Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang menimbulkan dampak sosial maupun ekonomi. Kerugian sosial yang
terjadi antara lain karena menimbulkan kepanikan dalam keluarga, kematian anggota
keluarga dan berkurangnya usia harapan hidup. Dampak ekonomi langsung yang
dirasakan pada penderita DBD adalah biaya pengobatan, sedangkan yang tidak
langsung adalah kehilangan waktu kerja, waktu sekolah dan biaya lain yang
dikeluarkan selain untuk pengobatan seperti transportasi dan akomodasi selama
perawatan penderita.
Sejak ditemukan pertama kali tahun 1968 di Surabaya dan Jakarta, jumlah
kasus DBD maupun luas daerah penyebarannya semakin bertambah seiring dengan
meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk.
Data dari Departemen Kesehatan, bagian profil data kesehatan Indonesia tahun
2011, menunjukkan bahwa jumlah kasus di provinsi Lampung sekitar 1.494, jumlah
kasus meninggal sebanyak 24, Case Fatality Rate 1,61%, Incidence Rate per 100.000
penduduk 19,41%.
Sedangkan dari data Dinas Kesehatan Lampung Timur, diketahui Kecamatan
Way Jepara menduduki peringkat pertama dalam jumlah korban jiwa yang
ditimbulkan oleh kasus DBD untuk daerah Lampung Timur periode tahun 2011-2012
awal yaitu sekitar 57 kasus, yang telah menelan korban jiwa sebanyak 5 orang.
Upaya pencegahan penyakit ini telah dilakukan antara lain dengan pemutusan
rantai nyamuk penularnya dengan cara penaburan larvasida, fogging focus serta
pemberantasan sarang nyamuk (PSN). PSN merupakan cara pemberantasan yang
lebih aman, murah dan sederhana. Oleh sebab itu kebijakan pemerintah dalam
pengendalian vektor DBD lebih menitikberatkan pada program ini, walaupun cara ini
sangat tergantung pada peranserta masyarakat.
Pemahaman penyakit DBD dan penanggulangannya masih kurang, yang
tampak pada masih dibebankannya masalah DBD dan tanggung jawabnya pada sektor
kesehatan, padahal DBD sebenarnya harus menjadi tanggung jawab semua pihak

1
karena erat kaitannya dengan kebersihan dan perilaku manusia. Penanggulangan
penyakit DBD lebih banyak terkait dengan peranserta masyarakat.
Di Way Jepara, khususnya beberapa tahun terakhir, kegiatan Jumantik (juru
pemantau jentik) dapat dikatakan tidak ada. Padahal jumantik merupakan salah satu
bentuk pemberdayaan masyarakat agar ada solusi untuk menekan populasi jentik
Aedes aegypti, karena jumantik bertugas melakukan pemeriksaan jentik secara berkala
dan terus menurus.
Bentuk peranserta masyarakat lain yang diharapkan dapat meningkatkan ABJ
(Angka Bebas Jentik) adalah dengan mengikutsertakan bidan desa dan ketua Rukun
tetangga (RT) sebagai supervisor pelaksanaan PSN. Ketua RT diharapkan mampu
memotivasi warganya untuk mengamati keberadaan jentik di rumah masing-masing,
kemudian menuliskan hasilnya ke form jentik dan menyerahkan form tersebut kepada
kepala desa yang nantinya akan berkoordinasi bersama dengan bidan desa setempat.
Peranserta aktif dari pemilik rumah, diharapkan mampu meningkatkan ABJ di
lingkungan masing-masing. Pada penelitian ini, sebelum dan sesudah jumantik dan
ketua RT melakukan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk, akan dilakukan
pengamatan jentik untuk mengetahui ABJ di masing-masing desa.

1.2 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan peranserta masyarakat dalam
pelaksanaan program PSN-DBD, dengan menilai peningkatan ABJ dan penurunan HI
(House Index) dengan memberdayakan jumantik (aktif) dan peranserta bidan desa dan
ketua RT (pasif), dan mengidentifikasi hambatan pelaksanaan PSN dalam program
PSN-DBD.

1.3 Bahan dan Cara


Untuk menurunkan angka morbiditas dan mortalitas DBD di Kecamatan Way
Jepara Lampung Timur kami melakukan berbagai kegiatan diantaranya:
1. Pelatihan kader pemantau jentik di seluruh RT di setiap dusun yang ada,
pelatihan ini dilaksanakan Tanggal 27 November 2012 dengan turut
mengundang kepala Kecamatan Way Jepara. Pada acara ini kami memaparkan
pengetahuan dasar tentang penyakit DBD (pencegahan dan pertolongan
pertama) dan materi pelatihan para kader jumantik agar dapat dengan segera

2
melaksanakan program Pemberantasan Saran Nyamuk (PSN) dalam hal ini
gerakan 3M plus serta mampu melaksanakan pemeriksaan jentik di setiap RT
yang ada dan melaporkannya kepada bidan desa.
2. Pelatihan siswa pemantau jentik (Wamantik), mengingat jam gigitan nyamuk
menurut informasi dari Departemen Kesehatan bahwa nyamuk menggigit di
jam pagi sekitar pukul 08.00-10.00 dan sore pukul 15.00-17.00, perlu
melakukan pengawasan jentik-jentik nyamuk dan pemberantasan sarang
nyamuk di sekolahan. Pelatihan ini dilakukan di UGD Puskesmas Way Jepara
dengan turut mengundang siswa-siswi SMP, SMA, dan lingkungan
pendidikan yang sederajat untuk ikut serta. Pada acara ini kami memaparkan
pengetahuan dasar tentang penyakit DBD (pencegahan dan pertolongan
pertama) dan materi pelatihan para kader jumantik agar dapat dengan segera
melaksanakan program Pemberantasan Saran Nyamuk (PSN) dalam hal ini
gerakan 3M plus serta mampu melaksanakan pemeriksaan jentik di setiap
sekolah mereka masing-masing.
3. Melakukan penyuluhan ke setiap posyandu yang ada mengenai pengetahuan
umum DBD (pengenalan vector dan penularan, pencegahan dan pertolongan
pertama).
4. Membuat media informatif berupa flyer, poster, serta spanduk yang berisi
tentang peringatan dan bahaya DBD serta pencegahan dan pertolongan
pertama. Untuk flyer kami menyebarkannya di tempat-tempat umum seperti
pasar, masjid, kantor-kantor dan sarana umum lainnya. Untuk media poster
kami membagikan ke setiap rumah dan mewajibkan mereka untuk menempel
dirumah masing-masing agar dapat terus diingat dan dapat diaplikasikan
secara mandiri. Spanduk yang kami buat berukuran 5m x 1m dibagikan ke
setiap kantor kepala desa untuk dipajang, diharapkan dapat dibaca oleh
penduduk desa setempat yang melintas, sebagai bukti bahwa tenaga kesehatan
dan aparat desa serius dalam penanggulangan masalah DBD.

Hasil dari pelatihan kader pemantau jentik yang telah dilaksanakan, kami
membuat semacam laporan penelitian, guna mengevaluasi jalannya program tersebut.
Penelitian ini dilakukan di dua desa, yaitu desa Labuhan Ratu Dua dan Braja Sakti

3
yang dilaksanakan selama bulan November-Desember 2012. Dipilihnya desa tersebut
didasarkan pada :
a. Kedua desa tersebut merupakan desa endemis DBD.
b. Lokasi kedua desa tersebut termasuk yang paling dekat dengan
Puskesmas Way Jepara.

1.4 Lokasi Penelitian


Luas desa Labuhan Ratu Dua adalah 18.621 km2. Wilayah administrasi desa
Labuhan Ratu Dua terdiri dari 6 dusun dan 30 RT. Jarak desa dari pusat pemerintahan
kota kecamatan 1 km. Adapun RT yang terpilih adalah RT 1, RT 3, dan RT 5 dari
dusun 1 dengan jumlah juru pemantau jentik sebanyak 3 orang. Masyarakat yang
tinggal di daerah ini rata-rata adalah pegawai negeri sipil, berdagang dan pekerja
serabutan. Kegiatan survei jentik diadakan pada hari jumat saat kegiatan jumat bersih.
Luas desa Braja Sakti adalah 17.891 km2. Wilayah administrasi desa terdiri
dari 7 dusun dan 48 RT. Jarak desa dari pusat pemerintahan kota kecamatan 1 km.
Tempat yang dipilih untuk pelaksanaan survei jentik adalah dusun 4 yang diwakili
oleh RT 3 dan RT 4. Masyarakat yang ada di kedua wilayah penelitian kebanyakan
berasal dari Suku Jawa. Mata pencaharian masyarakat adalah pegawai negeri sipil,
wiraswasta dan pedagang.
Penelitian ini menggunakan rancangan quasi experimental, dengan melakukan
uji beda terhadap cara dua pendekatan PSN. Setelah intervensi (pelatihan) dipantau
hasilnya melalui peningkatan ABJ.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua rumah yang ada di dua desa, besar
sampel adalah 100 rumah di masing-masing desa yang terpilih secara acak untuk
pengambilan jentik.
Tim peneliti menghubungi kedua kepala desa untuk meminta izin
melaksanakan survei jentik. Pelaksanaan kegiatan ini dilaksanakan setiap hari jumat
saat jumat bersih, selama satu bulan yang dihadiri oleh petugas dari Puskesmas Way
Jepara, bidan desa, kader jumantik dan ketua RT setempat.

Survei jentik dilakukan dengan cara:

4
Melakukan kunjungan rumah dan pemeriksaan tempat penampungan air (TPA)
buatan atau alami.
Mencatat jumlah, posisi/letak TPA terhadap rumah, jenis, kondisi tutup dan bahan
dasarnya.
Pelaksanaan survei dilakukan sebanyak empat kali yang dilaksanakan setiap
minggu. Hasil pemeriksaan diserahkan ke petugas puskesmas setempat melalui
bidan desa.
Di desa Braja Sakti, pelaksanaan survei dilakukan oleh kader jumantik yang sudah
terlatih, sebanyak empat kali, yang dilakukan setiap minggu (saat jumat bersih).
Ketua RT mengambil formulir jentik di 100 rumah masyarakat yang telah
ditugaskan untuk melaksanakan pemantauan jentik di rumahnya. Hasilnya
diserahkan ke petugas puskesmas setempat melalui bidan desa.

BAB II

5
PELAKSANAAN KEGIATAN

2.1 Pembentukan dan Pelatihan Jumantik


Sebelum pelaksanaan survei jentik oleh jumantik dan ketua RT, dilakukan
pembentukan dan pelatihan jumantik. Kami melaksanakan pelatihan para kader
jumantik dengan cara mengundang mereka ke sebuah acara pelatihan sehari yang
bertempat di Balai Desa. Acara ini dicetuskan oleh dokter internship dibawah naungan
kepala Puskesmas Way Jepara. Pelatihan ini berlangsung mulai pukul 08.00 sampai
pukul 13.00 yang dibuka oleh kepala Puskesmas Way Jepara dan kepala Kecamatan
Way Jepara. Materi yang diberikan kepada para kader yaitu seputar pengetahuan
umum mengenai DBD (pengenalan vector, perkembangbiakkan dan siklus hidup,
penularan, pencegahan, pertolongan pertama) serta materi khusus untuk pemeriksaan
jentik (lampiran A). Adapun dalam acara tersebut kami mengundang sekitar 245 kader
dari 245 RT yang ada di Kecamatan Way Jepara serta para bidan desa yang
bertanggung jawab atas masing-masing desa yang mereka pegang selama ini. Materi
yang kami berikan bersumber dari Modul Pedoman Pelatihan Jumantik oleh
Departemen Kesehatan. Dalam acara ini juga peserta dibebaskan untuk berdiskusi dan
tanya jawab (lampiran B).
Untuk mengevaluasi tingkat pengetahuan peserta, sebagai penilaian tingkat
pengetahuan sebelum dan sesudah pelatihan, kami juga melakukan pretes dan postes
(lampiran C) pada awal dan akhir pelatihan, yang hasilnya dapat dilihat pada grafik
berikut.

Gambar. Grafik hasil pretes dan postes wamantik, menggambarkan peningkatan pengetahuan yang
signifikan sesudah pelatihan.
Di dalam pelatihan ini kami menghimbau agar pelaksanaan pemeriksaan jentik
dan pemberantasan sarang nyamuk dilakukan oleh warga di setiap RT Kecamatan
6
Way Jepara pada setiap hari jumat saat dilaksanakannya jumat bersih. Disini peran
dari tokoh masyarakat seperti kepala desa sangat diperlukan, sehingga kami pun
memberiksan surat edaran kepada para Kepala Desa agar mengaktifkan gerakan jumat
bersih secara rutin. Setiap sebulan sekali para kader jumantik wajib melaporkan hasil
rekap selama 4 minggu hasil pemeriksaan kepada bidan desa, dalam hal ini bidan desa
merupakan kaki-tangan perpanjangan kepala Pukesmas sebagai supervisi pelaksanaan
pemeriksaan jentik dan pemberantasan sarang nyamuk. Mengenai modul pelatihan
kami membuatnya dalam bentuk powerpoint agae mudah dibaca. Kami juga
membagikan flyer dan poster kepada setiap peserta guna memudahkan mereka dalam
melakukan sosialisasi kepada warganya (lampiran D dan E). Media lain seperti
banner kami memproduksi sebanyak 10 buah dimana sesuai dengan jumlah desa yang
ada, agar banner tersebut dipampang di setiap halaman depan kantor Kepala Desa
dengan maksud semua warga dapat membaca dan turut tergerak dalam kegiatan
pemberantasan sarang nyamuk (lampiran F).
Sebagai bahan evaluasi sekaligus menjadi dasar mini project kami, maka kami
memilih dua desa dikarenakan masalah keterbatasan waktu, yaitu desa Labuhan Ratu
Dua dan desa Braja Sakti. Wawancara dilakukan terhadap jumantik, Ketua RT dan
petugas desa setempat untuk mendapatkan informasi mengenai keberhasilan atau
kegagalan PSN DBD di wilayah penelitian. Jumlah responden sebanyak enam orang,
terdiri dari dua orang petugas desa, tiga orang jumantik dan satu orang ketua RT.
Data yang dikumpulkan dianalisis secara univariat dan bivariat (uji beda)
tentang keberhasilan kedua model pendekatan PSN. Indikator yang digunakan adalah
sebagai berikut:
House Indeks (HI) adalah rumah dengan positif jentik dibagi rumah diperiksa kali
100.
Conteiner Indeks (CI) adalah kontainer positif jentik dibagi konteiner diperiksa di
kali 100.
Bretau Indeks (BI) yaitu kontainer positif jentik dibagi rumah diperiksa.
ABJ adalah jumlah rumah tidak ditemukan jentik dibagi rumah diperiksa di kali
100.

2.2 Hasil

7
Pada laporan ini belum didapatkan data hasil kegiatan jumantik tiap
minggunya dikarenakan waktu pembuatan laporan dikerjakan sebelum diadakan
kegiatan jumantik pada jumat bersih minggu pertama setelah pelatihan.
Diharapkan saat data dari kegiatan jumantik dilakukan, didapatkan hasil angka
bebas jentik (ABJ) > 95% dan house index (HI) < 1%.
Penelitian dilakukan terhadap desa Braja Sakti dan Labuhan Ratu Dua dengan
jumlah RT sebanyak 5 RT dan total rumah 200 buah. Jika dikalkulasikan untuk
mendapatkan hasil yang baik dari kegiatan PSN-DBD maka, minimal jumlah rumah
yang bebas jentik sebanyak 190 rumah.
Telah dijadwalkan kegiatan jumantik pada jumat bersih minggu pertama,
petugas dari Puskesmas Way Jepara akan keliling ke rumah warga di daerah RT 1 dari
desa Labuhan Ratu Dua bersama-sama dengan kepala desa, ketua RT dan kader
jumantik setempat. Kemudian pada minggu kedua petugas akan menyambangi RT 3
dari desa Braja Sakti, minggu ketiga di RT 3 desa Labuhan Ratu Dua, minggu
keempat di RT 4 desa Braja Sakti dan minggu kelima di RT 5 desa Labuhan Ratu
Dua.
Petugas juga akan berusaha menyempatkan diri keliling setiap minggunya ke
setiap RT untuk mengamati langsung masalah-masalah ataupun kesulitan yang
dihadapi selama pelaksanaan jumantik.

BAB III

8
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Belum didapatkannya data dari kegiatan jumantik dilapangan, maka belum
dapat ditarik kesimpulan mengenai hasil dari pelatihan jumantik dalam program
Pemberantasan Saran Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN-DBD) ini.

3.2 Saran
Agar pemantauan jentik secara berkala dapat berjalan sesuai dengan yang
diharapkan, perlu dilakukan motivasi kepada ketua RT dan kader jumantik secara
kontinyu. Keterlibatan petugas kesehatan sangat diperlukan untuk memberdayakan
masyarakat dalam pemantauan jentik secara berkala.

3.3 Ucapan Terima Kasih


Kami mengucapkan terima kasih kepada Kepala Dinas Kesehatan Lampung
Timur, Kepala Puskesmas Way Jepara, Kepala Desa Labuhan Ratu Dua dan Braja
Sakti atas izin penelitian dan dukungan yang telah diberikan kepada kami. Terima
kasih juga kami ucapkan kepada pengelola program DBD di Puskesmas Way Jepara,
para jumantik, bidan desa dan ketua RT atas bantuannya selama penelitian ini
berlangsung sehingga dapat dilaksanakan sesuai dengan yang diharapkan. Terima
kasih yang tak terhingga juga kami ucapkan kepada masyarakat di daerah penelitian
yang secara koperatif telah mendukung kegiatan penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

9
1. Departemen Kesehatan R.I. Petunjuk Pelaksanaan Pemberantasan Sarang
Nyamuk Demam Berdarah Dengeu (PSN DBD) oleh Juru Pemantau Jentik
(Jumantik), Dirjen P2M dan PL. Jakarta. 2004.
2. Hayani A., Ahmad Erlan, Yunus W., Samarang. Pengaruh pelatihan guru UKS
terhadap efektivitas pemberantasan sarang nyamuk Demam Berdarah Dengue
di Tingkat Sekolah Dasar, Kota Palu, Sulawesi Tengah. Jurnal Ekologi
Kesehatan 5(1): 376-379. 2006.
3. http://irwandykapalawi.wordpres.com/ 2008/03/01mengenal-ilmu-kesehatan-
masyarakat/# . comment. Diakses pada tanggal 15 November 2012.
4. Departemen kesehatan R.I. Pedoman Survey Entomologi DBD. Dirjen P2M
dan PL. Jakarta. 2002.
5. Suroso, T. Strategi baru Penaggulangan DBD di Indonesia. Jakarta. Depkes RI
. 2003.
6. http://library.usu.ac.id/index.php/component/journals/index.php?option=com_
journal_review&id=13719&task=view. Diakses pada tgl 4 Desember 20012.
7. http://www.google.co.id/search?client=firefox-a&rls=org.mozilla%3Aen-US
%3Aofficial&channel=s&hl=id&source=hp&q=peran+serta+masyarakat+DB
D. Diakses pada tanggal 4 Desember 2012.
8. http://www.litbang.depkes.go.id/media/ index2.php?option=content&do_
pdf=1&id=143. Diakses pada Tgl. 4 Desember 2012.

10
11

Anda mungkin juga menyukai