Anda di halaman 1dari 9

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Kata "pitiriasis" adalah dari bahasa Yunani yang berarti kulit padi. 4 Istilah
Pitiriasis Rosea pertama kali dideskripsikan oleh Robert Willan pada tahun 1798
dengan nama Roseola Annulata, kemudian pada tahun 1860, Gilbert memberi
nama Pitiriasis Rosea yang berarti skuama berwarna merah muda (rosea). 2
Pitiriasis Rosea biasa didahului dengan gejala prodromal (lemas, mual, tidak nafsu
makan, demam, nyeri sendi, pembesaran kelenjar limfe). Setelah itu muncul gatal
dan lesi di kulit.4
Ptiriasis rosea adalah penyakit kulit yang belum diketahui penyebabnya,
dimulai dengan sebuah lesi inisial berbentuk eritem dan skuama halus. Kemudian
disusul oleh lesi-lesi yang lebih kecil dibadan, lengan dan paha atas yang tersusun
sesuai dengan lipatan kulit dan biasanya menyembuh dalam waktu 3-8minggu.
Morfologi khas pada pitiriasis rosea berupa makula eritematosa lonjong dengan
diameter terpanjang sesuai dengan lipatan kulit serta ditutupi oleh skuama
halus.1,5

2.2 Epidemiologi
Pitiriasis rosea didapati pada semua umur, terutama antara 15-40 tahun. 5
Perkiraan kejadian sekitar 170 per 100.000 orang, dengan prevalensi 0,6% pada
orang berusia 10 hingga 29 tahun. Meski telah dilaporkan di segala usia dari bayi
hingga orang dewasa, 75% dari kasus yang dilaporkan pada pasien dari usia 10
sampai 35 tahun. Hal ini lebih sering terjadi pada wanita, dengan rasio laki-laki-
perempuan dari 1: 1,43. Rekurensi jarang terjadi, dilaporkan pada 2,8% kasus,
sering pada orang imunosupresi. Prevalensi terjadinya pitiriasis rosea lebih
banyak ditemukan pada golongan sosioekonomi masyarakat kelas menengah dan
yang kurang mampu.6

2.3 Etiologi

2
3

Etilogi penyakit ini belum diketahui, demikian pula cara infeksi. Ada yang
mengemukakan hipotesis bahwa penyebabnya virus, karena penyakit ini
merupakan penyakit swasima (self limiting disease), umumnya sembuh sendiri
dalam waktu 3-8 minggu.1
Berbagai penelitian dilakukan untuk mencari kemungkinan reaktivasi virus
herpes (HHV6 dan HHV7) endogen sebagai penyebab, meski masih banyak
perdebatan. Dasar pemikirannya ialah adanya peningkatan insiden pada musim
tertentu adanya kekambuhan bila daya tahan tubuh menurun misalnya saat
kehamilan. Tetapi karena belum terbukti sepenuhnya kontagius, maka pasien tidak
perlu diisolasi. Kelainan terutama pada usia anak dan dewasa muda (10-35 tahun)
dan lebih sering pada wanita. Kelainan lebih sering terjadi pada saat pergantian
cuaca dan kadang didahului oleh infeksi saluran napas atas.7
Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa Pitiriasis Rosea disebabkan oleh
virus. Mereka melakukan replikasi aktif dari Herpes Virus ( HHV )-6 dan -7 pada
sel mononuklear dari kulit yang mengandung lesi, kemudian mengidentifikasi
virus pada sampel serum penderita. Dimana virus-virus ini hampir kebanyakan
didapatkan pada masa kanak-kanak awal dan tetap ada pada fase laten dalam sel
mononuklear darah perifer, terutama CD-4 dan sel T, dan pada air liur.8

2.4 Faktor-Faktor Yang Memengaruhi


Faktor-faktor yang mempengarui timbulnya pitiriasis rosea adalah:5
1. Bangsa : tidak mengenal ras dan etnik.
2. Musim/iklim : banyak pada musim hujan.
3. Kebersihan/higiene : tidak berpengaruh.
4. Keturunan : tidak berperanguh.
5. Lingkungan : lebih sering pada cuaca dingin.

2.5 Gejala
Kurang lebih pada 20-50% kasus, bercak merah pada pitiriasis rosea
didahului dengan munculnya gejala mirip infeksi virus seperti gangguan traktus
respiratorius bagian atas atau gangguan gastrointestinal. Sumber lain
menyebutkan kira-kira 5% dari kasus pitiriasis rosea didahului dengan gejala
prodormal berupa sakit kepala, rasa tidak nyaman di saluran pencernaan, demam,
malaise, dan artralgia. 9
4

Pitiriasis berarti skuama halus. Penyakit dimulai dengan lesi pertama (herald
patch), umumnya di badan, solitar, berbentuk oval dan anular, diameter kira-kira 3
cm. Ruam terdiri atas eritem dan skuama halus dipinggir. Lamanya beberapa hari
hingga beberapa minggu.1 Insidens munculnya Herald patch dilaporkan sebanyak 12-
94%, dan pada banyak penelitian kira-kira 80% kasus pitiriasis rosea ditemukan
adanya Herald patch. Jika lesi ini digores pada sumbu panjangnya, maka skuama
cenderung untuk melipat sesuai dengan goresan yang dibuat, hal ini disebut
dengan Hanging curtain sign.9

Gambar 2.1 Pitiriasis rosea dengan Herald patch

Lesi berikutnya timbul 4-10 hari setelah lesi pertama, memberi gambaran
yang khas, sama dengan lesi pertama hanya lebih keci, susunannya sejajar dengan
kosta, hingga menyerupai pohon cemara terbalik. Lesi tersebut timbul serentak
atau dalam beberapa hari. Tempat predileksi pada badan, lengan atas bagian
proksimal dan paha atas. Namun sesekali bisa didapatkan pada daerah tertentu
seperti leher, sela paha, atau aksila. Pada daerah ini lesi berupa bercak dengan
bentuk sirsinata yang bergabung dengan tepi yang tidak rata sehingga sangat mirip
dengan Tinea corporis.1,9
5

Gambar 2.2 Tempat Predileksi Pitiriasis Rosea

Ukuran bercak dari seujung jarum pentul sampai sebesar uang logam.
Bentuknya bervariasi dari makula berbentuk oval hingga plak berukuran 0,5-2 cm
dengan tepi yang sedikit meninggi. Warnanya pink salmon (atau berupa
hiperpigmentasi pada orang-orang yang berkulit gelap) dan khasnya terdapat
koleret dari skuama di bagian tepinya. Umum ditemukan beberapa lesi berbentuk
anular dengan bagian tengahnya yang tampak lebih tenang.9
Gatal ringan-sedang dapat dirasakan penderita, biasanya saat timbul gejala.
Gatal merupakan hal yang biasa dikeluhkan dan gatalnya bisa menjadi parah pada
25% pasien. Gatal akan lebih dirasakan saat kulit dalam keadaan basah,
berkeringat, atau akibat dari pakaian yang ketat. Akan tetapi, 25% penderitanya
tidak merasakan gatal. Relaps dan rekurensi jarang sekali ditemukan.9
6

Gambar 2.3 Pitiriasis Rosea. Tampak Herald Patch Pada Abdomen Bawah.

Efloresensi : Makula eritroskuamosa anular dan solitar, benfuk lonjong


dengan tepi hampir tidak nyata meninggi dan bagian sentral bersisik, agak
berkeringat. Sumbu panjang lesi sesuai dengan garis lipatan kulit dan kadang-
kadang menyerupai gambaran pohon cemara. Lesi inisial (herald patch =
medallion) biasanya solitar, bentuk oval, anular, berdiameter 2-6 cm. jarang
terdapat lebih dari heraldpatch.5

2.6 Variasi Pitiriasis Rosea


1. Pitiriasis rosea inversa 10,11
Lesi kulit banyak terdapat di wajah dan distal ekstremitas, daerah fleksor
seperti aksila dan sela paha, hanya sedikit yang terdapat di tubuh. Umumnya
terjadi pada anak-anak.
2. Pitiriasis rosea terlokalisasi10,11
Lesinya dapat terjadi pada satu area saja, sehingga diagnosis menjadi sulit
3. Pitiriasis rosea giganta10,11
Ditemukan papul-papul atau plak yang besar, tetapi jumlahnya sedikit
7

4. Vesicular pitiriasis rosea10,11


Lebih sering ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda. Menyerupai
infeksi varisela.
5. Purpuric pitiriasis rosea10,11
Hanya ada 10 kasus yang dilaporkan, anak-anak dan dewasa sama banyak.
Secara histopatologi terdapat perbedaan pada ekstravasasi eritrosit ke stratum
papilare dermis tanpa adanya bukti vaskulitis. Manifestasi klinisnya berupa
petechie, dan ekimosis sepanjangLanger line pada leher, tubuh dan
ekstremitas proksimal. Lesinya mungkin dengan skuama yang lebih sedikit
atau didominasi oleh pustule atau purpura. Cenderung meninggalkan tanda
hipo atau hiperpigmentasi postinflamasi setelah sembuh, terutama pada
orang-orang yang memiliki banyak pigmen.
6. Urticarial pitiriasis rosea10,11
Varian yang jarang ditemukan. Menyerupai urtikaria akut.

2.7 Diagnosa
Penegakan diagnosis pitiriasis rosea didasarkan pada anamnesis,
pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan penunjang.
2.7.1 Anamnesis
Anamnesis dibutuhkan untuk mendukung penegakan diagnosis PR yaitu:12
1. Pada PR klasik, pasien biasanya menggambarkan onset dari timbulnya lesi
kulit tunggal pada daerah badan, beberapa hari sampai minggu kemudian
diikuti timbulnya berbagai lesi kecil.
2. Gatal hebat dirasakan pada 25% pasien PR tanpa komplikasi, 50% lainnya
merasakan gatal dari yang ringan sampai sedang, dan 25% lainnya tidak
mengeluhkan rasa gatal.
3. Sebagian kecil pasien menunjukkan gejala prodromal seperti gejala flu,
demam, malaise, arthralgia, dan faringitis.

2.7.2 Pemeriksaan Fisik


8

Pada pemeriksaan terlihat:12


1. Kelainan berupa bercak berskuama dengan batas tegas berbentuk oval atau
bulat (herald patch) yang meluas ke perifer, terlihat erupsi makulopapular
berwarna merah-coklat berukuran 0,5-4 cm.
2. Bagian tepi lesi terlihat lebih aktif, meninggi, eritematosa dengan bagian
tengah berupa central clearing.
3. Terlokalisasi pada badan, leher, dan daerah poplitea atau pada area yang
lembab dan hangat misalnya di area lipatan kulit.
4. Erupsi sekunder mengikiuti garis Langer, berbentuk pola pohon natal atau
pola pohon cemara.
2.7.3 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium11
Pemeriksaan ini jarang diperlukan dalam kasus pitiriasis
rosea. Pemeriksaan fisik, hitung darah sel, biokimia dan analisis urin dalam
rentang normal, kadang ditemukan leukositosis, neutrophilia, basophilia dan
limfositosis. Tes VDRL (Veneral Disease Research of Laboratories dan uji
fluorescent antibody trepenomal dilakukan untuk menyingkirkan adanya
sifilis.
2. Biopsi kulit11
Superfisial peri infiltrasi vaskular dengan limfosit, histiosit, dengan
eosinofil jarang terlihat. Sel epidermis menunjukkan sel darah merah
diskeratosis dan ekstravasasi RBCs dapat dilihat.

2.8 Diagnosa banding


Penyakit ini sering disangka jamur oleh penderita, juga oleh dokter umm
sering didiagnosis sebagai tinea korporis. Gambaran klinisnya memang mirip
dengan tinea korporis karena terdapat eritema dan skuama dipinggir dan
bentuknya anular. Perbedaannya papda pitiriasis rosea gatalnya tidak begitu berat
seperti tinea korporis, skuamanya halus sedangkan pada tinea korporis kasar. Pada
tinea sediaan KOH akan positif. Hendaknya dicari pula lesi inisial yang
adakalanya masih ada. Sering lesi inisial tersebut tidak seluruhnya eritematosa
lagi, tetapi bentuknya masih oval sedangkan ditengahnya terlihat hipopigmentasi.1
9

Diagnosa banding yang lain adalah dematitis seboroik. Pada dermatitis


seboroik biasanya gatal; lesi eritematosa difus yang ditutupi skuama halus/kasar.
Pada dermatitis seboroik, kulit kepala dan alis mata biasanya berskuama dan ruam
kulitnya ditutupi skuama yang berminyak dengan predileksi tempat di sternum,
regio intercapsular, dan permukaan fleksor dari persendian-persendian.5
Sifilis stadium II juga merupakan diagnosa banding dari pitiriasi rosea.
Pada sifilis lesi biasanya berupa eritema ditutupi oleh skuama berwarna coklat
tembaga. Biasanya pada sifilis sekunder lesi juga terdapat di telapak tangan,
telapak kaki, membran mukosa, mulut, serta adanya kondiloma lata atau alopesia.
Tidak ada keluhan gatal (99%). Ada riwayat lesi pada alat genital.5
Diagnosis banding lain adalah erupsi kulit mirip pitiriasis rosea oleh karena
obat. Senyawa emas dan captopril paling sering menimbulkan kelainan ini.
Setelah diketahui macam-macam obat yang bisa menginduksi timbulnya erupsi
kulit mirip pitiriasis rosea, kasusnya sudah berkurang sekarang. Gambaran
klinisnya ialah lesinya tampak lebih besar dengan skuama yang menutupi hampir
seluruh lesi, sedikit yang ditemukan adanya Herald patch, umumnya sering
didapatkan adanya lesi pada mulut berupa hiperpigmentasi postinflamasi.12

2.9 Tatalaksana
Pengobatan bersifat simptomatik, untuk gatalnya dapat diberikan sedativa,
Anti gatal (antihistamin) seperti klortrime 3 x 1 tab, Roborantia (vitamin B12)
1000 mg/hari sedangkan sebagai obat topikal dapat diberikan bedak asam salisilat
yang dibubuhi mentol - 1%.1
Tujuan pengobatannya ialah mengatasi keluhan gatal dan mencegah
komplikasi (biasanya berupa infeksi sekunder akibat garukan). Pada beberapa
kasus apalagi yang jelas didahului oleh infeksi saluran napas atas, pemberian
eritromisin dinyatakan mempercepat penyembuhan. Tindakan yang lebih penting
dilakukan ialah edukasi karena umumnya pasien merasa cemas. Selain itu, terapi
yang dapat diberikan ialah antiinflamasi topikal (krim atau salap steroid) dan
antihistamin oral. Untuk pasien dengan aktivitas tinggi dapat digunakan
antihistamin nonsedasi. Pada kasus tertentu, fototerapi dapat dipertimbangkan.13
10

Fototerapi dapat bermanfaat pada kasus-kasus yang lama penyembuhannya.


Fototerapi UVB dapat mempercepat hilangnya erupsi kulit yang ada. Satu-satunya
efek samping dari terapi ini ialah kulit yang terasa sedikit perih dan kekeringan
pada kulit. Namun risiko terjadinya hiperpigmentasi postinfeksi dapat meningkat
dengan terapi ini.11

2.10 Prognosis
Pitiriasis rosea merupakan penyakit akut yang bersifat self limiting disease
yang akan menghilang dalam waktu 3-8 minggu, dengan beberapa minngu
pertama terkait dengan lesi kulit inflamasi yang baru dan mungkin gejala seperti
flu. Dapat terjadi hipopigmentasi dan hiperpigmentasi pasca inflamasi pada kasus
pityriasis rosea. Relaps dan rekuren jarang ditemukan.1

Anda mungkin juga menyukai