Anda di halaman 1dari 6

Xanthin adalah turuna purin alamiah, senyawa xanthin yang

benyak digunakan dalam bidabg farmasi adalah kafein , teobromin, dan

teofilin. Teofilin dan teobromin merupakan asam lemah dengan pKa 8,6

dan 9,9. Kafein tidak bersifat asm karena mempunyai atom hydrogen yang

dapat dilepaskan, sehingga kafein merupakan basa yang sangat lemah

dan garamnya mudah terurai oleh air, karenanya kafein dapat disari dari

larutan asam atau basa dengan kloroform. Tetapi kafein mudah terurai

oleh basa kuat, maka larutan dalam basa harus segera di sari.

Semakin berkembangnya zaman, perkembangan obat xanthin pun

semakin berkembang. Hingga tahun 1939, telah ditemukan beberapa

turunan dari golongan xanthin yang pemakaiannya aman. Misalnya kofein,

teofilin dan teobromin, dan turunan-turunan lainnya yang lebih aman lagi.

Setelah diintroduksi derivat-derivat yang sukar resorpsinya dari usus

akhirnya disintesa xanthin dengan efek panjang.

Begitu pentingnya peranan xanthin dalam dunia farmasi khususnya

dalam khemoterapi maka kita perlu mengetahui lebih lanjut tentang cara

mengidentifikasi xanthin. Untuk lebih memahami tentang xanthin serta

dapat mengidentifikasi senyawa golongan xanthin, baik itu secara kualitatif

maupun kuantitatif, maka dilakukanlah percobaan ini dengan

menggunakan beberapa metode analisa kualitatif dan kuantitatif.


Apa itu efedrin?

Well, sebagian besar pembaca mungkin sudah


kenal dengan senyawa ini.. Efedrin merupakan senyawa alkaloid yang dijumpai
pada beberapa tanaman genus Ephedra. Di Cina, beberapa Traditional Chinese
Medicine seperti ma huang mengandung efedrin dan pseudoefedrin. Produksi
efedrin di Cina yang berasal dari tanaman Ephedra sinica cukup besar, mencapai
senilai USD 13 juta, yang berasal dari 30000 ton efedra per tahunnya. Namun
demikian, efedrin yang dipakai saat ini kebanyakan merupakan senyawa sintetik,
karena isolasi dan ekstraksi efedrin dari Ephedra tidak lagi cost-effective karena
biaya yang mahal, dan juga ada concern terhadap ketersediaan tanaman Ephedra
jika dieksplorasi terus menerus.

Bagaimana struktur kimia efedrin?

Secara kimia, efedrin menunjukkan isomerisme optikal dan memiliki dua pusat
kiral, sehingga menghasilkan 4 stereoisomer Aduuh, bahasane kimia banget.
Pasangan enantiomer dengan stereokimia (1R, 2S dan 1S,2R) adalah efedrin,
sedangkan yang berstereokimia (1R,2R dan 1S, 2S) adalah pseudoefedrin.
Isomer yang dipasarkan sebagai efedrin adalah ()-(1R,2S)-ephedrine. Yang
menarik, dengan perbedaan stereokimia ini, efek dari efedrin dan pseudoefedrin
berbeda, di mana efedrin memiliki efek yang lebih poten, termasuk juga efek
samping yang lebih besar daripada pseudoefedrin. Efedrin dan pseudoefedrin
keduanya masih banyak dijumpai dalam komponen obat selesma/obat flu yang
ada di pasaran.

Dari struktur
kimianya, efedrin merupakan suatu senyawa amina yang memiliki struktur kimia
mirip dengan turunan metamfetamin dan amfetamin. Dapat dikatakan, efedrin
adalah suatu amfetamin yang tersubstitusi dan merupakan analog struktural
metamfetamin. Perbedaannya dengan metamfetamin hanyalah adanya struktur
hidroksil (OH). Kalian tau amfetamin kan? Amfetamin adalah sejenis stimulan
sistem syaraf. Turunannya yaitu metilen dioksi metamfetamin (MDMA) yang
sangat ngetop sebagai ecstasy, dan metamfetamin HCl atau shabu-shabu,
merupakan obat yang sering disalahgunakan untuk nge-fly

Karena itu, efedrin bahkan bisa menjadi bahan baku pembuatan ecstasy dengan
mereaksikannya dengn suatu reduktor.

Bagaimana mekanisme aksi efedrin?


Ephedrine adalah amina simpatomimetik yang beraksi sebagai agonis
reseptor adrenergik. Aksi utamanya adalah pada beta-adrenergik reseptor, yang
merupakan bagian dari sistem saraf simpatik. Efedrin memiliki dua mekanisme
aksi utama. Pertama, efedrin mengaktifkan -reseptor dan -reseptor pasca-
sinaptik terhadap noradrenalin secara tidak selektif. Kedua, efedrin juga dapat
meningkatkan pelepasan dopamin dan serotonin dari ujung saraf.

Dengan mekanisme tersebut, efedrin digunakan untuk beberapa indikasi.


Pertama, efedrin dapat digunakan untuk obat asma, sebagai bronkodilator
(pelega saluran nafas) karena ia bisa mengaktifkan reseptor beta adrenergik
yang ada di saluran nafas. Pengobatan asma tradisional atau jaman dulu masih
banyak menggunakan efedrin dalam racikannya, namun obat ini mulai banyak
ditinggalkan karena efek sampingnya yang cukup besar. Sifatnya yang tidak
selektif di mana dapat mengaktifkan reseptor alfa adrenergik pada pembuluh
darah perifer dapat menyebabkan efek vasokonstriksi atau penciutan pembuluh
darah, yang bisa berakibat naiknya tekanan darah.

Namun di sisi lain, efeknya sebagai vasokonstriktor ini juga digunakan sebagai
mekanisme obat dekongestan (melegakan hidung tersumbat). Diketahui, ketika
hidung tersumbat, terjadi pelebaran pembuluh darah pada pembuluh2 kapiler
sekitar hidung. Karena itu, efedrin yang bersifat menciutkan pembuluh darah bisa
berefek melegakan hidung tersumbat. Hal yang sama terjadi pada pseudo-
efedrin. Namun karena pertimbangan keamanan, efedrin sudah jarang dipakai
dalam komponen obat flu sebagai pelega hidung tersumbat. Sebaliknya, yang
banyak digunakan adalah pseudoefedrin. Mekanisme aksi pseudoefedrin mirip
efedrin, tapi aktivitasnya pada beta-adrenergik lebih lemah. Pseudoefedrin
menunjukkan selektivitas yang lebih besar untuk reseptor adrenergik alfa yang
terdapat pada mukosa hidung dan afinitas rendah pada reseptor adrenergik yang
ada di sistem saraf pusat ketimbang efedrin.

Mengapa efedrin sering disalahgunakan?


Seperti yang disampaikan dalam request tentang tulisan ini di atas, efedrin
berisiko untuk disalah gunakan. Mengapa? Hal ini nampaknya terkait dengan
mekanisme kedua, yaitu meningkatkan pelepasan dopamin dan serotonin.
Dopamin diketahui merupakan neurotransmitter yang terlibat dalam system
reward di otak yang menyebabkan rasa senang dan ingin mengulang berkali-kali
sehingga menjadi efek ketagihan. Sedangkan serotonin juga termasuk
neurotransmiter yang terlibat dalam mood seseorang dan bisa membantu
meningkatkan suasana hati. Dengan strukturnya yang mirip amfetamin dan
metamfetamin, mudah diduga ia memiliki efek yang mirip juga sebagai stimulan
walaupun berbeda kekuatannya. Efedrin banyak digunakan untuk pesta napza
karena ia lebih murah dan dapat diperoleh dengan mudah di apotek. Seperti
halnya amfetamin, efedrin juga bisa digunakan sebagai doping bagi atlet atau
mereka yang memerlukan kerja fisik yang berat dan butuh kewaspadaan. Jika
dipakai terus menerus, efedrin bisa menyebabkan efek ketergantungan.

Penggunaan efedrin yang lain?

Ternyata efedrin sering juga digunakan sebagai obat pelangsing. Kalian bisa
dengan mudah mendapatkan iklan efedrin di internet sebagai obat pelangsing atau
untuk body builder. Hal ini karena ia juga memiliki efek termogenik. Beberapa
efek yang mendukung efedrin sebagai pelangsing adalah bahwa ia bisa
meningkatkan kecepatan yang terkait dengan lipolisis (pemecahan lemak).
Kedua, efedrin merupakan penekan nafsu makan, sehingga ideal untuk seseorang
yang sedang diet. Ketiga, efek stimulan sarafnya menyebabkan orang merasa
memiliki lebih banyak energi, sehingga walaupun asupan kalori kurang maupun
banyak olahraga, mereka tidak merasa lelah. Sebagai termogenik, efedrin
digunakan dalam dosis 25-50 mg sehari, jauh lebih besar daripada yang
digunakan sebagai dekongestan (di Canada, efedrin tersedia sebagai dekongestan
dg kemasan tablet 8 mg). Perlu diingat, bahwa hal ini bisa meningkatkan risiko
efek samping, terutama peningkatan tekanan darah.

Apa kemungkinan Efek Sampingnya?


Di samping manfaatnya, tentu saja efedrin tidak bebas dari efek samping. Karena
itulah obat ini sudah tidak terlalu banyak digunakan lagi, kecuali oleh dokter-
dokter yang masih mendasarkan peresepannya pada pengetahuannya di masa lalu.
Beberapa kemungkinan efek sampingnya antara lain adalah: kecemasan,
gemetar, pusing, Sakit kepala ringan, gastrointestinal distress (misalnya kram
perut), insomnia, denyut jantung tidak teratur, jantung berdebar-debar,
peningkatan tekanan darah, stroke, kejang, psikosis, lekas marah dan agresi.
Dengan demikian, efedrin tidak boleh digunakan oleh siapa saja dengan penyakit
jantung, tekanan darah tinggi, riwayat penyakit jantung dari setiap jenis, penyakit
kardiovaskular stroke atau lainnya, depresi, kecemasan, bipolar, asidosis
metabolik, diabetes mellitus atau jika salah satu efek samping tercantum di atas
terjadi secara berulang.

Anda mungkin juga menyukai