Anda di halaman 1dari 3

BAB 4

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Benzena adalah senyawa yang terdapat dalam lem yang digunakan untuk
proses pengeleman dalam kegiatan industri pembuatan sandal/sepatu.
Benzena merupakan zat cair yang mudah menguap, tidak berwarna, berbau
khas (bersifat aromatik), titik leleh 5,53 oC, dan titik didih 80,1 oC. Benzen
merupakan senyawa nonpolar yang tidak larut dalam air, tetapi larut dalam
pelarut nonpolar (CCl4, eter, dan aseton). Benzena dapat mengalami reaksi
adisi maupun substitusi. Benzeneoleh Badan Standardisasi Nasional
dikategorikan dalam kategori A-3 yaitu zat kimia yang bersifat karsinogen
terhadap binatang percobaan. Senyawa senyawa hasil subsitusi atom
hidrogen pada benzene dikenal sebagai senyawa turunan benzene. Salah satu
turunan dari benzene adalah fenol, kadar fenol dalam urin sering digunakan
dalam penelitian sebagai indikator paparan benzene. Fenol oleh Badan
Standardisasi Nasional dikategorikan dalam kategori A-4 yaitu zat kimia yang
belum cukup bukti diklasifikasikan karsinogen terhadap manusia ataupun
binatang dan memiliki nilai ambang batas 19 mg/m3 atau 5 bds.

Dalam jurnal dijelaskan bahwa factor hygiene perorangan pekerja bagian


pengeleman sandal merupakan factor risiko yang memiliki hubungan terhadap
kadar fenol urin pekerja terhadap paparan benzene. Pengukuran paparan
benzena dilakukan dengan mengukur metabolit hasil biotransformasinya yaitu
fenol dalam urin. Alur sebuah toksin masuk kedalam tubuh dijelaskan melalui
fase kerja toksikan, proses ini umumnya dikelompokkan dalam 3 fase yaitu :

1. Fase eksposisi (eksposure) Pada fase ini terjadi kontak xenobiotika


dengan organisme melalui paparan benzene (fenol).

2. Fase toksikokinetik (farmakokinetik) Pada fase ini hanya sebagian


dari jumlah zat yang diabsorpsi mencapai tempat kerjanya yang
sebenarnya, yaitu jaringan yang sesuai dan reseptor, lokasi kerjanya
ditingkat molekul. Fase toksokinetik, bersama bagian prosesnya,
yaitu invasi (absorpsi dan distribusi) dan evasi (biotransformasi dan
ekskresi) sangat turut menentukan daya kerja zat, karena konsentrasi
zat dalam berbagai kompartemen organisasi dan dalam jaringan
sasaran tergantung pada parameter toksokinetik.

3. Fase toksikodinamik (Farmakodinamik) Pada fase ini terjadi


interaksi antar tokson dengan reseptor dalam organ efektor (tempat
kerja spesifik). Umumnya terjadi interaksi reversible dimana
mengakibatkan kerusakan fungsional, namun efek akan hilang
apabila tokson tereliminasi dari tempat kerjanya dan dikeluarkan
melalui ekskresi tubuh. Interaksi irreversible juga dapat terjadi dan
mengakibatkan disabilitas.

Pencegahan dapat dilakukan dengan menerapkan konsep upaya


pencegahan penyakit akibat kerja yaitu pencegahan primer, pencegahan
sekunder, dan pencegahan tersier. Pencegahan primer dapat dilakukan
upaya health promotion dan spesific protection pada pekerja dengan risiko
tinggi paparan benzene (fenol). Pencegahan sekunder dengan early
diagnostic and prompt treatment melalui pemeriksaan kesehatan dan
pemeriksaan indicator paparan benzene dalam tubuh untuk mendapatkan
penanganan pengobatan kesehatan yang tepat bagi pekerja. Pencegahan
tersier adalah melalui disability limitation dan rehabilitation yaitu dengan
membatasi terjadinya kecacatan lebih lanjut supaya tidak menjadi lebih
parah dengan melakukan rehabilitasi fisiologis, rehabilitasi kesehatan,
rehabilitasi mental, rehabilitasi social ekonomi, dan rehabilitasi kerja.

3.2 Saran

Penulisan Jurnal Kajian Faktor Individu Terhadap Kadar Fenol Urin


Pekerja Bagian Pengeleman Sandal Nomor jurnal KEMAS 7 (2) (2012) 142-
148 sudah bagus dan dapat dijadikan referensi ilmiah dalam mengetahui
hubungan antar hygiene perorangan dengan kadar fenol urin pekerja
pengeleman sandal ataupun pekerja dengan risiko paparan terhadap benzene
dengan pengukuran kadar fenol dalam urin.
Saran dari kelompok kami untuk jurnal kesehatan masyarakat Kajian
Faktor Individu Terhadap Kadar Fenol Urin Pekerja Bagian Pengeleman
Sandal Nomor jurnal KEMAS 7 (2) (2012) 142-148 adalah :
1. Pengukuran paparan benzena pada jurnal dilakukan dengan mengukur
metabolit hasil biotransformasinya yaitu fenol dalam urin. Namun
dalam jurnal tidak dijelaskan lebih lanjut mengenai biotransformasi
yang merupakan bagian dari fase toksikokinetik dari fase kerja toksikan
yaitu fenol. Sebaiknya dijelaskan mengenai fase kerja toksikan secara
lengkap tidak terputus sampai pada fase biotransformasi (yang diamati
penulis jurnal) namun dijelaskan sampai dapat mengetahui akar
permasalahan dari input yaitu fase eksposure oleh fenol, proses pada
fase toksikokinetik dan toksikodinamik sampai dengan output jika
terjadi bioaktivasi dan menyebabkan efek kesehatan yang serius.
Sehingga dapat dilakukan pencegahan penyakit akibat kerja dan
pengendalian kecelakaan akibat kerja secara optimal bagi fase kritis
yang memiliki potensi tinggi menyebabkan bahaya bagi pekerja akibat
paparan fenol.
2. Sebaiknya penulis menambahkan bab mengenai pencegahan dan
pengendalian terhadap faktor risiko pada pekerja pengeleman sandal
sebagai feedback terhadap home industry yang telah menjadi sampel
penelitian, agar dapat berbenah guna meningkatkan kesejahteraan
pekerja.

Anda mungkin juga menyukai