Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem informasi kesehatan merupakan suatu pengelolaan informasi di seluruh seluruh
tingkat pemerintah secara sistematis dalam rangka penyelengggaraan pelayanan kepada
masyarakat. Parturan perundangundangan yang menyebutkan sistem informasi kesehatan
adalah Kepmenkes Nomor 004/Menkes/SK/I/2003 tentang kebijakan dan strategi
desentralisasi bidang kesehatan dan Kepmenkes Nomor 932/Menkes/SK/VIII/2002 tentang
petunjuk pelaksanaan pengembangan sistem laporan informasi kesehatan kabupaten/kota.
Hanya saja dari isi kedua Kepmenkes mengandung kelemahan dimana keduanya hanya
memandang sistem informasi kesehatan dari sudut padang menejemen kesehatan, tidak
memanfaatkan state of the art teknologi informasi serta tidak berkaitan dengan sistem
informasi nasional.
Teknologi informasi dan komunikasi juga belum dijabarkan secara detail sehingga data
yang disajikan tidak tepat dan tidak tepat waktu. Perkembangan Sistem Informasi Rumah
Sakit yang berbasis komputer (Computer Based Hospital Information System) di Indonesia
telah dimulai pada akhir dekade 80an. Salah satu rumah sakit yang pada waktu itu telah
memanfaatkan komputer untuk mendukung operasionalnya adalah Rumah Sakit Husada.
Departemen Kesehatan dengan proyek bantuan dari luar negeri, juga berusaha
mengembangkan Sistem Informasi Rumah Sakit pada beberapa rumah sakit pemerintah
dengan dibantu oleh tenaga ahli dari UGM. Namun, tampaknya komputerisasi dalam bidang
per-rumah sakit-an, kurang mendapatkan hasil yang cukup memuaskan semua pihak.
Ketidakberhasilan dalam pengembangan sistem informasi tersebut, lebih disebabkan dalam
segi perencanaan yang kurang baik, dimana identifikasi faktor-faktor penentu keberhasilan
(critical success factors) dalam implementasi sistem informasi tersebut kurang lengkap dan
menyeluruh.
Perkembangan dan perubahan yang cepat dalam segala hal juga terjadi di dunia
pelayanan kesehatan. Hal ini semata-mata karena sektor pelayanan kesehatan merupakan
bagian dari sistem yang lebih luas dalam masyarakat dan pemerintahan dalam suatu negara,
bahkan lebih jauh lagi sistem yang lebih global. Perubahan-perubahan di negara lain dalam
berbagai sektor mempunyai dampak terhadap sistem pelayanan kesehatan. Dalam era seperti
saat ini, begitu banyak sektor kehidupan yang tidak terlepas dari peran serta dan penggunaan

1
teknologi komputer, terkhusus pada bidang-bidang dan lingkup pekerjaan. Semakin hari,
kemajuan teknologi komputer, baik dibidang piranti lunak maupun perangkat keras
berkembang dengan sangat pesat, disisi lain juga berkembang kearah yang sangat mudah dari
segi pengaplikasian dan murah dalam biaya.
Solusi untuk bidang kerja apapun akan ada cara untuk dapat dilakukan melalui media
komputer, dengan catatan bahwa pengguna juga harus terus belajar untuk mengiringi
kemajuan teknologinya. Sehingga pada akhirnya, solusi apapun teknologi yang kita pakai,
sangatlah ditentukan oleh sumber daya manusia yang menggunakannya. Departemen
Kesehatan telah menetapkan visi Indonesia Sehat 2010 yang ditandai dengan penduduknya
yang hidup sehat dalam lingkungan yang sehat, berperilaku sehat, dan mampu menjangkau
pelayanan kesehatan yang bermutu yang disediakan oleh pemerintah dan/atau masyarakat
sendiri, serta ditandainya adanya peran serta masyarakat dan berbagai sektor pemerintah
dalam upaya upaya kesehatan.
Dalam upaya mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan tersebut, infrastruktur
pelayanan kesehatan telah dibangun sedemikian rupa mulai dari tingkat nasional, propinsi,
kabupaten dan seterusnya sampai ke pelosok. Setiap unit infrastruktur pelayanan kesehatan
tersebut menjalankan program dan pelayanan kesehatan menuju pencapaian visi dan misi
Depkes tersebut. Setiap jenjang tersebut memiliki sistem kesehatan yang yang saling terkait
mulai dari pelayanan kesehatan dasar di desa dan kecamatan sampai ke tingkat nasional.
Jaringan sistem pelayanan kesehatan tersebut memerlukan sistem informasi yang saling
mendukung dan terkait, sehingga setiap kegiatan dan program kesehatan yang dilaksanakan
dan dirasakan oleh masyarakat dapat diketahui, dipahami, diantisipasi dan di kelola dengan
sebaik-baiknya.
Departemen Kesehatan telah membangun sistem informasi kesehatan yang disebut
SIKNAS yang melingkupi sistem jaringan informasi kesehatan mulai dari kabupaten sampai
ke pusat. Namun demikian dengan keterbatasan sumberdaya yang dimiliki, SIKNAS belum
berjalan sebagaimana mestinya. Dengan demikian sangat dibutuhkan sekali dibangunnya
sistem informasi kesehatan yang terintegrasi baik di dalam sektor kesehatan (antar program
dan antar jenjang), dan di luar sektor kesehatan, yaitu dengan sistem jaringan informasi
pemerintah daerah dan jaringan informasi di pusat.

2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana domain dari SIK
2. Apa saja kelemahan SIK
3. Apa saja tantangan dalam SIK
4. Bagaimana kondisi positif SIK
5. Bagaimana peluang SIK

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui domain SIK
2. Untuk mengetahui kelemahan SIK
3. Untuk mengetahui tantangan SIK
4. Untuk mengetahui kondisi positif SIK
5. Untuk mengetahui peluang SIK

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Domain SIK
Secara umum domain sistem informasi kesehatan dapat dikelompokkan menjadi dua
berdasarkan pada karakteristik integrasi sistem informasi (Raghupathi dan Tan 2002). Adapun
domain tersebut :
1. Sistem Informasi yang mempunyai derajat integritasi internali yang tinggi
a. Sistem informasi rekam medis elektronik
Rekam medik adalah himpunan seluruh data yang diperoleh serta diciptakan
sepanjang kontak pasien dengan sistem pelayanan kesehatan. Rekam medik
kesehatan elektronik adalah kegiatan komputerisasi isi rekam kesehatan dan
proses elektronisasi yang berhubungan dengannya. Elektronisasi ini
menghasilkan sistem yang secara khusus dirancang untuk mendukung
pengguna dengan berbagai kemudahan fasilitas bagi kelengkapan dan
keakuratan data, memberi tanda waspada, sebagai peringatan, tanda sistem
pendukung keputusan klinik dan menghubungkan data dengan pengetahuan
medis serta alat bantu lainnya.
Menurut Shortliffe (2001), rekam medik elektronik (rekam medik berbasis-
komputer) adalah gudang penyimpanan informasi secara elektronik mengenai
status kesehatan dan layanan kesehatan yang diperoleh pasien sepanjang
hidupnya, tersimpan sedemikian rupa, hingga dapat melayani berbagai
pengguna rekam medis yang sah.
Karakteristik rekam medis elektronik, yaitu:
1) Akses simultan dari berbagai tempat
2) Tampilan data dapat dilihat dari berbagai pendekatan
3) Data entry lebih terstruktur
4) System pendukung keputusan
5) Mempermudah analisis data
6) Mendukung pertukaran data secara elektronik dan pemanfaatan data
secara bersama-sama (data sharing)
7) Dapat bersifat multimedia
Manfaat teknologi informasi dalam rekam kesehatan elektronik yang paling
tinggi adalah mengurangi medical error dan meningkatkan keamanan pasien
(patient safety). Salah satu peranan kecil teknologi informasi dalam tindakan
pencegahan medical error, yakni dengan melakukan pengaturan rekam medis
pada suatu sistem aplikasi manajemen rekam medis. Dengan adanya sistem

4
aplikasi manajemen rekam medis, maka medical error dalam pengambilan
keputusan oleh tenaga kesehatan dapat dikurangi karena setiap pengambilan
keputusan akan berdasarkan rekam medis pasien yang telah ada.
Menurut Thede (2008) penerapan rekam medik elektronik mempunyai
beberapa kelebihan, diantaranya:
1) Dapat meminimalkan human eror, karena rekam medik elektronik
dapat menghasilkan peringatan dan kewaspadaan klinik
2) Dapat berhubungan dengan sumber pengetahuan untuk penunjang
keputusan layanan kesehatan
3) Rekam medik elektronik dapat melakukan pengambilan data sinyal
biologis secara otomatis
4) Dengan rekam medik elektronik dapat memasukkan data pasien dan
memperoleh saran untuk penanganan pasien
5) Dengan rekam medik elektronik data rutin dapat langsung diperoleh
(dalam bentuk siap olah) dari basis data rekam medik. Sedangkan data
non rutin dapat dikumpulkan pada waktu pemeriksaan pasien dan
dimasukkan dalam rekam medik.
Sedangkan menurut Sabarguna (2005) kelebihan rekam medik elektronik
diantaranya:
1) Ketepatan waktu dalam pengambilan keputusan medik, sehingga mutu
pelayanan atau asuhan akan semakin baik
2) Kemudahan penyajian data sehingga penyampaian informasi akan
lebih efektif
3) Pembentukan database yang memungkinkan penelitian, simulasi dan
pendidikan tenaga medik maupun paramedik, berdasarkan data yang
nyata
4) Efisiensi pemanfaatan sumber daya dan biaya dengan sistem
penyediaan bahan (inventory) yang dapat menekan biaya
penyimpanan, pemesanan barang maupun biaya stockout, manajemen
utilisasi menyangkut tindakan atau prosedur yang tidak perlu, dan
lain-lain.
Adapun menurut Thede (2008), kekurangan dari penerapan rekam medik
elektronik adalah:
1) Membutuhkan investasi awal yang lebih besar daripada rekam medik
kertas untuk pengadaan perangkat keras, lunak, dan biaya penunjang
2) Waktu yang harus disediakan oleh key person dan perawat dalam
mempelajari sistem dan merancang ulang alur kerja memerlukan
waktu yang lama

5
3) Konversi Rekam medik kertas ke rekam medik elektronik
memerlukan waktu, sumber daya, tekad dan kepemimpinan
4) Resiko kegagalan pada sistem computer
5) Problem dalam pemasukan data oleh petugas kesehatan
b. Sistem informasi managemen dokumen
Manajemen dokumen merupakan suatu sarana untuk menyampaikan
pernyataan atau informasi secara tertulis dari pihak satu kepada pihak lainnya.
Adapun manfaatnya adalah: sebagai bahan pengambilan keputusan, sebagai
memori suatu organisasi, sebagai referensi sejarah suatu organisasi,
mengurangi resiko teknis dan biaya, meningkatkan efisiensi dan proses
kinerja organisasi, serta meningkatkan proses pengendalian yang lebih baik.
Sistem informasi manajemen dokumen yang akan dibahas adalah sistem
informasi manajemen dokumen elektronik, yaitu suatu sistem aplikasi
pengelolaan dokumen hardcopy (dalam bentuk laporan paper based) yang
sudah diubah ke dalam format digital ataupun softcopy berupa file tipe doc,
ppt, xls, 3gp, avi, mkv, dll, kemudian diupload ke dalam software tertentu.
Dokumen yang sudah diupload tersebut kemudian dapat diakses, dicari,
ditampilkan, maupun didistribusikan oleh pengguna dokumen melalui sistem
ini. Dengan penerapan sistem menajemen dokumen elektronik ini diharapkan
dapat:
1) Terciptanya pengelolaan dokumen yang lebih baik
2) Adanya penyimpanan salinan fisik file dokumen ke dalam media
elektronik
3) Menjaga keamanan dari informasi yang terkandung dalam dokumen dari
bahaya yang tidak diinginkan, seperti: kebakaran, banjir, kehilangan
dokumen, dll.
4) Sebagai sarana untuk mempercepat proses pencarian dokumen yang
dilakukan secra elektronik
5) Mempercepat penemuan fisik dokumen dengan
menentukan/memasukkan informasi lokasi penyimpanan dokumen
(dapat dikembangkan dengan menggunakan barcode)
6) Dokumen fisik akan terjaga kelestariannya karena penggunaannya
semakin jarang digunakan
7) Sistem selanjutnya dapat dikembangkan dengan pemanfatan dan
pengelolaan dokumen dengan akses melalui internet

6
Karakteristik sistem manajemen dokumen elektronik adalah sebagai
berikut:
1) Capture. Capture merupakan hal penting bagi catatan dan dokumen
elektronik untuk pengarsipan, retrieval dan disrtibusi sebagai solusi
dokumen menajemen. Dokumen imaging dan platform management
menyediakan dasar scanning, batch proses dan import dokumen
elektronik. Kemajuan yang utama dalam teknologi scan membuat
dokumen dikonversi secara cepat, murah dan gampang. Proses scan yang
baik akan meletakkan kertas menjadi file komputer dengan mudah.
2) Storage. Sistem penyimpanan dokumen yang dapat dilakukan dalam
jangka waktu panjang dan relatif aman serta penyimpanan dokumen
yang mengakomodasi perubahan dokumen, volume yang bertambah dan
mempercepat teknologi.
3) Index. Sistem index yang menciptakan suatu sistem pengarsipan secara
terorganisisr yang dapat ditampilkan kembali secara efisien dan mudah.
Suatu sistem index yang baik akan membuat prosedur yang berjalan dan
lebih efektif.
4) Retrieval. Sistem perolehan kembali menggunakan informasi dokumen
yang mencakup teks, index dan gambar ke dalam sistem. Suatu sistem
perolehan kembali yang baik akan membuat pencarian dokumen dengan
sepat dan mudah.
5) Access. Suatu sistem akses yang baik akan membuat hak akses secara
personal apakah berada di kantor atau dapat melalui internet secara
flesibilitas untuk mengendalikan akses sistem.
6) Proses. Kerja sistem manajemen dokumen elektronik ini nanti ya
dilakukan sendiri oleh pihak yang terkait.
Beberapa keuntungan dari sistem manajemen dokumen elektronik adalah
sebagai berikut:
1) Mempunyai tingkat kecepatan pencarian dokumen yang tinggi.
2) Tingkat ketepatan yang tinggi, karena menggunakan sistem indeks,
pencatatan tempat penyimpanan secara fisik dan mempunyai dokumen
bayangan dalam bentuk CD-ROM.

7
3) Mendukung pengelolaan dokumen. Dokumen elektronik dapat juga
mengelola dokumen dalam bentuk audio, video, maupun berbagai jenis
gambar seperti photo, poster, peta, dll.
4) Tingkat keamanan yang tinggi. Sistem ini terproteksi dengan adanya
password, dan mempunyai salinan data (backup) yang disimpan dalam
lokasi atau media berbeda.
Selain keuntungan di atas, sistem ini juga dapat membantu agar penyimpanan
dokumen disimpan dalam media CD-R, DVD, serta media lainnya. Sangat
baik untuk mengatur dokumen dalam jumlah besar dan dapat memudahkan
untuk malakukan indeks, penyimpanan, pencarian, penampilan di layar,
mencetak dan mengirimkan melalui email.
c. Sistem informasi farmasi
Sistem informasi farmasi adalah sebuah sistem yang diorganisir untuk
pengumpulan, pengolahan, pelaporan, dan penggunaan informasi untuk
pengambilan keputusan. Informasi diperoleh dari pengumpulan dokumen atau
catatan farmasi. Formulir pelaporan dan laporan umpan balik atau laporan
analisisa Sistem informasi farmasi dapat merupakan alat yang berguna untuk
pengawasan, menyediakan data untuk memonitoring. Sistem informasi
manajemen farmasi yang baik, efektif digunakan untuk pengolahan data, yang
meliputi:
1) Pengolahan data dengan meringkas data.
2) Penyajian informasi dalam bentuk grafis, yang memudahkan
pemahaman.
3) Pemahaman informasi untuk mengidentifikasi kecenderungan dan
masalah-masalah potensial.
4) Langkah dalam merespon hasil baik positif maupun negatif
d. Sistem informasi geografis
Sistem Informasi Geografis yang terdiri dari perangkat lunak, perangkat
keras, maupun aplikasi-aplikasinya, telah dikenal secara luas sebagai alat
bantu (proses) pengambilan keputusan. Sebagian besar institusi pemerintah,
swasta, akademis maupun non akademis juga individu yang memerlukan
informasi yang berbasiskan data spasial telah mengenal dan menggunakan
sistem ini.
Sistem Informasi Georafis atau Georaphic Information Sistem (GIS)
merupakan suatu sistem informasi yang berbasis komputer, dirancang untuk
bekerja dengan menggunakan data yang memiliki informasi spasial

8
(bereferensi keruangan). Sistem ini mengcapture, mengecek,
mengintegrasikan, memanipulasi, menganalisa, dan menampilkan data yang
secara spasial mereferensikan kepada kondisi bumi. Teknologi SIG
mengintegrasikan operasi-operasi umum database, seperti query dan analisa
statistik, dengan kemampuan visualisasi dan analisa yang unik yang dimiliki
oleh pemetaan. Kemampuan inilah yang membedakan SIG dengan Sistem
Informasi lainya yang membuatnya menjadi berguna berbagai kalangan untuk
menjelaskan kejadian, merencanakan strategi, dan memprediksi apa yang
terjadi.
Definisi SIG sangatlah beragam, karena memang defenisi SIG selalu
berkembang, bertambah dan sangat bervariasi, dibawah ini adalah beberapa
definisi SIG.
Menurut Gistut (1994), SIG adalah sistem yang dapat mendukung
pengambilan keputusan spasial dan mampu mengintegrasikan deskripsi-
deskripsi lokasi dengan karakteristik-karakteristik fenomena yang ditemukan
di lokasi tersebut. SIG yang lengkap mencakup metodologi dan teknologi
yang diperlukan yaitu data spasial perangkat keras, perangkat lunak dan
struktur organisasi Gistut (1994)
Burrough (1986), mendefinisikan SIG adalah sistem berbasis komputer yang
digunakan untuk memasukan, menyimpan, mengelola, menganalisis dan
mengaktifkan kembali data yang mempunyai referensi keruangan untuk
berbagai tujuan yang berkaitan dengan pemetaan dan perencanaan.
Dari defenisi-definisi tersebut diatas dapat diambil kesimpulan bahwa SIG
terdiri atas beberapa subsistem yaitu: data input, data output, data
management, data manipulasi dan analysis (Prahasta, 2005).
Komponen Sistem Informasi Geografi
1) Perangkat keras. Perangkat keras yang sering digunakan antara adalah
Digitizer, scanner,Central Procesing Unit (CPU), mouse , printer,
plotter
2) Perangkat lunak (Arc View, Idrisi, ARC/INFO,ILWIS, MapInfo dan
lain lain). Data dan informasi geografi Data dan informasi yang
diperlukan baik secara tidak langsung dengan cara meng import-nya
dari perangkat-perangkat lunak SIG yang lain maupun secara
langsung dengan cara menjitasi data spasial dari peta dan memasukan
data atributnya dari table-tabel dan laporan dengan menggunakan
keyboard

9
Pengguna (user), Teknologi GIS tidaklah bermanfaat tanpa manusia yang
mengelola sistem dan membangun perencanaan yang dapat diaplikasikan
sesuai kondisi nyata Suatu proyek SIG akan berhasil jika di manage dengan
baik dan dikerjakan oleh orang-orang yang memiliki keakhlian yang tepat
pada semua tingkatan.
Fungsi SIG
Adapun fungsi -fungsi dasar dalam SIG adalah sebagai berikut :
1) Akuisisi data dan proses awal meliputi: digitasi, editing, pembangunan
topologi, konversi format data, pemberian atribut dll.
2) Pengelolaan database meliputi : pengarsipan data, permodelan
bertingkat, pemodelan jaringan pencarian atribut dll.
3) Pengukuran keruangan dan analisis meliputi : operasi pengukuran,
analisis daerah penyanggga, overlay, dll.
4) Penayangan grafis dan visualisasai meliputi : transformasi skala,
generalisasi, peta topografi, peta statistic, tampilan perspektif.
Aplikasi dan Pemanfaatan SIG
Sistem Informasi Geografis dapat dimanfaatkan untuk mempermudah dalam
mendapatkan data-data yang telah diolah dan tersimpan sebagai atribut suatu
lokasi atau obyek. Data-data yang diolah dalam SIG pada dasarnya terdiri dari
data spasial dan data atribut dalam bentuk digital. Sistem ini merelasikan data
spasial (lokasi geografis) dengan data non spasial, sehingga para
penggunanya dapat membuat peta dan menganalisa informasinya dengan
berbagai cara. SIG merupakan alat yang handal untuk menangani data spasial,
dimana dalam SIG data dipelihara dalam bentuk digital sehingga data ini
lebih padat dibanding dalam bentuk peta cetak, table, atau dalam bentuk
konvensional lainya yang akhirnya akan mempercepat pekerjaan dan
meringankan biaya yang diperlukan (Barus dan Wiradisastra, 2000 dalam As
Syakur 2007).
Sistem Informasi Geografis sebagai suatu sistem yang berbasis komputer dan
memiliki kemampuan dalam menangani data bereferensi geografis, yaitu
penyimpanan data, manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan
kembali), manipulasi dan analisis data, serta keluaran sebagai hasil akhir
(output). Hasil akhirnya dapat dijadikan acuan untuk pengambilan keputusan.
SIG bisa menjadi alat yang sangat penting pada pengambilan keputusan untuk
pembangunan berkelanjutan. Karena SIG memberikan informasi pada
pengambil keputusan untuk analiss dan penerapan database keruangan.
e. Sistem pendukung pengambilan keputusan kesehatan

10
Sistem Pendukung Keputusan (SPK) atau decision support system merupakan
salah satu jenis sistem informasi yang bertujuan untuk menyediakan
informasi, membimbing, memberikan prediksi serta mengarahkan kepada
pengguna informasi agar dapat melakukan pengambilan keputusan dengan
lebih baik dan berbasis evidence. Secara hirarkis, SPK biasanya
dikembangkan untuk pengguna pada tingkatan manajemen menengah dan
tertinggi. Dalam pengembangan sistem informasi, SPK baru dapat
dikembangkan jika sistem pengolahan transaksi (level pertama) dan sistem
informasi manajemen (level kedua) sudah berjalan dengan baik. SPK yang
baik harus mampu menggali informasi dari database, melakukan analisis serta
memberikan interpretasi dalam bentuk yang mudah dipahami dengan format
yang mudah untuk digunakan (user friendly).
Dari sisi konteks, pada dasarnya sebuah Sistem Pendukung Keputusan Klinik
(SPKK) adalah SPK yang diterapkan untuk manajemen klinis. Secara definitif
SPKK adalah aplikasi perangkat lunak yang mengintegrasikan informasi yang
berasal dari pasien (karakteristik demografis, klinis, sosial psikologis) dengan
basis pengetahuan (knowledge base) untuk membantu klinisi dan atau pasien
dalam membuat keputusan klinis. Pengguna SPKK adalah tenaga kesehatan
yang terlibat dalam tata laksana klinis pasien di rumah sakit mulai dari dokter,
perawat, bidan, fisioterapis dan lain-lain. SPKK tidak harus bersifat
elektronis. Kartu Menuju Sehat (KMS) pada dasarnya adalah suatu SPKK
sederhana yang menyediakan fasilitas untuk memasukkan data balita secara
lengkap mulai dari riwayat persalinan, imunisasi, riwayat minum ASI, berat
badan serta grafik yang dilengkapi dengan kriteria status gizi serta panduan
tentang bagaimana menginterpretasikan naik turunnya berat badan balita dan
dapat digunakan baik oleh tenaga kesehatan maupun orang tua balita. Model
SPKK manual lainnya adalah penerapan berbagai algoritma klinis untuk
penanganan penyakit tertentu. Namun, dalam tulisan ini kita akan lebih
banyak mengulas tentang SPKK yang berbasis komputer.
f. Sistem informasi eksekutif
Sistem informasi eksekutif atau Executive Information System (EIS) adalah :
Bagian dari sistem informasi yang dikhususkan penggunaannya bagi
eksekutif. Turban Efraim dalam Decision Support Systems and Expert
Systems mengatakan bahwa An EIS is a computer-based system that serves

11
the information needs of top executive. It provide rapid access to timely
information and direct access to management reports (Turban, 1995 : 403).
Sistem Informasi Eksekutif adalah salah satu tipe sistem informasi
manajemen berbasis komputer yang ditujukan untuk memfasilitasi kebutuhan
informasi yang berkaitan dengan tercapainya tujuan suatu organisasi bagi
seorang eksekutif. Menggunakan EIS, seorang eksekutif dapat melakukan
pengidentifikasian isu-isu strategis dan pengeksplorasian informasi untuk
menemukan akar permasalahan dari isu-isu tersebut (Kelly, 1994 : 1).
g. Data warehouse dan data mining
Data warehouse adalah data-data yang beorientasi subjek, terintegrasi,
memiliki dimensi waktu, serta merupakan koleksi tetap (non-volatile), yang
digunakan dalam mendukung proses pengambilan keputusan. Sedangkan data
mining muncul setelah banyak dari pemilik data baik perorangan maupun
organisasi mengalami penumpukan data yang telah terkumpul selama
beberapa tahun, misalnya data pembelian, data penjualan, data nasabah, data
transaksi, email dan sebagainya. Kemudian muncul pertanyaan dari pemilik
data tersebut, apa yang harus dilakukan terhadap tumpukan data tersebut.
Data mining merupakan prinsip dasar dalam mengurutkan data dalam jumlah
yang sangat banyak dan mengambil informasi informasi yang berkaitan
dengan apa yang diperlukan seperti apa yang biasa dilakukan oleh seorang
analis. Dengan bertambah banyaknya jumlah data yang ada dalam model
bisnis yang kita lakukan dalam perusahaan ini, maka peran analis untuk
menganalisa data secara manual perlu digantikan dengan aplikasi yang
berbasis komputer yang dapat menganalisa data secara otomatis
menggunakan alat yang lebih kompleks dan canggih
2. Sistem informasi yang mempunyai derajat integrasi eksternal yang tinggi
a. Telemedicine
b. Internet, intranet, eksternet
c. Sistem informasi kesehatan publik

B. Kelemahan SIK
Kelemahan dari sistem informasi kesehatan adalah dibutuhkan sumber daya manusia
yang memiliki kemampuan dibidang teknologi informasi dan komunikasi, persebaran sumber
daya manusia yang memiliki kemampuan dibidang teknologi informasi dan komunikasi tidak
merata, biaya awal yang cukup mahal meski selanjutnya lebih murah(investasi jangka
informasi).

12
Pada sistem informasi kesehatan nasional berdasarkan hasil evaluasi yang telah
dilakukan (tahun 2012) pada Pusat Data dan Informasi, dan unit-unit lain di Kementerian
Kesehatan, serta unit di luar sektor kesehatan maka diketahui kelemahan dalam sistem
informasi kesehatan, seperti tampak di bawah ini:
1. SIK masih terfragmentasi (belum terintegrasi) dan dikelola berbagai pihak
sehingga terdapat pulau-pulau informasi.
2. Legislasi yang ada belum kuat untuk mendukung integrasi SIK.
3. Tidak terdapatnya penanggung jawab khusus SIK (petugas SIK umumnya
masih rangkap jabatan).
4. Tenaga Pengelola SIK umumnya masih kurang diakui perannya,
pengembangan karir tidak jelas dan belum ada jabatan fungsionalnya.
5. Terbatasnya anggaran untuk teknologi informasi dan komunikasi khususnya
untuk pemeliharaan.
6. Indikator yang digunakan sering kurang menggambarkan subjek yang
diwakili.
7. Belum terbangunnya mekanisme aliran data kesehatan baik lintas program
(Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota) maupun lintas sektor.
8. Masih lemahnya mekanisme monitoring, evaluasi dan audit SIK.
9. Kualitas data masih bermasalah (tidak akurat, lengkap, tepat waktu)
10. Penggunaan data/informasi oleh pengambil keputusan dan masyarakat masih
sangat rendah

C. Tantangan SIK
Seperti kita ketahui bahwa dalam penerapan Sistem Informasi Kesehatan di Indoensia
tentunya tidak mudah. Beberapa tantangan dalam implementasinya masih banyak kita
temui sehingga memerlukan kebijakan dan kerjasama yang terintegrasi di dalamnya.
Diantaranya tantangan tersebut adalah
1. Globalisasi. Banyak ragam perangkat lunak Sistem Informasi Kesehatan sehingga
membingungkan unit operasional dalam menginputnya. Juga membingungkan
pihak pengambil kebijakan dalam menentukan model dan sistem yang nantinya
akan digunakan guna menghasilkan input, proses dan output yang maksimal
sesuai dengan kebutuhan yang ada.
2. Tantangan ekonomi global dan kemampuan keuangan pemerintah. Ini berkaitan
dengan ketersediaan kemampuan keuangan pemerintah dalam menyediakan
budgeting guna operasional dan penyiapan perangkat lunak dan perangkat keras
dalam implementasi Sistem Informasi Kesehatan.
3. Tantangan untuk membangun jejaring lintas unit dan lintas sektor. Tantanngan ini
terkait integrasi dalam menyatukan input Sistem Informasi Kesehatan yang lintas
sektor. Karena masing masing sektor atau unit punya definisi dan aplikatif

13
sendiri dalam meninterpretasikan datanya. Masing-masing Sistem Informasi
cenderung untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya menggunakan
cara dan format pelaporannya sendiri. Sehingga unit unit operasional dalam
melaporkan datanya terbebani. Dampaknya informasi yang di hasilkan kurang
akurat.
4. Ancaman keamanan informasi. Ancaman ini tentunya tidak dapat di pandang
sebelah mata karena faktor keamanan informasi menjadi penting terkait dengan
jenis data dan informasi yang menjadi input dan output yang nanti dihasilkan.
5. Tantangan otonomi daerah. Ini sebagai implementasi dari UU No. 2 tahun 1999
tentang pemerintahan daerah dan UU No. 25 tahun 1999 tentang perimbangan
keuangan antara pemerintah pusat dan daerah. Sehingga daerah punya otoritas
dalam menentukan arah kebijakan sendiri termasuk di dalamnya mengenai arah
kebijakan Sistem Informasi Kesehatan untuk kabupatennya

D. Kondisi Positif SIK


Kondisi positif dari SIK dapat dilihat dari kekuatan yang dimilikinya. Adapun kondisi
positif SIK saat ini adalah :
1. Indonesia telah memiliki beberapa legislasi terkait SIK (UU Kesehatan, SKN,
Kebijakan dan strategi pengembangan SIKNAS dan SIKDA).
2. Tenaga pengelola SIK sudah mulai tersedia pada tingkat Pusat, Provinsi dan
Kabupaten/Kota.
3. Infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi tersedia di semua Provinsi dan
hampir seluruh Kabupaten/kota
4. Indikator kesehatan telah tersedia.
5. Telah ada sistem penggumpulan data secara rutin yang bersumber dari fasilitas
kesehatan pemerintah dan masyarakat.
6. Telah ada inisiatif pengembangan SIK oleh beberapa fasilitas kesehatan seperti
Rumah Sakit, Puskesmas dan Dinas Kesehatan, untuk memenuhi kebutuhan
mereka sendiri.
7. Diseminasi data dan informasi telah dilakukan, contohnya hampir semua Provinsi
dan Kabupaten/kota dan Pusat menerbitkan profil kesehatan.

14
E. Peluang SIK
Beberapa peluang yang ada dalam sistem informasi kesehataan saat ini adalah :
1. Kesadaran akan permasalahan kondisi SIK dan manfaat eHealth mulai
meningkat pada semua pemangku kepentingan terutama pada tingkat manajemen
Kementerian Kesehatan.
2. Telah ada peraturan perundang-undangan terkait informasi dan TIK.
3. Terdapatnya kebijakan perampingan struktur dan pengkayaan fungsi,
memberikan peluang dalam pengembangan jabatan fungsional pengelolaan SIK.
4. Terdapat jenjang pendidikan informasi kesehatan yang bervariasi dari diploma
hingga sarjana di perguruan tinggi.
5. Para donor menitik beratkan program pengembangan SIK.
6. Registrasi vital telah dikembangkan oleh Kementerian Dalam Negeri dan telah
mulai dengan proyek percobaan di beberapa Provinsi.
7. Adanya inisiatif penggunaan nomor identitas tunggal penduduk oleh Kementerian
Dalam Negeri yang merupakan peluang untuk memudahkan pengelolaan data
sehingga menjadi berkualitas.
8. Kebutuhan akan data berbasis bukti meningkat khususnya untuk anggaran
(perencanaan) yang berbasis kinerja.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Domain sistem informasi kesehatan dapat dikelompokkan menjadi dua berdasarkan
pada karakteristik integrasi sistem informasi yaitu Sistem Informasi yang mempunyai derajat
integritasi internali yang tinggi dan Sistem informasi yang mempunyai derajat integrasi
eksternal yang tinggi
Kelemahan dari sistem informasi kesehatan adalah dibutuhkan sumber daya manusia
yang memiliki kemampuan dibidang teknologi informasi dan komunikasi, persebaran sumber
daya manusia yang memiliki kemampuan dibidang teknologi informasi dan komunikasi tidak
merata, biaya awal yang cukup mahal meski selanjutnya lebih murah(investasi jangka
informasi).
Tantangan SIK diantaranya yaitu berupa tantangan globalisasi, tantangan ekonomi,
tantangan untuk membangun jejaring lintas unit , ancaman keamanan informasi dan
tantangan otonomi. Kondisi positif SIK berupa legislasi yang telah dimiliki, tenaga pengelola,
infrastuktur dari SIK yang telah tersedia.
Beberapa peluang yang ada dalam sistem informasi kesehataan saat ini adalah
Kesadaran akan permasalahan kondisi SIK yang meningkat dan telah adanya peraturan
perundangan terkait SIK tersebut.

B. Saran
1. Perlunya dilakukan kajian mengenai kendala-kendala yang dihadapi dalam
pelaksanaan sistem informasi kesehatan.
2. Kebutuhan data dan informasi merupakan kebutuhan daerah, maka sebaiknya sistem
informasi yang dikembangkan, disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik
daerah.

16

Anda mungkin juga menyukai