Anda di halaman 1dari 17

PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN SAINS-BIOLOGI

MAKALAH

Diususun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran

Yang Dibimbing Dra.Hj.Sri Endah Indriwati, M.Pd

Oleh :

Bidari Intan Rucitra 15034160


Ruri Indarti 150341600730

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
April 2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga makalah mata kuliah
Belajar dan Pembelajaran dengan topik Problematika Pembelajaran Sains-Biologi
ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas dan tanggung jawab
kelompok penulis kepada dosen pengampu mata kuliah Belajar dan Pembelajaran.
Dalam kesempatan ini, tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada
teman-teman dan semua pihak yang terkait dalam penyusunan makalah atas
segala bantuan yang diberikan.

Akhirnya, semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan taufik


serta hidayah-Nya kepada kita semua dan makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembacanya dan dapat menjadi rujukan informasi mengenai materi problematika
pembelajaran Sains-Biologi.

Malang, 2 April 2017

Tim Penulis
DAFTAR ISI

SAMPUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI.

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Makalah

BAB II PEMBAHASAN

2.1

2.2

2.3

2.4

BAB III PENUTUP

3.1
Kesimpulan...

DAFTAR RUJUKAN
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Biologi sebagai ilmu memiliki kekhasan tersendiri dibandingkan dengan
ilmu-ilmu yang lain. Biologi merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang
mempelajari makhluk hidup dan kehiduannya dari berbagai aspek persoalan dan
tingkat organisasinya. Produk keilmuan biologi berwujud kumpulan fakta-fakta
maupun konsep-konsep sebagai hasil dari proses keilmuan biologi (Sudjoko,
2001).
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan usaha
sengaja, terarah dan bertujuan agar orang lain dapat memperoleh pengalaman
yang bermakna. Pembelajaran biologi di sekolah menengah diharapkan dapat
menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar
serta proses pengembangan lebih lanjut dalam penerapannya di kehidupan sehari-
hari. Penting sekali bagi setiap guru untuk memahami sebaik-baiknya tentang
proses belajar siswa agar dapat memberikan bimbingan dan menyediakan
lingkungan belajar yang tepat dan serasi bagi siswa (Oemar,2010).
Sebagaimana tujuan pembelajaran biologi yaitu meningkatkan
kemampuan berpikir analitis, induktif, dan deduktif dengan menggunakan konsep
dan prinsip biologi. Pada abad ini, diperlukan sumber daya manusia dengan
kualitas tinggi yang memiliki keahlian yaitu mampu bekerja sama, berpikir tingkat
tinggi, kreatif, terampil, memahami berbagai budaya, mampu berkomunikasi, dan
mampu belajar sepanjang hayat. Kemampuan tersebut diperlukan untuk
menghadapi perubahan dan memecahkan permasalahan yang terjadi di
lingkungan.
Akan tetapi, dalam praktiknya pembelajaran biologi di sekolah memiliki
problematika yang cukup pelik dan tidak ada habisnya. Permasalahan-
permasalahan tersebut datang dari guru, pihak sekolah, pihak pemerintah maupun
siswa itu sendiri. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dikaji berbagai sumber
permasalahan dalam pembelajaran biologi sehingga diharapkan dapat
merumuskan solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, berikut ini
dipaparkan rumusan masalah dalam makalah :
(1) Bagaimana problematika pembelajaran Sains-Biologi ditinjau dari sudut
pandang guru dan pihak sekolah ?
(2) Bagaimana problematika pembelajaran Sains-Biologi ditinjau dari sudut
pandang siswa ?
(3) Bagaimana problematika pembelajaran Sains-Biologi ditinjau dari sudut
pandang pemerintah ?

1.3 Tujuan Makalah


Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, berikut ini
dipaparkan tujuan penulisan makalah :
(1) Mengidentifikasi problematika pembelajaran Sains-Biologi ditinjau dari
sudut pandang guru dan pihak sekolah
(2) Mengidentifikasi problematika pembelajaran Sains-Biologi ditinjau dari
sudut pandang siswa
(3) Mengidentifikasi problematika pembelajaran Sains-Biologi ditinjau dari
sudut pandang pemerintah.

BAB II
ISI

Permasalah pembelajaran biologi di Indonesia memang


sangat pelik dan tidak akan pernah ada habisnya. Dalam
makalah ini akan dikaji mengenai analisis permasalahan
pembelajaran biologi dari pelbagai sudut pandang dan arah
datangnya sumber permasalahan, yakni guru, siswa, pihak
sekolah, dan pemerintah. Kajian dalam bagian ini, terbatas pada
ragam sumber permasalahan, jenjang pendidikan, dan rumusan
solusi yang diharapkan mampu menjadi titik awal untuk
memperbaiki pola dan tata aturan pembelajaran biologi,
sehingga Indonesia mampu menciptakan Sumber Daya Manusia
(SDM) yang unggul, khususnya dalam bidang biologi. Berikut ini
adalah penjelasan mengenai masalah-masalah yang umum
terjadi dalam pembelajaran biologi di Indonesia.

2.1 Sudut Pandang Guru dan Pihak Sekolah


Guru adalah salah satu komponen pendidikan yang
penting, dimana guru adalah fasilitator sekaligus expert (ahli)
yang paling nyata di dalam kelas. Meskipun saat ini
pembelajaran sains tidak selalu dari guru, akan tetapi guru tetap
harus memiliki pengetahuan yang lebih dari siswanya. Akan
tetapi, masih bermunculan permasalahan-permasalahn yang
berasal dari pihak guru dan tenaga pendidik. Berikut ini adalah
permasalahan pembelajaran biologi yang sumber masalahnya
datang dari pihak guru.

1. Metode Pembelajaran Guru

Mayoritas guru biologi cenderung menggunakan metode


ceramah dalam membelajarkan siswa materi biologi. Metode
ceramah sebenarnya tidak sepenuhnya buruk. Hal ini dapat
dibuktikan bahwa metode ceramh yang berimbang dan kreatif
akan menjadi pembelajaran yang bermakna dan berkesan
bagi siswa, sehingga dapat menciptakan long term memory
(memori jangka panjang). Akan tetapi, pada sisi yang lain,
metode ceramah adalah metode yang kurang tepat untuk
membelajarkan materi biologi. Hal ini dikarenakan biologi
adalah ilmu yang berkaitan dengan kehidupan makhluk hidup
dan alam, yang seharusnya menjadi sebuah kewajiban bagi
guru untuk melihat langsung kondisi alam dan proses biologis
yang sebenarnya. Guru hendaknya melakukan variasi media
ajar dan cara mengajar, misalnya dengan melakukan
praktikum, menayangkan video, maupun dengan
pembelajaran berbasis masalah yang dieksekusi secara
kooperatif. Hal ini akan lebih membantu guru dan siswa untuk
memahami materi biologi yang ada di buku pegangan para
siswa (Sagala,2004)

Pemecahan masalah paling mendasar dengan kemauan


yang datang dari individu masing-masing guru yang
seharusnya memiliki tolok ukur keberhasilan mengajar yang
baku dan mau mengevaluasi kinerja diri sendiri, salah satunya
dengan menggunakan rerata prestasi siswa di kelas yang
dapat dijadikan salah satu koreksi bagi guru tentang
keberhasilannya dalam mengajar berkaitan dengan daya
serap siswa terhadap materi yang diajarkan. Cara lain yang
dapat dilakukan yakni dengan optimalisasi pelatihan terhadap
guru yang dilakukan oleh pemerintah, misalnya pemerintah
perlu mensosialisasikan lesson study dan active learning serta
pelatihan untuk guru, sehingga guru memiliki kapabilitas
untuk memahami dan mampu menerapkan active learning
maupun lesson study, sehingga diharapkan akan menambah
pengetahuan guru tentang pendekatan dan model
pembelajaran yang bisa diterapkan dalam hal pembelajaran
biologi di semua jenjang pendidikan (Suriasumantri,1990).
Guru juga perlu akif mengikuti pelatihan tentang model serta
pendekatan pembelajaran yang seringkali diadakan oleh
pemerintah dan bekerja sama dengan perguruan tinggi. Jika
guru sudah lebih memahami teori-teori dan contoh variasi
pendekatan, model, dan gaya mengajar diharapkan guru
mampu menempatkan dirinya sebagai fasilitator, dimana
masalah dalam pembelajaran harus dicari solusinya secara
bersama-sama oleh siswa yang diperkuat oleh guru.

2. Kemampuan Aplikasi IPTEK dan Teknologi


Pembelajaran Masa Kini
Guru perlu membelajarkan siswa berlandaskan IPTEK dan
menguasai perkembangan teknologi belajar masa kini. Guru di
Indonesia masih banyak yang belum menguasai IPTEK sebagai
bagian dari alat bantu dalam mengajar. Guru masih
beranggapan bahwa dengan kapur dan papan tulis saja masih
bisa mengajar, mengapa harus menggunakan IPTEK yang
masih butuh proses untuk belajar. Apalagi, bagi guru generasi
tua yang pada umumnya sudah malas dan tidak telaten
dalam mempelajari IPTEK. Mengubah mindset memang sulit
tetapi, perlahan pasti akan bisa dengan fasilitas yang
ditunjang oleh pemerintah maupun pihak sekolah
(Sagala,2004)
IPTEK memang terus berkembang dan memiliki karakter
perkembangan yang sangat cepat dan dinamis.
Perkembangan IPTEK yang sedemikian cepat itulah yang
harus disikapi guru secara positif. Guru hendaknya mampu
membangun mental pendidik yang modern bukan pendidik
yang ortodoks. Guru masa kini memang wajib memberikan
pembelajaran kepada siswa dengan media-media yang
melibatkan IPTEK, misalnya dengan optimalisasi penggunaan
komputer, aplikasi pembelajaran, ataupun media sosial yang
dapat dijadikan alat bantu untuk berkomunikasi dengan siswa
maupun orang tua siswa.
Contoh penggunaan IPTEK dalam pembelajaran biologi
adalah dengan menayangkan materi melalui media power
point, video, maupun yang lainnya. Guru juga bisa membuat
sendiri kreasi media pembelajaran yang dapat
membangkitkan semangat belajar siswa, misalnya dengan
gambar poster digital yang menarik. Guru juga bisa
menggunakan media sosial untuk menjalin komunikasi
dengan siswa di luar jam sekolah dan sekaligus dapat
memberikan tugas serta mengevaluasi siswa secara online di
luar evaluasi dan tugas yang diberikan saat tatap muka.
Dengan demikian, pembelajaran biologi akan semakin
menarik dan bukan menjadi pelajaran yang hanya membuat
siswa mengantuk dan malas untuk belajar biologi.
3. Pengembangan Pembinaan Psikologi dan Kecerdasan
Siswa
Berdasarkan teori kecerdasan ganda (multiple intelligence)
dijelaskan bahwa siswa memiliki banyak macam kecerdasan
dalam dirinya yang bisa menjadi potensi yang dapat
berdampak positif pada siswa jika setiap lini kecerdasan yang
dimiliki oleh siswa terfasilitasi dengan baik. Peran guru dalam
pengembangan kecerdasan siswa memang dirasakan masih
sangat kurang, karena banyak guru di lapangan yang tidak
mengenali siswanya dan tidak membantu siswanya untuk
mengenali dirinya, setidaknya selama dalam durasi jam
sekolah. Guru seharusnya memiliki kemampuan untuk
membaca kecerdasan siswanya yang sangat beragam dalam
diri siswa, sehingga guru mampu memetakan kecerdasan
siswanya berdasarkan keragaman kecerdasan yang dimiliki
oleh siswa itu sendiri. Akan tetapi guru biasanya cenderung
malas untuk mengetahui potensi siswanya sehingga potensi
siswa banyak yang kurang tergali dan akibatnya siswa juga
sulit untuk mengembangkan dirinya (Desmita,2009).
Guru juga berfungsi sebagai seorang konselor. Meskipun,
guru biologi bukanlah guru bimbingan konseling, akan tetapi
perlu bagi seorang guru mengerti psikologi peserta didik. Guru
harus paham perkembangan jiwa peserta didik. Hal inilah
yang dirasa kurang pada guru Indonesia, khususnya pula
terhadap guru biologi. Banyak guru biologi yang masih dalam
egosentrisnya, bahwa kondisi kejiwaan siswa hanya bisa
dipahami oleh guru bimbingan konseling. Akan tetapi,
sebenarnya hal itu keliru dan perlu dibenahi.
4. Fasilitas Sekolah
Tidak dapat dipungkiri jika pembelajaran biologi
memerlukan fasilitas sekolah yang sangat memadai, misalnya
laboratorium yang lengkap dan sarana belajar lain yang
lengkap pula. Akan tetapi, masih banyak sekolah yang pada
saat ini belum memenuhi kriteria tersebut, hal ini dikarenakan
kurang optimalnya distribusi dan alokasi dana pembangunan
fasilitas sekolah yang menunjang pembelajaran biologi,
misalnya laboratorium, kebun peraga, dan lain-lain.
Sebenarnya, anggaran untuk pendidikan di Indonesia sudah
cukup banyak dan bahkan menduduki presentase tertinggi
dibandingkan kementerian lainnya. Hal ini seharusnya
dioptimalkan untuk membangun pendidikan dalam negeri
hingga ke seluruh wilayah di Indonesia. Akan tetapi, proses
penganggaran ini seringkali diwarnai dengan praktik
Korupsi,Kolusi, dan Nepotisme (KKN) yang menghambat dan
mempersulit urusan pembangunan fasilitas sekolah
(Sagala,2004).
Kondisi-kondisi seperti ini tentu saja tidak boleh dibiarkan,
mengingat fasilitas itu sangatlah penting dan dibutuhkan oleh
guru maupun siswa untuk menunjang pembelajaran,
khususnya pembelajaran di bidang biologi. Dapat
dibayangkaan jika pada saat mengamati anatomi daun,
ketersediaan mikroskop cahaya sangat minim dan alat peraga
anatomi daun juga tidak tersedia, maka akan sulit bagi siswa
untuk memahami materi yang sedang dipelajari.
Solusi untuk masalah fasilitas ini cukup sulit dilakukan. Hal
ini dikarenakan masalah fasilitas tidak hanya melibatkan satu
pihak saja, akan tetapi, banyak pihak yang akan terlibat,
misalnya pihak sekolah, dinas pendidikan kabupaten, dinas
pendidikan provinsi, hingga pada kementerian pendidikan dan
kebudayaan atau kementerian riset, teknologi, dan pendidikan
tinggi. Tindakan pelanggaran yang terkait dengan KKN atau
penyalahgunaan anggaran memang perlu ditindak dengan
tegas, baik secara preventif maupun represeif. Secara
preventif memang diperlukan peran dari komite sekolah untuk
melakukan kerjasama sekaligus kontrol dalam pembangunan
fasilitas belajar siswa di sekolah. Akan tetapi, jika memang
sudah terjadi pelanggaran, maka tindakan hukum adalah
tindakan represif yang dapat dilakukan.

2.2 Sudut Pandang siswa

Siswa adalah komponen sekolah yang juga dapat menjadi titik


tolak sumber permasalahan dalam pembelajaran biologi.
Permasalahan ini juga yang harus diselesaikan dan ditemukan
solusinya, mengingat siswa adalah subjek sekaligus objek belajar
yang amat sangat penting untuk dibangun dan ditingkatkan
kualitasnya. Berikut ini adalah permasalahan pembelajaran
biologi yang bersumber dari siswa.

1. Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan Minat


Belajar Siswa
Tidak dapat dipungkiri jika siswa berasal dari latar
belakang yang bermacam-macam dan kualitas dasar yang
beragam pula. Hal ini seringkali memicu permasalahan dan
kesenjangan di lingkup suatu sekolah yang sama.
Permasalahan ini timbul karena kualitas siswa yang berbeda
dari sisi kecerdasan awal yang kadangkala menyulitkan guru
dalam melakukan penyampaian pembelajaran. Hal ini
sebenarnya bukan masalah yang paling pelik karena
kecerdasan sendiri dapat ditingkatkan ketika minat belajar
siswa meningkat. Hal kecil saja dalam pembelajaran biologi,
siswa masih sering menganggap pelajaran biologi adalah
pelajaran menghafal dan kurang menarik, sehingga minat
belajar siswa terhadap mata pelajaran biologi cenderung
rendah. Hal ini merupakan pekerjaan rumah bagi guru untuk
memberikan inovasi pembelajaran bagi siswa (Sagala,2004)
Akan tetapi, terkadang minat belajar yang rendah bukan
hanya dipengaruhi oleh cara mengajar guru saja, akan tetapi
juga dipengaruhi oleh kultur dan latar belakang siswa yang
terkadang pemalas dan kurang mementingkan pendidikan
sebagai bekal hidupnya. Bahkan ada suatu golongan siswa
yang menjadikan sekolah hanya sebagai rutinitas bukan
sebagai kebutuhan dan ladang untuk belajar. Hal inilah yang
kadang menjadi masalah di kelas, dimana tanda umum yang
terjadi adalah siswa mulai tidak menghargai gurunya, siswa
tidak memiliki niat untuk belajar, dan siswa seringkali tidak
mengerjakan tugas dari guru.
Solusi dari hal ini adalah dengan konseling siswa dan
pendampingan yang lebih intensif. Siswa bisa ditanya dan
diberi pengertian bahwa sekolah itu penting dan khususnya
belajar biologi juga penting. Bisa pula dengan mendatangi
orang tua agar mengetahui kultur di lingkungan rumah dan
pola didik orang tua terhadap anaknya. Hal yang lebih penting
lagi, yakni menghidupkan fungsi kesiswaan komite sekolah
untuk menjembatani permasalahan antara siswa dengan guru
atau dapat pula dengan sesekali memberikan atau
mengadakan seminar kecil tentang cara meningkatkan
semangat belajar anak di rumah dan seminar parenting
lainnya. Hal ini tentu saja tidak mampu menyelesaikan
masalah secara instan. Akan tetapi, hal ini adalah upaya yang
baik yang dapat difasilitasi oleh pihak sekolah untuk
mempererat hubungan antar komponen sekolah, sehingga
pembelajaran di sekolah akan lebih kondusif dan tujuan
belajar akan tercapai dengan baik (Desmita,2009)

2.3 Sudut Pandang Pemerintah


Pemerintah adalah pemangku kebijakan yang sangat
penting dalam hal arah pola pendidikan nasional secara umum
dan pelaksanaan teknis pembelajaran biologi secara khusus di
sekolah-sekolah. Pemerintah juga seringkali menimbulkan
masalah dan berimbas pada pelaksanaan pembelajaran di
sekolah. Masalah yang masuk dalam ranah pemerintah
sebenarnya bukan hanya masalah yang ditimbulkan oleh internal
pemerintah sendiri, misalnya maraknya praktik KKN,
penyelewengan kebijakan, dan masalah anggaran. Hanya saja
masalah di pemerintah juga masalah yang besar dan merupakan
akumulasi dari masalah yang terjadi dalam tataran pelaksana
yang lebih rendah. Ada kekhususan pula untuk kompleksitas
masalah di Indonesia, yakni rumitnya kondisi geografis yang
seringkali menyulitkan pemerintah untuk mengontrol
pelaksanaan pendidikan di tingkat daerah. Selain itu,
pembangunan pendidikan dan sarana belajar masih
terkonsentrasi pada kota-kota besar dan umumnya di Pulau Jawa.
Jadi, ada kesenjangan kualitas belajar di Jawa dan di luar Jawa.
Sebagai contoh saja, saya adalah seorang pelajar yang pernah
mengenyam pendidikan di Jawa dan luar Jawa. Saya merasa
sangat kaget dengan kesenjangan yang ada. Misalnya, saya saat
masih duduk di bangku sekolah dasar untuk pembelajaran
mengenai sistem fisiologi dasar manusia telah dikenalkan sejak
kelas 2 dan saat saya mengenyam pendidikan di luar Jawa saya
harus mengulang materi yang sama di bangku kelas 4 dan
setelah saya bertanya kepada guru yang mengajar, guru
menyatakan bahwa sekolah sengaja mengubah silabus untuk
menyesuaikan dengan perkembangan siswa di sekolah tersebut
karena masukan awal pada saat kelas 1 umumnya para siswa
tidak mengalami pendidikan pra sekolah dan kondisi sosio
kultural orang tua yang rata-rata kurang memperhatikan
pendidikan anaknya karena beranggapan sekolah tidak penting
meskipun secara finansial para orang tua rata-rata mampu
menyekolahkan putra putrinya dimana saja dan dengan sekolah
model apa saja.

Bertolak dari kasus tadi, disinilah masalah yang juga


sebenarnya dihadapi oleh pemerintah dalam mewujudkan sadar
sekolah dan sekaligus meningkatkan sarana prasarana belajar di
sekolah yang terletak di pelbagai daerah. Tidak cukup sampai
disitu saja, pemerintah pusat harus berkoordinasi antar
kementerian dan dalam setiap kementerian juga harus
mengadakan koordinasi serta check and balances dengan
pemerintah daerah, misalnya mengenai sertifikasi guru,
pengadaan dana bantuan, pengadaan alat peraga, dan
pembangunan fisik sekolah dan laboratorium sekolah. Selain itu,
pemerintah juga wajib memberikan model kurikulum yang
seragam dan baku. Hal ini perlu dikritisi mengingat kurikulum di
Indonesia terlalu sering berubah dengan alasan mengikuti
perkembangan zaman. Bersikap dinamis dalam bidang
pendidikan memang penting, akan tetapi pemerintah harus bisa
mengontrol dinamisasi itu dengan membuat kurikulum yang
memuat pembelajaran yang praktis dan mendalam, sehingga
siswa dan guru tidak menjadi bingung dengan perubahan
kurikulum yang terus menerus, sehingga pendidikan Indonesia
tidak menjadi pendidikan yang bingung dan tanpa arah. Selain
itu, perubahan kurikulum dan kebijakan pendidikan tidak boleh
dilakukan berdasarkan nafsu politik praktis dan pergantian
menteri saja. Akan tetapi, harus lebih berimbang dan memang
sesuai dengan perkembangan zaman (Sanjaya,2008).
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pada Bab II telah dipaparkan secara rinci penjelasan
tentang (1) problematika pembelajaran biologi dari sudut
pandang guru dan pihak sekolah (2) problematika pembelajaran
biologi dari sudut pandang siswa dan (3) problematika
pembelajaran biologi dari sudut pandang pemerintah.
Berdasarkan pembahasan tersebut dapat dikemukakan simpulan
sebagai berikut.
(1) problematika pembelajaran Sains-Biologi dari sudut
pandang guru meliputi metode pembelajaran, aplikasi
IPTEK dalam pembelajaran, pengembangan psikologis dan
kecerdasan siswa serta fasilitas penunjang pembelajaran
(2) problematika pembelajaran Sains-Biologi dari sudut
pandang siswa antara lain masalah SDM dan minat belajar
siswa
(3) problematika pembelajaran Sains-Biologi dari sudut
pandang pemerintah berkaitan dengan kebijakan-kebijakan
pemerintah yang mempengaruhi teknis pelaksanaan
pembelajaran.
3.2 Saran
Berdasarkan pada simpulan yang telah dikemukakan di
atas, ada beberapa saran yang ditujuka, antara lain sebagai
berikut.
(1)Kajian makalah lebih diperdalam dan menggunakan
sumber pustaka yang lebih banyak sebagai landasan teori
(2)Perlu diadakan observasi dan penelitian lanjutan, misalnya
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) untuk melakukan validasi
terhadap masalah yang ada dan agar mempermudah
dalam menemukan solusinya.

Daftar Rujukan

Desmita.2009.Psikologi Perkembangan Peserta


Didik.Bandung:PT.Rosda Karya
Sagala, S. 2004, Manajemen Berbasis Sekolah dan Masyarakat
Strategi Memenangkan
Persaingan Mutu. Jakarta : Ninas Multima
Suriasumantri, J.S. 1990. Filsafat Ilmu : Sebuah Pengantar
Populer. Jakarta : Penerbit Sinar
Harapan
Sanjaya, Wina. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta :
Penerbit Kencana Prenada
Media Group

Anda mungkin juga menyukai