Anda di halaman 1dari 8

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Crude Oil dapat dipisahkan berdasarkan fraksi-fraksinya dengan cara
destilasi. Pada awalnya kilang hanya terdiri dari suatu Crude Distillation Unit
(CDU) yang beroperasi dengan prinsip dasar pemisahan berdasarkan titik didih
komponen penyusunnya. Dengan hanya memiliki CDU, maka hanya dapat
memproduksi produk LPG, naphtha, kerosene, dan diesel sebesar 50-60% volume
feed, sedangkan 40-50% volume feed yang berupa atmospheric residue biasanya
hanya dijadikan fuel oil yang value-nya sangat rendah.
Secara umum temperatur cracking minyak mentah/crude oil adalah sekitar
370 oC (UOP menyebut 385 oC) pada tekanan 1 atmosfer (sebenarnya bervariasi
tergantung jenis crude, tetapi secara umum rata-rata pada temperatur tersebut).
Oleh karena itu pemisahan minyak yang dilakukan di Crude Distillation Unit
tidak boleh melebihi temperature 370 oC agar minyak tidak mengalami cracking.
Ide dasar operasi VDU adalah bahwa titik didih (boiling point) semua
material turun dengan menurunnya tekanan. Sebagai contoh, pada tekanan 1
atmosfer air mempunyai titik didih 100 oC, sedangkan pada tekanan 10 atmosfer
air mempunyai titik didih 180 oC. Jika tekanan dikurangi hingga 1 psia maka titik
didih air akan menjadi 39 oC. Oleh karena jika tekanan pada proses destilasi
diturunkan atau diperkecil maka titik didih fraksi-fraksi crude oil akan menurun,
sehingga pada pemanasan dengan suhu tidak terlalu tinggi dapat dihasilkan fraksi
minyak bumi dengan rantai karbon pendek. Sehingga produk yang dihasilkan
tidak hanya fuel oil yang value-nya rendah. Oleh karena itulah diperlukan
pemahaman yang baik tentang proses vacuum distillation unit.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk:
2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

BAB III
TUGAS KHUSUS ALAT PERTAMINA RU II DUMAI

3.1 Deskripsi Proses Pengolaha


3.2.1 Hydro Skimming Complex (HSC)
HSC mengolah minyak mentah menjadi beberapa produk terutama
gasoline dengan angka oktan tinggi. Terdapat dua proses yang terjadi di HSC
yaitu primary proces yang bertujuan untuk memisahkan fraksi-fraksi minyak
mentah berdasarkan trayek titik didihnya, dan secondary proces yang bertujuan
untuk memisahkan produk hasil primary process dengan berbagai reaksi kimia
3

berkatalis untuk memperbaiki kualitas produk tersebut. Terdapat enam unit yang
ada di kompleks HSC yaitu :
1. Crude Distillation Unit (CDU) unit 100
2. Naphtha Rerun Unit (NRU) unit 102
3. Hydrobon Platforming Unit (PL-I) unit 301
4. Naphtha Hydrotreating Unit (NHDT) unit 200
5. Platforming II Unit (PL-II) unit 300
6. Continuous Catalyst Regeneration Unit (CCR) unit 310
1. Crude Distillation Unit (CDU) 100 CDU berfungsi untuk memisahkan minyak
mentah menjadi fraksi- fraksinya berdasarkan trayek titik didih masing-masing
fraksi. Unit ini disebut juga dengan topping unit dan bekerja berdasarkan prinsip
distilasi atmosferik. Temperatur operasinya kurang lebih 330 oC. Kapasitas
minyak mentah yang dapat diolah yaitu 127 MBSD (kapasitas operasi),
sedangkan kapasitas desainnya adalah 130 MBSD. Kapasitas tersebut belum
termasuk kapasitas CDU di kilang Sei Pakning yang berjumlah 47 MBSD
(kapasitas operasi) dengan kapasitas desain 50 MBSD. Jenis umpannya adalah
Sumatera Light Crude (SLC) sebanyak 85% volum dan Duri Crude sebanyak 15%
volum. Produk yang dihasilkan unit ini adalah offgas yang dapat digunakan
sebagai bahan bakar kilang atau dibuang ke flare, straight run naphtha yang
sebagian diambil sebagai produk dan sebagian lagi diumpankan ke NRU, kerosin
yang diambil sebagai komponen blending kerosin, light gas oil dan heavy gas oil
yang digunakan sebagai komponen blending Automotive Diesel Oil, dan long
residue yang sebagian besar (56%) digunakan sebagai umpan High Heavy
Vacuum Distillation Unit dan sebagian lagi digunakan sebagai komponen
blending low sulphur waxy residue (LSWR) sebagai bahan bakar atau diekspor.
Minyak mentah dari tangki TK-101 hingga TK-106 dipompakan dengan pompa P-
1ABC dan P-10AB menuju serangkaian heat exchanger (E-1A hingga E-7F)
sehingga mengalami pemanasan hingga temperaturnya mencapai 215 oClalu
dialirkan ke heater H-1. Sebelum dimasukkan ke H-1, aliran minyak dibagi
menjadi delapan aliran untuk mengefektifkan perpindahan panas di heater. Bahan
bakar H-1 adalah fuel gas, fuel oil, dan steam dimana proporsi terbesarnya adalah
fuel gas. Keluaran H-1 yang memiliki temperature 330 oC lalu diumpankan ke
dalam T-1. Di dalam kolom yang bertekanan 1.15 kg/cm 2 ini, minyak mentah
dipisahkan menurut fraksi-fraksinya dengan rentang titik didih tertentu dengan
4

bantuan panas dari steam. Steam dimasukkan di bagian samping kolom dekat
dengan bottom, di tengah kolom (disebut juga dengan middle pump around -
MPA) dengan bantuan E-3AB, dan di atas kolom (disebut juga dengan top pump
around - TPA) dengan bantuan E-1AB. MPA keluar kolom dengan temperature
250 oC dan masuk kembali dengan temperature 215 oC sedangkan TPA keluar
kolom dengan temperature 130 oC dan masuk ke dalam kolom dengan temperatur
75 oC. Produk atas yang bertemperatur 115 oC didinginkan oleh E-8ABCD dan
dimasukkan ke D-1 yang memiliki tekanan 1.3 kg/cm2 untuk memisahkan fraksi
distilat, gas, dari air. Air dialirkan ke unit SWS. Distilat berupa nafta yang
bertemperatur 70 oC dipompakan oleh P-2AB lalu dipisahkan menjadi nafta yang
direfluks dan nafta yang akan dialirkan ke proses selanjutnya. Nafta yang
dialirkan ke proses selanjutnya didinginkan dengan E-9 menjadi 40 oC dan dipisah
lagi menjadi nafta yang diumpankan ke NRU dan nafta yang disimpan di tangki.
Nafta yang dihasilkan disebut juga dengan straight run naphtha (SRN). Gas dari
D-1 dimasukkan ke D-2 untuk dipisahkan gas dan nafta. Nafta dialirkan kembali
ke D-1 sedangkan gas dipisahkan terlebih dahulu. Sebagian gas dialirkan ke flare
dan sebagian lagi dialirkan ke D-5 setelah sebelumnya dimasukkan gas dari rerun
accumulator unit NRU. Setelah diisap dengan C-1ABC, gas dimasukkan keyang
bertekanan 1.25 kg/cm2 untuk memisahkan gas dan nafta. Nafta dikembalikan ke
D-1, sebagian gas juga dialirkan ke D-1 namun sebagian besar dialirkan ke H-1
sebagai bahan bakar dan sebagian dibuang ke flare. Laju alir gas yang dialirkan ke
flare adalah 0.74 ton/jam. Produk samping yang pertama diambil dari tray nomor
24 dari bawah dengan temperature 200 oC. Produk ini kemudian dialirkan ke T-
2A. Setelah mengalami pelucutan, produk kerosin dipompa dengan P-3,
sedangkan sebagian lagi dimasukkan ke T-1. Temperatur kerosin yang keluar
adalah 135 oC lalu setelah didinginkan dengan E-2AB dan E-11AB temperaturnya
menjadi 45 oC. Produk samping yang kedua diambil dari tray nomor 12 dari
bawah dengan temperature 290 oC. Produk ini dialirkan ke T-2B untuk dilucuti
menjadi LGO yang sebagian diambil sebagai produk dengan bantuan P-4AB dan
sebagian dialirkan kembali sebagai refluks ke T-1. Temperatur LGO yang keluar
adalah 240oC lalu setelah didinginkan oleh E-5 dan E-12AB temperaturnya
menjadi 60 oC. Produk samping yang terakhir diambil dari tray nomor 7 dari
5

bawah dengan temperature 310 oC dan dialirkan ke T-2C untuk dilucuti menjadi
HGO. Sebagian HGO dialirkan dengan bantuan pompa P-5 dan sebagian
dikembalikan ke T-1. Produk HGO memiliki temperatur sebesar 310 oC. Setelah
didinginkan oleh E-6 dan E-13.

BAB IV
TEKNOLOGI TERBARU

4.1
6

DAFTAR PUSTAKA

A. Meyes, Robert. 1986. Handbook of Petrolium Refining Process. New


York: McGraw-Hill Book Company Inc.
7

Austin, T. George. 1985. Shreves Chemical Process Industries. Mc Graw


Hill Book Company.
Buku Pintar Migas Indonesia, Pertamina.http://www.pertamina-
dohsbs.com/profile/sejarah03.php,diakses pada tanggal 25 April 2015
Chrisnanto Fx. 2005. Proses Distilasi Minyak Bumi Buku II. Dumai: PT
PERTAMINA.
Fatimah ,Zuhra,Cut. 2003 .Penyulingan, Pemrosesan Dan Penggunaan
Minyak Bumi. Jurusan Kimia. Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan
Alam,Universitas Sumatera Utara.
Karjono. 1995. Proses Pengolahan Migas. Cepu: PPT Migas.
Nandi, 2006, Minyak Bumi dan Gas, Handout Geologi Lingkungan,
Universitas Pendidikan Indonesia
Nawawi, Harun. 1955. Minyak Bumi dan Hasil Minyak Bumi, Penggalian,
Pengerjaan dan Pemakaiannya. Penerbit Buku Teknik: Jakarta.
William I, Bland & Robert L. Davidson. 1990. Petrolium Processing
Handbook. New York: McGraw-Hill Book Company Inc.
Wiseman, Peter. 1983. An Introduction to Industrial Organic Chemistry.
Second Edition.Applied Science Publisher: London.
Zuhra Ssi. Msi, Cut Fatimah. Proses Penyulingan, Proses, Penggunaan
Minyakbumi. Jurusan Kimia, Universitas Sumatera Utara
8

Anda mungkin juga menyukai