Teori Komunisme
Secara etimologi, kata komunis diambil dari kata communal. Communal dapat
diartikan sebagai community atau komunitas. Hal ini dimaksudkan untuk
menggambarkan adanya kepemilikan bersama dan usaha bersama.
Konsep komunis berisi ide-ide sosial mengenai kebersamaan dalam upaya
pembentukan komunitas bersama. Ide-ide komunis merupakan konsep lawan dari
kapitalisme, yang mana pemikiran keduanya saling bertentangan satu sama lain
(Rohmann; 2005; 70).
Faham komunis mulai diperkenalkan pada awal abad ke-19. Komunis dikembangkan
dari pemikiran Karl Marx dan Friedrich Engels di Jerman pada 1850-an. Marx dan
Engels menciptakan sebuah konsep untuk merevolusi kondisi politik, ekonomi hingga
sosial. Pemikiran keduanya dituangkan dalam sebuah buku The Communist
Manifesto pada 1948.
Buku-buku Marx banyak mengkritisi mengenai konsep kapitalisme. Bagi Marx,
kapitalisme adalah bentuk eksploitasi terhadap buruh. Konsep division of labor
dalam kapitalisme, menjadikan buruh ter-alienates atau terasing satu sama lain
(Rohmann, 2001: 250). Hal ini lalu memunculkan kesenjangan dan kelas-kelas sosial
dalam masyarakat. Kapitalisme dianggap memiliki peran besar dalam mendorong
terjadinya konflik antarkelas (Deliarnov, 2006: 41).
Marx melihat bahwa ide kapitalisme hanya dilandaskan pada aktivitas ekonomi. Marx
menawarkan sebuah metode yang totalitas. Sebuah konsep kepemerintahan dengan
konsep socialist society (masyarakat sosial) dapat menggantikan sistem kapitalis
(Rohmann, 2006: 250).
Socialist society adalah sebuah konsep yang dilandaskan pada kepentingan
bersama. Sosialisme inilah yang lantas berkembang menjadi sebuah bentuk
komunisme. Konsep ini dipandang mampu menghilangkan kelas-kelas dan konflik
yang terjadi dalam masyarakat kapitalis (Deliarnov; 2006; 42).
Pada intinya, komunisme mencakup sistem ekonomi, sosial dan politik. Dalam
komunisme, tanah dan modal (capital) merupakan milik bersama. Hak individu tidak
diakui dalam konsep komunisme. Tidak ada buruh dan tidak ada pula pemilik modal.
Dengan demikian, tidak ada kelas-kelas yang muncul dalam masyarakat seperti
yang terjadi pada kapitalisme (Rohmann; 2005; 69). Pembentukan masyarakat
sosialis ini dilakukan melalui kontrol negara melalui kekuatan politik. Konsep inilah
yang terangkum dalam faham komunisme (Rohmann; 2005; 105).
Dominasi negara dianggap dapat menciptakan stabilitas masyarakat. Negara
merupakan instrumen yang memiliki kekuatan untuk memaksa rakyatnya. Dengan
demikian, kepentingan sosial dapat terwujud melalui kekuasaan negara. Negara
dapat memanfaatkan regulasi untuk menciptakan kondisi masyarakat sosial yang
ideal (Ritzer; 2005; 172).
Alternatif
Komunisme adalah sebuah ideologi. Penganut paham ini berasal dari Manifest der
Kommunistischen yang ditulis oleh Karl Marx dan Friedrich Engels, sebuah
manifesto politik yang pertama kali diterbitkan pada 21 Februari 1848 teori mengenai
komunis sebuah analisis pendekatan kepada perjuangan kelas (sejarah dan masa
kini) dan ekonomi kesejahteraan yang kemudian pernah menjadi salah satu gerakan
yang paling berpengaruh dalam dunia politik.
Komunisme pada awal kelahiran adalah sebuah koreksi terhadap paham kapitalisme
di awal abad ke-19, dalam suasana yang menganggap bahwa kaum buruh dan
pekerja tani hanyalah bagian dari produksi dan yang lebih mementingkan
kesejahteraan ekonomi. Akan tetapi, dalam perkembangan selanjutnya, muncul
beberapa faksi internal dalam komunisme antara penganut komunis teori dan
komunis revolusioner yang masing-masing mempunyai teori dan cara perjuangan
yang berbeda dalam pencapaian masyarakat sosialis untuk menuju dengan apa
yang disebutnya sebagai masyarakat utopia.
Di sisi lain, konflik dalam negeri semakin memanas dikarenakan krisis moneter, selain itu
juga terdengar desas-desus bahwa PKI dan militer yang bermusuhan akan melakukan
kudeta. Militer mencurigai PKI karena mengusulkan Angkatan Kelima (setelah AURI, ALRI,
ADRI dan Kepolisian), sementara PKI mencurigai TNI hendak melakukan kudeta atas
Presiden Soekarno yang sedang sakit, tepat saat ulang tahun TNI. Kecurigaan satu dengan
yang lain tersebut kemudian dipercaya menjadi sebab insiden yang dikenal sebagai
Gerakan 30 September, namun beberapa ilmuwan menduga, bahwa ini sebenarnya
hanyalah konflik intern militer waktu itu.
Pasca Gerakan 30 September, terjadi "pembersihan" besar-besaran atas warga dan
anggota keluarga yang dituduh komunis. Diperkirakan antara lima ratus ribu sampai dua juta
jiwa meninggal di Jawa dan Bali setelah peristiwa Gerakan 30 September. Para tertuduh
komunis ini yang ditangkap kebanyakan dieksekusi tanpa proses pengadilan. Sementara
bagi para tertuduh komunis yang tetap hidup, setelah selesai masa hukuman, baik di Pulau
Buru atau di penjara, tetap diawasi dan dibatasi ruang geraknya dengan penamaan Eks
Tapol.
Era pasca-Reformasi
Semenjak jatuhnya Presiden Soeharto, aktivitas kelompok-kelompok komunis, marxis, dan
haluan kiri lainnya, mulai kembali aktif di lapangan politik Indonesia, walaupun secara
hukum, belum boleh mendirikan partai karena masih dilarang oleh pemerintah.
Banyak orang yang mengira komunisme 'mati' dengan bubarnya Uni Soviet pada tahun
1991, yang diawali dengan keputusan Presiden Mikhail Gorbachev. Namun komunisme
yang murni belum pernah terwujud dan tak akan terwujud selama revolusi lahir dalam
bentuk sosialisme (Uni Soviet dan negara-negara komunis lainnya). Dan walaupun komunis
sosialis hampir punah, partai komunis tetap ada di seluruh dunia dan tetap aktif
memperjuangkan hak-hak buruh, pelajar dan anti-imperialisme. Komunisme secara politis
dan ekonomi telah dilakukan dalam berbagai komunitas, seperti Kepulauan Solentiname di
Nikaragua.
Seperti yang digambarkan Anthony Giddens, komunisme dan sosialisme sebenarnya belum
mati. Ia akan menjadi hantu yang ingin melenyapkan kapitalisme selamanya. Saat ini di
banyak negara, komunisme berubah menjadi bentuk yang baru. Baik itu Kiri Baru ataupun
komunisme khas seperti di Kuba dan Vietnam. Di negara-negara lain, komunisme masih
ada di dalam masyarakat, namun kebanyakan dari mereka membentuk oposisi terhadap
pemerintah yang berkuasa.
Konflik Suriah : Miniatur Perang Dunia
III dan Terungkapnya Hubungan Antara
Komunis dan Syiah
Suriah adalah sebuah negara di Asia Barat dengan dataran subur, pegunungan tinggi, dan
padang pasir yang memiliki penduduk dari berbagai etnis dan agama yang beragam,
diantaranya Sunni, Syiah, Kristen Arab, Armenia, Assyria, Druze, Kurdi, dan Turki. Muslim
Arab Sunni merupakan kelompok penduduk terbesar (mayoritas) di Suriah.
Walaupun penduduk Suriah mayoritasnya adalah sunni, namun pemerintahannya diisi oleh
mayoritas orang-orang syiah. Sejak Maret 2011, Suriah telah terlibat dalam perang saudara.
Konflik Suriah yang sedang berlangsung hingga saat ini, membuat pemerintah Suriah
terbelah. Aparat pemerintah dari kalangan Sunni memilih bergabung dengan kelompok
pejuang oposisi untuk melawan pemerintah Suriah yang saat ini dikendalikan oleh orang-
orang Syiah dibawah kepemimpinan Bashar Asad.
Tanpa diduga, konflik Suriah ternyata menyedot perhatian dunia dan menjadi miniatur
perang Dunia ke III. Blok Barat yang diisi oleh Amerika Serikat dan sekutunya membantu
pasukan pejuang oposisi untuk menumbangkan pemerintahan Bashar Asad. Amerika
memberikan suplai persenjataan dan