Anda di halaman 1dari 35

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hygiene Perorangan

2.1.1. Definisi

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2003), hygiene perorangan berasal dari

bahasa yunani yaitu personal yang artinya perorangan dan hygiene berarti sehat.

Kebersihan perorangan adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan

kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis.

Menurut Perry (2005), hygiene perorangan adalah suatu tindakan untuk

memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis,

kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan

perawatan kebersihan untuk dirinya.

2.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hygiene Perorangan

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi

personal hygiene adalah:

1. Body image, yaitu gambaran individu terhadap dirinya yang mempengaruhi

kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak

peduli dengan kebersihan dirinya.

2. Praktik sosial, yaitu pada anak anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka

kemungkinan akan terjadi perubahan pola hygiene perorangan.

3. Status sosial ekonomi, yaitu personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti

sabun, pasta gigi, sikat gigi, sampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang

untuk menyediakannya.

Universitas Sumatera Utara


4. Pengetahuan, yaitu pengetahuan mengenai personal hygiene sangat penting karena

pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien

penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.

5. Budaya, yaitu pada sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh

mandi.

6. Kebiasaan seseorang, yaitu ada kebiasaan orang yang menggunakan produk

tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain lain.

7. Kondisi fisik atau psikis, yaitu pada keadaan tertentu atau sakit kemampuan untuk

merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.

2.1.3. Dampak yang Sering Timbul pada Masalah Hygiene Perorangan

Dampak yang akan timbul jika hygiene perorangan kurang adalah (Tarwoto,

2003):

1. Dampak fisik, yaitu gangguan fisik yang terjadi karena adanya gangguan

kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan

dengan baik, adalah gangguan yang sering terjadi adalah gangguan integritas kulit,

gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik

pada kuku.

2. Dampak psikososial, yaitu masalah-masalah sosial yang berhubungan dengan

hygiene perorangan adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, aktualisasi diri dan

gangguan interaksi sosial.

Universitas Sumatera Utara


2.1.4. Tanda dan Gejala

Menurut Departemen Kesehatan RI (2000), tanda dan gejala individu dengan

kurang perawatan diri adalah:

1. Fisik

a. Badan bau dan pakaian kotor.

b. Rambut dan kulit kotor.

c. Kuku panjang dan kotor

d. Gigi kotor disertai mulut bau

e. Penampilan tidak rapi

2. Psikologis

a. Malas dan tidak ada inisiatif.

b. Menarik diri atau isolasi diri.

c. Merasa tak berdaya , rendah diri dan merasa hina.

3. Sosial

a. Interaksi kurang.

b. Kegiatan kurang

c. Tidak mampu berperilaku sesuai norma.

d. Cara makan tidak teratur, buang air besar dan buang air kecil di sembarang

tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.

Data yang biasa ditemukan dalam kurangnya perawatan diri adalah :

1. Data subjektif, yaitu malas untuk beraktivitas dan merasa tidak berdaya.

2. Data objektif, yaitu rambut kotor dan acak acakan, badan dan pakaian kotor dan

bau, mulut dan gigi bau, kulit kusam dan kotor, kuku panjang dan tidak terawat.

Universitas Sumatera Utara


2.1.5. Pemeliharaan dalam Hygiene Perorangan

Pemeliharaan hygiene perorangan diperlukan untuk kenyamanan individu,

keamanan dan kesehatan (Potter, 2005). Hygiene perorangan meliputi:

1. Kebersihan Kulit

Kebersihan kulit merupakan cerminan kesehatan yang paling pertama

memberikan kesan. Oleh karena itu perlu memelihara kulit sebaik-baiknya.

Pemeliharaan kesehatan kulit tidak dapat terlepas dari kebersihan lingkungan,

makanan yang dimakan serta kebiasaan hidup sehari-hari.

Dalam memelihara kebersihan kulit kebiasaan-kebiasaan yang sehat harus

selalu diperhatikan adalah menggunakan barang-barang keperluan sehari-hari milik

sendiri, mandi minimal 2x sehari, mandi memakai sabun, menjaga kebersihan

pakaian, makan yang bergizi terutama banyak sayur dan buah, dan menjaga

kebersihan lingkungan.

2. Kebersihan Rambut

Rambut yang terpelihara dengan baik akan membuat bersih dan indah

sehingga akan menimbulkan kesan bersih dan tidak berbau. Dengan selalu

memelihara kebersihan rambut dan kulit kepala, maka perlu memperhatikan

kebersihan rambut dengan mencuci rambut sekurang-kurangnya 2 kali seminggu,

mencuci rambut memakai sampo/bahan pencuci rambut lainnya, dan sebaiknya

menggunakan alat-alat pemeliharaan rambut sendiri.

3. Kebersihan Gigi

Menggosok gigi dengan teratur dan baik akan menguatkan dan membersihkan

gigi sehingga terlihat bersih. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga

Universitas Sumatera Utara


kesehatan gigi adalah menggosok gigi secara benar dan teratur dianjurkan setiap

sehabis makan, memakai sikat gigi sendiri, menghindari makan-makanan yang

merusak gigi, membiasakan makan buah-buahan yang menyehatkan gigi dan

memeriksa gigi secara teratur.

4. Kebersihan Telinga

Hal yang diperhatikan dalam kebersihan telinga adalah membersihkan telinga

secara teratur, dan tidak mengorek-ngorek telinga dengan benda tajam.

5. Kebersihan Tangan, Kaki, dan Kuku

Seperti halnya kulit, tangan kaki, dan kuku harus dipelihara dan ini tidak

terlepas dari kebersihan lingkungan sekitar dan kebiasaan hidup sehari-hari. Tangan,

kaki, dan kuku yang bersih menghindarkan kita dari berbagai penyakit. Kuku dan

tangan yang kotor dapat menyebabkan bahaya kontaminasi dan menimbulkan

penyakit-penyakit tertentu. Untuk menghindari bahaya kontaminasi maka harus

membersihkan tangan sebelum makan, memotong kuku secara teratur, membersihkan

lingkungan, dan mencuci kaki sebelum tidur.

2.1.6. Kegiatan yang Mencakup Hygiene Perorangan

Kegiatan-kegiatan yang mencakup hygiene perorangan adalah:

1. Mandi

Mandi merupakan bagian yang penting dalam menjaga kebersihan diri. Mandi

dapat menghilangkan bau, menghilangkan kotoran, merangsang peredaran darah,

memberikan kesegaran pada tubuh. Sebaiknya mandi dua kali sehari, alasan utama

ialah agar tubuh sehat dan segar bugar. Mandi membuat tubuh kita segar dengan

membersihkan seluruh tubuh kita (Stassi, 2005).

Universitas Sumatera Utara


Menurut Irianto (2007), urutan mandi yang benar adalah seluruh tubuh dicuci

dengan sabun mandi. Oleh buih sabun, semua kotoran dan kuman yang melekat

mengotori kulit lepas dari permukaan kulit, kemudian tubuh disiram sampai bersih,

seluruh tubuh digosok hingga keluar semua kotoran atau daki. Keluarkan daki dari

wajah, kaki, dan lipatan- lipatan. Gosok terus dengan tangan, kemudian seluruh tubuh

disiram sampai bersih sampai kaki.

2. Perawatan mulut dan gigi

Mulut yang bersih sangat penting secara fisikal dan mental seseorang.

Perawatan pada mulut juga disebut oral hygiene. Melalui perawatan pada rongga

mulut, sisa-sisa makanan yang terdapat di mulut dapat dibersihkan. Selain itu,

sirkulasi pada gusi juga dapat distimulasi dan dapat mencegah halitosis (Stassi,

2005).

Kesehatan gigi dan rongga mulut bukan sekedar menyangkut kesehatan di

rongga mulut saja. Kesehatan mencerminkan kesehatan seluruh tubuh. Orang yang

giginya tidak sehat, pasti kesehatan dirinya berkurang. Sebaliknya apabila gigi sehat

dan terawat baik, seluruh dirinya sehat dan segar bugar. Menggosok gigi sebaiknya

dilakukan setiap selesai makan. Sikat gigi jangan ditekan keras-keras pada gigi

kemudian digosokkan cepat-cepat. Tujuan menggosok gigi ialah membersihkan gigi

dan seluruh rongga mulut. Dibersihkan dari sisa-sisa makanan, agar tidak ada sesuatu

yang membusuk dan menjadi sarang bakteri (Irianto, 2007).

Universitas Sumatera Utara


3. Cuci tangan

Tangan adalah anggota tubuh yang paling banyak berhubungan dengan apa

saja. Kita menggunakan tangan untuk menjamah makanan setiap hari. Selain itu,

sehabis memegang sesuatu yang kotor atau mengandung kuman penyakit, selalu

tangan langsung menyentuh mata, hidung, mulut, makanan serta minuman. Hal ini

dapat menyebabkan pemindahan sesuatu yang dapat berupa penyebab terganggunya

kesehatan karena tangan merupakan perantara penularan kuman (Irianto, 2007).

Selain itu, tangan juga salah satu penghantar utama masuknya kuman

penyakit ke tubuh manusia. Cuci tangan dengan sabun dapat menghambat penyakit

ke tubuh manusia melalui perantara tangan. Tangan manusia yang kotor karena

menyentuh feses mengandung kurang lebih 10 juta virus dan 1 juta bakteri. Kuman

penyakit seperti virus dan bakteri tidak dapat terlihat dengan mata telanjang sehingga

sering diabaikan dan mudah masuk ke tubuh manusia. Hampir semua orang mengerti

pentingnya cuci tangan pakai sabun namun tidak membiasakan diri untuk

melakukannya dengan benar pada saat yang penting.

Berdasarkan penelitan WHO dalam National Campaign for Handwashing

with Soap (2007) telah menunjukkan mencuci tangan pakai sabun dengan benar pada

5 waktu penting yaitu sebelum makan, sesudah buang air besar, sebelum memegang

bayi, sesudah menceboki anak, dan sebelum menyiapkan makanan dapat mengurangi

angka kejadian diare sampai 40%. Cuci tangan pakai sabun dengan benar juga dapat

mencegah penyakit menular lainnya seperti tifus dan flu burung.

Universitas Sumatera Utara


Langkah yang tepat cuci tangan pakai sabun adalah seperti berikut (National

Campaign for Handwashing with Soap, 2007):

a. Basuh tangan dengan air mengalir dan gosokkan kedua permukaan tangan

dengan sabun secara merata, dan jangan lupakan sela-sela jari.

b. Bilas kedua tangan sampai bersih dengan air yang mengalir.

c. Keringkan tangan dengan menggunakan kain lap yang bersih dan kering.

4. Membersihkan Pakaian

Pakaian yang kotor akan menghalang seseorang untuk terlihat sehat dan segar

walaupun seluruh tubuh sudah bersih. Pakaian banyak menyerap keringat, lemak dan

kotoran yang dikeluarkan badan. Dalam sehari saja, pakaian berkeringat dan

berlemak ini akan berbau busuk dan menganggu. Untuk itu perlu mengganti pakaian

dengan yang besih setiap hari. Saat tidur hendaknya kita mengenakan pakaian yang

khusus untuk tidur dan bukannya pakaian yang sudah dikenakan sehari-hari yang

sudah kotor. Untuk kaos kaki, kaos yang telah dipakai 2 kali harus dibersihkan.

Selimut, sprei, dan sarung bantal juga harus diusahakan supaya selalu dalam keadaan

bersih sedangkan kasur dan bantal harus sering dijemur (Irianto, 2007).

2.1.7. Tujuan Hygiene Perorangan

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2003), tujuan dari hygiene perorangan

adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan, memelihara kebersihan diri,

memperbaiki personal hygiene yang kurang, mencegah penyakit, menciptakan

keindahan, dan meningkatkan rasa percaya diri.

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan Penelitian Dahlia Kristina di TPA Namo Bintang Tahun 2010.

Faktor hygiene yang mempengaruhi gangguan kulit adalah:

1. Kebersihan Kulit

2. Kebersihan Kuku

2.2. Alat Pelindung Diri

2.2.1. Definisi

Menurut Ridley (2004), alat pelindung diri adalah kelengkapan yang wajib

digunakan saat bekerja sesuai kebutuhan untuk menjaga keselamatan pekerja itu

sendiri dan orang di sekeliling. Dalam menyediakan perlindungan terhadap bahaya,

prioritas pertama seorang majikan adalah melindungi pekerjanya secara keseluruhan

ketimbang secara individu. Penggunaan alat pelindung diri hanya dipandang perlu

jika metode-metode perlindungan yang lebih luas ternyata tidak praktis dan tidak

terjangkau.

Dengan seluruh jenis alat pelindung diri yang tersedia, pemasok akan

menyarankan jenis yang paling sesuai untuk kebutuhan perlindungan pekerja dan

dapat menawarkan beberapa pilihan berdasarkan material, desain, warna, dan

sebagainya. Akan tetapi, ada beberapa prinsip umum harus diikuti. Alat pelindung

diri yang efektif harus sesuai dengan bahaya yang dihadapi, terbuat dari material yang

akan tahan terhadap bahaya tersebut, cocok bagi orang yang akan menggunakannya,

tidak mengganggu kerja operator yang sedang bertugas, memiliki konstruksi yang

sangat kuat, tidak mengganggu alat pelindung diri lain yang sedang dipakai secara

bersamaan, dan tidak meningkatkan risiko terhadap pemakainya (Ridley, 2004).

Universitas Sumatera Utara


2.2.2. Langkah-Langkah Menentukan Alat Pelindung Diri

Selain pengertian dari Alat Pelindung Diri adapula langkah-langkah yang

penting diperhatikan sebelum menentukan APD yang akan digunakan, adalah :

1. inventarisasi potensi bahaya yang dapat terjadi.L angkah ini sebagai langkah aw al

agar APD yang digunakan sesuai kebutuhan.

Jum lah tenaga kerja yang


2. menentukan jumlah APD yang akan disediakan.

terpapar langsung menjadi prioritas utama. Dalam menentukan jumlah bergantung

pula pada jenis APD yang digunakan sendiri-sendiri (pribadi) atau APD yang dapat

dipakai secara bergantian.

Penentuan m utu akan


3. memilih kualitas / mutu dari APD yang akan digunakan.

menentukan tingkat keparahan kecelakaan / penyakit akibat kerja yang dapat terjadi.

Penentuan mutu suatu APD dapat dilakukan melalui proses pengujian di

laboratorium.

2.2.3. Ketentuan Alat Pelindung diri

Alat pelindung diri yang telah dipilih hendaknya memenuhi ketentuan-

ketentuan sebagai berikut :

1. Dapat memberikan perlindungan terhadap bahaya

2. Berbobot ringan

3. Dapat dipakai secara fleksibel (tidak membedakan jenis kelamin)

4. Tidak menimbulkan bahaya tambahan

5. Tidak mudah rusak

6. Memenuhi ketentuan dari standar yang ada

7. Pemeliharaan mudah

Universitas Sumatera Utara


8. Penggantian suku cadang mudah

9. Tidak membatasi gerak

10. Rasa tidak nyaman tidak berlebihan

11. Bentuknya cukup menarik

2.2.4. Fungsi Alat Pelindung Diri

Fungsi alat Pelindung Diri yaitu untuk mengisolasi tubuh pekerja terhadap

keterpaan bahan kimia berbahaya. Pemekaian alat pelindug diri merupakan cara

pengendalian setelah mengisolasi emisi polutan telah maksimum atau gagal.

2.2.5. Jenis-Jenis Alat Pelindung Diri

Penggunaan alat pelindung diri yang sesuai akan mengurangi kemungkinan

kecelakaan ataupun penyakit akibat kerja. Jenis-jenis alat pelindung diri yang aman

bagi pekerja adalah :

1. Pakaian kerja

Pakaian kerja jenis celana, hindarkan bagian kaki yang terlalu panjang,

bagian bawah yang terlalu lebar atau terlipat keluar akan mengurangi

pergerakan dan mudah terkait atau jatuh. Pakaian kerja jenis baju sedapat

mungkin tidak boleh terlalu longgar

2. Pemakaian sarung tangan

Sarung tangan sangat membantu pada pengerjaan agar terhindar dari

kecelakaan maupun penyakit akibat kerja.

3. Pemakaian sepatu kerja

Pemakaian sepatu kerja sebagai pengaman kaki harus diperhatikan terutama

pemilihan bahan sepatu di daerah kerja yang cocok dengan kondisi kerja, sepatu

Universitas Sumatera Utara


bengkel dengan pengaman, sepatu laboratorium ataupun sepatu untuk kerja di

lapangan. Semua hal tersebut di atas terutama mengamankan kaki dari benda jatuh

atau tergelincir pada waktu kerja.

4. Pemakaian masker

Pemakaian masker untuk melindungi pernafasan dari gas tertentu.

Alat pelindung diri harus disediakan gratis, diberikan satu per satu jika tidak

harus dibersihkan setelah digunakan, hanya digunakan sesuai peruntukannya, dijaga

dalam kondisi baik, diperbaiki atau diganti jika mengalami kerusakan, dan disimpan

di tempat yang sesuai ketika tidak digunakan (Ridley,2004).

2.3. Kulit

2.3.1. Anatomi Kulit

Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari

lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 1,5 m2 dengan berat kira-kira

15% berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital merupakan cermin

kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitif, bervariasi

pada keadaan iklim, umur, seks, ras dan juga bergantung pada lokasi tubuh.

Kulit terbagi atas tiga lapisan pokok yaitu :

1. Lapisan epidermis

a. Stratum korneum (lapisan tanduk) adalah lapisan kulit yang paling luar dan

terdiri atas beberapa lapis sel-sel gepeng yang mati, tidak berinti, dan

protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zat tanduk).

b. Stratum lusidum terdapat langsung dibawah lapisan korneum, merupakan

lapisan sel-sel gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang berubah menjadi

Universitas Sumatera Utara


protein yang disebut eledin. Lapisan tersebut tampak lebih jelas di telapak tangan

dan kaki.

c. Stratum granulosum (lapisan keratohialin) merupakan 2 atau 3 sel-sel gepeng

dengan sitoplasma berbutir kasar dan terdapat inti diantaranya. Butir-butir kasar

ini terdiri atas keratohialin. Mukosa biasanya tidak memiliki lapisan ini. Stratum

granulosum juga tampak jelas di telapak tangan dan kaki.

d. Stratum spinosum (stratum malphigi) terdiri atas beberapa lapis sel yang

berbentuk polygonal yang besarnya berbeda-beda karena adanya proses mitosis.

Protoplasamanya jernih karena banyak mengandung glikogen, dan inti terletak di

tengah-tengah. Sel-sel ini semakin dengan ke permukaan makin gepeng

bentuknya.

e. Stratum basale terdiri atas sel-sel berbentuk kubus (kolumnar) yang tersusun

vertikal pada perbatasan dermo-epidermal berbaris seperti pagar. Lapisan ini

merupakan lapisan epidermis yang paling bawah.

2. Lapisan dermis adalah lapisan di bawah epidermis yang jauh lebih tebal daripada

epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastik dan fibrosa padat dengan elemen-

elemen selular dan folikel rambut.

3. Lapisan subkutis adalah kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar berisi

sel-sel lemak di dalamnya. Sel-sel lemak merupakan sel bulat, besar, dengan inti

terdesak ke pinggir sitoplasma lemak yang bertambah. Sel-sel ini membentuk

kelompok yang dipisahkan satu dengan yang lainnya oleh trabekula yang fibrosa.

Lapisan sel-sel lemak disebut panikulus adiposa, berfungsi sebagai cadangan

makanan. Di lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah dan getah

Universitas Sumatera Utara


bening (Harahap, 2008).

2.3.2. Fungsi Kulit

Kulit mempunyai fungsi yang bermacam-macam untuk menyesuaikan tubuh

dengan lingkungan. Fungsi kulit adalah :

1. Fungsi proteksi, kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau

mekanis, misalnya tekanan, gesekan, tarikan; gangguan kimiawi, misalnya zat-zat

kimia terutama yang bersifat iritan, contohnya lisol, karbol, asam, dan alkali kuat

lainnya, gangguan bersifat panas, misalnya radiasi, sengatan sinar ultra violet,

gangguan infeksi luar terutama kuman/bakteri maupun jamur.

2. Fungsi absorpsi, kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda

padat, tetapi cairan yang mudah menguap lebih mudah diserap, begitupun yang larut

lemak. Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi,

kelembaban, metabolisme dan jenis vehikulum.

3. Fungsi sekresi, kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna

lagi atau sisa metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat dan ammonia.

Kelenjar lemak pada fetus atas pengaruh hormon androgen dari ibunya memproduksi

sebum untuk melindungi kulitnya terhadap cairan amnion, pada waktu lahir dijumpai

sebagai vernix caseosa.

4. Fungsi persepsi, kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan

subkutis. Terhadap rangsangan panas diperankan oleh badan-badan ruffini di dermis

dan subkutis. Terhadap dingin diperankan oleh badan-badan Krause yang terletak di

dermis. Badan taktil meissner terletak di papilla dermis berperan terhadap rabaan,

demikian pula badan merkel ranvier yang terletak di epidermis. Sedangkan terhadap

Universitas Sumatera Utara


tekanan diperankan oleh badan paccini di epidermis.

5. Fungsi pengaturan suhu tubuh, kulit melakukan peranan ini dengan cara

mengeluarkan keringat dan mengerutkan (otot berkontraksi) pembuluh darah kulit.

6. Fungsi pembentukan pigmen, sel pembentuk pigmen (melanosit), terletak di

lapisan basal dan sel ini berasal dari rigi saraf. Jumlah melanosit dan jumlah serta

besarnya butiran pigmen (melanosomes) menentukan warna kulit ras maupun

individu. Melanosom dibentuk oleh alat golgi dengan bantuan enzim tirosinase, ion

Cu dan O2. Pajanan terhadap sinar matahari mempengaruhi produksi melanosom.

Pigmen disebar ke epidermis melalui tangan-tangan dendrit sedangkan ke lapisan

kulit di bawahnya dibawa oleh sel melanofag (melanofor). Warna kulit tidak

sepenuhnya dipengaruhi oleh pigmen kulit, melainkan juga oleh tebal tipisnya kulit,

reduksi Hb, oksi Hb dan karoten.

7. Fungsi keratinisasi, lapisan epidermis dewasa mempunyai 3 jenis sel utama yaitu

keratinosit, sel Langerhans, melanosit. Keratinosit dimulai dari sel basal mengadakan

pembelahan,sel basal lain akan berpindah keatas dan berubah bentuknya menjadi sel

spinosum, makin keatas sel menjadi semakin gepeng dan bergranula menjadi sel

granulosum. Makin lama inti menghilang dan keratinosit ini menjadi sel tanduk yang

amorf.

8. Fungsi pembentukan vitamin D, dimungkinkan dengan mengubah 7 dihidroksi

kolesterol dengan pertolongan sinar matahari (Harahap, 2008).

Universitas Sumatera Utara


2.3.3. Penyebab Penyakit Kulit

Menurut Fregert (1988), jumlah agen yang menjadi penyebab penyakit kulit

sangat banyak antara lain :

1. Agen-agen fisik, antara lain disebabkan oleh tekanan atau gesekan, kondisi cuaca,

panas, radiasi dan serat-serat mineral. Agen-agen fisik menyebabkan trauma

mekanik, termal atau radiasi langsung pada kulit. Kebanyakan iritan kulit langsung

merusak kulit dengan jalan :

a. Mengubah pHnya

b. Bereaksi dengan protein-proteinnya (denaturasi)

c. Mengekstrasi lemak dari lapisan luarnya

d. Merendahkan daya tahan kulit.

2. Agen-agen kimia, terbagi menjadi 4 kategori yaitu :

a. Iritan primer berupa asam, basa, pelarut lemak, deterjen, garam-garam logam.

b. Sensitizer berupa logam dan garam-garamnya, senyawa-senyawa yang berasal

dari anilin, derivat nitro aromatik, resin, bahan-bahan kimia karet, obat- obatan,

antibiotik, kosmetik, tanam-tanaman, dll.

c. Agen-agen aknegenik berupa nafialen dan bifenil klor, minyak mineral, dll

d. Photosensitizer berupa antrasen, pitch, derivat asam amni benzoat, hidrokarbon

aromatik klor, pewarna akrrridin, dll.

3. Agen-agen biologis, seperti mikroorganisme, parasit kulit dan produk-produknya.

Jenis agen biologis ini umumnya merupakan zat pemicu terjadinya penyakit kulit.

Universitas Sumatera Utara


2.3.4. Keluhan-Keluhan Penyakit Kulit

Keluhan-keluhan penyakit kulit adalah:

1. Adanya rasa gatal-gatal pada kulit seperti rasa terbakar dan lesi yang tidak nyeri

2. Terdapat tonjolan pada kulit yang berisi nanah dan teraba keras

3. Kulit yang kemerahan nyeri apabila di tekan/ diusap/ digaruk

4. Terjadi peradangan yang memerah dan cepat membesar

5. Adanya lecet-lecet atau retakan kulit

6. Adanya kulit yang mengelupas seperti sisik

7. Terdapat bintil seperti jerawat kecil kemerah-merahan yang kadang disertai

lepuhan (Harahap, 2008)

Keluhan gangguan pada kulit adalah rasa gatal-gatal (saat pagi, siang, malam,

ataupun sepanjang hari), muncul bintik-bintik merah/ bentol-bentol/ bula-bula yang

berisi cairan bening ataupun nanah pada kulit permukaan tubuh timbul ruam-ruam

(Graham, 2005).

2.3.5. Jenis-jenis Gangguan Kulit

1. Penyakit Kulit Akibat Bakteri

a. Impetigo kontagiosa

Impetigo kontagiosa adalah infeksi kulit yang mudah menular dan terutama

mengenai anak-anak yang belum sekolah. Penyakit ini mengenai kedua jenis kelamin,

laki-laki dan perempuan, sama banyak. Pada orang dewasa, impetigo ini sering

terdapat pada mereka yang tinggal bersama-sama dalam satu kelompok, seperti

asrama dan penjara. Faktor predisposisi terjadinya ialah hygiene penderita dan

sanitasi yang jelek dan malnutrisi. Penyebab impetigo kontagiosa adalah

Universitas Sumatera Utara


Streptococcus B hemolyticus. Gejala klinisnya tidak disertai gejala umum, hanya

terdapat pada anak. Tempat predileksi di muka, yakni di sekitar lubang hidung dan

mulut karena dianggap sumber infeksi dari daerah tersebut. Kelainan kulit berupa

eritema dan vesikel yang cepat memecah sehingga jika penderita datang berobat yang

terlihat adalah krusta tebal berwarna kuning seperti madu. Jika dilepaskan tampak

erosi di bawahnya. Sering krusta menyebar ke perifer dan sembuh di bagian tengah.

Pengobatan jika krusta sedikit, dilepaskan dan diberi salap antibiotik sistematik

(Djuanda, 2008)

Gambar 2.1. Impetigo Kontagiosa

b. Impetigo Bulosa

Impetigo Bulosa disebabkan oleh Staphylococcus aureus galur grup II tipe faga 71.

Tiga lesi kulit kulit yang disebabkan oleh stafilokok grup II ini adalah: a. impetigo

bulosa, b. penyakit eksfolatif Staphylococcal Scalded Skin syndrome (SSSS), dan

c. erupsi non streptokokal skarlatiniforme. Impetigo Bulosa terutama terdapat pada

neonati dan anak yang lebih besar dan ditandai oleh pembentukan vesikula yang

cepat berubah menjadi bula yang lunak. Bula ini terdapat pada kulit normal. Pada

permulaaan bula berisi cairan kuning yang kemudian berubah menjadi kuning pekat

Universitas Sumatera Utara


dan keruh. Bula tidak dikelilingi eriterm dan berbatas tegas. Kemudian bula pecah

dan mengempis serta membentuk krusta coklat tipis. Bula yang utuh mengandung

stafilokok. Gejala klinisnya tidak dipengaruhi keadaan umum. Tempat predileksi di

ketiak, dada, punggung. Sering bersama-sama miliaria. Terdapat pada anak dan orang

dewasa. Kelainan kulit berupa eritema, bula, dan bula hupapion. Kadang-kadang

waktu penderita datang berobat, vesikel/bula telah memecah sehingga yang tampak

hanya koleret dan dasarnya masih eritematosa. Pengobatan diberi salap antibiotik atau

cairan antiseptik jika terdapat hanya beberapa vesikel/bula yang dipecahkan

(Djuanda, 2008).

Gambar 2.2. Impetigo Bulosa

c. Impetigo neonatorum

Penyakit ini merupakan varian impetigo bulosa yang terdapat pada neonatus.

Kelainan kulit serupa impetigo bulosa hanya lokasinya menyeluruh, dapat disertai

demam. Pada penyakit ini bula juga terdapat di telapak tangan dan kaki, terdapat pula

snuffle nose, saddle nose, dan pseudo paralisis parrot. Pengobatan dengan antibiotik

yang diberikan secara sistematik. Topikal dapat diberikan bedak salisil 2% (Djuanda,

2008).

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.3. Impetigo neonatorum

d. Ektima

Ektima adalah suatu infeksi piogenik kulit yang ditandai pembentukan krusta yang

menutupi tukak (ulkus) dibawahnya. Ektima lebih sering terjadi pada anak-anak.

Orang dewasa dapat juga terkena. Faktor predisposisi untuk terjadinya ektima adalah

trauma, malnutrisi, dan hygiene yang jelek. Ektima sering timbul sebagai komplikasi

penyakit kulit lain, seperti skabies dan ekzema. Lesi ektima sangat infeksius. Oleh

karena itu penderita merupakan reservoir infeksi untuk orang lain. Penyebab ektima

adalah streptokok beta hemolitik. Kadang-kadang pada lesi, ditemui juga stafilokok

koagulase positip yang merupakan bakteri sekunder. Manifestasi klinik: ektima mulai

sebagai pustule atau bula yang cepat membesar dan menjadi ulkus. Lesi berbentuk

bulat atau oval dengan diameter 1-3 cm, dikelilingi oleh haloeritem dan edema.

Ektima ditutupi krusta tebal yang melekat dan berwarna coklat tua. Jika krusta di

angkat terdapat ulkus purulen, seperti cangkir dengan pinggir menimbul. Biasanya

hanya ada satu atau beberapa lesi. Penderita merasa sedikit sakit dan pada perabaan

terasa nyeri. Bila tidak diobati penyakit menjadi kronik dan lesi bertambah banyak

akibat autoinokulasi. Limfangitis dan limfadenitis dapat terjadi. Jika sembuh, timbul

Universitas Sumatera Utara


jaringan parut. Pengobatan yang dilakukan jika terdapat ektima sedikit, krusta

diangkat lalu diolesi dengan salap antibiotik. Kalau banyak, juga diobati dengan

antibiotik sistemik (Djuanda, 2008).

Gambar 2.4. Ektima

e. Folikulitis

Folikulitis adalah peradangan bagian distal folikel rambut yang biasanya hanya

mengenai ostium, tapi dapat meluas sedikit ke bawahnya. Secara epidemiologi

merupakan keadaan yang sering ditemui dan umumnya diabaikan penderita.

Folikulitis mengenai anak-anak, remaja, dan orang dewasa, terutama penderita

jerawat atau cenderung menderita sebore. Faktor predisposisi ialah berkeringat

banyak, maserasi, dan hygiene jelek. Folikulitis dalam dapat terjadi sebagai perluasan

tipe superfisial. Sering kedua tipe folikulitis terdapat bersamaan. Folikulitis dalam

adalah infeksi yang telah meluas ke bagian bawah folikel contohnya adalah sikosis

vulgaris atau furunkel. Folikulitis disebabkan oleh Staphlococcus aureus. Folikulitis

dapat diklasifikasikan yaitu folikulitis superfisialis (terbatas di dalam epidermis) dan

Universitas Sumatera Utara


folikulitis profunda (sampai ke subkutan). Pada folikulitis superfisialis gejala klinis

yaitu terdapat kelainan berupa papul atau pustul yang eritematosa dan di tengahnya

terdapat rambut, biasanya multipel. Pada folikulitis profunda gambaran klinis seperti

folikulitis superfisialis dan teraba infiltrat di subkutan. Contohnya sikosis barbe yang

berlokasi di bibir atas dan dagu, bilateral. Pengobatan dengan antibiotik

sistemik/topikal (Djuanda, 2008).

Gambar 2.5. Folikulitis

f. Furunkel

Nama lain Furunkel adalah bisul mata satu. Furunkel adalah infeksi folikel rambut

dan daerah sekitarnya. Banyak terdapat pada anak-anak yang besar dan

dewasa.Terutama mengenai daerah punggung, ketiak, paha, bokong dan perineum.

Gejala klinis antara lain nodul eritematosa, puncaknya terdapat nekrosis dan supurasi.

Nyeri sekali, dapat disertai demam dan pembesaran KGB (Djuanda, 2008).

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.6. Furunkel

g. Karbunkel

Karbunkel adalah kumpulan beberapa furunkel yang bersatu, sehingga ada yang

memberi nama bisul bermata banyak. Penyakit ini biasa terdapat leher, punggung,

paha, bokong. Gejala klinis antara lain Nodul--nodul yang bergabung, dengan

beberapa puncak yang mengalami nekrosis dan supurasi, lesi dapat mencapai 10 cm,

kulit sekitar eritem, demam tinggi dan disertai nyeri (Djuanda, 20008).

Gambar 2.7. Karbunkel

Universitas Sumatera Utara


h. Pionikia

Pionikia merupakan radang di sekitar kuku oleh piokokus. Penyebabnya adalah

Staphylococcus aureus dan/atau Streptococcus B hemolyticus. Penyakit ini didahului

trauma. Mulainya infeksi pada lipat kuku, terlihat tanda-tanda radang, kemudian

menjalar ke matriks dan lempeng kuku (nail plate), dapat terbentuk abses subungual.

Pengobatan dapat dilakukan dengan kompres dengan larutan antiseptik dan berikan

antibiotik sistemik. Jika terjadi abses subungual kuku diekstraksi (Djuanda, 2008).

Gambar 2.8. Pionikia

i. Erisipelas

Erisipelas merupakan penyakit infeksi akut, biasanya disebabkan oleh

streptococcus, gejala utamanya ialah eritema berwarna merah cerah dan berbatas

tegas serta disertai gejala konstitusi. Terdapat gejala konstitusi yaitu demam, malese.

Lapisan kulit yang diserang ialah epidermis dan dermis. Penyakit ini didahului

trauma, karena itu biasanya tempat predileksinya di tungkai bawah. Kelainan kulit

yang utama ialah eritema yang berwarna merah cerah, berbatas tegas, dan pinggirnya

Universitas Sumatera Utara


meninggi dengan tanda-tanda radang akut. Dapat disertai edema, vesikel, dan bula .

terdapat leukositosis. Jika tidak diobati akan menjalar ke sekitarnya terutama ke

proksimal. Kalau sering residif di tempat yang sama dapat terjadi elefantiasis.

Pengobatan dengan istirahat, tungkai bawah dan kaki yang diserang ditinggikan

(elevasi), tingginya sedikit lebih tinggi daripada letak kor. Pengobatan sistemik ialah

antibiotik, topikal diberikan kompres terbuka dengan larutan antiseptik. Jika terdapat

edema diberikan diuretika (Djuanda, 2008).

Gambar 2.9. Erisipela

2. Penyakit Kulit Akibat Jamur

Mikosis adalah penyakit yang disebabkan oleh jamur. Beberapa contoh dari

mikosis adalah tinea (kurap) dan tinea versikolor (panu) (Harahap, 2008).

Gambar 2.10. Tinea (Kurap)

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.11. Tinea Versikolor (Panu)

3. Penyakit Kulit Akibat Virus

a. Veruka

Veruka adalah hiperplasi epidermis disebabkan oleh human papilloma virus tipe

tertentu. (Djuanda, 2008). Veruka adalah hiperlasia epidermis yang disebabkan

infeksi virus. (Harahap, 2008). Veruka terbagi atas 4 tipe: Veruka vulgaris, Veruka

plana, Veruka piantaris dan Veruka akuminatum.

Gambar 2.12. Veruka

Universitas Sumatera Utara


b. Herpes Zoster

Herpes Zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh varisela zoster virus. Herpes

Zoster menyerang kulit dan mukosa, infeksi ini merupakan aktifitas virus yang terjadi

setelah infeksi primer. (Djuanda, 2008). Virus ini dengan cepat dapat dihancurkan

oleh bahan organik, detergen, enzim preolitik, panas dan PH tinggi (Harahap, 2008).

Gambar 2.13. Herpes Zoster

c. Varisela

Varisela adalah penyakit infeksi virus akut dan cepat menular, yang disertai gejala

konstitusi dengan kelainan kulit yang polimorf, terutama berlokasi di bagian sentral

tubuh (Harahap, 2008). Penyakit ini disebabkan oleh virus varisela zoster,

penanaman virus ini memberikan pengertian bahwa infeksi primer virus ini

menyebabkan penyakit varisela, sedangkan reaktivasi menyebabkan herpes zoster

(Djuanda, 2008).

Gambar 2.14. Varisela

Universitas Sumatera Utara


d. Variola

Variola adalah penyakit infeksi virus akut yang disertai keadaaan umum yang

sangat menular dan dapat menyebabkan kematian, dengan ruang kulit yang

monomorf, terutama tersebar di bagian perifer tubuh (Harahap, 2008).

Gambar 2.15. Variola

2.4. Udang

2.4.1. Defenisi

Udang merupakan makhluk air yang tidak bertulang belakang (invertebrata).

Udang mempunyai bentuk morfologi dan histologi yang khas, kepala dan tubuhnya

dilindungi oleh kulit yang banyak mengandung kalsium dan kitin (Darmono 1991).

Jenis udang laut yang dikategorikan memiliki nilai ekonomis penting antara lain

udang windu (Penaeus monodon), udang putih (Penaeus merguiensis) dan udang

dogol (Metapenaeus monoceros). Sedangkan udang air tawar yang memiliki

ekonomis penting antara lain udang galah (Macrobrachium rosenbergii), udang kipas

(Panulirus spp) dan udang karang (lobster) (Purwaningsih 2000).

Pada dasarnya tubuh udang dibagi menjadi dua bagian, yaitu Cephalotorax

(gabungan antara kepala,dada dan perut) pada bagian ekor terdapat bagian usus dan

gonad. Bagian kepala beratnya sekitar 36-49 % dari keseluruhan berat badan, daging

Universitas Sumatera Utara


24-41% dan kulit 17-23% (Purwaningsih 2000).

2.4.2. Proses Pengolahan Udang

Proses pengolah udang menurut Hadiwiyoto (1993) adalah sebagai berikut:

1. Penerimaan bahan baku pabrik

Udang segar yang tiba di pabrik dalam bak fiberglass atau blong

plastik yang diberi es dibongkar diruang penerimaan. Udang tersebut

dipisahkan dari sisa-sisa es dan disemprot dengan air bersih (pencucian I).

Setelah bersih, udang dipindahkan kedalam keranjang-keranjang plastik

besar yang dapat memuat 100 kg udang. Udang kemudian dipindahkan dan

dibawa ke ruang sampling melalui pintu yang diberi plastic curtain. Dari

ruang sampling, selanjutnya udang dibawa ke ruang proses untuk diolah

lebih lanjut. Apabila bahan baku masih banyak, maka udang ditampung

dalam bak penampung (fiber box).

Penampungan udang tidak boleh lebih dari satu hari. Dalam bak penampung

tersebut diberi es dengan perbandingan antara udang dan es adalah 1: 2. Pada

penampungan udang ini lapisan paling bawah diberi es curai kira-kira setebal 20 cm,

lalu diatas lapisan udang juga diberi lapisan es dengan ketebalan yang sama.

2. Pemotongan kepala dan pembersihan genjer

Bentuk olahan udang yang paling umum adalah Head On (HO), yaitu udang

yang diberikan dengan bentuk kepala dan genjer masih utuh. Pemotongan kepala dan

pembersihan dilakukan dengan tangan yaitu dengan mematahkan kepala dari arah

bawah keatas dan bagian yang dipotong mulai dari batas kelopak penutup kepala

hingga batas leher.

Universitas Sumatera Utara


3. Pencucian II

Udang yang sedang dipotong kepalanya dicuci dengan air yang berklorin

dengan konsentrasi sebesar 10 ppm. Pencucian ini bertujuan untuk menghilangkan

lendir, menghilangkan kotoran yang terbawa udang pada saat ditambak dan

mengurangi jumlah bakteri.

4. Sortasi warna

Sortasi warna adalah proses pemisahan udang sesuai dengan warnanya.

Dalam sortasi warna pada dasarnya ada tiga warna yaitu black (hitam), blue (biru),

dan white (putih) yang harus dibedakan dengan tujuan untuk mempertinggi nilai

artistiknya. Meskipun kualitas udang lebih penting, akan tetapi dari segi keindahan

susunan dan keseragaman warna juga sangat berperan dalam menarik minat

konsumen (Haryadi 1994).

5. Sortasi Ukuran

Sortasi ukuran adalah suatu cara penyortiran udang berdasarkan ukuran.

Sortasi ini dilakukan sesuai dengan jumlah udang untuk setiap pound. Pada tahap ini

udang selalu dipertahankan pada kondisi dingin yaitu dengan cara memberi es curai

pada udang yang sedang disortir.

6. Sortasi Final

Sortasi final dilakukan untuk mengoreksi hasil sortasi yang belum seragam

baik mutu, ukuran dan warna. Untuk pengecekan dilakukan per 1 pound dengan

timbangan. Bila jumlah udang sudah sesuai dengan jumlah standar pada daftar, maka

proses penanganan dapat dilanjutkan.

Universitas Sumatera Utara


7. Penimbangan I

Pada tahap ini ada dua aktivitas utama yaitu perhitungan jumlah dilakukan

untuk menentukan jumlah yang tepat dan ukuran yang seragam. Penimbangan

dilakukan setelah proses perhitungan jumlah standar. Berat produk disesuaikan

dengan ketentuan inner carton yaitu seberat 4 pound atau 1,8 kg. Untuk menjaga

penyusutan setelah thawing, maka penimbangan dilebihkan (extra weight) 2-4 % dari

berat bersih.

Setelah penimbangan dilakukan pencatatan udang berdasarkan ukuran , mutu,

dan jumlah bobotnya. Kemudian diberi label serta ditambahkan es agar tetap dalam

keadaan dingin dan segar. Label udang menunjukkan kualitas dan jenis udang,

sedangkan angka menunjukkan ukuran udang dalam setiap pound (lbs). Untuk jenis

pembekuan digunakan kode, misalnya IQF berarti udang dibekukan dalam individual

quick freezer, ABF berarti dibekukan dalam air blast freezer dan CPF yaitu

pembekuan dengan contact plate freezer.

8. Pencucian III

Udang dicuci dalam air bersih tanpa kaporit yang dicampur dengan es

sehingga udang tetap dalam keadaan dingin. Pencucian ini bertujuan untuk

membersihkan lendir bakteri dan kotoran sebelum dilakukan pembekuan.

9. Penyusunan dalam pan pembeku

Penyusunan udang headless dalam pan pembeku adalah penyusunan udang

dengan metode ekor akan bertemu dengan ekor, dan potongan kepala menghadap

kesamping. Jumlah udang pada setiap lapis tergantung pada ukuran yang disusun.

Misalnya, untuk ukuran 16-20 pada lapisan paling bawah ada angka 8 berarti dalam

Universitas Sumatera Utara


satu deret ada 8 udang, angka 7 diatasnya berarti dalam satu deret udang yang

jumlahnya 8, begitu seterusnya.

10. Pembekuan dan glazing

Pembekuan udang sering dilakukan dengan menggunakan contact plate

freezer dan air blast freezer bila udang dibekukan dalam bentuk blok. Apabila udang

blok dibekukan secara individu bisa menggunakan individual quick freezer. Setelah

dibekukan, udang harus di glazing atau diberi lapisan es tipis sehingga permukaan

udang beku atau blok udang beku tampak mengkilat. Tujuan utama dari glazing

adalah mencegah pelekatan antar bahan baku, melindungi produk dari kekeringan

selama penyimpanan, mencegah ketengikan akibat oksidasi dan memperbaiki

penampakan permukaan (Goncalves dan Junior 2009). Adapun glazing dilakukan

dengan cara menyiram atau mencelupkan udang beku dalam air bersuhu (0-5) oC.

Setelah di glazing, kemudian udang dikemas dan disimpan

dalam gudang beku (cold storage).

Universitas Sumatera Utara


2.5. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Karakteristik Pekerja

1. Umur
2. Lama Bekerja
3. Tingkat Pendidikan

Hygiene Perorangan:

1. Kebersihan Kulit Sehari-hari


2. Kebersihan Kulit Saat Bekerja
Keluhan Gangguan Kulit
3. Kebersihan Tangan, Kaki, Kuku

Pemakaian Alat Pelindung Diri:

1. Pemakaian Pakaian Kerja


2. Pemakaian Sarung Tangan
3. Pemakaian Sepatu Kerja

Gambar 2.16. Kerangka Konsep

Berdasarkan gambar 2.9. dapat dijelaskan bahwa variabel independen dalam

penelitian ini adalah karakteristik pekerja yang mencakup umur, lama bekerja dan

tingkat pendididkan, personal hygiene yang mencakup kebersihan kulit sehari-hari,

kebersihan kulit saat bekerja, kebersihan tangan, kaki dan kuku, pemakaian alat

pelindung diri yang mencakup pemakaian pakaian kerja, pemakaian sarung tangan,

Universitas Sumatera Utara


pemakaian sepatu kerja. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah keluhan

gangguan kulit.

2.6. Hipotesis Penelitian

Ha = Ada hubungan umur dengan keluhan gangguan kulit pada pekerja pengupas

udang.

Ho = Tidak ada hubungan umur dengan keluhan gangguan kulit pada pekerja

pengupas udang.

Ha = Ada hubungan lama bekerja dengan keluhan gangguan kulit pada pekerja

pengupas udang.

Ho = Tidak ada hubungan lama bekerja dengan keluhan gangguan kulit pada pekerja

pengupas udang.

Ha = Ada hubungan tingkat pendidikan dengan keluhan gangguan kulit pada pekerja

pengupas udang.

Ho = Tidak ada hubungan tingkat pendidikan dengan keluhan gangguan kulit pada

pekerja pengupas udang.

Ha = Ada hubungan kebersihan kulit sehari-hari dengan keluhan gangguan kulit pada

pekerja pengupas udang.

Ho = Tidak ada hubungan kebersihan kulit sehari-hari dengan keluhan gangguan kulit

pada pekerja pengupas udang.

Ha = Ada hubungan kebersihan kulit saat bekerja dengan keluhan gangguan kulit

pada pekerja pengupas udang.

Ho = Tidak ada hubungan kebersihan kulit saat bekerja dengan keluhan gangguan

kulit pada pekerja pengupas udang.

Universitas Sumatera Utara


Ha = Ada hubungan kebersihan kuku dengan keluhan gangguan kulit pada pekerja

pengupas udang.

Ho = Tidak ada hubungan kebersihan kuku dengan keluhan gangguan kulit pada

pekerja pengupas udang.

Ha = Ada hubungan pemakaian pakaian kerja dengan keluhan gangguan kulit pada

pekerja pengupas udang.

Ho = Tidak ada hubungan pemakaian pakaian kerja dengan keluhan gangguan kulit

pada pekerja pengupas udang.

Ha = Ada hubungan pemakaian sarung tangan dengan keluhan gangguan kulit pada

pekerja pengupas udang.

Ho = Tidak ada hubungan pemakaian sarung tangan dengan keluhan gangguan kulit

pada pekerja pengupas udang.

Ha = Ada hubungan pemakaian sepatu kerja dengan keluhan gangguan kulit pada

pekerja pengupas udang.

Ho = Tidak ada hubungan pemakaian sepatu kerja dengan keluhan gangguan kulit

pada pekerja pengupas udang.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai