Anda di halaman 1dari 23

TUTORIAL

OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK

Pembimbing :
dr. Rini Febrianti Sp.THT-KL

Disusun Oleh :
Ardy Oktaviandi (2012730011)
Azlin Nur Suliany S (2012730016)
Hessty Puspa Rani (2011730140)
Putry Nurul Fitriya (2012730077)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU THT


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
PERIODE 20 FEBUARI 2017 25 MARET 2017
RSUD BANJAR
2017
BAB I
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. Y
Jenis kelamin : Laki - Laki
Umur : 49 tahun
Alamat : Padaherang
Pekerjaan : Buruh Tani
Status : Menikah
Tanggal pemeriksaan : 2 Maret 2017

B. ANAMNESIS
Keluhan utama:
Pendengaran berkurang pada kedua telinga
Riwayat penyakit sekarang:
Pasien datang ke poli THT RSUD Banjar dengan keluhan pendengaran berkurang pada
kedua telinga sejak 5 bulan yang lalu. Pasien mengeluh kedua telinga berdenging, dan
sering keluar cairan agak kental berwarna putih kekuningan, namun tidak berbau dan
tidak nyeri. Pasien merasakan gatal pada kedua telinga, sehingga pasien sering mengorek
kuping. Pasien menyangkal pusing berputar, mual, muntah, dan bibir mencong. Pasien
mengeluh batuk pilek sejak 10 hari yang lalu namun keluhan sudah berkurang. Demam
tidak dirasakan pasien. Nyeri menelan disangkal. Riwayat kemasukan benda asing pada
kedua telinga disangkal. Riwayat trauma disangkal.
Riwayat penyakit dahulu:
Pasien belum pernah mengalami keluhan yang sama seperti ini sebelumnya
Riwayat penyakit keluarga:
Tidak ada keluhan yang sama pada keluarga. Riwayat alergi pada keluarga disangkal
Riwayat alergi:
Riwayat alergi disangkal
Riwayat pengobatan:
Pasien belum berobat untuk keluhan yang dirasakan saat ini.

2
C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos Mentis

Tanda Vital
Tekanan Darah : tidak diukur
Penafasan : 20 x/menit, teratur
Nadi : 88 x/menit, teratur, kuat angkat
Suhu : 36,5C

Status lokalis THT


Tabel Pemeriksaan Telinga
AD AS
Normotia, hematoma (-), Aurikula Normotia, hematoma (-),
perikondritis (-), helix sign (-), perikondritis (-), helix sign (-)
edema (-), nyeri tekan tragus edema (-), nyeri tekan tragus
(+), nyeri tarik (-) (+), nyeri tarik (-)
Preaurikula
Peradangan (-), pus (-), nyeri Peradangan (-), pus (-), nyeri
tekan (-), Pembesaran KGB (-) tekan (-), Pembesaran KGB (-)

Retroaurikula
Peradangan (-), pus (-), nyeri Peradangan (-), pus (-), nyeri
tekan (-), Pembesaran KGB (-) tekan (-), Pembesaran KGB (-)
KAE
Hiperemis (+), udem(-), Hiperemis (+), udem(-),
serumen(-), sekret (+) serumen(-), sekret (+)
berwarna putih, massa(-) berwarna putih, massa(-)
Membrane timpani perforasi Membran timpani Membrane timpani perforasi
atik, refleks cahaya (-), atik, refleks cahaya (-),
hiperemis (-), retraksi (-) hiperemis (-), retraksi (-)
+
Uji Rinne +
Lateralisasi (-)
Uji Weber Lateralisasi (-)
Sama dengan pemeriksa
Uji Schwabach Sama dengan pemeriksa
Tabel Pemeriksaan Hidung

3
Pemeriksaan Kelainan
Hidung Luar Deformitas Tidak Ada
Kelainan Kongenital Tidak Ada
Trauma Tidak Ada
Radang Tidak Ada
Massa Tidak Ada

Rinoskopi Anterior

Dextra Rinoskopi anterior Sinistra

Merah muda, hiperemis Merah muda, Hiperemis


Mukosa
(-) (-)

(-) Sekret (-)

Hipertrofi (-),berwarna Hipertrofi (-), berwarna


merah muda, permukaan Konka inferior merah muda, permukaan
licin licin

Deviasi (-) Septum Deviasi (-)

Massa gelatinosa (-) Kavum Massa gelatinosa (-)

Normal Passase udara Normal

Rhinoskopi Posterior
Dekstra Sinistra
Khoana Lapang Lapang
Mukosa Merah muda Merah muda
Konka superior Eutrofi Eutrofi
Muara tuba eustachius Tidak terlihat Tidak terlihat
Massa Tidak ada Tidak ada
Post nasal drip Tidak terlihat Tidak terlihat

Tabel Pemeriksaan Orofaring

4
Mulut
Mukosa mulut
Tenang

Lidah Simetris (normal) bersih

Palatum molle Simetris (normal) bersih

Lubang (+) 6,7,


8
Gigi geligi

Uvula Simetris (normal) bersih

Lidah Tenang

Tonsil

Hiperemis (-) Mukosa Hiperemis (-)

T1 T1

(tidak melebar) Kripta (tidak melebar)

- Perlengketan, detritus -

Faring

Hiperemis Mukosa Hiperemis

- Granula -

5
Laringofaring (Laringoskopi indirect)
Epiglotis tidak dilakukan
Plika ariepiglotika tidak dilakukan
Plika ventrikularis tidak dilakukan
Plika vokalis tidak dilakukan
Rima glotis tidak dilakukan

Pemeriksaan Sinus Paranasal


Pemeriksaan Dekstra Sinistra
Nyeri tekan
Maksila Tidak ada Tidak Ada
Frontalis Tidak ada Tidak ada
Etmoidal Tidak ada Tidak ada
Sphenoid Tidak ada Tidak ada

Pemeriksaan Kelenjar Tiroid dan Kelenjar Getah Bening (KGB)

Dextra Pemeriksaan Sinistra


Pembesaran (-) Tiroid Pembesaran (-)
Pembesaran (-) Kelenjar submental Pembesaran (-)
Pembesaran (-) Kelenjar submandibula Pembesaran (-)
Pembesaran (-) Kelenjar jugularis superior Pembesaran (-)
Pembesaran (-) Kelenjar jugularis media Pembesaran (-)
Pembesaran (-) Kelenjar jugularis inferior Pembesaran (-)
Pembesaran (-) Kelenjar suprasternal Pembesaran (-)
Pembesaran (-) Kelenjar supraklavikularis Pembesaran (-)

D. RESUME
Laki-laki 49 tahun datang ke poli THT RSUD Banjar dengan keluhan pendengaran
berkurang pada kedua telinga sejak 5 bulan yang lalu. Tinitus (+), dan otore (+) agak
kental berwarna putih kekuningan, namun tidak berbau dan tidak nyeri. Pasien merasakan
gatal pada kedua telinga, sehingga pasien sering mengorek kuping. pasien mengeluh
batuk pilek sejak 10 hari yang lalu namun keluhan sudah berkurang.
Pemeriksaan fisik didapatkan status generalis dalam batas normal, pada pemeriksaan
status lokalis THT di dapatkan membrane timpani perforasi atik bilateral. Terdapat gigi
berlubang pada gigi 6,7,8 kanan atas

6
E. DIAGNOSA KERJA
Otitis Media Supuratif Kronik

F. RENCANA PENATALAKSANAAN
Non-medikamentosa
- Edukasi pasien: menghindari lubang telinga untuk kemasukan air
Medikamentosa
- Tarivid 3x4 tetes untuk lubang telinga kanan dan kiri
- Cetirizine 1x10 mg

G. PROGNOSIS
Ad vitam : ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI
Otitis media supuratif kronis adalah radang kronis telinga tengah dengan perforasi
membran timpani dan riwayat keluarnya sekret dari telinga (otorea) tersebut lebih dari 2
bulan, baik terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental bening atau
berupa nanah. Batasan waktu 2 bulan tersebut dari negara ke negara bervariasi, WHO
menentukan batasan waktu 2 minggu. Kebanyakan spesialis THT mengambil batasan 3
bulan.1

EPIDEMIOLOGI
Survei prevalensi di seluruh dunia yang walaupun masih bervariasi dalam hal definisi
penyakit dan metode sampling serta mutu metodologi menunjukkan beban dunia akibat
OMSK melibatkan 65-330 juta orang dengan otorea, 60% diantaranya (39-200 juta)
menderita kurang pendengaran yang signifikan. OMSK sebagai penyebab pada 28000
kematian. Prevalensi OMSK di Indonesia secara umum adalah 3.9%. Pasien OMSK
merupakan 25% dari pasien-pasien yang berobat di poliklinik THT Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo, Jakarta. 1

Di negara lain prevalensinya bervariasi dari negara ke negara, WHO


mengklasifikasinya menjadi negara berprevalensi paling tinggi (>4%), tinggi (2-4%), rendah
(1-2%), paling rendah (<1%). Negara berprevalensi paling tinggi termasuk Tanzania, India,
Kepulauan Solomon, Guam, Aborigin Australia, dan Greenland. Negara dengan prevalensi
tinggi termasuk Nigeria, Angola, Mozambique, Republic of Korea, Thailand, Philippines,
Malaysia, Vietnam, Micronesia, China, Eskimos. Negara Negara berprevalensi rendah
termasuk Brazil, Kenya. Sedangkan negara berprevalensi paling rendah adalah Gambia,
Saudi Arabia, Israel, Australia, United Kingdom, Denmark, Finland, American Indians.
2Indonesia belum masuk daftar, melihat klasifikasi itu lndonesia masuk dalam negara dengan
OMSK prevalensi tinggi. 1

8
KLASIFIKASI
Otitis media supuratif kronis dibagi menjadi 2 tipe, tipe jinak dan tipe bahaya. Nama
lain dari tipe jinak (benigna) adalah tipe tubotimpanik karena biasanya didahului dengan
gangguan fungsi tuba yang menyebabkan kelainan di kavum timpani; disebut juga tipe
mukosa karena proses peradangannya biasanya hanya pada mukosa telinga tengah, disebut
juga tipe aman karena jarang menyebabkan komplikasi yang berbahaya. Nama lain dari tipe
bahaya adalah tipe atiko-antral karena proses biasanya dimulai di daerah itu; disebut juga tipe
tulang karena penyakit menyebabkan erosi tulang. Di Indonesia tipe bahaya lebih terkenal
sebagai tipe maligna.Pada buku teks berbahasa inggris tipe bahaya tidak disebut sebagai tipe
maigna, kebanyakan disebut sebagai chronic supurative otitis media with cholesteatoma. 1,2

PATOGENESIS 1
2.1. OMSK Benigna

Oleh karena proses patologi telinga tengah pada tipe ini didahului oleh kelainan
fungsi tuba, maka disebut juga sebagai penyakit tubotimpanik, Terjadinya otitis media
supuratif kronik hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada anak, jarang
dimulai setelah dewasa. Terjadinya otitis media disebabkan multifaktor antara lain infeksi
virus atau bakteri, gangguan fungsi tuba, alergi, kekebalan tubuh, lingkungan dan sosial
ekonomi. Anak lebih mudah mendapat infeksi telinga tengah karena struktur tuba anak yang
berbeda dengan dewasa serta kekebalan tubuh yang belum berkembang sempurna sehingga
bila terjadi infeksi saluran nafas atas, maka otitis media merupakan komplikasi yang sering
terjadi.Fokus infeksi biasanya berasal dari nasofaring (adenoiditis, tonsilitis, rinitis, sinusitis),
mencapai telingatengah melalui tuba eustachius. Kadang-kadang infeksi berasal dari telinga
luar masuk ke telinga tengah melaui perforasi membran timpani. Maka terjadilah proses
inflamasi. Bila terbentuk pus akan tetperangkap di dalam kantong mukosa di telinga tengah.
Dengan pengobatan yang cepat dan adekuat dan dengan perbaikan fungsi ventilasi telinga
tengah, biasanya proses patologis akan berhenti dan kelainan mukosa akan kembali normal.
Walaupun kadang-kadang terbentuk jaringan granulasi atau polip ataupun terbentuk kantong
abses di dalam lipatan mukosa yang masing masing harus dibuang, tetapi dengan
penatalaksanaan yang baik, perubahan menetap pada mukosa telinga tengah jarang
terjadi.Mukosa telinga tengah membunyai kemampuan besar untuk kembali normal. Bila
terjadi perforasi membrana timpani yang permanen, mukosa teiinga tengah akan terpapar ke
dunia luar sehingga memungkinkan terjadinya infeksi berulang setiap waktu. Hanya pada
9
beberapa kasus keadaan telinga tengah tetap kering dan pasien tidak sadar akan penyakitnya.
Bila tidak terjadi infeksi maka mukosa telinga tengah tampak tipis dan pucat. Berenang,
kemasukkan benda yang tidak steril ke liang te1inga, atau oleh karena adariya fokus infeksi
di saluran nafas bagian atas akan menyebabkan infeksi eksaserbasi akut yang ditandai dengan
sekresi yang mukoid atau mukopurulen, dan pulsasi di dekat tuba Eustachius. Episode
berulang otorea dan perubahan mukosa menetap ditandai juga dengan osteogenesis, erosi
tulang dan osteitis yang mengenai tulang mastoid dan osikel.3 Pada kasus kasus yang tidak
terurus, akan terjadi otitis eksterna yang menyebabkan membran timpani sukar dilihat
sehingga menyulitkan diagnosis.

2.2. OMSK Tipe Bahaya

OMSK tipe bahaya adalah OMSK yang mengandung kolesteatoma.Disebut tipe


bahaya karena sering menimbulkan komplikasi berbahaya.

3. Kolesteatoma dan Granuloma Kolesterol

Kolesteatoma adalah epitel gepeng dan debris tumpukan pengelupasan keratin yang
terjebak di dalam rongga timpanomastoid.Nama kolesteatoma (cho/esteatoma) sebenarnya
salah kaprah karena bukan tumor dan tidak mengandung kolesterol.Patofisiologinya bisa
terjadi Kongenital maupun didapat. Bila telah terbentuk akan terus meluas. Karena
merupakan debris keratin, akan lembab karena menyerap air sehingga mengundang infeksi.
Kolesteatoma mengerosi tulang yang terkena baik akibat efek penekanan oleh penumpukan
debris keratin, maupun akibat aktifitas mediasi enzim osteoklas. Kolagenase telah diketahui
tinggi konsentrasinya di epidermis kolesteatoma.9 Resorpsi tulang dapat menyebabkan
destruksi trabekula mastoid, erosi osikel, fistula labirin, pemaparan n. fasial, dura serta silus
lateral. Karena perjalanan penyakitnya itu OMSK dengan kolesteatoma disebut OMSK tipe
bahaya, karena merusak tulang disebut OMSK tipe tulang, karena perluasan kolesteatoma
yang merupakan epitel skuamosa disebut juga tipe skuamosa (dangerous type, bony type,
squamous type chronic suppurative otitis media). Di Indonesia dan di Filipina disebut juga
OMSK tipe maligna. Tidak ada terapi medikamentosa untuk kolesteatoma, untuk
eradikasinya memerlukan pembersihan. Pada yang masih terbatas dapat dilakukan
pembersihan dari liang telinga, pada yang sudah lebih luas harus dengan operasi, dari hanya

10
dengan membuang skutum untuk mencapainya sampai harus melalui operasi yang lebih
radikal.

Granuloma kolesterol adalah lesi kistik berdinding tipis kuning kecoklatan yang berisi
kumpulan kristal kolesterol didalam cairan berwarna coklat kehitaman yang timbul sebagai
reaksi terhadap benda asing di dalam sel mastoid akibat disfungsi tuba. Perdarahan di dalam
sel pneumatisasi mastoid tanpa drainage menjurus keproses peradangan dan erosi
tulang.Seperti pada kolesteatoma, pengobatannya juga eradikasi bedah.

ETIOLOGI1
Kuman gram negatif dan gram positif aerob dan anaerob berperan pada OMSK
dengan insiden yang berbeda-beda. Pseudomonas aeruginosa merupakan kuman tersering
ditemukan pada biakan sekret OMSK tanpa kolesteatoma.

Kuman yang ditemukan pada OMSK dengan kolesteatoma dari data yang bisa
dikumpulkan dari rekam medik pasien-pasien yang menjalani mastoidektomi radikal di
RSUPN Cipto Mangunkusumo dari Januari 1993 sampai dengan April 1996 didapat kuman
yang paling sering ditemukan adalah Proteus mirabilis sebanyak58.5%, sedangkan
Pseudomonas ditemukan pada 31,5% telinga. Berbagai kuman lain juga ditemukan. Beberapa
kuman lain yang harus diperhatikan karena sifat-sifat khususnya adalah Staphilococcus
aureus yang telah resisten terhadap ampisili/amoksisilin, Staphilococcus epidermidis dan
Klebsiela pneumonia yang juga sudah 100% resisten terhadap penisilin alam maupun
ampisilin/amoksisilin. Bakteri yang harus diperhatikan juga adalah Bacterioides fragilis dan
Haemophilus influenza yang mempunyai potensi untuk menghasilkan b-laktamase.

GEJALA KLINIS 3
OMSK ditandai dengan pengerluaran secret dari telinga (otorrhoe) yang umumnya
ersifat purulen (kental, putih) atau mukoid (seperti air dan encer) tergantung stadium
peradangannya. Secret yang mucus dihasilkan oleh aktivitas kelenjar sekretorik teliga tengah
dan mastoid. Secret yang sangat bau, berwarna kuning keabu-abuan dan kotor member kesan
kolesteatoma dan produk degenarisnya. Dapat terlihat keeping-keping kecil, berwarna putih
dan mengkilap. Pemeriksaan bakteriologi dari secret hanya memberikan sedikit informasi.

11
Jika secret encer, berbau busuk dan tercampur darah maka perlu dipertimbangkan
kemungkinan keganasan.

Gejala OMSK yang penting lainnya adalah penurunan pendengaran yang biasanya
konduktif namun dapat juga bersifat campuran. Nyeri tidak lazim yang dapat berarti adanya
ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran secret, terpaparnya duramater atau dinding
sinus lateralis, atau ancaman pembentukan abses otak. Vertigo pada pasien OMSK
memberikan kesan adanya suatu fistula, berarti ada erosi pada labirin tulang seringkali pada
kanalis semisirkularis horizontal. Fistula merupakan temuan yang serius, karena infeksi
kemudian dapat berlanjut dari telinga tengah dan mastoid ke telinga dalam, sehingga timbul
labirinitis dan keungkinan berlanjut ke meningitis.

Peroforasi membrane timpani dapat bersifat sentral atau marginal. Jika perforasi
marginal atau pada attic, maka kolesteatoma perlu dicurigai. Jaringan granulasi dapat tampak
mengisi perforasi atauu pada bebrapa kasus, membentuk polip yang cukup besar dan
menonjol ke dalam liang telinga. Perforasi multiple pada membrane timpani dewasa
mengarah pada kemungkinan infeksi tuberculosis pada telinga tengah.

DIAGNOSIS 1
Diagnosis tepat memerlukan beberapa alat pemeriksaan antara lain lampu kepala yang
cukup baik, corong telinga, alat pembersih sekret telinga alat penghisap sekret, otoskop atau
mikroskop/endoskop. Sekret telinga dibersihkan dengan alat pembersih sekret atau alat
penghisap sekret selanjutnya digunakan otoskop untuk melihat lebih jelas lokasi perforasi
kondisi sisa membran timpani dan kavum timpani.Tidak jarang pula diagnosis yang tepat
tentang tipe OMSK baru dapat ditegakkan dengan bantuan mikroskop atau endoskop.

Diagnosis OMSK ditegakkan bila ditemukan perforasi membran timpani dengan


riwayat otore menetap atau berulang lebih dari 2 bulan.Sebaiknya diagnosis OMSK disertai
dengan keterangan jenis dan derajat ketulian.OMSK yang terbatas di telinga tengah hanya
menyebabkan tuli konduktif.Bila terdapat tuli campur dapat menandakan komplikasi ke
labirin, dapatjuga akibat penggunaan obat topikal yang ototoksik.

Pemeriksaan pencitraan mastoid bukan pemeriksaan rutin tetapi perlu untuk melihat
perkembangan pneumatisasi mastoid dan perluasan penyakit.Pemeriksaan mikrobiologi
12
sekret telinga penting untuk menentukan antibiotik yang tepat, tetapi antibiotik lini pertama
tidak harus menunggu pemeriksaan ini. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam diagnosis
OMSK adalah tanda-tanda dini komplikasi.

Tanda OMSK tipe bahaya harus dikenali, perforasinya di atik atau atau marginal atau
total.Mukosa disekitar perforasi diganti oleh epitel berlapis gepeng.Debris kolesteatoma
dapat ditemukan di sekitar perforasi, terutama di daerah atik.Pada OMSK dengan
kolesteatoma yang terinfeksi.otore berbau khas, tetapi pada yang tidak terinfeksi bisa kering.
Sering tertadap jaringan granulasi yang biasanya menandakan telah terpaparnya tulang.Fistel
retro-aurikuler hampir selalu akibat kolesteatoma terinfeksi yang terlantar. Pemeriksaan
pencitraao dengan foto polos atau CT scan menunjukkan adanya gambaran kolesteatoma.

PENATALAKSANAAN 1,3
Sejak awal harus dibedakan OMSK yang sebaiknya mendapat terapi operatif untuk
menghindarkan penundaan tindakan operasi pada pasien yang penyakitnya memang secara
medik tak dapat sembuh sejak onsetnya dan karena tendensi progresifitas penyakitnya. Secara
umum, infeksi yang mengenai daerah atik dan antrum (penyakit atiko antral) biasanya terlalu
dalam di telinga untuk dapat dicapai oleh antibiotik, Kolesteatoma berpotensi mendestruksi
tulang dan memungkinkan penyebaran infeksi memerlukan operasi. OMSK yang disertai
peradangan mukosa difus.karena diikuti dengan osteitis dan pembentukan jaringan granulasi
di kavum timpani dan rongga mastoid umumnya sukar sekali diatasi dengan medikamentosa
saja. OMSK dengan tanda komplikasi intratemporal atau intrakranial harus direncanakan
secepatnya mendapat mastoidektomi.Pasien dengan otore dari perforasi sentral dapat diobati
dulu dengan medikamentosa untuk mengontrol infeksi dan menghentikan otore sebagai
tujuan jangka pendek. Tujuan jangka panjang adalah usaha menutup perforasi membran
timpani dan memperbaiki pendengaran baik secara konservatif maupun operatif.

Perhimpunan Spesialis Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher lndonesia
telah membuat Panduan Pengobatan Otitis Media Supuratif Kronis di lndonesia (lihat
algoritma)

Setiap pasien dengan otore kronis harus mendapat pemeriksaan otoskopi dengan teliti
dan dibersihkan liang telinganya. Bila terdapat perforasi membran timpani ditegakkan
diagnosis OMSK.Kemudian ditentukan keberadaan tanda-tanda komplikasi yang
13
memerlukan pengobatan atau tindakan pengobatan segera (algoritma 4).Bila tidak ada
komplikasi, ditentukan tipe OMSK, tipe benigna atau tipe bahaya.fase OMSK, fase tenang
bila tidak ditemukan sekresi aktif dari telinga tengah, fase aktif bila ditemukan sekresi aktif
dari telinga tengah.

6.1. OMSK Benigna

OMSK benigna dibagi menjadi fase tenang dan aktif. Fase tenang jika OMSK
tersebut adalah OMSK tipe mukosa dalam keadaan kering. Pada keadaan ini dapat
diusahakan epitelialisasi tepi perforasi melalui tindakan , poliklinik dengan melukai pinggir
perforasi secara tajam atau engan mengoleskan zat kaustik seperti nitras argenti 25%, asam
trichlor asetat 12%, alkohol absolut dll. Hasil pengobatan yang memuaskan tercapai apabila
membran timpani menutup dan tidak didapati tuli konduktif.Bila ada tuli konduktif apalagi
jika perforasi menetap maka idealnya dilakukan timpanoplasti dengan atau tanpa
mastoidektomi.Pemeriksaan yang dianjurkan adalah pemeriksaan Rontgent dan pemeriksaan
Audiometri. Pemeriksaan rontgen mastoid posisi Schuller walaupun tidak harus dilakukan
sebagai pemeriksaan rutin, kalau dilakukan akan dapat menilai tingkat perkembangan
pneumatisasi mastoid dan menggambarkan perluasan penyakit. Audiometri nada murni dapat
menunjukkan tuli konduktif.Bila terdapat tuli campur menandakan kemungkinan telah terjadi
komplikasi ke labirin. Pemeriksaan pendengaran sedapat mungkin dilakukan sebagai bagian
dari diagnosis menyeluruh suatu OMSK, berguna antara lain untuk melihat perkembangan
penyakit dan efek samping obat bila digunakan obat ototoksik baik topikal maupun obat
sistemik.

6.2. OMSK Bahaya

OMSK tipe bahaya bersifat progresif, kolesteatoma yang semakin luas akan
mendestruksi tulang yang dilaluinya. infeksi sekunder akan menyebabkan keadaan septik
lokal dan menyebabkan apa yang disebut nekrosis septik di jaringan lunak yang dilalui
kolesteatoma dan di jaringan sekitamya sehingga juga menyebabkan destruksi jaringan lunak
yang mengancam akan terjadinya komplikas. Pengobatan satu-satunya adalah tindakan
operasi untuk eradikasi kolesteatoma. Pengobatan konservatif dengan pembersihan lokal
melalui liang telinga pada kolesteatoma yang masih terbatas atau pasien yang karena
kondisinya tidak mungkin menjalani operasi baik dalam anestesi lokal ataupun anestesi
14
umum. Pengobatan pencegahan perluasan kolesteatoma dengan pemasangan pipa ventilasi
untuk retraksi ringan, operatif bila meluas.Tergantung luas kerusakan dan pilihan ahli bedah
dapat dilakukan beberapa pilihan.

Tindakan atikotomi anterior dipilih apabila kolesteatoma masih sangat terbatas di atik.
Bila kolesteatoma tidak dapat dibersihkan secata total dengan tindakan di atas, dapat dipilih
berbagai variasi teknik eradikasi kolesteatoma yang diikuti tindakan rekonstruksi fungsi
pendengaran pada saat yang sama, misalnya timpanoplasti dinding runtuh (canal wall down
tympanop/ast) atau mastoidektomi dinding utuh (canal wall up tympanop/asti) atau
atikoantroplasti atau timpanoplasti buka-tutup (osteolastic epitympanotom, open and close
method typanolasty) dan sebagainya.

15
6.3. Penatalaksanaan Pasien OMSK dengan Komplikasi

Otitis media supuratif, baik yang akut maupun kronis, mempunyai potensi menjadi
serius karena komplikasinya yang dapat mengancam kesehatan dan menyebabkan
kematian.Terjadinya komplikasi tergantung pada kelainan patologik penyebab otorea.
Umumnya komplikasi terjadi pada pasien OMSK tipe bahaya, tetapi suatu otitis media akut
atau suatu eksaserbasi akut oleh kuman virulen pada OMSK tipe benigna pun dapat
menyebabkan komplikasi. Komplikasi dibagi menjadi komplikasi intra temporal dan
komplikasi intrakranial. Komplikasi intra temporal yaitu abses subperiosteal, labirintitis,
paresis fasial, petrositis; dan komplikasi intrakranial yaitu abses ekstra dura, abses perisinus,
tromboflebitis sinus lateral, meningitis, abses otak dan meningitis otikus.

Pasien OMSK dengan komplikasi intrakranial ataupun intratemporal harus segara


dirawat dan rujuk ke dokter spesialis saraf atau saraf anak.Antibiotika dosis tinggi yang dapat
menembus sawar otak diberikan secara intravena selama 7-15 hari dan periksa mikrobiologi
sekret telinga.Tergantung dari kondisi pasien dapat dilakukan drenase materi purulen secara
mastoidektomi dalam anastesi lokal ataupun umum yang dapat pula disertai tindakan operasi.

16
6.4. Pemilihan Obat Secara Rasional

Pada OMSK telah terjadi perubahan yang menetap (irreversible).Yang harus diingat
dalam pengobatan OMSK adalah kronisitas penyakit ini dengan fase aktif dan fase tenang
yang bergantian yang dapat terjadi sepanjang umur penderitanya. Penderita akan memerlukan
antimikroba pada setiap fase aktif. Hal tersebut berarti bahwa pada kebanyakan pasien
antimikroba akan dipakai dalam waktu lama. Akan timbul masalah resistensi kuman serta
hal-hal yang berhubungan dengan efek samping obat. Masalah lain yang harus diperhatikan
adalah masalah cost effective. Untuk mengurangi masalah tersebut maka pemilihan dan
pemberian antimikroba harus diusahakan betul-betul dilakukan secara optimal.

Idealnya, pemilihan tersebut harus berdasarkan identifikasi kuman penyebab,


informasi yang akurat tentang kepekaan kuman disamping keterangan mengenai faktor
pejamu, kondisi penderita itu sendiri.Dalam praktek sehari-hari keterangan ideal tersebut
sukar didapat, tetapi dengan melihat kuman penyebab dari berbagai penelitian dapat
dikemukakan dasar pemikiran pemilihan antimikroba untuk pengobatan OMSK.

17
6.4.1. Antibiotik Sistemik

Pada pemberian antibiotik harus diingat beberapa hal.Pada OMSK telah terjadi
banyak perubahan yang menetap, resolusi spontan sangat sulit terjadi dan biasanya ada
gangguan vaskularisasi di telinga tengah sehingga antibiotik sistemik sukar mencapai sasaran
dengan optimal.Antibiotik oral bersama pembersihan telinga atau bersama dengan tetes
telinga lebih baik hasilnya dari pada masing-masing diberikan tersendiri. Kronisitas dengan
fase aktif dan fase tenang yang bergantian dapat terjadi sepanjang umur.Diperlukan antibiotik
pada setiap fase aktif.Pemberian jangka panjang bermasalah resistensi dan efek samping,
disamping masalah cost-effective dari obat yang dipakai.Pengobatan juga harus dilakukan
terhadap fokus infeksi di hidung dan tenggorok.

Antibiotik dapat diberikan pada setiap fase aktif dan disesuaikan dengan kuman
penyebab.Patogen OMSK terutama kuman gram negatif, yaitu Pseudomonas aeruginosa yang
tidak sensitif lagi terhadap antibiotik klasik seperti penisilin G, amoksisilin, eritromisin,
tetrasiklin dan kioramfenikol.Kotrimoksazol juga kurang poten tetapi masih lebih baik.
Antibiotik sistemik pertama dapat langsung dipilih yang sesuai dengan keadaan klinis,
penampilan sekret yang keluar serta riwayat pengobatan sebelumnya.Sekret hijau kebiruan
menandakan Pseudomonas sebagai kuman penyebab, sekret kuning pekat sering kali
disebabkan oleh Staphylococcus, sekret berbau busuk sering kali mengandung golongan
anaerob.Kotrimoksazol atau ampisilin-sulbaktam dapat dipakai bila tidak ada kecurigaan
terhadap Pseudomonas sebagai kuman penyebab. Dari penelitian sebelumnya kebanyakan
kuman tersebut masih sensitif terhadap fluoroquinolon ( of1oksacin atau siprofioksasin),
sehingga dapat dipakai pada orang dewasa bila tidak ada kecurigaan terhadap kuman
anaerob sebagai penyebab. Bila diduga ada kuman anaerob dapat dipilih metronidazol,
klindamisin atau kloramfenicol. Bila sukar menentukan kuman penyebab, dapat dipakai
campuran trimetoprim +sulfametoksazol atau amoksisillin+klavulanat.Pada penderita berusia
lebih dari 18 tahun dapat dipilih siproftokksacin atau oflokksacin.Bila ingin diberikan
aminoglikosida, dapat dimulai dengan gentamisin, sedangkan amikasin, netilmisin atau
tobramisin sebagai pilihan kedua.

Dengan tujuan antara lain untuk mengobati infeksi campuran atau untuk mencapai
Sinergisme, dapat diberikan kombinasi 2 atau lebih antimikroba. Dalam kombinasi tersebut
harus dipilih kombinasi antimikroba yang efeknya sinergistik (efeknya lebih besar dari
18
penjumlahan efek masingmasing obat), misalnya pemberian golongan penisilin dengan
aminoglikosida. Penisilin yang bekerja pada dinding sel bakteri akan meningkatkan penetrasi
aminoglikosida ke dalam sel bakteri. Contoh sinergisme yang lain dengan cara kerja yang
berbeda adalah kombinasi amoksisilin dengan asam klavuianat, ampisilin dengan sulbaktam
untuk membunuh kuman penghasil b-laktamase; kombinasi trimetoprim dengan
sulfometoksazol, dsb.

Kombinasi obat bisa juga bersifat antagonistik (efeknya kurang dari efek masing-
masing obat), misalnya kombinasi kloramfenikol dengan preparat penisilin, yang merupakan
kombinasi bakteriostatik dengan bakterisid. Bila kloramfenikol tiba lebih dulu, maka efek
penisilin akan berkurang. Bila kedua obat tersebut ingin diberikan bersama-sama misalnya
pada infeksi multipel, maka penisilin harus diberikan lebih dahulu.

Bila dalam 7 hari tidak tampak perbaikan klinis, sebaiknya diusahakan pemeriksaan
mikrobiologik guna memilih antibiotik yang lebih tepat. Pemeriksaan mikrobiologi sekret
telinga, apabila dapat dilakukan akan sangat membantu menentukan antibiotik yang sesuai,
tetapi pengobatan dengan antibiotik lini pertama tidak ha/rus menunggu hasil pemeriksaan
ini.

6.4.2. Antiseptik Topikal

Pada umumnya diperlukan pembersihan liang telinga dengan irigasi menggunakan


larutan antiseptik. Larutan antiseptik yang dapat digunakan antara lain Asam asetat 1-2%,
hidrogen peroksida 3%, povidoniodine 5%, atau hanya garam fisiologis. Larutan itu harus
dihangatkan dulu sampai sesuai suhu badan agar tidak mengiritasi labirin waktu
disemprotkan ke telinga tengah. Setelah itu dikeringkan dengan lidi kapas. Karena lidi kapas
yang dijual dipasaran biasanya terlalu besar untuk liang telinga anak anak maka sebaiknya
orang tua pasen diajarkan membuat yang cocok. Pemberian dapat dilakukan 1 atau 2 kali
sehari sampai liang otore berhenti.

6.4.3. Antibiotik Topikal

Obat tetes antibiotik dapat dipakai sebagai obat lini pertama dan sebagai obat tunggal.
Dari review Cohrane, didapat antibiotik topikal lebih efektif daripada antibiotik oral.
19
Keuntungan antibiotik topikal adalah dapat memberikan dosis adekuat, tetapi penggunaannya
harus hati-hati.Pada umumnya obat ototopik di pasaran berisi salah satu atau campuran
neomisin, gentamisin, kloramfenikol, soframisin dan sebagainya. Obat-obat itu telah
dibuktikan pada binatang percobaan bersifat ototoksik. Penetrasi obat tersebut ke labirin dari
telinga tengah terutama melalui membran tingkap bulat. Harus diingat bahwa tebal membran
di tingkap bulat yang membatasi telinga tengah dengan telinga dalam tersebut sangat berbeda
tebalnya pada manusia dengan pada binatang percobaan. Pada manusia 4 kali lebih tebal,
bahkan lebih tebal lagi waktu ada peradangan, misalya pada otitis media. Percobaan pada
binatang menunjukkan ada 3 mekanisme penindungan penetrasi ke telinga dalam pada proses
peradangan di telinga tengah, penebalan membran tingkap bulat karena serbukan sel radang
ke daerah sub-epitelial, eksudasi radang kental yang melapisi tingkap bulat dan timbulnya
jaringan granulasi di daerah round window niche.

Memang ada laporan tentang tuli sensorineural pada manusia setelah penggunaan obat
tetes telinga, sebaliknya dua uji klinis terpisah, pasien diobati dengan gentamicin tetes telinga
tidak menunjukkan perubahan hantaran tulang. Masih ada kontroversi apakah tuli kokhlear
yang ditemukan pada pasien OMSK yang menggunakan tetes telinga disebabkan oleh
penyakitnya ataukah oleh obat tetes.Kedua-duanya dapat saja menyebabkan tuli kokhlear.

Walaupun pemberian antimikroba sebagai obat tetes telinga pada keadaan tertentu
sangat membantu penyembuhan fase aktif OMSK, penggunaannya tetap harus dengan hati-
hati mengingat ancaman akan terjadinya ototoksisitas. Pada keadaan yang relatif memaksa,
keputusan untuk menggunakan obat tersebut hams berdasarkan keputusan yang dapat
dipertanggungjawabkan

Obat tetes telinga jenis quinolon terbukti aman, tidak toksik terhadap labirin,
mempunyai efektifitas tinggi sebagai obat tunggal untuk pengobatan, karenanya
direkomendasikan sebagai obat lini pertama. Quinoion topikal lebih baik dari non quinolon.

Karena efek samping terhadap pertumbuhan tulang usia anak belum dapat
disingkirkan, penggunaan ofloksasin harus sangat hatihati pada anak kurang dari 12 tahun.
Keputusan penggunaanya untuk usia muda tersebut harus dipertimbangkan betul. Harus
diingat benar bahwa obat tetes telinga tidak boleh dipakai sebagai obat profilaksis OMSK.

20
Apabila setelah pengobatan selama tiga bulan otorea menetap, maka idealnya dilakukan
mastoidektomi dan timpanoplasti.

7. Penatalaksanaan Baku OMSK dari WHO

Penatalaksanaan baku lain adalah yang dikeluarkan oleh WHO, ditujukan terutama untuk
pegangan dokter di lini pertama pelayanan kesehatan. Pelayanan dimulai sejak ditemukannya
pasien dengan riwayat otorea 2 minggu atau lebih. Hal yang harus diperhatikan pertama kali
adalah keberadaan komplikasi OMSK, yaitu demam, nyeri telinga hebat, sakit kepala,
sempoyongan/vertigo, bengkak di sekitar telinga. Pasien dengan gejala tersebut dianjurkan
dirujuk ke spesialis THT untuk kemungkinan mastoidektomi segera, mulai antibiotik dosis
tinggi, serta eradikasi infeksi sampai rekonstruksi telinga tengah.Pasien otore aktif baru tanpa
komplikasi dan belum pernah diobati harus dianamnesis dan diperiksa dengan teliti terhadap
tanda bahaya. Periksa secara nyata keadaan membran timpani, kalau perlu rujuk untuk
otoskopi teliti, Bersihkan dan keringkan liang telinga, bila tidak mungkin dilakukan,
pasanglah tampon longgar, ajari pasien atau pengantarnya cara membersihkan liang telinga
pada kunjungan pertama, mulai antiseptik atau antibiotik topikal pada kunjungan pertama.
Pastikan antimikroba topikal tersebut mencapai telinga tengah. Apabila otorea hilang setelah
2 minggu pengobatan dan bila otore tidak kambuh dalam waktu paling sedikit 1 tahun tetapi
dengan kurang pendengaran, tawarkan operasi rekonstruksi atau alat bantu dengar.
Sebaliknya bila otore tidak berhenti selalu waspada terhadap tanda bahaya. Bila otore tetap
atau berulang dianjurkan dirujuk segera untuk kemungkinan operasi.

21
KOMPLIKASI 3
Komplikasi yang terjadi pada jenis jinak adalah mastoiditis atau pembentukan
abses.Dapat terjadi kehilangan pendengaran koklear dan juga labirinthitis.

Pada jenis bahaya, komplikasi yang dapat terjadi adalah labyrinthitis, kelumpuhan
nervus fasialis, infeksi intracranial, formasi abses, dan meningitis.

22
Daftar Pustaka

1. Helmi. 2005. Otitis Media Supuratif Kronis. Jakarta: Balai Penerbit FK UI


2. Adams, George L, dkk. 2014. Boeis Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta: EGC
3. Probst, Rudolf, dkk. 2006. Basic Ootolaryngology, New York: Thieme

23

Anda mungkin juga menyukai