Anda di halaman 1dari 6

PROSIDING 20 12 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK

Arsitektur Elektro Geologi Mesin Perkapalan Sipil

ANALISIS LAJU KOROSI MATERIAL PENUKAR PANAS MESIN


KAPAL DALAM LINGKUNGAN AIR LAUT SINTETIK DAN AIR
TAWAR

Johannes Leonard
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Tamalanrea - Makassar, 90245
e-mail: johannesleonard55@yahoo.com

Abstrak
Percobaan menentukan laju korosi material penukar panas kapal telah dilakukan dalam
medium air laut sintetik dan air tawar. Air laut sintetik dibuat berdasarkan metode ASTM
dan air tawar berasal dari PDAM Makassar, Sulawesi Selatan. Metode yang digunakan
adalah perendaman benda uji kedalam ke dua medium tersebut. Waktu perendaman adalah
10 minggu dengan interval waktu pengambilan data setiap 2 minggu. Laju korosi dihitung
berdasarkan kehilangan berat selama perendaman dalam mqasing-masing media. Kedua
media yang digunakan masing-masing disterilkan, untuk menghindari pengaruh bakteri
yang ada dalam kedua media tersebut. Hasil pengujian menunjukkan bahwa laju korosi
lebih besar dalam medium air laut tersebut dari pada dalam medium air tawar. Selain itu,
hasil menunjukkan bahwa peranan khlor dalam medium amat menentukan naiknya laju
korosi tersebut. Pada awal minggu perendaman hingga minggu ke 4, laju korosi menjadi
lambat. Hal ini diasumsikan karena pengaruh lapisan film pasif yang terbentuk sebelum
perendaman. Lapisan ini terbentuk karena oksidasi dengan udara. Lapisan ini menjari retak
dan pecah setelah menjelang minggu ke 4 perendaman. Laju korosi meningkat secara
signifikan hingga minggu ke 10 dalam medium air laut sintetik. Sedangkan dalam medium
air tawar, kenaikan laju kurang besar dibanding dalam medium air laut sintetik. Hingga
minggu ke 10, masih belum diperoleh nilai laju korosi yang konstan. Hal ini menunjukkan
bahwa proses korosi yang berlangsung belum mencapai tahap yang stabil. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis ketahanan material penukar panas mesin kapal dalam
lingkungan korosif, air laut dan air tawar. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan
informasi yang menunjukkan pengaruh elemen-elemen korosif dalam kedua media,
utamanya khlor. Selain itu, dapat pula diketahui efek dan lama perendaman terhadap laju
korosi yang terjadi.
Kata kunci: material penukar panas, laju korosi, air laut sintetik

PENDAHULUAN

Pada alat penukar panas mesin kapal laut yang berfungsi menyerap panas dari air tawar , dimana air tawar
tersebut sudah digunakan untuk mendinginkan mesin. Hal tersebut dilakukan agar mesin dapat beroperasi
dengan efesien. Alat penukar panas pada mesin kapal laut, rentan terkena korosi karena adanya sentuhan
langsung dengan air laut sebagai pendingin. Demikian pula dengan air tawar yang didinginkan untuk nantinya
dipakai sebagai pendingin mesin. Dalam hal ini air laut berfungsi untuk menyerap panas dari air tawar yang
telah digunakan untuk mendinginkan mesin, agar mesin dapat beroperasi secara efesien (1).

Air tawar, dimana komposisi zat terlarut tergantung pada umumnya mengandung Ca2+, Mg2+,NH4+, Cl-, dan
SO42-. Zat yang terlarut biasanya jauh lebih rendah dari air laut. Agresivitas korosi air ini lebih rendah dari air
laut. Namun jika sudah diolah menjadi air PDAM, kandungan khlor jadi naik, dan agresivitas korosifnya naik
pula. Air yang mengandung CO2 akan menghasilkan HCO3- yang korosif. Jadi air PDAM yang mengandung
CO2 dapat mengakibatkan korosi. Air ini dengan pH kecil (bersifat sebagai asam) merupakan lingkungan yang
korosif yang bisa menimbulkan korosi pada logam.

Air tawar mencakup keadaan fisik, kimia dan biologi. Diantara karakteristik fisik air ini adalah larutan sedimen,
suhu air dan tingkat oksigen yang terlarut didalamnya. Dalam air sungai terdapat mineral dan gas yang umum
ditemukan antara lain karbon, sulfur, sedium, kalsium, oksigen, nitrogen dan silikon. Laju korosi yang terjadi

Volume 6 : Desember 2012 Group Teknik Mesin ISBN : 978-979-127255-0-6


TM5 - 1
Analisa Laju Korosi Material Johannes Leonard
Arsitektur Elektro Geologi Mesin Perkapalan Sipil

dalam air tawar khususnya pada plat baja karbon berkisar 0,05 mm pertahun, namun laju korosi ini akan
memrrun hingga 0,01 mm pertahun bila endapan yang mengandung kapur sudah terbentuk.

Pada air laut, proses korosi berlangsung sama seperti pada medium air tawar atau udara lembab, tetapi lajunya
dipercepat dengan adanya ion khlorida yang berjumlah kurang lebih 55% dibanding ion atau unsur lain. Laju
korosi suatu metal yang terkorosi umumnya ditentukan konduktivitas elektrolit yang terlarut. Salah satunya
yaitu lingkungan yang mengandung ion-ion klorida atau lingkungan laut. Pada lingkungan laut dengan kadar
garam hingga 3,5% atau lingkungan dengan mempunyai kadar ion klorida yang cukup tinggi.

Air laut adalah air murni yang di dalamnya terlarut berbagai zat padat dan gas. Suatu contoh air laut sebesar
1000 g berisi kurang lebih 35 g senyawa-senyawa terlarut yang secara kolektif disebut garam. Dengan kata
lain, 96,5% air laut berupa air murni dan 3,5% zat terlarut. Banyaknya zat yang terlarut disebut salinitas. Zat-zat
terlarut meliputi garam-garam anorganik, senyawa-senyawa organik yang berasal dari organisme hidup, dan
gas-gas terlarut. Fraksi terbesar dari bahan terlarut terdiri dari garam-garam anorganik yang berwujud ion-ion.
Enam ion anorganik membentuk 99,28% berat dari bahan anorganik padat. Ion-ion ini adalah Klor, Natrium,
Belerang (sebagai sulfat), Magnesium, Kalsium, dan Kalium. Empat ion berikutnya menambah 0,71% berat,
hingga sepuluh ion bersama-sama membentuk 99,99% berat zat terlarut.

Tembaga nikel sensitif terhadap kondisi tertentu yang ditemukan dalam beberapa kondensor maupun penukar
panas. Umumnya penukar panas terdiri dari 90/10 Cu-Ni atau 70/30 Cu-Ni. Unsur lain yang biasanya
ditambahkan adalah Mangan hingga 2%, besi hingga untuk resistansi korosi erosi, 25 Krom hingga 1% untuk
meningkatkan kekuatan, dan Niobium dan silikon untuk pengecoran. Tembaga nikel, 30% (C71500) secara
umum memiliki ketahanan terbaik dibanding campuran tembaga lain terhadap serangan korosi dari sebagian
besar perairan dan asam. Bahan ini digunakan untuk meningkatkan kualitas di bawah kondisi yang sangat
korosif di mana masa kerja lebih panjang dari campuran tembaga lain yang diinginkan. Bahan ini digunakan
untuk sebagian besar kondensor dan penukar panas kapal. Campuran ini lebih disenangi untuk air laut yang
terpolusi walaupun tidak imun terhadap serangan. Untuk kondisi yang abrasif karena adanya pasir dalam air
laut campuran ini lebih cocok dan dengan kandungan 2Fe dan 2Mn adalah superior (2).

Korosi logam pada lingkungan akuatik mengikuti mekanisme pada elektrokimia dimana pada logam yang
mengalami korosi terdapat tempat-tempat berupa anoda dan katoda. Tembaga-nikel sensitif terhadap kondisi
tertentu yang ditemukan dalam beberapa kondensor, maupun penukar panas. Tabung dengan paduan-paduan
seperti ini, dapat mudah terserang jika tak dijaga dalam kondisi yang bersih.

Penelitian ini diutamakan untuk memberi perhatian pada usaha-usaha yang bergerak dalam bidang transportasi,
lembaga pertahanan keamanan yang menggunakan kapal laut sebagai sarana aktivitasnya. Masalah korosi yang
merupakan hal yang masih kurang mendapat perhatian bagi berbagai instansi yang terkait, diharapkan dapat
menggunakan teknologi yang ada secara efektif dalam penanggulangan korosi

METODOLOGI PENELITIAN

Waktu dan Tempat


Penelitian in akan dilaksanakan pada Laboratorium Metalurgi Fisik Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.
Penelitian berlangsung dari Juni 2012 hingga Oktober 2012.

Bahan dan Alat


Material logam yang diuji dalam penelitian ini adalah material penukar panas yang didapatkan di PT. PAL
Surabaya, EX KRI Nala yang telah di gudangkan sejak tahun 1986.
Air laut sintetik dibuat berdasarkan standar ASTM, dan air tawar diambil dari air PDAM. Kedua lingkungan ini
sebagai media lingkungan korosif.

Komposisi Material Spesimen Uji


Dari uji komposisi yang dilakukan untuk material spesimen uji yang dilaksanakan di SUCOFINDO, material
penukar panas dalam penelitian ini mengandung unsur-unsur sebagai berikut : Ni 28,31%, Co 0,003%, Cr
0,003%, Cu 67,64%, Fe 1,96%, Al 0,003%, Mn 2,01%, Zn 0,03%, dan Sn 0,003%. Sesuai dengan hasil uji
komposisi, dapat disimpulkan bahwa mesin penukar panas ini menggunakan material jenis C71500 atau
campuran 70/30 Cu-Ni.

ISBN : 978-979-127255-0-6 Group Teknik Mesin Volume 6 : Desember 2012


TM5 - 2
PROSIDING 20 12 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK
Arsitektur Elektro Geologi Mesin Perkapalan Sipil

Media Perendaman
Air tawar, diambil dari PDAM Kota Makassar.
Air Laut Sintetik, diformulakan unsur-unsurnya mendekati air laut di perairan Indonesia dan dibuat sesuai
dengan standar ASTM (3).

Perendaman dilakukan selama 10 minggu dengan interval pengambilan data setiap 2 minggu. Kedua media ini,
diperbarui setiap seminggu sekali dan dilakukan sterilisasi sebelum digunakan.

Benda Uji
Spesimen/material logam yang diuji dalam penelitian ini adalah material penukar panas yang didapatkan di PT.
PAL Surabaya, EX KRI Nala yang telah di gudangkan sejak tahun 1986.

Gambar 1. Sampel benda uji

Gambar 2. Media perendaman

Langkah-langkah Penelitian

Adapun langkah-langkah penelitian yang dilakukan adalah: sebelum direndam, permukaan spesimen
dibersihkan terlebih dahulu dengan kertas ampelas kemudian ditimbang berat awalnya sebelum direndam.
Setelah ditimbang, spesimen kemudian direndam ke dalam instalasi pengujian yang berisi media korosif.

Kedua media korosif ini disterilkan di otoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit. Spesimen disterilkan dengan
pemijaran di atas lampu spiritus yang sebelumnya direndam dengan alkohol 70%. Setelah 2 minggu spesimen I
diangkat kemudian dibersihkan dan dikeringkan, setelah itu ditimbang berat akhirnya dan dilakukan
pemeriksaan visual untuk melihat bentuk korosi yang ada. Hal yang sama dillakukan pada spesimen II setelah
waktu pengujian 4 minggu dan seterusnya untuk masing-masing media korosif hingga 10 minggu berakhir.

Volume 6 : Desember 2012 Group Teknik Mesin ISBN : 978-979-127255-0-6


TM5 - 3
Analisa Laju Korosi Material Johannes Leonard
Arsitektur Elektro Geologi Mesin Perkapalan Sipil

Perhitungan Laju Korosi


K W
I (mpy)
AT D

Dimana: I = Kecepatan Korosi (mils/year )


Pe = Daya efektif (kw)
K = Konstanta korosi = 3,45 x 106
W = Kehilangan Berat (gr)
A = Luas permukaan spesimen (cm2)
T = Waktu perendaman (Jam)
D = Densitas = 8,94 (g/cm3)

PEMBAHASAN

Dari hasil pengujian diketahui besarnya kehilangan berat dari benda uji sebagaimana terliaht pada tabel 1 dan
besarnya laju korosi yang terjadi pada benda uji dapat dilahat pada tabel 2.

Tabel 1. Hasil Perhitungan Kehilangan Berat


Waktu Kehilangan Berat W (gr)
Perendaman Air Laut
Air Tawar
(Minggu) Sintetik
2 0,00576 0,00113
4 0,01606 0,00223
6 0,36811 0,04768
8 0,49343 0,13225
10 1,04205 0,29286

Tabel 2. Hasil Perhitungan Laju Korosi


Laju Korosi Permukaan
Waktu
[mpy]
Perendaman
Air Laut Air
(Minggu)
Sintetik Tawar
2 0,00121 0,00272
4 0,00392 0,00478
6 0,06101 0,00841
8 0,09151 0,02191
10 0,15593 0,04382

Setelah minggu ke 10, hasil laju korosi yang diperoleh dari kedua medium air laut dan air tawar, berdasarkan
kehilangan berat, ditunjukkan dalam bentuk grafik pada Gambar 3.

0.2
Air Laut Sintetik
0.16
Air Tawar
0.12
Mpy

0.08
0.04
0
0 2 4 6 8 10
Minggu

Gambar 3. Laju korosi material penukar panas

ISBN : 978-979-127255-0-6 Group Teknik Mesin Volume 6 : Desember 2012


TM5 - 4
PROSIDING 20 12 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK
Arsitektur Elektro Geologi Mesin Perkapalan Sipil

Laju korosi sebesar 0,00392 Mpy terjadi pada medium perlakuan hingga akhir percobaan pada minggu ke 3.
Kenaikan laju korosi dalam medium ini secara signifikan dimulai pada minggu ke 4. Hal ini dialami pula oleh
metal dalam medium air tawar. Dalam medium air laut kenaikan secara beraturan yang tinggi hingga akhir
percobaan dengan laju mencapai 0,15593 Mpy hingga akhir pecobaan. Sementara untuk air laut, kenaikan nya
pada waktu perendaman yang sama hanya mencapai 0,04382. Dalam minggu-minggu awal perendaman hingga
minggu ke 3, kenaikan yang kecil dan tidak signifikan diasumsikan karena adanya lapisan film pasif dari
material. Hal ini terjadi karena setelah pembersihan, tak langsung dimasukkan ke dalam medium perendaman.
Keadaan ini membuat material uji mengalami oksidasi (4). Nilai laju korosi yang cenderung terus naik, belum
dapat memberikan suatu hasil laju korosi yang konstan. Kenaikan laju korosi dalam kedua medium tak sama
besarnya, karena kandungan khlor yang lebih besar dalam medium air laut daripada dalam air tawar
menyebabkan reaksi korosi yang lebih cepat. Retaknya film pasif ini, merupakan satu hal yang menyebabkan
kenaikan secara drastis, utamannya dalam medium air laut. Penutupan menyeluruh suatu permukaan dengan
suatu lapisan atau deposit dapat menjadi penghalang yang efektif dan mengurangi korosi metal (5,6).

Dalam kedua medium, air laut dan air tawar, evolusi laju korosi nampaknya ada kesamaan. Hal ini ditunjukkan
dengan adanya perubahan laju korosi, seiring dengan waktu perendaman. Namun waktu-waktu kritisnya tak
sama dalam kedua medium tersebut. Melihat kecenderungan kenaikan laju korosi dalam kedua medium, maka
dimungkinkan risiko korosi menjadi bertambah. Dalam medium air laut dengan lebih banyak khlor, variasi laju
korosi lebih penting daripada dalam medium air tawar.

SIMPULAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
Kecenderungan secara umum laju korosi pada material penukar panas dengan lingkungan yang terdapat air
laut adalah lebih besar dibandingkan dengan laju korosi yang terjadi dalam air tawar. Laju korosi
maksimum pada material dengan disertai pertumbuhan bakteri adalah 0,15593 mils per year. Dalam
lingkungan air tawar mencapai 0,04382 mils per year.
Pengaruh khlor berperan besar dalam meningkatkan laju korosi serta lapisan film oksida dari material
penukar panas.
Laju korosi material penukar panas kapal ini belum mencapai hasil yang konstan, sehingga memerlukan
waktu yang lebih lama untuk perendaman.

DAFTAR PUSTAKA

Fontana, Maars, G., 1987. Corrossion Enginering, Third Edition, MeGraw Hill Book Company, Singapore.
Herbert H. Uhlig, 1971, Corrosion and Corrosion Control, Second Edition, Cambridge, Massachusetts.
Robert Baboian, 1995. Corrosion, Test And Standart, Fredericksburg, VA.
Sadic Kakac, Hong Tan Liu, 1997. Heat Exchanger Selection, Rating, And Thermal Design, CRC Press Boca
Raton, Florida.
Leonard J., Dirayah R. Husain, 2005, Pengaruh Aktivitas Isolat Bakteri Air Laut Pada Alat Penukar Panas
Mesin Kapal, Prosiding Seminar Nasional Material Teknik, ITS Surabaya
Harjuno Susilo, 2004, Analisa Korosi oleh Pengaruh Bakteri Air laut pada Material Penukar Panas Mesin
Kapal, Skripsi

Volume 6 : Desember 2012 Group Teknik Mesin ISBN : 978-979-127255-0-6


TM5 - 5
Analisa Laju Korosi Material Johannes Leonard
Arsitektur Elektro Geologi Mesin Perkapalan Sipil

ISBN : 978-979-127255-0-6 Group Teknik Mesin Volume 6 : Desember 2012


TM5 - 6

Anda mungkin juga menyukai