Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNIK KONSERVASI TANAH DAN AIR

EROSI PERMUKAAN DENGAN VEGETASI DAN KANOPI

KELOMPOK IV :
ASISTEN : SUPARDING
NAMA : NURMILA
ENDIRA WENDA
MOUDIA MITA MONITA
ANDI SARDI AN ASFARI
AGUNG PALAGUNA

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN


DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sumber daya alam utama yang paling sering mengalami degradasi atau
kerusakan adalah tanah dan air. Tanah mempunyai dua fungsi utama yaitu sebagai
sumber unsur hara bagi tumbuhan, dan sebagai matriks tempat akar tumbuhan
berjangkar dan air tanah tersimpan. Kedua fungsi tersebut dapat menurun atau
hilang sehingga hilang atau menurunnya fungsi tanah ini yang disebut juga
kerusakan tanah atau degradasi tanah. Kerusakan atau degradasi yang sering
terjadi yaitu erosi.
Di daerah tropik basah seperti di Indonesia sering terjadi yang namanya erosi,
penyebab utama terjadinya erosi adalah air. Namun demikian besar kecilnya erosi
ditentukan banyak faktor yang bisa mempengaruhinya. Proses penghanyutan tanah
oleh desakan-desakan atau kekuatan air, angin maupun es atau yang biasa disebut
sebagai erosi, biasanya berlangsung secara alamiah ataupun sebagai akibat tindakan
atau perbuatan manusia. Erosi oleh air dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu curah
hujan, topografi, kepekaan tanah terhadap erosi, vegetasi dan sistem pengelolaan
tanah yang diterapkan. Dari kelima faktor tersebut, curah hujan merupakan faktor
yang aktif melakukan penghancuran dan penghanyutan tanah.
Curah hujan dalam suatu waktu mungkin tidak menyebabkan erosi jika
intensitasnya rendah, demikian pula apabila hujan dengan intensitas tinggi dalam
waktu yang sangat singkat. Hujan akan menimbulkan erosi jika intensitasnya cukup
tinggi dan dalam waktu yang relatif lama.
Penurunan volume dan kecepatan aliran permukaan yang terjadi sebagai akibat
adanya tanaman di atas tanah berfungsi sebagai penghalang aliran. Adanya tanaman
penutup tanah yang rapat merupakan penghambat aliran, sebagai akibatnya waktu
infiltrasi meningkat dan tentu saja kecepatan aliran berkurang. Kejadian ini sangat
mengurangi daya rusak aliran permukaan. Disamping pengaruh langsung, tanaman
juga dapat memperkecil laju erosi secara tidak langsung. Dalam hal ini melalui
pengaruhnya terhadap sifat tanah. Adanya tanaman akan memperbesar ketahanan
massa tanah terhadap hancuran air hujan dan limpasan aliran permukaan, dan di pihak
lain memperbesar kapasitas infiltrasi tanah sehingga dapat memperkecil
aliran permukaan.
Berdasarkan latar belakang di atas maka dilakukanlah praktikum Erosi
Permukaan menggunakan kanopi dan vegetasi yang bertujuan untuk mengukur
erosi tanah dengan menggunakan bentuk aliran permukaan daerah rerumputan
dengan kemiringan yang berbeda adalah untuk mengetahui jumlah erosi yang
terjadi pada daerah tersebut dengan kemiringan yang berbeda dan mengetahui
faktor yang mempengaruhinya serta hubungan lahan rerumputan, kemiringan
suatu lahan dengan laju erosi tanah.

2.1. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dilaksanakannya praktikum pengukuran erosi tanah dengan


menggunakan bentuk aliran permukaan daerah rerumputan dengan kemiringan
yang berbeda adalah untuk mengetahui jumlah erosi yang terjadi pada daerah
tersebut dengan kemiringan yang berbeda dan mengetahui faktor yang
mempengaruhinya serta hubungan lahan rerumputan, kemiringan suatu lahan
dengan laju erosi tanah.
Kegunaannya adalah mengetahui cara pengukuran erosi pada bentuk aliran
permukaan dan mengetahui jumlah erosi yang terjadi pada daerah tersebut dengan
menghitung sedimentasi yang ada.
II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Erosi

Erosi merupakan suatu perpindahan partikel tanah dari suatu tempat ke


tempat lainnya yang melibatkan proses secara alamiah atau oleh aktifitas manusia
melalui media pengangkut seperti air yang mengalir, angin, es, dan gelombang
atau arus (Lihawa, 2013)
Erosi adalah suatu prose dimana tanah dihancurkan (detached) dan kemudian
dipindahkan (transported) ke tempat lain oleh kekuatan air, angin, sungai atau
gravitasi (Hardjowigeno, 2008)
Erosi tanah merupakan permasalahan yang sangat vital pada tanah, terutama
bagi para petani. Erosi tanah menyebabkan tanah yang tadinya sangat subur
berubah menjadi tidak subur, dikarenakan mineral-mineral yang dikandung tanah
tersebut telah ter-erosi, dimana unsur hara yang dibutuhkan tanaman telah hilang.
Dari hal ini, permasalahan erosi tanah menjadi perhatian utama bagi para petani,
terutama lapisan-lapisan tanah yang berada di tempat-tempat yang berlereng dan
ditempat-tempat yang terbuka tanpa ada vegetasi mengemukakan bahwa erosi
tanah terjadi melalui tiga tahapan yaitu meliputi tahapan pelepasan partikel tanah,
tahapan pengangkutan oleh media yang erosif seperti aliran air dan angin, serta
berakhir dengan pengendapan (Lihawa, 2013)
a. Tahap Pelepasan
Terjadi oleh jatuhnya air hujan yang memiliki energi kinetik dan energi
potensial serta menjadi energi mekanik, dimana yang mempengaruhi proses
pelepasan dan terjadinya erosi ini yaitu vegetasi penutup tanahnya, berupa
semak belukar, serta rumput-rumput penutup tanah.
b. Pengangkutan
Pada proses ini, yang mengangkut yaitu air yang mengalir pada permukaan
tanah melalui aliran permukaan tanah sehingga mengakibatkan terjadinya
limpasan permukaan yang mengangkut partikel-pertikel tanah.

c. Pengendapan:
Terjadi jika total partikel tanah yang terlepas melalui aliran permukaan yang
menghasilkan limpasan permukaan lebih besar dari kapasitas pengangkutan
sehingga terjadi pengendapan (sedimentasi).
Menurut Lihawa (2013), Erosi dimulai oleh pukulan (impact),pemecahan
(breaking), pengangkutan (buoyant lifting), dan pelapukan kimiawi. Ada dua
macam erosi yang disebabkan oleh air yaitu :
a. Erosi permukaan (surface erosion), merupakan pelepasan dan pemindahan
bahan-bahan melalui permukaan tanah.
b. Erosi dibawah permukaan (supsurface erosion), merupakan elutriasi lapisan
penutup bumi (earth mantle), oleh air dibawah permukaan tanah. Biasanya
berbentuk mineral-mineral yang dilarutkan
Ditemukan pada erosi oleh air yaitu terjadi erosi pada permukaan tanah, yang
mana terjadi oleh proses pengikisan air pada bidang permukaan tanah. Erosi
permukaan merupakan suatu erosi yang terjadi pada bidang permukaan tanah oleh
pengaruh aliran permukaan yang menyebabkan terjadinya limpasan permukaan.
Erosi permukaan pada mulanya sulit sekali dilihat dengan pandangan mata,
seakan-akan tidak terjadi perubahan-perubahan pada keadaan atau bentuk lahan,
ini tidak lain karena berlangsungnya pengangkutan atau pemindahan tanah
demikian merata pada seluruh permukaan tanah (Masnang, 2014)
Erosi, sedimentasi dan pengangkutan adalah akibat pengaruh air yang
mengalir yang disebut tiga pengaruh yang besar. Pengangkutan sedimen oleh air
yang mengalir dibagi dalam pengangkutan oleh suspens dan pengangkutan
oleh gaya seret (tractive force). Pengangkutan oleh suspensi adalah peristiwa
dispersi (penyebaran) air yang oleh daya seret adalah peristiwa gaya yang
diakibatkan oleh aliran pada butir-butir pasir. Pengaruh-pengaruh ini adalah akibat
kombinasi dari karakteristik hidrolis aliran dan karakteristik pasir dan kerikil
dasar sungai (Hidayatullah, 2011).
Bentuk erosi permukaan sejak terjadinya sesungguhnya telah dapat dirasakan,
yaitu dengan menurunnya hasil dari tanaman yang kita kembangkan pada lahan
tersebut, selain itu daun-daunan pada tanaman yang kita kembangkan mengalami
perubahan warna, dimana tanaman-tanaman yang tumbuh di puncak dan bagian
tengah lereng berwarna agak pucat dibandingkan dengan yang tumbuh pada lahan
di bagian kaki bukit atau lereng. Demikian pula warna tanah bagian kaki bukit
(lereng) akan memiliki warna yang agak tua dibandingkan dengan warna tanah
bagian tengah dan puncak bukit (lereng) (Masnang, 2014)
Perbedaan warna demikian dikarenakan bahan-bahan organik dan zat haranya
dibagian kaki bukit (lereng) masih belum terhanyutkan dan kemungkinan
terjadinya pengendapan-pengendapan partikel yang terhanyutkan atau
terpindahkan dari bagian puncak dan pertengahan bukit (lereng) (Masnang, 2014).
II.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Erosi

2.2.1 Iklim
Faktor iklim yang yang berpengaruh terhadap erosi antara lain: hujan,
temperatur, angin, kelembaban dan radiasi matahari. Dari kelima faktor tersebut
hujan merupakan faktor terpenting. Sifat hujan yang berpengaruh adalah curah
hujan, intensitas hujan dan distribusi hujan. Ketiga sifat hujan ini secara bersama-
sama akan menentukan kemampuan hujan untuk menghancurkan butir-butir tanah
Penggunaan curah hujan mempunyai arti penting karena intensitas
hujanmempunyai hubungan yang erat dengan erosi (Alviyanti, 2006).
Walaupun demikian, kadang-kadang peranan intensitas hujan tidak begitu
jelas. Hujan dengan intensitas tinggi tetapi dalam waktu singkat tidak
menyebabkan erosi, tetapi hujan dengan intensitas rendah tetapi dalam waktu
yang lama akan menyebabkan aliran permukaan yang terjadi besar dan akan
menyebabkan terjadinya erosi yang hebat pengaruh curah hujan terhadap erosi,
besarnya intensitas hujan sebanding dengan nilai erosifitas hujan, semakin besar
intensitas hujan maka semakin tinggi erosifitas hujan, artinya semakin besar
intensitas hujan, maka semakin tinggi erosifitas hujan, dengan erosifitas hujan
yang tinggi dapat menimbulkan erosi yang lebih besar (Alviyanti, 2006).
2.2.2 Tanah
Suatu kejadian hujan dengan jumlah dan intensitas tertentu akan
menyebabkan tingkat erosi berbeda jika jatuh pada dua jenis tanah berbeda. Jadi
masing-masing tanah mempunyai ketahanan berbeda terhadap erosi. Mudah
tidaknya suatu tanah tererosi disebut erodibilitas tanah yang dalam persamaan
umum kehilangan tanah diberi istilah indeks erodibilitas tanah dengan simbol K.
Nilai indeks erodibilitas tinggi dalam curah hujan yang sama akan mudah tererosi
dibandingkan dengan indeks erodibilitas rendah (Alviyanti, 2006).
Struktur tanah adalah ikatan butir primer ke dalam butir sekunder atau
agregat. Susunan butir primer tersebut menentukan tipe struktur.Tanah-tanah yang
memiliki struktur kersai atau granular lebih terbuka dan lebih sarang akan
menyerap air lebih cepat dari pada yang berstruktur susunan butir primer yang
rapat. Bahan organik yang berupa daun, ranting yang belum hancur akan
menutupi permukaan tanah menjadi pelindung tanah terhadap kekuatan perusak
butir-butir hujan yang jatuh. Bahan organik tersebut juga menghambat aliran air di
atas permukaan tanah sehingga mengalir dengan lambat. Selain itu bahan organik
yang telah mengalami pelapukan mempunyai kemampuan menahan dan menyerap
air sebesar dua sampai tiga kali beratnya, akan tetapi kemampuan ini hanya faktor
kecil dalam pengaruhnya terhadap aliran permukaan. Pengaruh bahan organik
dalam mengurangi aliran permukaan terutama berupa perlambatan aliran
permukaan (Alviyanti, 2006).
Bahan organik mempunyai pengaruh terhadap aliran permukaan dan erosi.
Semakin besar tingkat erosi maka ketersediaan bahan organik dalam tanah
semakin menurun. Kandungan bahan organik yang rendah juga disebabkan tidak
adanya usaha petani setempat dalam memanfaatkan seresah tanaman disamping
tidak adanya tanaman penguat teras yang dapat memperkecil laju erosi serta tidak
terdapatnya pergiliran tanaman yang diimbangi dengan pemanfaatan pupuk
kandang dan pupuk hijau (Alviyanti, 2006).
2.2.3 Topografi
Kemiringan dan panjang lereng adalah dua unsur yang paling berpengaruh
terhadap aliran permukaan dan erosi. Unsur lain yang mungkin berpengaruh
adalah konfigurasi, keseragaman dan arah lereng. Kemiringan suatu lereng dapat
dinyatakan dalam derajat atau persen (%). Lereng dikatakan mempunyai
kemiringan 10 persen jika perbandingan panjang kaki dan tinggi adalah
10 : 1. jika suatu lereng dengan kemiringan 100 persen (panjang kaki dan
tinggi yang sama) berarti sama dengan kemiringan 45%. Kemiringan suatu lereng
mempengaruhi kecepatan dan volume limpasan permukaan. Pada dasarnya makin
curam suatu lereng, maka persentase kemiringannya makin tinggi,
makin cepat laju limpasan permukaan. Lebih lanjut, dengan semakin singkatnya
waktu untuk infiltrasi, volume limpasan juga semakin besar. Dengan kata
lain semakin meningkatnya persentase kemiringan maka erosi akan semakin
besar (Alviyanti, 2006).
2.2.4 Vegetasi
Tanah dengan tanaman seperti rumput, jenis-jenis leguminose, semak
belukar atau pepohonan pada kondisi yang ideal dapat resisten terhadap erosi dan
mampu menyerap air hujan. Pengaruh vegetasi terhadap aliran permukaan dan
erosi dapat dibagi dalam empat bagian yaitu: (a) Intersepsi hujan oleh tajuk
tanaman; (b) mengurangi kecepatan aliran permukaan dan kekuatan perusak air;
(c) pengaruh akar dan kegiatan-kegiatan biologis yang berhubungan dengan
pertumbuhan vegetatif dan pengaruhnya terhadap stabilitas struktur dan porositas
tanah; (d) transpirasi yang mengakibatkan kandungan air tanah berkurang.
Vegetasi mengintersepsi curah hujan yang jatuh melalui daun dan batang sehingga
kecepatannya berkurang serta memecah butiran hujan menjadi lebih kecil. Butiran
hujan yang mengenai daun akan menguap kembali ke udara. Peristiwa ini disebut
kehilangan oleh intersepsi (Alviyanti, 2006).
2.2.5 Manusia
Manusia yang pada akhirnya menentukan apakah tanah yang diusahakan
akan menjadi rusak dan tidak produktif atau menjadi lebih baik dan produktif
secara lestari. Banyak faktor yang menentukan apakah manusia akan
memperlakukan dan merawat serta mengusahakan tanahnya secara bijaksana
sehingga menjadi lebih baik dan memberikan pendapatan yang cukup untuk
jangka waktu yang tidak terbatas.Salah satunya luas tanah yang sempit yang
mampu diusahakan oleh petani mungkin tidak mampu untuk memenuhi
kebutuhan pokok untuk menghidupi keluarganya apalagi untuk membiayai
tindakan yang diperlukan untuk memperbaiki tanahnya dan meningkatkan
produktivitas tanah tersebut. Keadaan demikian ini akan menyebabkan tanah akan
semakin rusak dan makin merosot produktivitasnya yang akan mendorong petani
dalam menggarap tanah-tanah yang bukan haknya atau tanah yang sebenarnya
tidak boleh digarap (Alviyanti, 2006).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
III.1. Waktu dan Tempat

Praktikum Erosi Permukaan dengan vegetasi dan kanopi ini dilaksanakan


pada tanggal 5 sampai 8 Maret 2017, di belakang Laboratorium Perbengkelan Alat
dan Mesin Pertanian, Program Studi Teknik Pertanian, Departemen Teknologi
Pertanian Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.

III.2. Alat dan Bahan


a. Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah petak ukur (plot) yang terbuat
dari papan, pipa untuk pengaliran, bak penampung sedimen, penakar curah hujan
menual, volumetrik, selang, meteran, timbangan, oven, cawan petri, alat tulis, alat
hitung.
b. Bahan
Bahan yang digunakan adalah kertas saring, sampel air dan sedimen hasil
limpasan permukaan.
c. Data yang Dibutuhkan
Data yang dibutuhkan yaitu data berupa tingkat kemiringan lahan, curah
hujan harian, volume limpasan permukaan dan berat sedimen.

III.3. Prosedur Pengukuran


1. Mengukur kelerengan plot erosi dengan menggunakan selang air:
a. Mengukur beda tinggi dua titik pada lokasi pengukuran dengan
menggunakan selang.
b. Menghitung persentase kemiringan
Jarak ketinggian lereng
Persentase Kemiringan x 100%
jarak mendatar lereng

2. Menghitung aliran permukaan dan erosi dengan menggunakan Metode Plot


(Petak)
a. Menentukan lokasi penempatan plot.
b. Mengukur curah hujan per kejadian hujan.
c. Melakukan pengukuran setiap kejadian hujan.
d. Pengukuran air limpasan dan sedimen
1. Mengaduk seluruh air limpaan dan sedimen yang tertampung dalam
drum penampung.
2. Menghitung volume air limpasan dan sedimen yang telah diaduk rata.
3. Mengambil sampel larutan (air limpasan dan sedimen yang telah
diaduk).
e. Pengukuran besaran tanah yang tererosi
1. Menyaring sampel larutan (air limpasan dan sedimen yang diaduk).
2. Mengovenkan sedimen yang tersaring hingga berat konstan.
3. Menimbang sedimen yang tersaring setelah diovenkan.
3.4. Rumus yang Digunakan
1. Menghitung kemiringan
Jarak ketinggian lereng
persentase Kemiringan x 100%
jarak mendatar lereng

2. Menghitung Erosi permukaan


C ap Vap 103
E 1=
A
berat sedimen ( g )
E=
volume total luas ( m2 )

Keterangan:
E = jumlah erosi (ton/ha)
Cap = konsentrasi padatan (g/ml)
Vap= volume aliran permukaan (ml)
A= Luas plot (m2)

3. Menghitung curah hujan (CH)


V
CH =
A p 10

Keterangan : CH = Curah Hujan (mm)


V = Volume Terukur (cm)
A = Luas Bidang Tangkap (cm)
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Grafik hubungan antara jumlah erosi dan curah hujan
a. Pengukuran di lapangan
HUBUNGAN EROSI TERHADAP TOTAL CURAH HUJAN
3500
3000 2968.12
2500
plot 2
2000
JUMLAH EROSI (ton/ha/tahun) 1500 1604.64 plot 1
1419.13
1224.35 plot 3
1000
680.81 626.09
500 491.59
115.94
0 1.39
23.913 37.198 16.474

CURAH HUJAN (mm)

Gambar 1. Grafik hubungan erosi dan curah hujan pada setiap pengukuran

b. Pengukuran rata-rata jumlah erosi

erosi
1800
1600
1400
R = 0.29
1200 erosi
1000 Linear (erosi)
800
600
400
200
0
15 20 25 30 35 40

Gambar 2. Grafik hubungan jumlah rata-rata erosi dan curah hujan

4.1.2 Grafik hubungan antara kemiringan plot dan jumlah erosi


a. Pengukuran di lapangan
hubungankemiringan terhadap erosi
3500
3000
2500
2000
1500
1000
500 data plot 1
0
data plot 2
jumlah erosi (ton/ha/tahun)
data plot 3

kemiringan (%)

Gambar 3. Grafik hubungan antara kemiringan dan jumlah sedimen

b. Pengukuran rata-rata jumlah erosi

HUBUNGAN KEMIRINGAN TERHADAP EROSI


2000

1500 R = 0.96

1000 EROSI
JUMLAH EROSI (ton/ha/tahun) Linear (EROSI)
500

kemirngan (%)

Gambar 4. Grafik hubungan antara kemiringan dan rata-rata jumlah


erosi

4.2 Pembahasan
Berdasarkan data yang diperoleh dari perhitungan jumlah erosi, didapatkan
grafik yang berbeda-beda antara hubungan jumlah erosi dengan curah hujan dan
hubungan antara jumlah erosi dengan kemiringan pada setiap plot.
Terlihat jelas perbedaan dari setiap pengukuran yang dilakukan dengan
kemiringan yang berbeda, membuktikan bahwa faktor dari kemiringan dan curah
hujan sangat menentukan laju erosi atau banyaknya erosi yang dihasilkan. Selain
itu, jenis plot yang digunakan dalam pengukuran ini yaitu menggunakan vegetasi
dan berkanopi. Hal ini juga sangat menentukan jumlah erosi yang diperoleh dalam
setiap pengukuran. Hal ini sesuai dengan pendapat Alviyanti (2006), yang
menyatakan bahwa pengaruh bahan organik dalam mengurangi aliran permukaan
terutama berupa perlambatan aliran permukaan.
Pada grafik pertama menunjukkan hubungan jumlah erosi terhadap curah
hujan pada setiap pengukuran. Berdasarkan pengukuran yang dilakukan selama
tiga hari didapatkan perbandingan terhadap curah hujan. Hasil menunjukkan
bahwa pada pengukuran curah hujan ketiga, erosi yang dihasilkan memiliki
jumlah yang cukup banyak dibandingkan dengan pengukuran pertama. Sedangkan
curah hujan yang dihasilkan pada pengukuran ketiga memiliki jumlah volume
yang sedikit. Pada curah hujan pertama memiliki nilai yang lebih tinggi dibanding
dengan curah hujan ketiga. Hal ini dapat disebabkan oleh intensitas curah hujan
yang cukup lama pada saat melakukan pengukuran ketiga. Pada pengukuran
kedua yang merupakan curah hujan yag paling tinggi memiliki jumlah erosi yang
paling banyak. Hal ini sudah sesuai dengan jumlah curah hujan, dimana pada
pengukuran kedua memiliki curah hujan yang paling tinggi. Walaupun curah
hujan yang besar, namun intensitas hujan yang sangat mempengaruhi besarnya
erosi yang terjadi pada saat melakukan pengukuran. Hal ini sesuai dengan pedapat
Alviyanti (2006), yang menyatakan bahwa hujan dengan intensitas tinggi tetapi
dalam waktu singkat tidak menyebabkan erosi, tetapi hujan dengan intensitas
rendah tetapi dalam waktu yang lama akan menyebabkan aliran permukaan yang
terjadi besar dan akan menyebabkan terjadinya erosi yang hebat.
Pada grafik kedua yaitu hubungan antara kemiringan, pengukuran kedua
memiliki jumlah erosi yang tinggi dibanding dengan pengukuran pertama dan
kedua pada plot 1, 2, dan 3. Pada plot 1 memiliki persentase kemiringan yang
tinggi dan erosi yang dihasilkan pula cukup besar. hal ini membuktikan bahwa
pengaruh kemiringan terhadap erosi sangat besar. sesuai dengan pendapat
Alviyanti (2006), yang menyatakan kemiringan dan panjang lereng adalah dua
unsur yang paling berpengaruh terhadap aliran permukaan dan erosi. Unsur lain
yang mungkin berpengaruh adalah konfigurasi, keseragaman dan arah lereng.
Selain itu, vegetasi juga sangat berpengaruh terhadap jumlah erosi yang
dihasilkan. Pada praktikum ini, jenis plot yang digunakan yaitu memiliki vegetasi
dan berkanopi. Pada plot kedua, memiliki vegetasi yang cukup banyak dibanding
dengan plot 1 dan 2. Sehingga hasil yang diperoleh juga dipengaruhi oleh faktor
ini. Hal ini sesuia dengan pendapat Alviyanti (2006), yang menyatakan bahwa
vegetasi mengintersepsi curah hujan yang jatuh melalui daun dan batang sehingga
kecepatannya berkurang serta memecah butiran hujan menjadi lebih kecil. Butiran
hujan yang mengenai daun akan menguap kembali ke udara.
V. PENUTUP
V.1. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum Erosi Permukaan dengan jenis plot bervegetasi dan
berkanopi, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Erosi permukaan merupakan suatu erosi yang terjadi pada bidang permukaan
tanah oleh pengaruh aliran permukaan yang menyebabkan terjadinya limpasan
permukaan.
2. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan erosi permukaan yaitu iklim,
topografi, tanah, vegetasi, dan kegiatan manusia.
3. Persentase kemiringan sangat mempengaruhi jumlah erosi serta panjang
lereng. Semakin besar kemiringan dan panjang lereng, maka kecepatan aliran
akan semakin besar.
4. Walaupun curah hujan yang cukup tinggi namun intensitas hujan yang sangat
mempengaruhi besar erosi yang dihasilkan. Semakin lama intensitas hujan
yang terjadi, maka erosi yang dihasilkan juga semakin besar.
V.2. Saran

Diharapkan untuk praktikum selanjutnya dapat dilaksanakan dengan baik dan


alat yang digunakan dapat diberikan sedikit pembiayaan khususnya erosi
permukaan.
DAFTAR PUSTAKA

Alviyanti V. 2006. Kajian Erosi dan Aliran Permukaan pada Berbagai Sistem
Tanam di Tanah Terdegradasi. Universitas Jember: Jember.

Hardjowigeno. 2008. Erosi Permukaan. Institut Teknologi Bandung: Bandung.

Hidayatullah YS. 2011. Laju Aliran Dan Erosi Permukaan Di Lahan Hutan
Tanaman Kayu Jati (Tectona Grandis, L.F) Dengan Berbagai Tindakan
Konservasi Tanah Dan Air (Studi Kasus : Rph Getas, Bkph Monggot, Kph
Gundih Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah). Institut Pertanian Bogor:
Bogor.

Lihawa F. 2013. Kajian Erosi dan Aliran Permukaan. Universitas Gorontalo:


Gorontalo

Masnang A. 2014. Kajian Tingkat Aliran Permukaan dan Erosi, pada Berbagai
Tipe Penggunaan Lahan di sub DAS Jenneberang Hulu. Jurnal Agroteknos
Maret 2014 Vol. 4 No. 1. Hal 32-37 ISSN: 2087-7706
LAMPIRAN

a. Tabel
Tabel 1.Pengukuran jumlah erosi dan curah hujan

jumlah erosi Curah


Nama
(Ton/Ha/tahun) Hujan (mm)
plot 1 data 1 680,8117176
plot 2 data 1 1,3913046
23,913
plot 3 data 1 115,94205

plot 1 data 2 2968,11648


plot 2 data 2 626,08707 37,198
plot 3 data 2 1419,130692

plot 1 data 3 1604,637972


plot 2 data 3 491,594292 16,474
plot 3 data 3 1224,348048

Sumber: Data primer setelah diolah 2017

Tabel 2. Pengukuran konsentrasi padatan

Nama KONSENTRASI PADATAN berat padatan hujan


Sampel (gr/ml) (gr/cc)
plot 1 data 1 0.08 293600
plot 2 data 1 0.06 600
plot 3 data 1 0.04 50000
plot 1 data 2 0.1 1280000
plot 2 data 2 0.1 270000
plot 3 data 2 0.08 612000
plot 1 data 3 0.08 692000
plot 2 data 3 0.08 212000
plot 3 data 3 0.08 528000
Sumber: Data primer setelah diolah 2017

b. Perhitungan
Diketahui:
1. Kemiringan
Plot 1 =
2. Volume:
Pengukuran I
Plot 1 = 3670 ml
Plot 2 = 10 ml
Plot 3 = 1250 ml
Pengukuran II
Plot 1 = 12800 ml
Plot 2 = 2700 ml
Plot 3 = 7650 ml
Pengukuran III
Plot 1 = 8650 ml
Plot 2 = 2650 ml
Plot 3 = 6600 ml
3. Berat sedimen:
Pengukuran 1
Plot 1 : berat cawan = 1 g
Berat setelah dikeringkan = 1,8 g
Berat sedimen = 1,8 1 = 0,8 g
Plot 2 : berat cawan = 1,1 g
Berat setelah dikeringkan = 1,7 g
Berat seedimen = 1,7 -1,1 = 0,6 g
Plot 3 : berat cawan = 1,3 g
Berat setelah dikeringkan = 1,7 g
Berat seedimen = 1,7 -1,3 = 0,4 g
Pengukuran 2
Plot 1 : berat cawan = 1,1 g
Berat setelah dikeringkan = 2,1 g
Berat sedimen = 2,1 1,1 = 1 g
Plot 2 : berat cawan = 1 g
Berat setelah dikeringkan = 2 g
Berat seedimen = 2 - 1 = 1 g
Plot 3 : berat cawan = 1 g
Berat setelah dikeringkan = 1,8 g
Berat sedimen = 1,8 - 1 = 0,8 g
Pengukuran 3
Plot 1 : berat cawan = 1,2 g
Berat setelah dikeringkan = 2 g
Berat sedimen = 2 1,2 = 0,8 g
Plot 2 : berat cawan = 1,2 g
Berat setelah dikeringkan = 2 g
Berat sedimen = 2 -1,2 = 0,8 g
Plot 3 : berat cawan = 1,2 g
Berat setelah dikeringkan = 2 g
Berat sedimen = 2 1,2 = 0,8 g

Penyelesaian:

1. Menghitung luas plot:


l 1=P L

1,5 m
l 1=2,5 1,5=3,75

1
l 2= a t
2,5 m 2

1
l 2= 1,5 0,75=0,5625
2

l total=l 1+ l 2=3,75+0,5625

2
4,3125 m

10.000 m2
1 hektar=10.000m2 maka, l= =2318,841hektar
4,3125 m2

2. Menghitung persentase kemiringan


Jarak ketinggian lereng
Persentase Kemiringan x 100%
jarak mendatar lereng

plot 1:
77
slope= =30,80
2.5
Plot 2:
16,5
slope= =6,6
2.5

Plot 3:
29,5
slope= =11,8
2.5

3. Menghitung curah hujan per kejadian hujan


V 1= 450 ml

V 2= 700 ml

V 3= 310 ml

A=Luas corong+ luastoples= 188,18 cm2


V
CH 1 = =23,913mm
A
V
CH 2= =37,198mm
A
V
CH 3 = =16,474 mm
A

4. Menghitung konsetrasi padatan


berat setelah dikeringkan
C ap=
volume sampel yang dikeringkan
berat padatanhujan=C ap volume total

5. Menghitung erosi:
Cap x Vap x 10 3
E
A

berat sedimen ( g )
E=
volume total luas ( m2 )

a. Pengukuran 1
berat sedimen ( g ) 0,08 3670000 103 ton
E 1= = =680,8
2
volume total luas ( m ) 2318,841 h
3
berat sedimen ( g ) 0,06 10000 10 ton
E 2= = =1,39
2
volume total luas ( m ) 2318,841 h

berat sedimen ( g ) 0,04 1250000 103 ton


E 3= = =115,9
volume total luas ( m 2 ) 2318,841 h

b. Pengukuran 2
berat sedimen ( g ) 0,1 1280000 103 ton
E 1= = =2968,11
2
volume total luas ( m ) 2318,841 h

berat sedimen ( g ) 0,12700000 103 ton


E 2= = =626,08
volume total luas ( m 2 ) 2318,841 h
3
berat sedimen ( g ) 0,08 7650000 10 ton
E 3= = =1419,13
2
volume total luas ( m ) 2318,841 h

c. Pengukuran 2
berat sedimen ( g ) 0,08 8650000 103 ton
E 1= = =1604,63
2
volume total luas ( m ) 2318,841 h
3
berat sedimen ( g ) 0,08 2650000 10 ton
E 2= = =491,59
2
volume total luas ( m ) 2318,841 h

berat sedimen ( g ) 0,08 660000 103 ton


E 3= = =1124,34
2
volume total luas ( m ) 2318,841 h
DOKUMENTASI

Gambar 5. Proses penyaringan sedimen

Gambar 6. Penimbangan sedimen dan cawan

Gambar 7. Proses pengovenan sedimen


Gambar 8. Sedimen yang telah dikeringkan.

Gambar 9. Proses pembuatan plot

Anda mungkin juga menyukai