Anda di halaman 1dari 10

2.

Tes Hasil Belajar Bentuk Obyektif (Objective Test)

a. Tes objektif (Objective Test) yang juga dikenal dengan istilah tes jawaban
pendek (short answer test), tes ya-tidak (yes-no test) dan tes model baru (new
type test), adalah salah satu jenis tes hasil belajar yang terdiri dari butir-butir soal
(items) yang dapat dijawab oleh testee dengan jalan memilih salah satu (atau
lebih) diantara beberapa kemungkinan jawaban yang telah dipasangkan pada
masing-masing items, atau dengan jalan menuliskan (mengisikan) jawabannya
berupa kata-kata atau simbol-simbol tertentu pada tempat atau ruang yang telah
disediakan untuk masing-masing butir item yang bersangkutan.

b. Penggolongan Tes Obyektif

Sebagai salah satu jenis tes hasil belajar, tes obyektif dapat dibedakan
menjadi lima golongan, yaitu :

1. Tes obyektif bebentuk benar-salah (True-False Test)


2. Tes obyektif bentuk menjodohkan (Matching Test)
3. Tes obyektif untuk melengkapi (Completion Test)
4. Tes obyektif bentuk isian ( Fill in Test)
5. Tes obyektif bentuk pilihan ganda (Multiple Choice Item Test)

1. Tes obyektif bebentuk benar-salah (True-False Test)

Tes obyektif bentuk true-false sering dikenal dengan istilah tes obyektif
bentuk benar salah atau tes objektif bentuk ya-tidak (yes-no test)

Tes objektif bentuk true-false adalah salah satu bentuk tes obyektif dimana
butir-butir soal yang diajukan dalam tes hasi belajar itu berupa pernyataan
(statement), pernyataan mana ada yang benar dan ada yang salah.

Contoh Tes obyektif bentuk true-false :

1. Inti sel disebut juga nucleolus! (Benar / Salah)


2. Kepanjangan dari ATP adalah Adrenalin Tri Phosfat! (Benar / Salah)
3. Cara kerja enzim terdiri dari 2, yaitu kunci gembok dan induksi pas!
(Benar / Salah)

1
4. Salah satu faktor yang mempengaruhi cara kerja enzim adalah
kelembapan! (Benar / Salah)
5. Protein pada ikan gabus bisa membantu mempercepat penutupan luka!
(Benar / Salah).

2. Tes Obyektif Bentuk Matching

Tes obyektif bentuk matching sering dikenal dengan istilah tes menjodohkan,
tes mencari pasangan, tes menyesuaikan, tes mencocokan dan tes
mempertandingkan.

Contoh tes bentuk matching :

6. 1. Organel pada sel yang berfungsi untuk proses a. a. ribosom


respirasi adalah.......

7. 2. Organel sel yang berfungsi untuk rangka pada sel b. b. vakuola


adalah.....

8. 3. Organel pada sel yang berfungsi untuk tempat c. c. mikrofilamen


cadangan makanan adalah....

9. 4. Organel yang berfungsi melawan benda asing d. d. lisosom


yang masuk kedalam sel adalah.....
10. 5. Organel yang berfungsi sebagai tempat sintesis e. e. mitokondria
protein adalah.....
Kunci jawaban : 1. e. Mitokondria 2. c. Mikrofilamen 3. b. Vakuola 4. d.
Lisosom 5. a. Ribosom

3. Tes bentuk obyektif Fill In

Tes obyektif bentuk fill in (=bentuk isian) ini biasanya berbentuk cerita
atau karangan. Kata-kata penting dalam cerita atau karangan itu beberpa

2
diantaranya kosongkan ( tidak dinyatakan), sedangkan tugas testee dalah mengisi
bagian-bagian yang telah dikosongkan itu.

4. Tes obyektif bentuk completion

Tes obyektif bentuk completion sering dikenal dengan istilah tes melengkapi
atau meyempurnakan, yaitu salah satu jenis obyektif yang memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:

Contoh soal tes bentuk completion :


1. Nama ilmiah dari ikan mas adalah ...... Carpio dan tergolong dari
vertebrata.
2. Alat pernafasan pada kadal adalah ...... yang disebut juga dengan
paru-paru.
Kunci jawaban :

1. Cyprinus (Cyprinus Carpio ) 4. invertebrata


2. Pulmo 5. Jumlah stomata
3. Atrium

5. Tes obyektif bentuk Multiple Choice Item


Tes obyektif bentuk multiple choice item sering dikenal dengan
istilah tes obyektif bentuk pilihan ganda, yaitu salah satu bentuk tes
obyektif yang terdiri atas pertanyaan atau pernyataan yang sifatnya belum
selesai, dan untuk menyelesaikannya harus dipilh salah satu (atau lebih )
dari beberapa kemungkinan jawab yang telah disediakan pada tiap-tiap
butir soal yang bersangkutan.
Bentuk multiple chois terdiri dari dua bagian :
a. Item atau soal , yang dpat bebentuk pertanyaan dan dapat pula
berbentuk pernyataan.
b. Option atau alternatif, yaitu kemungkinan-kemungkinan jawab yang
dapat dipilih oleh testee.
Option atau alternatif ini terdiri atas 2 bagian :
1. Satu jawaban betul yang biasa disebut kunci jawaban.
2. Beberapa pengecoh atau distraktor, yang jumlahnya berkisar antara
2 atau sampai 5 buah.
Multiple terdiri dari sembilan model :
a. Model melengkapi 5 pilihan

3
b. Model asosiasi dengan 5 atau 4 pilihan
c. Model melengkapi berganda
d. Model analisis hubungan antarhal
e. Model analisi kasus
f. Model hal kecuali
g. Model hubungan dinamik
h. Model pemakaian diagram, grafik, peta atau gambar.
a. Test obyektif bentuk multiple choice item model melengkapi 5 pilihan
Test obyektif bentuk multiple choice item model melengkapi 5
pilihan ini pada umunya terdiri atas : kalimat poko ( =item) yang berupa
pernyataan yang belum lengkap, diikuti oleh 5 kemungkinan jawab
( alternatif) yang dapat melengkapi pernyataan tersebut. Tugas testee disini
ialah : memilih salah satu di antara 5 kemungkinan jawab tesebut, yang
menurut keyakinan testee adalah paling tepat (=merupakan jawaban yang
benar).
b. Tes obyektif bentuk multiplr choice item model asosiasi dengan 5 atau 4
pilihan
Tes obyektif bentuk multiplr choice item model asosiasi dengan 5 atau 4
pilihan ini terdiri dari 5 atau 4 judul/ istilah /pengertian, yang diberi tanda
huruf abjad didepannya, dan diikuti oleh beberapa pernyataan yang diberi
nomor urut didepannya. Untuk tiap pernyataan tersebut testee diminta
memilih salah satu judul/ istilah/ pengertian yang berhuruf abjad, yang
menurut keyakinan testee adalah paling cocok (paling benar).
c. Tes obyektif bentuk multiple choice item model melengkapi berganda
Butir soal sejenis ini pada dasarnya = multiple choice item model
melengkapi 5 pilihan, yaitu terdiri atas satu kalimat pokok yang tidak
( belum) lengkap, diikuti dengan beberapa kemungkinan jawaban (bisa
merupakan 5 pernyataan dan bisa pula merupakan 4 pernyataan).
Perdedaan nya adalah, bahwa pada butir soal jenis ini, kemungkinan
jawabanya betul nya bisa satu, dua, tiga atau empat.
d. Tes obyektif bentuk multiple choice item model analisis hungan antar hal
Tes obyektif bentuk multiple choice item biasanya terdiri atas satu kalimat
pernyataan yang diikuti oleh satu kalimat keterangan.
e. Tes Tes obyektif bentuk multiple choice item model analisis kasus
Butir soal jenis ini merupakan tiruan keadaan yang sebernarnya. Jadi
seolah-olah testee dihadapkan kepada suatu kasus. Dari kasus tersebut,

4
kepada testee ditanyakan mengenai berbagai hal dan kunci jawaban-
jawaban itu tergantung pada tahu atau tidaknya testee dalam memahami
kasus tersebut.
f. Tes Tes obyektif bentuk multiple choice item model hal kecuali
Model hal kecuali ini dikembangkan atas dasar asosiasi positif
dan asosiasi negatif secara serempak.
Jika model semacam ini digunakan dalam tes hasil belajar, maka
pada kolom sebelah kiri dicantumkan 3 macam atau kategori ( yakni
A,B,C ) sedangkan pada kolom sebelah kanan terdapat 5 hal atau keadaan
( yakni 1,2,3,4, dan 5), dimana 4 diantara nya cocok dengan satu hal yang
berada di sebelah kiri.
g. Tes Tes obyektif bentuk multiple choice item model hubungan dinamik
Tes Tes obyektif bentuk multiple choice item model hubungan
dinamik ini adalah salah satu jenis tes obyektif bentuk pilihan ganda, yang
menuntut kepada testee untuk memiliki bekal pengertian atau pemahaman
tentang perbandingan kuantitatif dalam hubungan dinamik.

h. Tes Tes obyektif bentuk multiple choice item model perbandingan


kuantitatif
Pada model perbandingan kuantitatif ini, yang perlu ditanyakan
kepada testeeadalah hapalan kuantitatif yang sifatnya fundamental dan
dikemudian hari perlu dihapal diluar kepala, didalam profesinya, tanpa
melihat buku, daftar atau tabel.
i. Tes obyektif bentuk multiple choice item model pemakaian gambar
/diagram / grafik/peta
Tes obyektif bentuk multiple choice item model ini, tedapat
gambar /diagram / grafik/peta yang diberi tanda huruf abjad A,B,C,D dan
sebagainya. Kepada testee belum pernah ditanyakan tentang sifat atau
keadaan atau hal-hal tertentu berhubungan dengan tanda-tanda tersebut.

c. Ketepatan Penggunaan Tes Obyektif

Dipergunakan apabila tester berhasapan dengan kenyataan-kenyataan seperti


disebutkan berikut ini:

1) Peserta tes jumlahnya cukup banyak.

5
2) Penyusunan tes( tester) telah memiliki kemampuan dan bekal pengalaman
yang luas dalam menyusun butir-buis soal tes obyektif.
3) Penyusunan tes memiliki waktu yang cukup longgar dalam
mempersiapkan penyusunan butir-butir soal obyektif.
4) Penyusunan tes merencanakan bahwa butir-butir soal tes obyektif itu tidak
hanya akan dipergunakan dalam satu kali tes saja, melainkan akan
dipergunakan lagi pada kesempatan tes-tes hasil belajar yang akan datang.
5) Penyusunan tes mempunyai keyakinan penuh bahwa dengan
menggunakan butir- butir soal tes obyektif yang disusunnya itu, akan dapat
dilakukan penganalisisan dalam rangka mengetahui kualitas butir-butir
itemnya, misalnya dari segi derajat kesukarannya, daya pembedanya dan
sebagainya.
6) Penyusun tes berkeyakinan bahwa dengan mengeluarkan butir-butir soal
tes obyektif, maka prinsip obyektivitas akan lebih mungkin untuk
diwujudkan ketimbang mengunakan buir-butir soal tes sunyektif.

d. Segi-segi Keunggulan dan Kelemahan Tes obyektif


1) Keunggulan
a) Sifatnya lebih representatif
Representatif dalam hal mencakup dan mewakili meteri yang telah
diajarkan kepada peserta didik atau telah diperintahkan kepada
pesserta didik untuk mempelajariya.
b) Tes obyektif lebih memungkinkan bagi terster untuk bertindak
lebih obyektif, baik dalam mengoreksi lembar-lembar jawban soal,
menentukan bobot skor maupun dalam menentukan nilai hasil
tesnya.
c) Mengoreksi hasil tes obyektif lebih mudah dan lebih cepat
Ketingbang mengoreksi hasil tes uraian hal ini disebabkan karena
untuk setiap butir soal tes obyektif telah disediakan kunci jawaban
yang sifatnya sangat sederhana.yaitu :
d) Meminta bantuan orang lain untuk mengoreksi
Berbeda dengan tes uraian, maka tes obyektif memberikan
kemungkinan kepada orang lain untuk diugasi atau dimintai
bantuan guna mengoreksi hasil tes tersebut

6
e) Butir-butir soal pada tes obyektif, jauh lebih mudah dianalisis, baik
analisis dari segi derajat kesukarannya, daya pembedanya, validitas
maupun reliabilitasnya.
2) Kelemahan
a) Menyusun butir soal obyektif adalah tidak semudah uraian.
b) Tes obyektif pada umumnya kurang dapat mengukur atau
mengungkap proses berpikir yang tinggi atau mendalam.
c) Dengan tes obyektif, terbuka kemungkinan bagi testee untuk
bermain spekulasi, tebak terka, adu untung dalam memberikan
jawaban soal.
d) Cara memberikan jawaban soal pada tes obyektif, dimana
dipergunakan simbol- simbol huruf yang siafatnya seragam.

3) Kesulitan yang akan ditemui oleh pembuat soal tes obyektif


a. Dalam menentukan model-model tes obyektif mana yang paling tepat
dipergunakan dlam tes yang kiranya sesuai dengan ciri-ciri yang
dimiliki oleh bahan pelajaran yang akan diteskan.
b. Dalam hal menyusun alternaif atau option ( emungkinan jawab ) yang
harus dipasangkan pada setiap butir soal.
c. Pembuatan Tabel Spesifikasi Soal sebagai Salah Satu Upaya dalam
mengatasi kelemahan Tes Obyektif.

Dalam rangka mengatasi kelemahan tes obyektif tersebut adalah


dengan jalan menggunakan Tabel spesifikasi sebagai alat bantu untuk
merancang dan menyusun butir-butir soal tes obyektif.

a) Pengertian Tabel Spesifikasi


Tabel spesifikasi dapa disebut juga gris, kisi-kisi atau blue print.
Ujudnya adalah sebuah tabel yang memuat tentang perperincian materi
dan tingkah laku beserta mbangan atau proporsi yang dikehendaki oleh
tester, di mana pada tiap petak (sel) dari tabel tersebut diisi dengan
angka-angka yang menunjukan banyaknya butir soal yang akan
dikeluarkan dalam tes hasil belajar bentuk obyektif.

7
D. Teknik Pelaksanaan Tes Hasil Belajar
1. Teknik Pelaksanaan Tes Tertulis

Dalam melaksanakan ada hal-hal yang harus diperhatikan yaitu :

a. Agar dalam mengerjakan soal tes para peserta mendapatkan ketenangan,


maka ruang tempat berlangsungnya tes jauh dari keramaian,kebisingan, dan
lalu lalang orang.lebih baik jika diluar ruangan tes dipasang papan
pemberitahuan jika sedang ada tes.
b. Ruang tes cukup luas, tempat duduk diatur untuk mengurangi kerjasama
antara testee.
c. Ruangan tes sebaiknya memiliki pencahayaan dan pertukaran udara yang
baik.
d. Jika didalam ruangan tes tidak tersedia meja tulis atau kursi yang memiliki
alas untuk menulis maka terlebih dahulu harus dipersiapkan.
e. Testee memulai mengerjakan soal secara bersamaan, lembar soal diletakkan
secara terbalik, sehingga tidak memungkinkan bagi testee untuk memulai
duluan.
f. Dalam mengawasi jalannya tes, pengawas hendaknya berlaku wajar. Artinya,
jangan terlalu banyak bergerak, terlalu sering berjalan-jalan sehingga
mengganggu konsentrasi testee. Dan juga sebaliknya, pengawas jangan
selalu duduk sehingga membuka peluang testee untuk curang. Jika pengawas
lebih dari satu orang, sebaiknya jangan sering mengobrol sehingga dapat
mengganggu ketenangan tes.
g. Sebelum melaksanakan tes sebaiknya ditentukan dahulu sanksi jika testee
berbuat curang.
h. Sebagai bukti mengikuti tes, harus disiapkan daftar hadir yang
ditandatangani oleh testee.
i. Jika waktu yang ditentukan telah habis, hendaknya testee diinta untuk
menghentikan pekerjaan dan segera meninggalkan ruangan tes. Tester
hendaknya mengumpulkan lembar jawaban tes seraya meneliti, apakah
jumlah jawaban sesuai dengan jumlah testee dalam daftar hadir.
j. Untuk mencegah kesulitan dikemudian hari, pada Berita Acara Pelaksanaan
Tes harus dituliskan secara lengkap. Berapa orang testee yang hadir dan

8
berapa yang tidak hadir dengan menuliskan identitas dan apabila terjadi
penyimpangan atau kelainan harus dicatat di berita acara.

2. Teknik Pelaksanaan Tes Lisan

Dalam melaksanakan ada hal-hal yang harus diperhatikan yaitu :

a. Sebelum tes dilaksanakan, sebaiknya tester sudah melakukan inventarisasi


berbagai jenis soal yang akan diajukan kepada testee secara lisan sehingga tes
lisan memiliki validitas yang tinggi, baik dari segi isi maupun konstruksinya.
b. Setiap butir soal yang telah ditetapkan untuk tes lisan harus disiapkan beserta
jawabannya. Hal ini diharapkan agar tester memiliki kriteria yang pasti dalam
memberikan nilai kepada testee atas jawaban mereka pada tes lisan.
c. Jangan menentukan nilai hasil tes lisan setelah seluruh testee menjalani tes
lisan. Hal ini dimaksudkan agar agar pemberian nilai hasil tes lisan yang
diberikan kepada testee tidak dipengaruhi oleh jawaban testee lain.
d. Hasil belajar yang dilaksanakan secara lisan hendaknya jangan sampai
menyimpang atau berubah arah dari evaluasi menjadi diskusi. Tester harus
menyadari bahwa testee sedang diukur dan dinilai prestasi belajarnya
setelah mereka menempuh proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.
Dengan demikian apabila jawaban testee menyimpang dari kriteria yang telah
ditentukan, namun sebenernya tidak dapat disalahkan, namun dapat diberi
nilai yang tidak bisa diperdebatkan, yang dapat mengakibatkan kegiatan
evaluasi berubah menjadi kegiatan diskusi.
e. Dalam rangka menerapkan prinsip objektivitasdan keadilan, dalam tes lisan
tersebut, tester jangan memberikan angin segar atau memancing dengan kode
yang sifatnya membantu testee karena alasan tertentu.
f. Tes lisan harus berlangsung secara wajar. Artinya tes lisan tersebut jangan
menimbulkan rasa takut,gugup, atau panik pada testee. Karena itu, saat
mengajukan pertanyaan, testee harus menggunakan kata-kata yang
halus,sabar,dan tidak emosional.
g. Tester sebaiknya memiliki pedoman berapa waktu yang disediakan bagi
setiap testee untuk menjawab pertanyaan. Harus diusahakan terciptanya
keseimbangan alokasi waktu, antara testee satu dengan yang lainnya.

9
h. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan hendaknya dibuat bervariasi. Artinya
walaupun inti soal sama namun cara pengajuan pertanyaan dibuat beragam.
Hal ini dimaksudkan agar testee yang di tes lebih akhir jangan sampai
memperoleh informasi dari testee yang dites lebih awal.
i. Diusahakan agar tes lisan berlangsung secara individual agar tidak
mempengaruhi testee lain.

3. Teknik Pelaksanaan Tes Perbuatan

Dalam melaksanakan tes perbuatan itu, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan oleh tester

a. Tester harus mengamati secara teliti, cara yang ditempuh oleh testee dalam
menyelesaikan tugas.
b. Agar dapat dicapai kadar objektivitas yang tinggi, tester jangan berbicara atau
berbuat sesuatu yang dapat mempengaruhi testee yang sedang mengerjakan
tugas.
c. Dalam mengamati testee yang sedang mengerjakan tugas, tester hendaknya
telah menyiapkan instrumen berupa lembar penilaian yang didalamnya telah
ditentukan hal-hal apa sajakah yang harus diamati dan diberikan penilaian.

10

Anda mungkin juga menyukai