Agustus-Oktober 2014.
Bahan
sebagai objek penelitian. Bahan pakan yang digunakan adalah sumber hijauan
yaitu daun singkong dan bahan sumber konsentrat adalah dedak padi, ampas tahu
dan bungkil kelapa. Air minum untuk memenuhi kebutuhan air yang diberikan
secara adlibitum.
Alat
berupa ember sebagai tempat air minum dan tempat makan terpisah antara hijauan
dan konsentrat. Timbangan pada penelitian ini digunakan untuk menimbang bobot
bahan pakan yang akan digunakan. Gelas ukur digunakan untuk mengukur
Produksi susu dan mengambil sampel oleh masing-masing kambing yang diberi
Metode Penelitian
Rancangan Bujur Sangkar Latin (RBSL) dengan 3 baris dan 3 kolom. Adapun
Yij = + i + j + k + ijk
i = 1, 2, ....., r
j = 1, 2, ....., r
k = 1, 2, ...., r
Keterangan :
ijk = tambahan akibat acak galat percobaan dari perlakuan ke-k pada baris ke-
SK db JK KT Fhit F tabel
0,05 0,01
Baris (r) r-1 J.K.B K.T.B K.T.B/K.T.G
Kolom (c) r-1 J.K.K K.T.K K.T.K/K.T.G
Perlakuan (k) r-1 J.K.P K.T.P K.T.P/K.T.G
Galat (r-1)(r-2) J.K.G K.T.G
Total r2-1 J.K.T
Pengacakan Kambing PE
sumber keragaman yaitu bobot badan sebagai baris dan umur sebagai kolom dan
masa laktasi yang seragam pada bulan ke-1 laktasi. Pengacakan kambing
dilakukan berdasarkan kolom dan baris sesuai jumlah perlakuan yang digunakan.
Air minum diberikan secara adlibitum setiap pagi hari. Air diganti setiap
WIB dan pada sore hari pukul 16:00 WIB. Jumlah pakan yang diberikan pada
ternak kambing adalah 5 % dari bobot badan dalam bentuk bahan kering
(Yusmadi, 2008). Pakan yang diberikan akan dikurangkan dengan pakan sisa
Persiapan Obat-obatan
penelitian dengan dosis 1 cc/kg bobot badan, jenis obat cacing yang digunakan
adalah valbazen.
Persiapan Kandang
buah. Model kandang adalah individual, dimana lantai kandang dibuat dengan lat
kayu yang berjarak 1 1,5 cm yang tujuannya agar kotoran dapat jatuh ke bawah
kandang sehingga kandang tetap bersih dan agar kaki kambing tidak masuk ke
celah-celah lantai. Kandang dilengkapi dengan tempat makan dan tempat minum
Pengambilan Sampel
sampel dilakukan setiap hari dengan waktu pemerahan pagi dan sore hari selama
penelitian dan setiap harinya ada 12 sampel yang dilakukan selama minggu
terakhir setiap bulan dan penelitian berjalan selama 3 bulan. Konsumsi pakan
Parameter Penelitian
1. Produksi Susu
Pengambilan sampel susu dilakukan setiap hari pagi dan sore. Frekuensi
pemerahan dilakukan dua kali dalam sehari, yaitu pagi pada jam 06.00
serta sore jam 16.00 WIB. Sampel susu diukur dengan menggunakan gelas
2. Konsumsi Pakan
Konsumsi pakan dihitung setiap hari. Data dari konsumsi pakan yang
3. Konversi Pakan
Produksi Susu
Dari tabel 12 terlihat bahwa rataan total produksi susu adalah 816,703 ml.
Rataan produksi tertinggi yaitu pada P2 sebesar 953,096 ml/hari. Rataan produksi
bandingkan dengan penelitian Salama et al., 2003, Penelitian lain pada kambing
Namun lebih tinggi dari penelitian Mardalena et al., (2011) dimana pada
penelitian ini menggunakan Kambing Etawa diberi pakan basal yaitu sebesar 440
ml/hari. Dan lebih tinggi dari penelitian Ramadhan et al., (2013) yaitu pada
kisaran 320,66 ml 340,12 ml/hari. Lebih rendah dari penelitian Sukarini (2013)
dengan penambahan konsentrat pada awal laktasi 550 g/ekor/hari yakni masing-
yang sesuai kebutuhan, mutu genetik serta interval pemerahannya. Hal ini sesuai
dengan pernyataan dari Phalepi (2004), yang menyatakan bahwa produksi susu
dipengaruhi oleh mutu genetik, umur induk, ukuran dimensi ambing, bobot hidup,
dan kesehatan), kondisi iklim setempat, daya adaptasi ternak dan aktivitas
pemerahan.
Hasil analisis sidik ragam produksi susu penelitian akibat perlakuan P0, P1
produksi susu. Hasil tersebut disebabkan karena keseimbangan yang sesuai akan
kuantitas susu yang dihasilkan. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari
diberikan lebih mengarah pada fungsinya untuk meningkatkan kadar lemak susu
(kualitas susu) karena pemberian hijauan akan meningkatkan asetat dalam rumen,
Pemberian hijauan dan konsentrat harus dengan imbangan yang tepat supaya
imbangan 60% hijauan dan 40% konsentrat memberikan hasil yang nyata
konsentrat yang diberikan mempunyai kandungan nutrisi yang cukup baik untuk
ampas tahu, dalam ampas tahu terdapat serat kasar yang tinggi yakni mencapai
21,29% berdasarkan hasil analisis Laboratorium Bahan Pakan Ternak dan Formula
serat kasar akan menghasilkan asetat dalam rumen dan asetat merupakan
(2003) imbangan yang ideal antara hijauan dan konsentrat untuk pakan ternak
Menurut Basya (1983) untuk dapat memproduksi susu yang tinggi dengan
bahwa angka perimbangan itu belum merupakan suatu imbangan optimal yang
mutlak karena perimbangan itu dapat bergeser ke kiri atau ke kanan sesuai dengan
Konsumsi Pakan
konsumsi adalah faktor yang esensial dan merupakan dasar untuk hidup
bahan kering yaitu sebesar 2874,316 g/ekor/hari. Rataan konsumsi tertinggi yaitu
Artinya dalam hal ini kualitas dan kuantitas pakan yang diberikan sangat
kambing perah.
hijauan daun singkong), dimana pakan yang diberikan merupakan 100% hijauan
daun singkong tanpa ada campuran konsentrat sehingga bahan kering yang
dihasilkan juga tinggi karena kualitas hijauan daun singkong bahan keringnya
mencapai 92,21 % berdasarkan hasil analisis Laboratorium Bahan Pakan Ternak dan
Formula Ransum Program Studi Peternakan Universitas Sumatera Utara (2014). Namun
tingginya bahan kering daun singkong tidak meningkatkan produksi susu pada
sedangkang serat kasarnya rendah, sehingga asetat yang dihasilkan juga rendah.
Kadar lemak susu sangat bergantung kepada kadar serat kasar (SK) pada pakan
dan produksi asam asetat di dalam rumen,sehingga dengan adanya asam asetat
pada menurunnya produksi dari ternak kambing perah peranakan etawah ( PE)
tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Parakkasi (1999) menyatakan,
konsumsi ternak dipengaruhi oleh hewan itu sendiri (bobot badan, jenis kelamin,
Konversi Pakan
Konversi pakan adalah perbandingan antara jumlah yang dikonsumsi pada
waktu tertentu dengan produksi yang dihasilkan. Menurut Tillman et al., (1998)
konversi pakan merupakan perbandingan antara konsumsi pakan dan PBBH atau
produksi susu. Rata-rata konversi pakan penelitian akibat perlakuan pada P0, P1
Hasil tersebut tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) antar perlakuan.
Dari tabel 14 diatas terlihat bahwa rataan total koversi ransum dalam
singkong
perbedaan yang nyata (P<0,05) antar perlakuan, namun secara numerik perlakuan
yang menghasilkan konversi pakan tertinggi adalah P0 yaitu 7,032 %. Hal ini
kambing peranakan etawa (PE), dikarenakan kualitas nutrisi pada setiap bahan
ketersediaan nutrisi yang diberikan dan diserap oleh tubuh kambing peranakan
Semakin baik kualitas pakan yang diberikan, akan semakin kecil konversi
sehingga apa yang dihasilkan oleh ternak tersebut sesuai apa yang diberikan
baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Tillman et al., (1998) berarti ternak
Tabel 15 Data rekapitulasi nilai produksi susu, konsumsi pakan dan konversi
pakan
Parameter
Perlakuan Produksi susu Konsumsi Konversi
a a
100% (P0) 659,524 41,295 1059,034 9,253 7,0320,56a
80:20 (P1) 836,191 35,170a 987,402 12,214b 5,9740,506a
60:40 (P2) 953,096 7,331b 827,882 11,977c 4,9871,235b
Keterangan : Huruf yang berbeda pada nilai rataan menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05).
memberikan hasil yang nyata (P<0,05) terhadap produksi susu dan juga konversi
pakan, hal ini berarti imbangan tersebut adalah yang paling ideal dan paling
bagus, dimana imbangan asetat dan propionat di dalam rumen memberikan hasil
hijauan dan konsentrat besar pengaruhnya terhadap kadar lemak susu. Imbangan
hijauan dan konsentrat akan sangat menentukan imbangan asetat dan propionat di
dalam rumen. Hijauan yang diberikan lebih mengarah pada fungsinya untuk
meningkatkan kadar lemak susu (kualitas susu) karena pemberian hijauan akan
dengan imbangan yang tepat supaya diperoleh kuantitas maupun kualitas susu
yang baik.
produksi susu yang dihasilkan, hal ini dapat terjadi karena konsentrat yang
semakin tinggi hijauan yang dihasilkan akan menurunkan produksi susu karena
ini dapat dimengerti karena rendahnya serat kasar hijauan memudahkan proses
Kesimpulan
Pemberian berbagai imbangan hijauan daun singkong dan konsentrat pada
perlakuan P2 dengan ratio imbangan 60 hijauan:40 konsentrat merupakan
imbangan yang baik untuk produksi susu kambing Peranakan Etawah (PE) yang
diberikan pakan hijauan daun singkong (Manihot utilissima) .
Saran
Disarankan agar pemberian imbangan hijauan daun singkong (Manihot
utilissima) dengan konsentrat haruslah dengan imbangan 60 : 40 yaitu pada
perlakuan P2, dimana pada imbangan tersebut produksi susu yang dihasilkan
cukup baik.