Computerized x-ray scan (ultrafast CT scan) yang baru-baru ini dikembangkan adalah
sangat tinggi akurasinya dalam mendeteksi jumlah-jumlah yang kecil dari kalsium pada plak
dari arteri-arteri koroner. Jika ultrafast CT scan tidak menunjukan kalsium pada arteri-arteri,
penyakit atherosclerotic arteri koroner adalah tidak mungkin. Ultrafast CT scanning
bermanfaat dalam mengevaluasi nyeri dada pada pasien-pasien yang lebih muda (laki-laki
dibawah umur 40 dan wanita-wanita dibawah umur 50 tahun). Karena orang-orang muda
normalnya tidak mempunyai plak arteri koroner yang signifikan, ultrafast CT scan yang
negatif membuat diagnosis dari penyakit arteri korner tidak mungkin. Bagaimanapun,
menemukan kalsium dengan metode ini adalah kurang berarti pada pasien-pasien yang lebih
tua yang kemungkinan mempunyai plak yang ringan hanya dari proses penuaan.
Meskipun ultrafast CT scan bermanfaat dalam mendeteksi kalsium pada plak, ia tidak
dapat menentukan apakah plak yang terisi dengan kalsium sebenarnya menyebabkan
penyempitan arteri dan mengurangi aliran darah. Contohnya, pasien dengan plak yang
dikalsifikasi dengan rapat yang menyebabkan penyempitan arteri yang minimal atau tidak ada
penyempitan akan mempunyai ultrafast CT scan yang sangat positif namun tes latihan
treadmill yang normal. Pada kebanyakan pasien-pasien yang dicurigai mempunyai angina
yang disebabkan oleh penyakit artei koroner, studi latihan treadmill biasanya adalah langkah
pertama dalam menentukan apakah plak apa saja adalah signifikan secara klinis. CT scanners
yang berkecepatan sangat tinggi yang lebih baru dapat sebenarnya mendeteksi plak-plak arteri
koroner yang benar dan luka-luka serupa pada coronary angiography.
Gejala angina pektoris pada dasarnya timbul karena iskemik akut yang tidak menetap akibat
ketidak seimbangan antara kebutuhan dan suplai O2 miokard.
Beberapa keadaan yang dapat merupakan penyebab baik tersendiri ataupun bersamasama
yaitu :
Pada penderita stenosis arteri koroner berat dengan cadangan aliran koroner
yang terbatas maka hipertensi sistemik, takiaritmia, tirotoksikosis dan pemakaian
obatobatan simpatomimetik dapat meningkatkan kebutuhan O2 miokard sehingga
mengganggu keseimbangan antara kebutuhan dan suplai O2. Penyakit paru menahun
dan penyakit sistemik seperti anemi dapat menyebabkan tahikardi dan menurunnya
suplai O2 ke miokard.
3. Agregasi trombosit
Stenosis arteri koroner akan menimbulkan turbulensi dan stasis aliran darah
sehingga menyebabkan peningkatan agregasi trombosit yang akhirnya membentuk
trombus dan keadaan ini akan mempermudah terjadinya vasokonstriksi pembuluh
darah.
Trombus akan mudah terbentuk pada pembuluh darah yang sklerotik sehingga
penyempitan bertambah dan kadang-kadang terlepas menjadi mikroemboli dan
menyumbat pembuluh darah yang lebih distal. Trombosis akut ini diduga berperan
dalam terjadinya ATS.
DAFTAR PUSTAKA