Anda di halaman 1dari 15

ACARA 1

SALINITAS SEBAGAI FAKTOR PEMBATAS ABIOTIK

I. TUJUAN

1. Mengetahui dampak salinitas terhadap pertumbuhan tanaman

2. Mengetahui tanggaapan beberapa macam tanaman terhadap tingkat salinitas yang


berbeda

II. TINJAUAN PUSTAKA

Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dengan


lingkungannya, baik lingkungan yang bersifat biotik maupun lingkungan yang
bersifat abiotik. Ekologi juga berhubungan dengan arus energy dan daur materi yang
terjadi di daratan, perairan maupun di udara. Komponen penyusun lingkungan terbagi
dalam dua kategori yaitu lingkungan biotik dan lingkungan abiotik. Lingkungan
biotik merupakan suatu komponen yang sifatnya hidup dan bisa melakukan aktivitas
secara aktif. Sedangkan, komponen abiotik merupakan komponen tak hidup dan
biasanya tidak dapat bekerja secara aktif. Faktor biotik terdiri dari makhluk hidup
yang ada di suatu tempat dan faktor abiotik terdiri atas faktor yang mempengaruhi
faktor biotik seperti suhu, pH, ketersediaan oksigen, kelembapan, dan juga salinitas
(Naughton dan Larry, 1998)

Dalam berinteraksi dengan lingkungannya, tanaman memilki batasan toleransi


yang sesuai dengan hukum toleransi shelfhord. Hokum ini menyatakan bahwa
kehadiran dan keberhasilan suatu organisme, tergantung pada lengkapnya kompleks-
kompleks keadaan. Dengan kata lain, organisme memiliki batasan-batasan minimum
dan batasan maksimum terhadap semua faktor lingkungan yang mempengaruhinya.
Salah satu faktor yang dapat menunjukkan kemampuan toleransi suatu organisme
terhadap faktor lingkungannya adalah salinitas (Nafisah dan Drajat, 2009). Salinitas
merupakan cerminan dari kandungan garam yang tidak ikut terlindih dan boleh jadi
terakumulasi pada perakaran terutama pada musim kemarau. Pengaruh salinitas
berkaitan erat dengan tekanan osmotik. Kadar garam yang tinggi menjadikan tekanan
osmotik larutan diluar sel meningkat sehingga larutan yang ada didalam tanaman
terserap keluar. Dengan kata lain, penyerapan air dan unsur hara tanaman terganggu
(Noor, 2004). Selain itu, salinitas juga mempengaruhi penyerapan unsur gizi seperti
mineral. Salinitas mengubah penyerapan selektif ion oleh akar dan translokasi ion ini
menurun, pada kondisi salinitas menyebabkan ketidakseimbangan gizi pada elemen
yang tersedia, penyerapan kompetitif, dan translokasi atau distribusi unsur. Hal ini
dapat menghentikan aktifitas fisiologis atau meningkatkan kebutuhan tanaman
internal elemen (Khorsidi, 2009)

Terkait dengan lingkungan salin terdapat 3 kelompok tanaman, yaitu


kelompok halofit yang toleran terhadap kondisi salin, kelompok euhalofit yang tahan
dengan adanya kondisi salin, dan glikofit yang rentan terhadap kondisi salin
(Pangaribuan,2005). Salinitas adalah masalah umum yang dijumpai pada daaerah arid
dan semiarid, serta dapat mengurangi beberapa hasil pertanian dalam beberapa
tingkatan. Salinitas juga merupakan faktor pembatas utama pada tanah yang
drainasenya buruk (Cullu, 2010). Adanya cekaman salinitas dapat menghambat
perkecambahan tanaman, dan mengurangi pertumbuhan tunas, memperlambat
pertumbuhan tanaman, dan mengurangi hasil panen. Tanaman yang tumbuh pada
daerah dengan tingkatan salinitas yang tinggi memiliki komposisi ion yang berbeda-
beda, hal tersebut dikarenakan oleh sumber air, drainase, evaporasi, transpirasi, serta
kemampuan pengendapan (Jamil, 2009).

II. METODE PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Praktikum Dasar-Dasar Ekologi acara 1 Salinitas sebagai Faktor Pembatas


Abiotik dilaksanakan pada hari kamis, 5 Maret 2015 di Laboratorium Ekologi
Tanaman dan Rumah kaca, Jurusan Budidaya Tanaman, Fakultas Pertanian,
Universitas Gadjah Mada. Adapun bahan yang dibutuhkan adalah benih tanaman padi
(Oriza sativa), kacang tanah (Arachis hypogaea), dan timun (Cucumis sativus), NaCl
teknis, dan pupuk kandang. Sedangkan alat yang dibutuhkan adalah timbangan
analitik, gelas ukur, Erlenmeyer, alat pengaduk, peralatan tanam, penggaris, polybag,
dan kertas label.
Langkah yang dilakukan dalam praktikum ini terbagi ke dalam dua bagian,
yaitu pembuatan larutan NaCl, dan persiapan bahan tanam beserta penanaman. Pada
pembuatan larutan NaCl dilakukan dengan NaCl teknis sebanyak 3 gram disiapkan
untuk perlakuan 3000 ppm dan 6 gram untuk perlakuan 6000 ppm. Hal tersebut
dibuat dengan cara 3 gram NaCl dilarutkan ke dalam aquadest sebanyak 1000 ml
sebagai perlakuan 3000 ppm dan 6 gram NaCl teknis untuk perlakuan 6000 ppm
dengan langkah yang sama. Untuk [ersiapan bahan tanam beserta penanaman,
langkah kerjanya adalah polybag diisi dengan tanah sebanyak bagian polybag
disiapkan, kemudian dipilih 5 biji yang sehat dan ditanam di dalam polybag. Pada
pengamatan 1 minggu pertama, benih dikecambahkan dalam polybag dengan disirami
air biasa. Setelah 1 minggu, benih dijarangkan dengan menyisakan 2 tanaman pada
setiap polybag, lalu disiram dengan larutan NaCl sesuai perlakuan yaitu 0 ppm, 3000
ppm dan 6000 ppm.penyiraman dilakukan 2 hari sekali sampai umur tanaman 21 hari.
Selang hari diantara pemberian larutan NaCl dilakukan penyiraman dengan air biasa.
Selanjutnya dilakukan pengamatan tinggi tanaman, dan jumlahdaun setiap dilakukan
pemberian perlakuan. Setelah 21 hari, tanaman dipanen dan diamati panjang akar,
bobot segar, dan bobot kering dari tanaman. Di akhir percobaan dilakukan
perhitungan rerata dari setiap hasil pengamatan per komoditasnya.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENGAMATAN

1. Data Tinggi Tanaman Kacang Tanah

Tabel 1. Hasil pengamatan tinggi tanaman kacang tanah

perlakua Tinggi Tanaman Pada Pengamatan Ke-


n 1 2 3 4 5 6 7
8.0583 14.333 15.016
0 ppm 4.625 3 10.525 12.775 3 7 19.05
3000 4.1666 10.858 14.891 19.083
ppm 7 7.6875 3 12.85 13.9 7 3
6000 4.0666 7.7333 9.8333 11.666 14.091
ppm 7 3 3 7 12.925 7 17.25

2. Data Jumlah Daun Tanaman Kacang Tanah

Tabel 2. Hasil pengamatan jumlah daun taanaman kacang tanah

perlakua Jumlah Daun Pada Pengamatan Ke-


n 1 2 3 4 5 6 7
3.4166 4.9166 7.0833 7.9166 8.4166 9.0833
0 ppm 7 7 6.25 3 7 7 3
3000 4.4166 5.9166 8.3333
ppm 3.25 7 7 6.75 7.75 8.25 3
6000 5.9166 6.5833 9.4166
ppm 3.5 4.75 7 3 7.75 9 7

3. Data Panjang Akar, Berat Basah, Berat Kering, dan Luas Daun tanaman kacang
tanah

Tabel 3. Hasil pengamatan panjang akar, berat basah, berat kering, dan luas daun
tanaman kacang tanah

luas
perlakua BS BK PA
n
daun
(gram) (gram) (cm)
(cm2)
0 ppm 4.99 0.9903 21.991 151.87
3 7 7
3000 4.9508 0.9758 148.38
ppm 3 3 21.8 9
6000 4.6358 0.9991 22.516 114.01
ppm 3 7 7 3

B. PEMBAHASAN
Faktor pembatas merupakan faktor dimana suatu organisme di dalam
perkembangan dan pertumbuhannya akan ditentukan oleh bahan atau faktor penting
yang dalam keadaan minimum.
Faktor biotik dan faktor abiotik merupakan faktor pembentuk suatu ekosistem.
Faktor biotik terdiri dari makhluk hidup yang ada disuatu tempat sedangkan faktor
abiotic terdiri dari sesuatu yang bukan makhluk hidup seperti suhu, pH, ketersediaan
oksigen, kelembaban, dan juga salinitas. Salinitas merupakan kadar garam yang
terlarut dalam air, salinitas juga dapat mengacu pada kandungan garam yang ada
didalam tanah. Garam-garam yang terlarut dalam tanah merupakan unsur yang
esensial bagi pertumbuhan tanaman, adanya larutan garam dalam tanah dapat
membantu pertumbuhan tanaman karena tumbuhan dapat memperoleh zat-zat penting
yang dapat membantu pertumbuhan tanaman melalui garam-garam dalam tanah
tersebut. Namun, apabila kadar garam yang tinggi maka dapat menyebabkan turunnya
laju fotosintesis pada tanaman akibat terhambatnya pengambilan CO 2, hal tersebut
dapat mengganggu pertumbuhan tanaman karena sebagian energi hasil respirasi akan
diubah untuk mengatasi cekaman garam yang mengakibatkan kemampuan untuk
tumbuh dan bereproduksi menjadi berkurang.
Proses terjadinya salinitas disebut salinisasi. Salinisasi ditandai dengan jumlah
H2O yang berasal presipitasi tidak cukup untuk menetralkan jumlah H 2O yang hilang
oleh evaporasi dan evapotranspirasi. Sewaktu air diuapkan ke atmosfer, garam-garam
tertinggal dalam tanah. Proses penimbunan garam mudah larut dalam tanah ini
disebut salinisasi. Garam-garam tersebut terutama adalah NaCl, Na 2SO4,
CaCO3 dan/atau MgCO3. dulu tanah-tanah yang terbentuk disebut tanah salin, tanah
alkali putih, atau tanah solonchak. Mereka termasuk tipe tanah zonal. Salinisasi dapat
juga terjadi secara setempat dan membentuk tanah salin tipe intrazonal, seperti
misalnya tanah-tanah yang direklamasi dari dasar laut dan tanah-tanah di daerah
pantai yang dipengaruhi oleh daerah pasang surut. Salinisasi dapat disebabkan oleh
proses alami seperti pencucian mineral atau penarikan deposit garam dari lautan.
Salinisasi juga bisa terjadi karena aktivitas manusia seperti irigasi.
Sedangkan, tanaman merupakan salah satu organisme yang memperoleh
bahan makanan dari suatu larutan atau cairan tertentu. Oleh karena itu, air
mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam memenuhi kebutuhan bahan makanan
yang diperlukan untuk pertumbuhan dan melakukan kegiatan hidup lain, seperti
respirasi, fotosintesis, dan lain sebagainya. Kandungan garam yang tinggi
menyebabkan tanaman pada lahan salin sulit menyerap air dari larutan tanah sehingga
menghambat proses metabolism, pada konsentrasi tinggi NaCl menghambat
perkecambahan dan menurunkan jumlah benih yang berkecambah, sedangkan pada
konsentrasi rendah hanya menghambat perkecambahan. Antara tanaman yang satu
dengan yang lain memiliki tingkat toleran tanaman yang berbeda-beda terhadap
salinitas. Berdasarkan tingkat toleran tanaman terhadap salinitas, tanaman dibagi
menjadi 3 kelompok yaitu tanaman halofit, glikofit dan euhalofit. Tanaman halofit
adalah tanaman yang tahan terhadap salinitas, tanaman glikofit adaaah tanaman yang
tidak tahan terhadap salinitas. Sedangkan tanaman euhalofit adalah tanaman yang
toleran terhadap salinitas.
Pada laporan ini akan dibahas mengenai pengaruh salinitas terhadap
pertumbuhan tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea), untuk mengetahui tingkat
ketahanan tanaman kacang tanah terhadap salinitas, maka dapat ditinjau dari hasil
yang telah diperoleh dalam prakrikum.
1. Pertumbuhan Tinggi Tanaman Kacang Tanah
Grafik Tinggi Tanaman Kacang Tanah (cm)
30 0 ppm
20 3000 ppm
Tinggi (cm) 10 6000 ppm
0
1 2 3 4 5 6 7
Pengamatan Hari Ke-

Gambar 1. Grafik pertumbuhan tanaman kacang tanah vs hari


Pada pertumbuhan tinggi tanaman kacang tanah, hasil yang diperoleh dapat
dilihat dari grafik bahwa tanaman yang memiliki tinggi tanaman tertinggi adalah
tanaman yang disiram dengan air 3000 ppm yang sangat berbeda sedikit tingginya
dengan tinggi tanaman kacang tanah dengan perlakuan 0 ppm. Hal ini disebabkan
karena kandungan salin yang cukup rendah, sehingga pertumbuhan kacang tanah
dapat maksimum sebab akar kacang tanah dapat menyerap air dengan baik dan unsur
hara esensial yang tersedia dalam tanah. Oleh karena itu, tanaman kacang tanah dapat
beradaptasi dengan baaik pada keadaan tersebut. Selanjutnya, tinggi tanaman kacang
tanah yang paling pendek adaalah tinggi tanaman kacang tanaah dengan kadar
salinitas 6000 ppms sehingga tingginya tidak dapat menyentuh angka 20 cm.
2. Jumlah Daun yang Tumbuh pada Tanaman Kacang Tanah

Grafik Jumlah Daun Kacang Tanah


10
8 0 ppm
6 3000 ppm
Jumlah Daun 4 6000 ppm
2
0
1 2 3 4 5 6 7
Pengamatan Hari Ke-

Gambar 2. Grafik jumlah daun tanaman kacang tanah vs hari


Berdasarkan grafik yang didapat dari praktikum ini, diperoleh grafik dari
jumlah daun pada tanaman kacang tanah yang disiram dengan air 0 ppm atau air biasa
memiliki peningkatan yang cukup signifikan walaupun pada akhirnya yang paling
banyak jumlah daunnya adalah tanaman kacang tanah yang disiram dengan air 6000
ppm, sedangkaan tanaman kacang tanah dengan perlakuan 3000 ppm memiliki
jumlah daun yang paling rendah jika dibaandingkan dari perlakuan yang lainnya.
Apabila ditinjau dari tiap pertambahan jumlah daunnya pada setiap kali
pengamatan bahwa awalnya pertambahan jumlah daun berbeda jauh namun pada
pengamatan kelima pertambahan jumlah daun hampir sama, namun pada akhirnya
pertambahan jumlah daun menjauh kembali.
Dari hal tersebut menunjukkan bahwa tanaman kacang tanah tidak terlalu
terpengaruh dengan adanya salinitas pada lingkungan hidupnya. Oleh karena itu,
tanaman kacang tanah merupakan tanaman euhalofit atau tanaman yang tahan
terhadap keadaan salin, sehingga dari hasil pengamatan jumlah daunnya pada
pemberian perlakuan penyiraman dengan 0 ppm, 3000 ppm, dan 6000 ppm tidak
memiliki perbedaaan yang begitu jauh. Sehingga dapat dikatakan bahwa hasil yang
diperoleh dalam praktikum ini telah sesuai dengan kenyataannya atau bisa dianggap
benar, dimana tanaman kacang tanah tahan terhadap salinitas dari beberapa tingkaat
konsentrasi yang berbeda.
3. Berat Segar dan Berat Kering Tanaman Kacang Tanah

Histogram BS dan BK Kacang Tanah


6
4 Berat Segar
Berat (gram) 2 Berat Kering
0
0 ppm 3000 ppm 6000 ppm
Perlakuan

Gambar 3. Histogram berat segar dan berat kering tanaman kacang tanah
Dilihat dari histogram bahwa berat segar yang ada pada tanaman kacang tanah
yang paling optimal adalah berat segar yang ada pada tanaman kacang tanah dengan
perlakuan 0 ppm dengan berat segar sekitar 4,99 hal ini berbeda sedikit dari berat
segar tanaman kacang tanah dengan perlakuan 3000 ppm yaitu 4,95. Sedangkan
untuk berat segar tanaman kacang tanah dengan perlakuan 6000 ppm hanya sekedar
4,636.
Pada hasil berat kering tanaman kacang tanah, didapatkan hasil bahwa berat
kering yang paling optimal ada pada berat kering tanaman kacang tanah dengan
perlakuan 0 ppm. Tetapi, jika dilihat dari berat kering tanaman kacang tanah dengan
perlakuan 3000 ppm dan 6000 ppm ada ketimpangan, baahwa tanaman kacang tanah
dengan perlakuan 6000 ppm lebih berat dari tanaman kacang yang diberi perlakuan
6000 ppm. Hal ini mungkin karena ketika menimbang berat kering, ada bagian dari
tanaman kacang tanah yang terjatuh.
4. Perpanjangan Akar Tanaman Kacang Tanah

Histogram Panjang Akar Kacang Tanah


23 0 ppm
22.5 3000 ppm
6000 ppm
22
Panjang Akar (cm)
21.5
21
1

Gambar 4. Histogram panjang akar tanaman kacang tanah


Pada histogram, dapat dilihat bahwa panjang akar yang paling optimal adalah
panjang akar tanamn kacang tanah yang diberi perlakuan 6000 ppm, hal tersebut
mungkin dikarenakan tanaman kacang tanah dengan perlakuan 6000 ppm sangat
membutuhkan air karena kadar salinitas yang tinggi, sehingga akar-akar akan
memanjang untuik mendapatkan air untuk kebutuhan pertumbuhannya.
5. Luas daun Tanaman Kacang Tanah
Histogram Luas Daun Kacang Tanah
160
140
0 ppm
120
3000 ppm
100
6000 ppm
80
Luas (cm)
60
40
20
0
1

Gambar 5. Histogram luas daun tanaman kacang tanah


Dapat dilihat dari histogram bahwa luas daun tanaman kacang tanah yang
paling optimal adalah tanaman kacang tanah yang diberi perlakuan 0 ppm, lalu yang
kedua adalah yang diberi perlakuan 3000 ppm, dan yang paling tidak optimal adalah
yang diberi perlakuan 6000 ppm. Hal ini sangat wajar, karena salinitas sendiri dapat
menghambat pertumbuhan dan bahkan merusak daun sehingga \luas daun yang ada
pada tanaman kacang tanah perlakuan 6000 ppm lebih kecil karena kadar salinitas
yang diberikan juga lebih besar.
C. KESIMPULAN

1. Salinitas merupakan kandungan garam terlarut dalam tanah. Cekaman salinitas


dapat menghambat perkecambahan tanaman, mengurangi pertumbuhan tunas,
memperlambat pertumbuhan tanaman, dan mengurangi hasil panen.

2. Salinitas dalam tanah akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman, dalam hal ini ada
perbedaan pertumbuhan dari setiap organ tanaman yaitu daun, batang, dan akar
tanaman. Untuk keseluruhannya pada tanaman kacang tanah dengan perlakuan 0 ppm
pertumbuhannya lebih optimal dibandingkan dengan perlakuan 3000 dan 6000 ppm.
DAFTAR PUSTAKA

Cullu, M.A.,2010. Estimation of The Effect of Soils Salinity on Crop Yield Using
Remote Sensing and Geographic Information System. Turkey Journal of
Agriculture, 27 : 23-28.

Jamil, M., 2009. Effect of Salt Stress on Germination and Early Seedling Growth of
Four Vegetable Species. Journal Central Europe Agriculture., 7 : 273-282.

Khorsidi, M.B., 2009. Salinity Effection Nutrients Accumulation in Alfalfa Shoots in


Hydroponic Condition. Journal of Food, Agriculture and Environment, 7 :
787-790

Nafisah, dan A.A. Drajat, 2009. Penapisan Varietas Padi Toleran Pada Lahan Rawa
Di Daerah Kabupaten Pesisir Selatan. Jurnal Agron Indonesia, 37 : 107-110.

Naughton, J. E. dan L. W. Larry, 1998. General Ecology 2 nd Edition (Dasar-Dasar


Ekologi Edisi Kedua, alih bahasa : Pinggoseputro dan Srigandono, 1998).
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Noor, M., 2004. Lahan Rawa : Sifat Pengelolaan Tanah Bermasalah Sulfat Masam.
Raja Grafindo, Jakarta.

Pangaribuan, N., 2005. Penapisan Varietas Padi Toleran Salinitas Pada Lahan Rawa
Di Kabupaten Pesisir Pantai. Jurnal Agronomi Indonesia, 37 : 101-106

LAMPIRAN

07 MARET 2015 09 MARET 2015


10 MARET 2015

12 MARET 2015 13 MARET 2015


17 MARET 2015 18 MARET 2015

20 MARET 2015 23 MARET 2015

Anda mungkin juga menyukai