersebut.

c. Penanggalan (dating) air tanah.


Isotop alam radioaktif C-14 dan H-3 dialam terlarut sebagai senyawa
karbonat dan senyawa air dalam atmosfer. Air hujan yang membawa kedua
unsur radioaktif tersebut meresap dalam lapisan tanah menjadi air tanah
sehingga aktivitas unsur radioktifnya akan meluruh (decay) sesuai dengan
umur parohnya. Dengan menganalisis aktivitas sisa dari unsur radioisotop
sample air tanah akan diperoleh data berapa lama air tanah berada dalam
system akuifernya sejak ia meresap didaerah resapannya. Dengan kata
umur air tanah tersebut dapat diketahui.

d. Penentuan Gerakan Sedimen di Pelabuhan dan Daerah Pantai.


Pendangkalan pelabuhan dan alur pelayaran yang menyangkut
kelangsungan pelayaran perhubungan laut merupakan masalah yang cukup
serius. Pergerakan dan pengendapan lumpur tanah ini merupakan peristiwa
alam, oleh karena itu tidak dapat dihentikan, namun hanya diusahakan
mengurangi dampaknya terhadap alur dan kolam pelabuhan. Terjadinya
pendangkalan alur pelabuhan dan kolam pelabuhan, mengakibatkan kapal-

8
kapal besar tidak dapat merapat ke dermaga, sehingga bongkar muat
barang akan terganggu, sedangkan untuk mengeruk lumpur itu
membutuhkan biaya yang cukup besar.
Salah satu usaha untuk memperkecil kecepatan terjadinya
pendangkalan (endapan lumpur) adalah dengan cara mengetahui dari mana
asal dan kemana arah gerakan sedimen tersebut. Untuk estimasi laju
pendangkalan alur pelabuhan dapat diterapkan teknik nuklir dengan
menggunakan teknik perunut radioisotop. Radioisotop yang digunakan
berupa pasir tiruan, bentuk dan ukurannya menyerupai pasir yang terdapat
pada pelabuhan yang akan diteliti. Radioisotop yang sering digunakan
adalah Iridium-192, Aurum-198, dan Scandium-46. Setelah radioisotop
diinjeksikan ke dasar laut, kemudian radiasi yang dipancarkan dilacak
dengan detektor dan responnya akan dicatat dengan mesin pencatat radiasi
(recorder). Pemantauan terhadap radioisotop yang dilepas ke dasar laut
dilakukan beberapa kali dengan jangka waktu tertentu. Dari hasil
pemantauan itu secara kumulatif dapat ditentukan arah gerakan sedimen,
tebal lapisan sedimen, dan kecepatan rata-rata lapisan sedimen. Data yang
diperoleh ini dapat pula digunakan untuk menentukan pembangunan
pelabuhan baru yang sesuai dan tidak memerlukan biaya pengerukan yang
tinggi.

9
BAB III
PEMBAHASAN

Salah satu aplikasi penggunaan radioisotop adalah sebagai perunut atau


radiotracer. Teknik perunut merupakan salah satu teknik yang digunakan
untuk mendapatkan informasi perilaku suatu sistem dengan cara menandai sistem
dengan bahan tertentu, seperti misalnya radioisotop. Dengan menggunakan perunut
radioisotop, berbagai masalah seperti halnya dalam bidang hidrologi akan dapat
dipecahkan dengan cara langsung yang jauh lebih cepat dari cara konvensional.
Dalam bidang hidrologi, teknik perunutan dilakukan dengan cara memantau radiasi
yang dipancarkan oleh perunut radioisotop, atau yang lebih dikenal sebagai
radiotracer.
Dalam studi hidrologi, radiotracer yang digunakan dilepaskan langsung ke
lingkungan. Untuk dapat digunakan sebagai tracer, radioisotop harus memenuhi
persyaratan:
1. Tidak berbahaya bagi manusia dan makhluk hidup di sekelilingnya
2. Jumlah radioisotop yang dilepaskan ke lingkungan harus benarbenar diper
hitungkan sehingga tidak terjadi pelepasan zat radioaktif yang berlebihan
ke lingkungan
3. Radioisotop yang digunakan harus larut dalam air
4. Radioisotop tidak akan diserap oleh tanah, tanaman maupun organisme
hidup lainnya.
Tidak dapat dipungkiri, sudah banyak manfaat yang diperoleh karena menggunakan
radiotracer sebagai perunut dalam hidrologi. Selain itu radiotracer juga dapat dipakai
sebagai pendukung metode non-nuklir lainnya yang telah ada.
Meski tidak semua persoalan hidrologi dapat diselesaikan dengan teknik
nuklir ini, namun penggunaan radiotracer seringkali merupakan satu-satunya metode
yang dapat menyelesaikan persoalan.

10
Salah satu persoalan yang dapat diatasi adalah masalah pendangkalan di
daerah pelabuhan. Proses pendangkalan pelabuhan merupakan proses alamiah yang
tidak dapat dicegah. Jika pelabuhan dangkal, kapal-kapal besar tidak akan dapat
merapat ke dermaga, sehingga proses bongkar muat barang dapat terganggu.
Sedangkan proses pengerukan endapan memerlukan biaya yang sangat besar. Oleh
sebab itu, pendangkalan pada suatu pelabuhan dan alur pelayaran merupakan masalah
yang sangat serius karena menyangkut kelangsungan pelayanan perhubungan laut.
Penggunaan radioisotop dapat dibagi ke dalam penggunaan sebagai perunut
dan penggunaan sebagai sumber radiasi. Radioisotop sebagai perunut digunakan
untuk mengikuti unsur dalam suatu proses yang menyangkut senyawa atau
sekelompok senyawa. Radioisotop dapat digunakan sebagai sumber sinar sebagai
pengganti sumber lain misal sumber sinar X. Radioisotop dapat digunakan sebagai
perunut sebab energi sinar yang dipancarkan serta waktu paruhnya merupakan sifat
khas radioisotop tersebut. Di bawah ini akan diberikan salah satu contoh penggunaan
radioisotop baik sebagai perunut maupun sebagai sumber radiasi. Penggunaan
radioisotop digunakan dalam berbagai bidang, misalnya pada industri, teknik,
pertanian, kedokteran, ilmu pengetahuan, hidrologi dan lain-lain. Tujuan penggunaan
radioisotop bagi kehidupan manusia adalah untuk kesejahteraan manusia dan
memudahkan keberlangsungan hidup manusia.
Salah satu persoalan dalam bidang hidrologi yang dapat diatasi dengan cara
radioisotop adalah mampu mengetahui pergerakan sedimen yang dalam hal ini
berkaitan dengan pendangkalan pelabuhan. Cara yang dapat ditempuh untuk
memperkecil kecepatan pendangkalan pelabuhan maupun alur pelayaran oleh
sedimen adalah dengan mengetahui perilaku sedimen, yaitu menentukan dari mana
asal dan kemana arah gerakan sedimen tersebut. Data mengenai arah pergerakan
sedimen dapat digunakan untuk perencanaan penentuan posisi dan arah alur
pelayaran serta menentukan tempat untuk pembuangan endapan hasil pengerukan
agar tidak kembali ke tempat semula. Semua usaha ini akan dapat mengurangi laju

11
pendangkalan sehingga frekuensi pengerukan bisa dikurangi dan biaya untuk
pengerukan bisa dihemat.
Teknik pelaksanaan penentuan arah gerakan sedimen dilakukan dengan
menandai sedimen yang diambil di pelabuhan dengan radioisotop
seperti 51Cr, 198Au dan 46Sc atau membuat endapan tiruan yang bersifat radioaktif
seperti pelapisan lumpur dengan zat radioaktif atau pasir tiruan yang diaktifkan (pasir
ini dibuat dari gelas yang mengandung radioisotop 192Ir dan 46Sc). Sedimen
radioaktif tersebut selanjutnya dilepaskan ke dasar laut di daerah yang diselidiki.
Endapan radioaktif ini nantinya akan mengikuti gerak endapan asli. Metode ini dapat
digunakan untuk mempelajari arah, kecepatan dan penyebaran lumpur ataupun pasir
yang berperan dalam proses pendangkalan pelabuhan. Pengamatan tersebut dapat
dilakukan menggunakan pemantau radiasi dari permukaan laut atau di atas kapal.
Selain itu, studi ini juga dapat dipakai untuk mengetahui efisiensi transpot sedimen
dan erosi.

Gambar 1.1 Mempelajari arah gerak sedimen dengan perunut radioisotop (sumber : IAEA)

12
BAB IV
KESIMPULAN

Penggunaan radioisotop sebagai perunut yaitu menambahkan bahan


radioisotop ke dalam suatu sistem (baik sistem fisika, kimia, maupun biologi)
Kegunaan radioisotop pada bidang hidrologi yaitu sebagai penentuan gerakan
sedimen di pelabuhan daerah pantau yaitu unruk studi efisiensi pengerukan
dan untuk perencanaan pembangunan pelabuhan baru
Penentuan arah gerakan sedimen dilakukan dengan menandai sedimen yang
diambil di pelabuhan dengan radioisotop seperti 51Cr, 198Au dan 46Sc atau
membuat endapan tiruan yang bersifat radioaktif seperti pelapisan lumpur
dengan zat radioaktif atau pasir tiruan yang diaktifkan
arah pergerakan sedimen dapat digunakan untuk perencanaan penentuan
posisi dan arah alur pelayaran serta menentukan tempat untuk pembuangan
endapan hasil pengerukan agar tidak kembali ke tempat semula
Penggunaan radioisotop sebagai penentu arah gerakan sedimen juga dapat
mengetahui efisiensi transpot sedimen dan erosi.
Dari hasil teknik perunut dapat ditentukan arah gerakan sedimen, tebal lapisan
sedimen, dan kecepatan rata-rata lapisan sedimen. Data yang diperoleh ini
dapat pula digunakan untuk menentukan pembangunan pelabuhan baru yang
sesuai dan tidak memerlukan biaya pengerukan yang tinggi.

13
DAFTAR ISI

http://drive.batan.go.id/kip/documents/Bidang%20Hidrologi (diakses pada hari Rabu


7 September 2016, pukul 08.00)
http://dnabio71teknikperunut.blogspot.co.id/ (diakses pada hari Rabu 7 September
2016, pukul 10.00)
http://dodychemist.blogspot.co.id/2011/03/radiokimia_06.html (diakses pada hari
Rabu 7 September 2016, pukul 12.00)

http://dewi-al-qudsiah.blogspot.co.id/2012/11/aplikasi-radioisotop-dalam
kehidupan.html (diakses pada hari Rabu 7 September 2016, pukul 16.00)

14

Anda mungkin juga menyukai