Anda di halaman 1dari 12

KONSEP TRAUMA MATA

(KIMIA, TUMPUL, TAJAM)

Disusun oleh :

PUTRI MUSWINDA
1150013025

PRODI DIII KEPERAWATAN (III A)

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA

2014
BAB I

TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI
Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak yang
menimbulkan perlukaan mata dan merupakan kasus gawat darurat
mata.Perlukaan yang ditimbulkan dapat ringan sampai berat atau
menimbulkan kebutaan bahkan kehilangan mata(Sidarta, 2005).
Trauma mata adalah kondisi mata yang mengalami trauma
(rudapaksa) baik oleh zat kimia maupun oleh benda keras dan tajam
(Anas, 2010).
Klasifikasi trauma mata :
a. Trauma Tumpul : trauma pada mata akibat benturan mata dengan
benda yang relatif besar, tumpul, keras maupun tidak keras. Taruma
tumpul dapat menyebabkan cedera perforasi dan non perforasi. Trauma
tumpul pada mata dapat mengenai organ eksterna (orbita dan palpebra)
atau interna (konjungtiva, kornea, iris atau badan silier, lensa, korpus
vitreus, retina dan nervus optikus (N.II).
b. Trauma Tajam: trauma pada mata akibat benda tajam atau benda asing
yang masuk ke mata.
c. Trauma Kimia/Khemis
Trauma Kimia Asam: trauma pada mata akibat substansi yang
bersifat asam.
Trauma Kimia Basa: trauma pada mata akibat substansi yang
bersifat basa.

B. ETIOLOGI
Trauma mata dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya :
a. Trauma tumpul disebabkan akibat benturan mata dengan benda yang
relatif besar, tumpul, keras maupun tidak keras misalnya terpukul, kena
bola tenis, atau shutlecock, membuka tutup botol tidak dengan alat,
ketapel.
b. Trauma tajam (penetrating injuries) disebabkan benda tajam atau
benda asing yang masuk ke mata seperti kaca, logam, atau partikel
kayu berkecepatan tinggi, percikan proses pengelasan, dan peluru.
c. Trauma Khemis disebabkan akibat substansi yang bersifat asam dan
alkali yang masuk ke mata.
Trauma kimia asam, misalnya cuka, bahan asam dilaboratorium
(asam sulfat, asam hidroklorida, asam nitrat, asam asetat, asam
kromat, asam hidroflorida).
Trauma kimia basa, misalnya sabun cuci, shampo, bahan
pembersih lantai, kapur, lem perekat.

C. PATOFISIOLOGI
Kerusakan akibat trauma tumpul dapat mengenai kelopak mata dan
struktur mata bagian luar sehingga mengakibatkan hematoma kelopak.
Jika trauma menembus ke bagian konjugtiva, maka kemungkinannya akan
terjadi hematoma subkonjugtiva akibat pecahnya pembuluh darah sebagai
akibat terkena hantaman benda tumpul dan keras.
Kerusakan yang diakibatkan trauma tajam/tembus akan lebih parah
lagi karena melibatkan kerusakan hingga bagian dalam struktur dan
jaringan mata. Kondisi ini biasanya sampai merusak fungsi mata dan
kerusakannya permanen (dapat disembuhkan hanya melalui operasi).
Gangguan mata akibat trauma tajam juga beragam, tergantung pada organ
mata yang terkena dan seberapa besar kerusakannya.
Sedangkan pada trauma khemis/ kimia, jika traumanya akibat asam
biasanya hanya akan menyebabkan kerusakan pada bagian
permukaan/superfisial saja karena terjadi pengendapan dan penggumpalan
bahan protein permukaan. Namun pada trauma akibat basa/alkali,
kerusakan yang diakibatkan bisa gawat karena alkali akan menembus
kornea dengan cepat lalu ke bilik mata depan sampai pada jaringan retina.
Bahan alkali dapat merusak kornea dan retina karena bahan alkali bersifat
mengkoagulasi sel sehingga akan menghancurkan jaringan kolagen kornea
sehingga memperparah kerusakan kornea hingga ke retina.

D. MANIFESTASI KLINIS
1. Trauma Tumpul
a. Rongga Orbita : suatu rongga yang terdiri dari bola mata dan 7 ruas
tulang yang membentuk dinding orbita (lakrimal, ethmoid, sfenoid,
frontal, maksila, platinum dan zigomatikus.Jika pada trauma
mengenai rongga orbita maka akan terjadi fraktur orbita, kebutaan
(jika mengenai saraf), perdarahan didalam rongga orbita, gangguan
gerakan bola mata.
b. Palpebra : Kelopak atau palpebra mempunyai fungsi melindungi
bola mata, serta mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang
membentuk film air mata di depan komea. Palpebra merupakan
alat menutup mata yang berguna untuk melindungi bola mata
terhadap trauma, trauma sinar dan pengeringan bola mata. Kelopak
mempunyai lapis kulit yang tipis pada bagian depan sedang di
bagian belakang ditutupi selaput lendir tarsus yang disebut
konjungtiva tarsal. Gangguan penutupan kelopak (lagoftalmos)
akan mengakibatkan keringnya permukaan mata sehingga terjadi
keratitis. Jika pada palpebra terjadi trauma tumpul maka akan
terjadi hematom, edema palpebra yang dapat menyebabkan
kelopak mata tidak dapat membuka dengan sempurna (ptosis),
kelumpuhan kelopak mata (lagoftalmos/tidak dapat menutup secara
sempurna).
c. Konjungtiva : Konjungtiva merupakan membran yang menutupi
sklera dan kelopak bagian belakang. Konjungtiva mengandung
kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel Goblet.Musin berfungsi
membasahi bola mata terutama kornea. Edema, robekan pembuluh
darah konjungtiva (perdarahan subkonjungtiva) adalah tanda dan
gejala yang dapat terjadi jika konjungtiva terkena trauma.
d. Kornea : Kornea (Latin cornum-seperti tanduk) adalah selaput
bening mata, bagian selaput mata yang tembus cahaya, merupakan
lapis jaringan yang menutup bola mata sebelah depan dan terdiri
dari beberapa lapisan. Dipersarafi oleh banyak saraf. Edema
kornea, penglihatan kabur, kornea keruh, erosi/abrasi, laserasi
kornea tanpa disertai tembusnya kornea dengan keluhan nyeri yang
sangat, mata berair, fotofobi adalah tanda dan gejala yang dapat
muncul akibat trauma pada kornea.
e. Iris atau badan silier : merupakan bagian dari uvea. Pendarahan
uvea dibedakan antara bagian anterior yang diperdarahi oleh 2
buah arteri siliar posterior longus yang masuk menembus sklera di
temporal dan nasal dekat tempat masuk saraf optik dan 7 buah
arteri siliar anterior, yang terdapat 2 pada setiap otot superior,
medial inferior, satu pada otot rektus lateral. Arteri siliar anterior
dan posterior ini bergabung menjadi satu membentuk arteri
sirkularis mayor pada badan siliar.Uvae posterior mendapat
perdarahan dari 15 - 20 buah arteri siliar posterior brevis yang
menembus sklera di sekitar tempat masuk saraf optik. Hifema
(perdarahan bilik mata depan), iridodialisis (iris terlepas dari
insersinya) merupakan tanda patologik jika trauma mengenai iris.
f. Lensa : Lensa merupakan badan yang bening. Secara fisiologik
lensa mempunyai sifat tertentu, yaitu: Kenyal atau lentur karena
memegang peranan terpenting dalam akomodasi untuk menjadi
cembung, jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media
penglihatan, terletak di tempatnya. Secara patologik jika lensa
terkena trauma akan terjadi subluksasi lensa mata (perpindahan
tempat).
g. Korpus vitreus : perdarahan korpus vitreus.
h. Retina : Retina adalah suatu membran yang tipis dan bening, terdiri
atas penyebaran daripada serabut-serabut saraf optik. Letaknya
antara badan kaca dan koroid. Letaknya antara badan kaca dan
koroid.1,2 Bagian anterior berakhir pada ora serata. Dibagian
retina yang letaknya sesuai dengan sumbu penglihatan terdapat
makula lutea (bintik kuning) kira-kira berdiameter 1 - 2 mm yang
berperan penting untuk tajam penglihatan.Ditengah makula lutea
terdapat bercak mengkilat yang merupakan reflek fovea. Secara
patologik jika retina terkena trauma akan terjadi edema makula
retina, ablasio retina, fotopsia, lapang pandang terganggu dan
penurunan tekanan bola mata.
i. Nervus optikus : N.II terlepas atau putus (avulsio) sehingga
menimbulkan kebutaan

2. Trauma Tajam
a. Orbita : kebutaan, proptosis (akibat perdarahan intraorbital),
perubahan posisi bola mata.
b. Palpebra : ptosis yang permanen (jika mengenai levator
apoeurosis).
c. Saluran lakrimal: gangguan sistem eksresi air mata.
d. Konjungtiva : robekan konjungtiva, perdarahan subkonjungtiva.
e. Sklera : pada luka yang agak besar akan terlihat jaringan uvea (iris,
badan silier dan koroid yang berwarna gelap).
f. Kornea, iris, badan silier, lensa, korpus vitreus : laserasi kornea
yang disertai penetrasi kornea, prolaps jaringan iris, penurunan
TIO, adanya luka pada kornea, edema.
g. Koroid dan kornea : luka perforasi cukup luas pada sklera,
perdarahan korpus vitreus dan ablasi retina.

3. Trauma Kimia
a. Asam.
Kekeruhan pada kornea akibat terjadi koagulasi protein epitel
kornea.
b. Basa/Alkali.
1) Kebutaan.
2) Penggumpalan sel kornea atau keratosis.
3) Edema kornea.
4) Ulkus kornea.
5) Tekanan intra ocular akan meninggi.
6) Hipotoni akan terjadi bila terjadi kerusakan pada badan siliar.
7) Membentuk jaringan parut pada kelopak.
8) Mata menjadi kering karena terjadinya pembentukan jaringan
parut pada kelenjar asesoris air mata.
9) Pergerakan mata menjadi terbatas akibat terjadi simblefaron
pada konjungtiva bulbi yang akan menarik bola mata.
10) Lensa keruh diakibatkan kerusakan kapsul lensa.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Fisik : dimulai dengan pengukuran dan pencatatan
ketajaman penglihatan.
2. Slit lamp : untuk melihat kedalaman cedera di segmen anterior bola
mata.
3. Tes fluoresin : digunakan untuk mewarnai kornea, sehingga cedera
kelihatan jelas.
4. Tonometri : untuk mengetahui tekakan bola mata. nilai normal tekanan
bola mata (normal 12-25 mmHg).
5. Pemeriksaan fundus yang di dilatasikan dengan oftalmoskop indirek :
untuk mengetahui adanya benda asing intraokuler.
6. Tes Seidel : untuk mengetahui adanya cairan yang keluar dari mata.
Tes ini dilakukan dengan cara memberi anastesi pada mata yaang akan
diperiksa, kemudian diuji pada strip fluorescein steril. Penguji
menggunakan slit lamp dengan filter kobalt biru, sehingga akan terlihat
perubahan warna strip akibat perubahan pH bila ada pengeluaran
cairan mata.
7. Pemeriksaan ct-scan dan USG B-scan : digunakan untuk mengetahui
posisi benda asing.
8. Electroretinography (ERG) : untuk mengetahui ada tidaknya
degenerasi pada retina.
9. Kartu snellen : pemeriksaan penglihatan dan penglihatan sentral
mungkin mengalami penurunan akibat dari kerusakan kornea, vitreous
atau kerusakan pada sistem suplai untuk retina.
10. Kalau perlu pemeriksaan tonometri Schiotz, perimetri, gonioskopi, dan
tonografi, maupun funduskopi
11. Pemeriksaan dengan menggunakan optalmoskop: mengkaji struktur
internal dari okuler, papiledema, retina hemoragi.
12. Pemeriksaan Radiologi : Pemeriksaan radiology pada trauma mata
sangat membantu dalam menegakkan diagnosa, terutama bila ada
benda asing .Pemeriksaan ultra sonographi untuk menentukan
letaknya, dengan pemeriksaan ini dapat diketahui benda tersebut pada
bilik mata depan, lensa, retina.pemeriksaan radiologi pada trauma mata
sangat membantu dalam menegakkan diagnosa, terutama bila ada
benda asing.
13. Kertas Lakmus : pada pemeriksaan ini sangat membantu dalam
menegakkan diagnosa trauma asam atau basa.
14. Pemeriksaan Laboratorium, seperti : SDP, leukosit, kultur,
kemungkinan adanya infeksi sekunder.

F. DIFERENSIAL DIAGNOSIS
Beberapa penyakit yang menjadi diagnosis banding trauma kimia
pada mata, terutama yang disebabkan oleh basa atau alkali antara lain
konjungtivitis, konjugtivitis hemoragik akut, keratokunjugtivitis sicca,
ulkus kornea, dan lain-lain.

G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada trauma mata bergantung pada berat
ringannya trauma ataupun jenis trauma itu sendiri. Namun demikian ada
empat tujuan utama dalam mengatasi kasus trauma okular adalah
memperbaiki penglihatan, mencegah terjadinya infeksi, mempertahankan
struktur dan anatomi mata, mencegah sekuele jangka panjang. Trauma
kimia merupakan satu-satunya jenis trauma yang tidak membutuhkan
anamnesa dan pemeriksaan secara teliti. Tatalaksana trauma kimia
mencakup:
1. Penatalaksanaan Emergency
a. Irigasi merupakan hal yang krusial untuk meminimalkan durasi
kontak mata dengan bahan kimia dan untuk menormalisasi pH
pada saccus konjungtiva yang harus dilakukan sesegera mungkin.
Larutan normal saline (atau yang setara) harus digunakan untuk
mengirigasi mata selama 15-30 menit samapi pH mata menjadi
normal (7,3). Pada trauma basa hendaknya dilakukan irigasi lebih
lama, paling sedikit 2000 ml dalam 30 menit. Makin lama makin
baik. Jika perlu dapat diberikan anastesi topikal, larutan natrium
bikarbonat 3%, dan antibiotik. Irigasi dalam waktu yang lama lebih
baik menggunakan irigasi dengan kontak lensa (lensa yang
terhubung dengan sebuah kanul untuk mengirigasi mata dengan
aliran yang konstan.
b. Double eversi pada kelopak mata dilakukan untuk memindahkan
material yang terdapat pada bola mata. Selain itu tindakan ini dapat
menghindarkan terjadinya perlengketan antara konjungtiva
palpebra, konjungtiva bulbi, dan konjungtiva forniks.
c. Debridemen pada daerah epitel kornea yang mengalami nekrotik
sehingga dapat terjadi re-epitelisasi pada kornea.
Selanjutnya diberikan bebat (verban) pada mata, lensa kontak
lembek dan artificial tear (air mata buatan).
2. Penatalaksanaan Medikamentosa
Trauma kimia ringan (derajat 1 dan 2) dapat diterapi dengan
pemberian obat-obatan seperti steroid topikal, sikloplegik, dan
antibiotik profilaksis selama 7 hari. Sedangkan pada trauma kimia
berat, pemberian obat-obatan bertujuan untuk mengurangi inflamasi,
membantu regenerasi epitel dan mencegah terjadinya ulkus kornea.
a. Steroid bertujuan untuk mengurangi inflamasi dan infiltrasi
neutofil. Namun pemberian steroid dapat menghambat
penyembuhan stroma dengan menurunkan sintesis kolagen dan
menghambat migrasi fibroblas. Untuk itu steroid hanya diberikan
secara inisial dan di tappering off setelah 7-10 hari. Dexametason
0,1% ED dan Prednisolon 0,1% ED diberikan setiap 2 jam. Bila
diperlukan dapat diberikan Prednisolon IV 50-200 mg.
b. Sikloplegik untuk mengistirahatkan iris, mencegah iritis dan
sinekia posterior. Atropin 1% ED atau Scopolamin 0,25%
diberikan 2 kali sehari.
c. Asam askorbat mengembalikan keadaan jaringan scorbutik dan
meningkatkan penyembuhan luka dengan membantu pembentukan
kolagen matur oleh fibroblas kornea. Natrium askorbat 10%
topikal diberikan setiap 2 jam. Untuk dosis sitemik dapat diberikan
sampai dosis 2 gr.
d. Beta bloker/karbonik anhidrase inhibitor untuk menurunkan
tekanan intra okular dan mengurangi resiko terjadinya glaukoma
sekunder. Diberikan secara oral asetazolamid (diamox) 500 mg.
e. Antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi oleh kuman
oportunis. Tetrasiklin efektif untuk menghambat kolagenase,
menghambat aktifitas netrofil dan mengurangi pembentukan ulkus.
Dapat diberikan bersamaan antara topikal dan sistemik (doksisiklin
100 mg).
f. Asam hyaluronik untuk membantu proses re-epitelisasi kornea
dan menstabilkan barier fisiologis. Asam Sitrat menghambat
aktivitas netrofil dan mengurangi respon inflamasi. Natrium sitrat
10% topikal diberikan setiap 2 jam selama 10 hari. Tujuannya
untuk mengeliminasi fagosit fase kedua yang terjadi 7 hari setelah
trauma.

3. Pembedahan
a. Pembedahan Segera yang sifatnya segera dibutuhkan untuk
revaskularisasi limbus, mengembalikan populasi sel limbus dan
mengembalikan kedudukan forniks. Prosedur berikut dapat
digunakan untuk pembedahan:
Pengembangan kapsul Tenon dan penjahitan limbus bertujuan
untuk mengembalikan vaskularisasi limbus juga mencegah
perkembangan ulkus kornea.
Transplantasi stem sel limbus dari mata pasien yang lain
(autograft) atau dar donor (allograft) bertujuan untuk
mengembalikan epitel kornea menjadi normal.
Graft membran amnion untuk membantu epitelisasi dan
menekan fibrosis
b. Pembedahan Lanjut pada tahap lanjut dapat menggunakan
metode berikut:
Pemisahan bagian-bagian yang menyatu pada kasus
conjungtival bands dan simblefaron.
Pemasangan graft membran mukosa atau konjungtiva.
Koreksi apabila terdapat deformitas pada kelopak mata.
Keratoplasti dapat ditunda sampai 6 bulan. Makin lama makin
baik, hal ini untuk memaksimalkan resolusi dari proses
inflamasi.
Keratoprosthesis bisa dilakukan pada kerusakan mata yang
sangat berat dikarenakan hasil dari graft konvensional sangat
buruk.

H. KOMPLIKASI
1. Glaukoma
Kelainan yang diakibatkan oleh peningkatan tekanan intra okuler di
dalam bola mata sehingga lapang pandang mengalami gangguan dan
visus mata menurun.
2. Ablasi Retina
Akibat adanya robekan pada retina sehingga cairan kimia masuk ke
belakang dan mendorong retina atau terjadi penimbunan eksudat
dibawah retina sehingga retina terangkat.
3. Infeksi
Ini bisa terjadi apabila perawatan yang dilakukan tidak adekuat.

DAFTAR PUSTAKA
Wicaksono, 2013, Trauma Mata (Trauma Okuli),
http://emirzanurwicaksono.blog.unissula.ac.id/2013/06/12/trauma-mata-trauma-
oculi/, diakses pada 18 Nov 2014 14:00

Kurniawan, 2013, http://kurniawanedi09.blogspot.com/2013/04/babi-


pendahuluan-latar-belakang.html , diakses pada 18 Nov 2104 14:00

Yono, 2014, Asuhan Keperawatan Trauma Mata,


http://yonokomputer.com/2014/02/asuhan-keperawatan-trauma-mata/, diakses
pada 18 Nov 2014 18:00

Galih, 2013, Askep Trauma Mata, http://galanggalih.blogspot.com/2013/07/askep-


trauma-mata.html, diakses pada 18 Nov 2104 18:00

Anda mungkin juga menyukai