Anda di halaman 1dari 9

PROSES KEPERAWATAN

Perawat professional dalam member asuhan keperawatan harus menggunakan proses


keperawatan yang tahapnya sebagai berikut.

Pengkajian

Pengkajian ialah tahap pertama proses keperawatan. Sebelum perawat dapat merencanakan
asuhan keperawatan pada pasien yang tidak ada harapan sembuh, perawat harus
mengidentifikasi dan menetapkan masalah pasien terlebih dahulu. Oleh karena itu, tahap ini
meliputi pengumpulan data, analisis data mengenai status kesehatan, dan berakhir dengan
penegakan diagnosis keperawatan, yaitu pernyataan tentang masalah pasien yang dapat
diintervensi. Tujuan pengkajian adalah memberi gambaran yang terus-menerus mengenai
kesehatan pasien yang memungkinkan tim perawatan untuk merencanakan asuhan
keperawatannya secara perseorangan.

Pengumpulan data dimulai dengan upaya untuk mengenal pasien dan keluarganya. Siapa
pasien itu dan bagaimana kondisinya akan membahayakan jiwanya. Rencana pengobatan apa
yang telah dilaksanakan? Tindakan apa saja yang telah diberikan? Adakah bukti mengenai
pengetahuannya, prognosisnya, dan pada tahap proses kematian yang mana pasien berada?
Apakah ia menderita rasa nyeri? Apakah anggota keluarganya mengetahui prognosisnya dan
bagaimana reaksi mereka? Filsafat apa yang dianut oleh pasien dan keluarganya mengenai
hidup dan mati. Pengkajian keadaan, kebutuhan, dan masalah kesehatan/keperawatan pasien
khususnya. Sikap pasien terhadap penyakitnya, antara lain apakah pasien tabah terhadap
penyakitnya, apakah pasien menyadari tentang penyakitnya?

1. Perasaan takut. Kebanyakan pasien merasa takut terhadap rada nyeri yang tidak
terkendalikan yang begitu sering diasosiasikan dengan keadaan sakit terminal,
terutama apabila keadaan itu disebabkan oleh penyakit yang ganas. Perawat harus
menggunakan pertimbangan yang sehat apabila sedang merawat orang sakit terminal.
Perawat harus mengendalikan rasa nyeri pasien dengan cara yang tepat.

Perasaan takut yang muncul mungkin takut terhadap rasa nyeri, walaupun secara
teori, nyeri tersebut dapat diatasi dengan obat penghilang rasa nyeri, seperti aspirin,
dehidrokodein, dan dektromoramid. Apabila orang berbicara tentang perasaan takut
mereka terhadap maut, respon mereka secara tipikal mencakup perasaan takut tentang
hal yang tidak jelas, takut meninggalkan orang yang dicintai, kehilangan martabat,
urusan yang belum selesai, dan sebagainya.

Kematian merupakan berhentinya kehidupan. Semua orang akan mengalami kematian


tersebut. Dalam menghadapi kematian ini, pada umumnya orang merasa takut dan
cemas. Ketakutan dan kecemasan terhadap kematian ini dapat membuat pasien tegang
dan stress.

2. Emosi. Emosi pasien yang muncul pada tahap menjelang kematian, antara lain mecela
dan mudah marah.
3. Tanda vital. Perubahan fungsi tubuh sering kali tercermin pada suhu badan, denyut
nadi, pernapasan, dan tekanan darah. Mekanisme fisiologis yang mengaturnya
berkaitan satu sama lain. Setiap perubahan yang berlainan dengan keadaan yang
normal dianggap sebagai indikasi yang penting untuk mengenali keadaan kesehatan
seseorang.
4. Kesadaran. Kesadaran yang sehat dan adekuat dikenal sebagai awas waspada, yang
merupakan ekspresi tentang apa yang dilihat, didengar dialami, dan perasaan
keseimbangan, nyeri, suhu, raba, getar, gerak tekan dan sikap, bersifat adekuat, yaitu
tepat dan sesuai (Mahar Mardjono dan P. Sidharta, 1981)
5. Fungsi tubuh. Tubuh terbentuk atas banyak jaringan dan organ. Setiap organ
mempunyai fungsi khusus.

Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah masalah actual/potensial yang dimiliki seseorang dalam
memenuhi tuntunan atau kegiatan hidup sahari-hari dan berhubungan dengan kesehatan
(Gordon, 1976).

Table 8-1 Diagnosis Kperawatan


PERENCANAAN

Perencanaan adalah langkah kedua dalam proses keperawatan. Termasuk penentuan apa yang
dapat dilakukan perawat terhadap pasien dan pemilihan intervensi keperawatan yang tepat.
PERAWATAN PALIATIF PADA LANJUT USIA MENJELANG AJAL

Dalam member asuhan keperawatan kepada lanjut usia, yang menjadi objek adalah pasien
lanjut usia (core), disusul dengan aspek pengobatan medis (cure), dan yang terakhir,
perawatan dalam arti yang luas (care). Core, cure, dan care merupakan tiga aspek yang saling
berkaitan dan saling berpengaruh. Kapan pun ajal menjemput, semua orang harus siap.
Namun ternyata, semua orang, termasuk lanjut usia, akan merasa syok berat saat dokter
memvonis bahwa penyakit yang dideritanya tidak bias disembuhkan atau tidak ada harapan
untuk sembuh. Pada kondisi ketika lanjut usia menderita sakit yang telah berada pada stadium
lanjut dan cure sudah tidak menjadi dominan, care menjadi bagian yang paling
berperan. Salah satu alternative adalah perawatan paliatif.

Perawatan paliatif adalah semua tindakan aktif untuk meringankan beban penderita, terutama
yang tidak mungkin disembuhkan. Yang dimaksud dengan tindakan aktif antara lain
mengurangi/menghilangkan rasa nyeri dan keluhan lain serta memperbaiki aspek psikologis,
social, dan spiritual.

Tujuan Perawatan Paliatif

Tujuan perawatan paliatif adalah mencapai kualitas hidup maksimal bagi si sakit (lanjut usia)
dan keluarganya. Perawatan paliatif tidak hanya diberikan kepada lanjut usia yang menjelang
akhir hayat, tetapi juga diberikan segera setelah didiagnosis oleh dokter bahwa lanjut usia
tersebut menderita penyakit yang tidak ada harapan untuk sembuh (mis., menderita kanker).
Sebagian besar pasien lanjt usia, pada suatu waktu akan menghadapi keadaan yang disebut
stadium paliatif, yaitu kondisi ketika pengobatan sudah tidak dapat menghasilkan
ksembuhan. Biasanya dokter memvonis pasien lanjut usia yang menderita penyakit yang
mematikan (mis., kanker, stoke, AIDS) juga mengalami penderitaan fisik, psikologis social,
cultural, dan spiritual.

Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknilogi di bidang medis dan keperawatan,
memungkinkan diupayakan berbagai tindakan dan pelayanan yang dapat mengurangi
penderitaan pasien lanjut usia, sehingga kualitas hidup di akhir kehidupannya tetap baik,
tenang dan mengakhiri hayatnya dalam keadaan imandan kematian yang nyaman. Diperlukan
pendekatan holistic yang dapat memperbaiki kualitas hidup klien lanjut usia. Kulaitas hidup
adalah bebas dari segala sesuatu yang menimbulkan gejala, nyeri, dan perasaan takut
sehingga lebih menekankan hehabilitas daripada pengobatan agar dapat menikmati
kesenangan selama akhir hidupnya. Sesuai arti harfiahnya, paliatif bersifat meringankan,
bukan menyembuhkan. Jadi, perawatan paliatif diperlukan untuk meningkatkan kualitas
hidup dengan menumbuhkan semangat da motivasi. Perawatan ini merupakan pelayanan
yang aktif dan menyeluruh yang dilakukan oleh satu tim dari berbagai disiplin ilmu.

Dalam member perawatan paliatif, tim tersebut harus berpijak pada pola dasar yang
digariskan oleh WHO, yaitu:
1. Meningkatkan kualitas hidup dan menganggap kematian sebagai proses yang normal.
2. Tidak mempercepat dan menunda kematian lanjut usia.
3. Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang mengganggu.
4. Menjaga keseimbangan psikologis dan spiritual.
5. Berusaha agar lanjut usia yang sakit tetap aktif sampai akhir hayatnya.
6. Berusaha membantu mengatasi suasana duka cita keluarga klien lanjut usia.

Pola dasar tersebut harus diterapkan langkah demi langkah dengan mengikutsertakan
keluarga pasien, pemuka agama (sesuai agama klien), relawan, pekerja social, psikolog, ahli
gizi, ahli fisioterapi, ahli terapi okupasi, dan perawat. Prinsip pemberian perawatan paliatif
adalah memberi perawatan paripurna kepada klien lanjut usia dengan pengawasan dari tim
professional.

Anda mungkin juga menyukai