Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

Suatu perikatan adalah hubungan hukum antara sejumlah subjek-subjek hukum;


sehubungan dengan itu, seorang atau beberapa orang daripadanya mengikatkan dirinya untuk
melakukan atau tidak melakukan sesuatu terhadap pihak lain.1Unsur-unsur dalam perikatan
adalah adanya hubungan hukum, kekayaan, para pihak, dan prestasi. Sumber perikatan adalah
perjanjian karena melalui perjanjian pihak-pihak mempunyai kebebasan untuk membuat
perikatan sesuai dengan asas kebebasan berkontrak (contrack vrijheid).

Menurut isi prestasinya, perikatan dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu :

1. P e r i k a t a n p o s i t i f d a n n e g a t i f . P e r i k a t a n p o s i t i f a d a l a h p e r i k a t a n
y a n g prestasinya berupa perbuatan nyata, misalnya memberi atau berbuat sesuatu.
Adapun pada perikatan negatif, prestasinya berupa tidak beerbuat sesuatu.
2. Perikatan sepintas lalu dan berkelanjutan. Adakalanya untuk
pemenuhan perikatan cukup hanya dilakukan dengan salah satu perbuatan dan dalam
waktu y a n g s i n g k a t , t u j u a n p e r i k a t a n t e l a h t e r c a p a i , m i s a l n y a
perikatan u n t u k menyerahkan barang yang di jual dan membayar
harganya. Perikatan-perikatan semacam itu disebut perikatan sepintas.
Apabila prestasinya terus-menerus dlam jangka waktu tertentu dinamakan perikatan
berkelanjutan. Misalnya, perikatan- perikatan yang timbul dari persetujuan sewa
menyewa atau persetujuan kerja.
Hapusnya atau berakhirn ya perikatan suatu perikatan oleh
u n d a n g - u n d a n ditentukan dalam pasal 1381 KUH Perdata dinyatakan, hapusnya
disebabkan oleh hal-hal :
1. Karena pembayaran;
2. Karena penawaran pembayaran tunai, diikuti dengan penyimpanan atau penitipan;
3. Karena pembaharuan utang;
4. Karena perjumpaan utang atau kompensasi;
5. Karena percampuran utang;

1 Zaeni Asyhadie, Hukum BIsnis Prinsip dan Pelaksanaannya di Indonesia, (Jakarta:


PT RajaGrafindo Persada, 2005), h. 22.

1
6. Karena pembebasan utangnya;
7. Karena musnahnya barang yang terutang;
8. Karena kebatalan atau pembatalan;
9. Karena berlakunya suatu syarat batal, yang diatur dalam bab kesatu buku ini;2
10. Karena lewatnya waktu. Hal mana akan diatur dalam suatu bab tersendiri.

BAB II

2 Kitab Lengkap KUHPer, KUHAPer, KUHP, KUHAP, KUHD cetakan ketiga,


(Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2013), h. 326.

2
PEMBAHASAN

A. Perihal Hapusnya Perikatan-Perikatan

Hapusnya perikatan dalam kontrak yang timbul dari persetujuan maupun dari
undang-undang diatur dalam bab ke-IV buku ke-III KUH Perdata,yaitu pasal 1381. Undang-
Undang menyebutkan sepuluh macam cara hapusnya perikatan :

1. Karena pembayaran;
2. Karena penawaran pembayaran tunai, diikuti dengan penyimpanan atau penitipan;
3. Karena pembaharuan utang;
4. Karena perjumpaan utang atau kompensasi;
5. Karena percampuran utang;
6. Karena pembebasan utangnya;
7. Karena musnahnya barang yang terutang;
8. Karena kebatalan atau pembatalan;
9. Karena berlakunya suatu syarat batal;

10. Karena lewatnya waktu.

Perincian dalam pasal 1381 B.W. itu tidak lengkap, karena telah dilupakan hapusnya
suatu perikatan karena lewatnya suatu ketetapan waktu yang dicantumkan dalam suatu
perjanjian. Selanjutnya dapat diperingatkan pada beberapa cara yang khusus ditetapkan terhadap
perikatan, misalnya ketentuan bahwa sesuatu perjanian maatschap atau perjanjian lastgeving
hapus dengan meninggalnya seorang anggota maatschap itu atau meninggalnya orang yang
memberikan perintah dank arena curatele atau pernyataan pailit mengakibatkan juga hapusnya
perjanjian maatschap itu.
1. Pembayaran (Betaling)
Pasal 1382 :
Tiap perikatan dapat dipenuhi oleh siapa pun yang berkepentingan, seperti orang yang turut
berutang atau penanggung utang.
Suatu perikatan bahkan dapat dipenuhi oleh pihak ketiga yang tidak berkepentingan, atas
pihak ketiga itu bertindak atas nama dan untuk melunasi utang debitur, atau asal ia tidak
mengambil alih hak-hak kreditur sebagai pengganti jika ia bertindak atas namanya sendiri.3
a. Pembayaran Tak Beralasan Tanpa Hutang

3Niniek Suparni, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Jakarta: PT Rineka Cipta,


1992), h. 342.

3
Salah satu alas an atau syarat untuk timbulnya Kewajiban melakukan pembayarn,
disebabkan adanya :perjanjian. Harus didahului oleh tindakan hukum yang
menimbulkan hubungan hukum, apakah dia hubungan hukum jual-beli, hutang-piutang
dan sebagainya.
Itulah sebabnya pembayaran tanpa hutang adalah merupakan sesuatu yang tak
dapat dipikirkan alasannya atau tak beralasan sama sekali. Kecuali hal itu berupa
sedekah, sumbangan sukarela atau karena dorongan moral. Karena secara yuridis, setiap
pembaayaran didahului dengan penetapan hutang. Maka pembayaran hutang pada
dasarnya, adalah perwujudan dari hutang prestasi. Dengan pembayaran prestasi
perjanjian hapus dengan sendirinya.
Namun demikian, sekalipun pada umumnya pembayaran menghapuskan hutang,
hal itu tidak selamanya demikian. Adakalanya pembayaran tidak meniadakan hutang.
Misalnya dalam subrogasi. Hutang tidak hapus, karena yang terjadi hanya pengalihan
atau perpindahan hutang. Hanya debitur saja yang berganti. Kedudukannya digantikan
atau disubroger oleh seorang pihak ketiga yang telah menerima pengalihan hutang. Jadi
walaupun debitur semula terlepas dari pembayaran, hutang semula tadi tidak hapus, dan
tanggung jawab pembayarannya dipukul oleh pihak ketiga yang telah mengambil alih
kedudukan debitur semula.
b. Pembayaran Sebagai Tindakan Nyata
Melihat kepada ketentuan undang-undang, pada umumnya pembayaran tidak
mendasarkan formalitas tertentu. Kalau begitu, pada umumnya pembayaran tiada lain
dari pada tindakan nyata (fietelijke hendeling). Pembayaran bukan tindakan hukum,
oleh karena itu pembayaran dapat dilakukan tanpa ikatan formalitas.4
c. Pihak Yang Wajib Membayar Hutang
1) Debitur
Pasal 1382 KUHPerdata mengatur tentang orang-orang selain dari debitur sendiri.
2) Mereka yang mempunyai kepentingan misalnya kawan berutang (mede
schuldenaar) dan seorang penanggung (borg).
Seorang pihak ketiga yang tidak mempunyai kepentingan asal saja orang pihak
ketiga itu bertindak atas nama dan untuk melunasi utangnya debitur atau pihak
ketiga itu bertindak atas namanya sendiri, asal ia tidak menggantikan hak-hak
kreditur.

4M.Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum Perjanjian, (Bandung: Alumni, 1982), h. 108.

4
3) Kawan berhutang dan penanggung adalah mereka yang mempunyai hubungan
dengan pihak debitur dan isi perjanjian yang ada antara debitur dan kreditur.
Bahwa mereka berkepentingan agar perjanjian itu terlaksana. Apabila tidak ,
mereka dapat ditegur dan mempunyai kewajiban untuk memenuhi perjanjian
tersebut. Mereka yang sama sekali tidak mempunyai kepentingan, yang
melaksanakan pembayaran atas nama debitur dan membebaskan debitur itu dari
kewajibanya ialah pesuruh (last hebber) dan seorang yang mengurus kepentingan
orang lain secara sukarela (pasal 1354 KUH perdata pasal 1358 KUH perdata).
d. Yang Berhak Menerima Pembayaran
Untuk sahnya pembayaran, tentu harus diberikan kepada orang yang berhak
menerimanya.
Pasal 1385 telah menentukan orang-orang yang berhak menerima pembayaran :
1) Kepada kreditur itu sendiri in person.
2) Kepada seorang yang telah diberi kuasa oleh kreditur menerima pembayaran.
3) Atau kepada seseorang yang telah ditunjuk hakim berhak menerima pembayaran.
4) Ataupun orang-orang yang berhak menurut ketentuan undang-undang.5
e. Alat Pembayar (voorwerp der betaling)
Apa yang menjadi hutang itulah yang harus dibayarkan. Kalau hutangnya
sebuah gelas, alat pembayarannya adalah sebuah gelas juga. Barang atau benda yang
menjadi hutang itulah yang wajib alat pembayarannya. Kalau berupa hutang lukisan,
maka yang harus dibayarkan debitur ialah lukisan yang dilukisnya sendiri.
Akibat daari ketentuan diatas, kreditur mapun debitur tidak boleh memaksakan,
atau menikmati, maupun mengurangi prestasi lain, selain dari pada yang
diperjanjikan: Berarti kreditur tidak bisa meminta prestasi yang lebih selain dari pada apa
yang menjadi hutang. Sebaliknya debitur tidak boleh memaksa kreditur menerima
pembayaran diluar prestasi yang diperjanjikan, atau menukarnya dengan prestasi lain ,
sekalipun dengan harga dan jumlah yang lebih mahal.
Pembayaran harus sekaligus
Sesuai dengan ketentuan pasal 1390. Pembayaran harus ditunaikan
keseluruhan sekaligus. Tidak boleh dicicil atau sebagian-sebagian sekalipun
baraang yang menjadi hutang dapat dibagi-bagi.
Tak seorang debitur dapat memaksa kreditur untuk menerima pembayaran
prestasi secara cicil atau sebagian-sebagian, walaupun objek prestasi dapat

5Ibid., h. 112.

5
dibagi-bagi. Prestasi harus dilunaskan secara utuh dan bulat. Kecuali apa
yang disebut pasal 1398.
Pembayaran hutang spesifik
Berdasarkan pasal 1391, debitur dianggap telah melunasi pembayaran ata
prestasi barang khusus/species, apabila debitur telah menyerahkan barang
dalam keadaan apa adanya, seperti dalam keadaan waktu barang itu dulu
diterimanya. Kekurangan yang terjadi sesaat setelah penyerahan menjadi
tanggung jawab kreditur. Berkurangnya barang baru menjadi tanggung jawab
debitur apabila :
Kekurangan atau cacat yang terjadi disebabkan perbuatan debitur baik
hal itu dilakukan oleh orang-orang yang berada dibawah tanggung
jawab debitur.
Oleh kelalaian atau keterlambatan debitur menyerahkan barang.
Pembayaran hutang generic
Pembayaran hutang generic diatur dalam pasal 1392: jika objek prestasi
bersifat generic, serta hanya jenisnya saja yang ditentukan; debitur guna
melunasi pembayaran :
Tidak wajib menyerahkan jenis terbaik.
Tetapi juga tidak boleh menyerahkan jenis yang terburuk.
Harus menyerahkan kualitas pertengahan.
Pembayaran hutang berupa uang
Dalam hal ini pemenuhan prestasi dilakukan dengan membayarkan sejumlah
uang, harus secara tegas disebut dalam perjanjian, bahwa pelunasan
pembayaran harus berupa sejumlah uang.6
f. Tempat Pembayaran
Pada asasnya pembayaran dilakukan di tempat yang diperjanjikan. Apabila di
dalam perjanjian tidak ditentukan tempat pembayaran maka pembayaran terjadi:
1) Di tempat di mana barang tertentu berada sewaktu, perjanjian dibuat, apabila
perjanjian itu adalah mengenai barang tertentu.
2) Di tempat kediaman kreditur, apabila kreditur secara tetap bertempat tinggal di
kabupaten tertentu.
3) Di tempat debitur apabila kreditur tidak mempunyai kediaman yang tetap.
Bahwa tempat pembayaran yang dimaksud oleh pasal 1394 KUH perdata adalah
bagian perikatan untuk menyerahkan suatu benda dan bukan bagi perikatan untuk berbuat

6Ibid., h. 121.

6
atau tidak berbuat sesuatu. Kedalam perikatan ini masuklah utang uang yang
pembayarannya harus diantarkan ketempat kreditur
g. Saat Pembayaran
Mengenai waktu pembayaran tidak ada diatur dalam Bab. IV Buku III. Oleh
karena itu tidak ada diatur, umumnya orang berpendapat :
Saat/waktu pembayaran didasarkan pada ketentuan persetujuan.
Atau dilihat dari keadaan dan sifat prestasi perjanjian.
Bisa juga didasarkan pada kebiasaan.
h. Ongkos Pembayaran
Sesuai dengan ketentuan pasal 1395: Segala biaya yang bersangkut-paut dengan
pembayaran prestasi, sepenuhnya harus ditanggung oleh debitur.
Pemesanan barang sampai pada saat penyerahan, biaya, atau ongkosnya harus dipikul oeh
debitur. Akan tetapi sesuai pula dengan ketentuan pasal 1476: ongkos-ongkos untuk
mengambil dan membawa barang, menjadi tanggungan kreditur.
i. Bukti Pembayaran
Debitur yang telah melakukan pembayaran, biasanya sedapat mungkin harus
dapat membuktikan tentang pelunasan pembayaran, terutama apabila terjadi perselisihan
antara dia dengan kreditur dikemudian hari. Karena itu, debitur selalu mengharapkan dari
kreditur adanya tanda terima pembayaran, dengan jalan meminta tanda lunas. Kalau
bertitik tolak dari ketentuan undang-undang, boleh dikatakan tak ada mengatur tentang
bukti pembayaran. Tidak ada ketentuan cara-cara dan bentuk tanda pelunasan. Sehingga
timbul anggapan bahwa, kreditur tidak wajib member tanda bukti pembayaran atau
kwitansi tanda penerimaan.7
j. Subrogasi
Subrogasi = pengganti kedudukan kreditur.
1) Karena persetujuan (Pasal 1401 BW)
kreditur menerima pembayran dari pihak ke III orang ini menggantikan hak-hak
gugatan, hak istimewa dan hipotik yang dipunyainya.
apabila debitur meminjam sejumlah uang untuk melunasi hutangnya maka :
o orang yang meminjamkan uang (pihak III) menggantikan hak-hak si
berpiutang;
o Agar subrogasi sah harus dibuat dengan akte otentik.
2) Subrogasi karena UU (Pasal 1402 BW)
kreditur membiayai piutang kreditur lain berdasarkan => hak hak istimewanya,
hipotik dan mempunyai hak hak lebih tinggi / Privilege

7Ibid., h. 126.

7
pembelian benda yang tidak bergerak memakai uang harga barang tersebut.
Melunasi orang-orang piutang lain, kepada siapa benda itu diperikatkan dalam
hipotik
untuk seorang bersama orang lain atau untuk orang-orang lain diwajibkan
membayar hutang, berkepentingan untuk melunasi hutang itu
seorang ahli waris yang menerima hak istimewa untuk mengadakan pencatatan
keadaan harta warisan, telah membayar hutang-hutang warisan dengan uangnya
sendiri.
2. Penawaran Pembayaran Tunai, Diikuti Dengan Penyimpanan atau Penitipan
a. Penawaran Pembayaran Oleh Kreditur
Pasal 1404 :
Jika kreditur menolak pembayaran, maka debitur dapat melakukan penawaran
pembayaran tunai atas apa yang harus dibayarnya, dan jika kreditur juga menolaknya,
maka debitur dapat menitipkan uang atau barangnya kepada Pengadilan.8
Penawaran demikian, yang diikuti dengan penitipan, membebaskan debitur dan berlaku
baginya sebagai pembayaran, asal penawaran itu dilakukan menurut undang-undang;
sedangkan apa yang dititpkan secara demikian adalah atas tanggungan kreditur.
b. Syarat-Syarat Pembayaran
Prosedur penawaran tersebut diatur oleh Pasal 1405 KUHPerdata. Penawanan
tersebut dilakukan oleh Notaris atau juru sita, kedua-duanya disertai 2 (dua) orang saksi.
Apabila kreditur menolak penawaran tersebut, maka debitur menggugat kreditur di depan
Pengadilan Negeri dengan permohonan agar penawaran tersebut disahkan.
c. Syarat-Syarat Penyimpanan Yang Sah
1) Biaya
Pasal 1407:
Biaya yang dikeluarkan untuk menyelenggarakan penawaran pembayaran tunai dan
penyimpanan harus dipikul oleh si berpiutang jika perbuatan.perbuatan itu telah
dilakukan menurut undang-undang.
2) Hak Debitur Mengambil Titipan
Pasal 1408 :
Selama apa yang dititipkan tidak diambil oleh si berpiutang, si berutang dapat
mengambilnya kembali dalam hal itu orang-orang yang turut berutang dan para
penanggung utang tidak dibebaskan.
3) Hak Kreditur Untuk Mengambil Titipan Gugur
Pasal 1409 :

8Niniek Suparni, Op.Cit., h. 347.

8
Apabila si berutang sendiri sudah memperoleh suatu putusan Hakim yang telah
memperoleh kekuatan mutlak, dan dengan putusan itu penawaran yang dilakukahnya
telah dinyatakan sah, ia tidak dapat lagi mengambil kembali apa yang dititipkan untuk
kerugian teman.temannya berutang dan para penanggung utang, meskipun dengan
izin si berpiutang.
4) Jangka Waktu Pembebasan Utang
Pasal 1410 :
Para kawan berutang dan para penanggung utang dibebaskan juga, jika si berpiutang
semenjak hasil pemberitahuan penyimpanan telah melampaukan 1 (satu) tahun, tanpa
menyangkal sahnya penyimpanan itu.
5) Hak Kreditur Gugur Untuk Mendapat Pembayaran
Pasal 1411:
Si berpiutang yang telah mengizinkan barang yang dititipkan itu diambil kembali
oleh si berutang setelah penitipan dikuatkan dengan putusan Hakim yang telah
memperoleh kekua tan mutlak tidak dapat lagi untuk mendapat pembayaran
piutangnya, menggunakan hak-hak istimewanya atau hipotik-hipotik yang melekat
pada piutang tersebut.
6) Kewajiban Debitur Memberi Peringatan Kepada Kreditur Melalui Pengadilan
Pasal 1412 :
Jika apa yang harus dibayarkan berupa sesuatu barang yang harus diserahkan
ditempat di mana barang itu berada, maka si berhutang harus memperingatkan si
berpiutang dengan perantaraan Pengadilan supaya mengambilnya dengan sepucuk
akta yang harus diberitahukan kepada si berpiutang pribadi atau kepada alamat
tempat tinggalnya. maupun kepada alamat tempat tinggal yang dipilih untuk
pelaksanaan persetujuan. Jika peringatan ini telah dijalankan dan si berpiutang tidak
mengambil barangnya maka si berutang dapat diizinkan oleh Hakim untuk
menitipkan barang tersebut di suatu tempat lain.
3. Pembaharuan Utang atau Novasi
Pasal 1413 :
Ada tiga macam jalan untuk pembaharuan utang :9
1) Bila seorang kreditur membuat suatu perikatan utang baru untuk kepentingan
kreditur yang menggantikan utang lama, yang dihapuskan karena nya;
2) Bila seorang debitur baru ditunjuk untuk menggantikan debitur lama, yang oleh
debitur dibebaskan dari perikatannya;

9 Niniek Suparni, Op.Cit., h.349.

9
3) Bila sebagai akibat suatu persetujuan baru seorang kreditur baru ditunjuk untuk
menggantikan kreditur lama, yang terhadapnya debitur dibebaskan dari perikatannya.
4. Perjumpaan Utang atau Kompensasi
Pasal 1425 :
Jika dua orang saling berutang, maka terjadilah antara mereka suatu perjumpaan utang, yang
menghapuskan utang-utang kedua orang tersebut dengan cara dan dalam hal-hal berikut.10
5. Percampuran Utang
Pasal 1436 :
Bila kedudukan sebagai kreditur dan debitur berkumpul pada satu orang, maka terjadilah
demi hukum suatu percampuran utang dan oleh sebab itu piutang dihapuskan.11
6. Pembebasan Utangnya
Pasal 1438 :
Pembebasan suatu utang tidak dapat hanya diduga-duga, melainkan harus dibuktikan.12
7. Musnahnya Barang Yang Terutang
Pasal 1444 :
Jika barang tertentu yang menjadi pokok persetujuan musnah, tidak dapat diperdagang kana
tau hilang tidak diketahui sama sekali apakah barang itu masih ada, atau tidak, maka
hapuslah perikatannya, asal barang itu hilang atau musnah diluar kesalahan debitur dan
sebelum ia lalai menyerahkannya.13
8. Kebatalan atau Pembatalan
Pasal 1446 :
Semua perikatan yang dibuat oleh anak yang belum dewasa, atau orang-orang yang dibawah
pengampuan adalah batal demi hukum, dan atas tuntutan yang diajukan oleh atau dari pihak
mereka, harus dinyatakan batal semata-mata atas dasar kebeluum dewasaan atau
pengampuannya.14
9. Berlakunya Suatu Syarat Batal
10. Lewatnya Waktu

B. Akibat Berakhirnya Perikatan

10 Niniek Suparni, Op.Cit., h.351.

11Niniek Suparni, Op.Cit., h. 353.

12Niniek Suparni, Op.Cit., h. 353.

13Niniek Suparni, Op.Cit., h. 354.

14Niniek Suparni, Op.Cit., h. 355.

10
Suatu perjanjian, merupakan suatu peristiwa di mana seorang berjanji
kepada seorang lain, atau di mana dua orang saling berjanji untuk
melaksanakan sesuatu. Menilik macamnya hal yang dijanjikan untuk
dilaksanakan, perjanjian-perjanjian itu dibagi dalam tiga macam, yaitu :15
a. Perjanjian untuk memberikan/menyerahkan suatu barang, misalnya jual
beli, tukar menukar, penghibahan (pemberian), sewa menyewa, pinjam
pakai.
b. Perjanjian untuk berbuat sesuatu, misalnya perjanjian untuk membuat
suatu lukisan, perjanjian perburuhan.
c. Perjanjian untuk tidak berbuat sesuatu, misalnya perjanjian untuk tidak
mendirikan suatu perusahaan yang sejenis dengan kepunyaan seorang
lain.
Adapun akibat berakhir perikatan antara lain: Membayar Kerugian, Ganti
rugi sering dirinci dalam tiga unsur: biaya, rugi dan bunga.
Biaya adalah segala pengeluaran atau perongkosan yang nyata-nyata
sudah dikeluarkan oleh satu pihak. Contoh nya jika seorang sutradara
mengadakan suatu perjanjian dengan pemain sandiwara untuk mengadakan
suatu pertunjukan dan pemain tersebut tidak datang sehingga pertunjukan
terpaksa dibatalkan, maka yang termasuk biaya adalah ongkos cetak iklan,
sewa gedung, sewa kursi dan lain-lain.
Rugi adalah kerugian karena kerusakan barang-barang kepunyaan
kreditur yang diakibatkan oleh kelalaian si debitur. Misalnya rumah yang
baru diserahkan oleh pemborong ambruk karena salah konstruksinya, hingga
merusak perabot rumah.
Bunga adalah kerugian yang berupa kehilangan keuntungan yang
sudah dibayangkan atau dihitung oleh kreditur. Misalnya, dalam hal jual beli
barang, jika barang tersebut sudah mendapat tawaran yang lebih tinggi dari
harga pembeliannya.16

15 R.Subekti, Pokok-pokok Hukum Perdata, (Jakarta:Intermasa, 1975), h. 36.

16 Riduan Syahrani, Seluk-beluk dan Azas-azas Hukum Perdata, (Bandung:Alumni,


1992), h.87.

11
Code Civil memperinci ganti rugi itu dalam dua unsur, yaitu dommages
et interests. Dommages meliputi biaya dan rugi seperti dimaksudkan di atas,
sedangkan interest adalah sama dengan bunga dalam arti kehilangan
keuntungan.
Dalam soal penuntutan ganti rugi, oleh undang-undang diberikan
ketentuan-ketentuan yang merupakan pembatasan dari apa yang boleh
dituntut sebagai ganti rugi.
Pasal 1247 KUHPer menentukan :
Si berutang hanya diwajibkan mengganti biaya rugi dan bunga yang
nyata telah atau sedianya harus dapat diduga sewaktu perjanjian dilahirkan,
kecuali jika hal tidak dipenuhinya perjanjian itu disebabkan karena sesuatu
tipu daya yang dilakukan olehnya.
Pasal 1248 KUHPer menentukan :
Bahkan jika hal tidak dipenuhinya perjanjian itu disebabkan karena
tipu daya si berutang, penggantian biaya, rugi dan bunga, sekedar mengenai
kerugian yang diderita oleh si berpiutang dan keuntungan yang terhilang
baginya, hanyalah terdiri atas apa yang merupakan akibat langsung dari tak
dipenuhinya perjanjian.
Suatu pembatasan lagi dalam pembayaran ganti rugi terdapat dalam
peraturan mengenai bunga moratoir. Apabila prestasi itu berupa
pembayaran sejumlah uang, maka kerugian yang diderita oleh kreditur kalau
pembayaran itu terlambat, adalah berupa interest, rente atau bunga.
Perkataan moratoir berasal dari kata Latin mora yang berarti
kealpaan atau kelalaian. Jadi bunga moratoir berarti bunga yang harus
dibayar (sebagai hukuman) karena debitur itu alpa atau lalai membayar
utangnya, ditetapkan sebesar 6 prosen setahun. Juga bunga tersebut baru
dihitung sejak dituntutnya ke pengadilan, jadi sejak dimasukkannya surat
gugatan.

12

Anda mungkin juga menyukai