BAB I
PENDAHULUAN
Asal dari kebersihan pribadi adalah kembali ke zaman pra sejarah. Sejak air menjadi
bagian yang penting untuk kehidupan, orang pertama hidup dekat air dan mengetahui
properti kebersihan, sedikitnya bagaimana membilas lumpur ke tangan mereka.
Orang Yunani Kuno mandi untuk alasan estetika dan rupanya tidak
menggunakan sabun. Bahkan, mereka membersihkan tubuh mereka dengan balok lilin,
pasir, batu apung dan abu, juga meminyaki tubuh dengan minyak, menggesek
minyak dan kotoran pada peralatan metal yang disebut strigil. Mereka juga menggunakan
minyak dengan abu. Baju dicuci tanpa sabun di sungai.
Nama sabun berasal dari legenda Romawi Kuno, dari Gunung Sapo, dimana
binatang dikorbankan. Hujan membersihkan campuran dari lemak hewani cair
1
Desember, 2016 Industri Pembuatan
Sabun & Detergen
atau lemak dan abu kayu menjadi lilin di sepanjang Sungai Tiber. Para wanita berusaha
menemukan campuran lilin sebagai pembersih.
Orang Jerman Kuno dan Modern juga memjelajahi sabun yang terbuat dari lemak
dan abu, dan digunakan untuk mewarnai rambut mereka menjadi merah.
Ketika peradaban Romawi maju, dan mereka menjadi selalu mandi. Tempat mandi
Romawi yang pertama terkenal yang terdapat saluran air, dibangun sekitar tahun 312 SM.
Pada saat itu, mandi sangatlah mewah, dan mandi menjadi populer. Di abad-ke 2
Masehi, dokter Yunani (Galen) menganjurkan sabun dijadikan untuk pengobatan dan
pembersih.
Setelah musim gugur di Roma pada tahun 467 M, kebiasaan mandi menjadi menurun.
Kesehatan publik berganti-berganti di lakan Eropa memberikan pengaruh yang kuat.
Menurunnya kebersihan pribadi, berhubungan dengan kondisi kehidupan tanpa sanitasi
sehingga menambah berat dan menjadi wabah besar di Abad Pertengahan, dan khususnya
kematian hitam di abad ke-14. Namun, pada abad ke-17 kebersihan dan mandi mulai
kembali lagi menjadi kebiasaan di banyak tempat di Eropa. Masih ada tempat dimana
kebersihan pribadi tersisa penting di belahan dunia. Mandi harian adalah adat yang biasa
di Jepang saat Abad Pertengahan. Dan di Islandia, kolam hangat dengan air dari mata air
panas adalah tempat perkumpulan populer pada Sabtu sore.
Pembuatan sabun adalah keahlian yang tidak bisa dipungkiri di Eropa pada abad ke-
17. Serikat pekerja pembuat sabun terlindungi dalam perdagangan rahasia. Minyak
nabati dan hewani digunakan dengan arang tanaman, terus dengan pewangi. Secara
berangsur-angsur jenis sabun yang lebih banyak lagi disediakan untuk mencukur dan
mencuci rambut, juga mandi dan mencuci.
Italia, Spanyol dan Perancis adalah pusat manufaktur pertama sabun yang siap
menyediakan bahan mentah seperti minyak pohon zaitun. Orang Inggris mulai membuat
sabun pada saat abad ke-12. Bisnis sabun sangat baik pada tahun 1622, Raja James I
mengabulkan monopoli kepada pembuat sabun yaitu $100.000 pertahun. Pada abad ke-19,
sabun mempunyai pajak tertinggi sehingga menjadi barang mewah di beberapa negara.
2
Desember, 2016 Industri Pembuatan
Sabun & Detergen
Ketika pajak dihapuskan, sabun menjadi tersedia untuk orang biasa, dan standar kebersihan
meningkat.
Pembuatan sabun komersial di Amerika kolonial dimulai pada tahun 1608 dengan
mendatangkan beberapa pembuat sabun di kapal kedua dari Inggris untuk mencapai
Jamestown, Virginia. Akan tetapi, untuk beberapa tahun, pembuatan sabun pada dasarnya
adalah pekerjaan rumah tangga yang pada akhirnya, pembuat sabun profesional mulai biasa
mengumpulkan lemak dari rumah tangga, yang diubah menjadi beberapa sabun.
Langkah utama pembuatan sabun komersial skala besar terjadi pada tahun 1791
ketika kimiawan Perancis, Nicholas Leblanc menetapkan proses untuk membuat abu
soda atau sodium karbonat dari garam biasa. Abu soda adalah alkali yang terdapat dari abu
dikombinasikan dengan lemak menjadi bentuk sabun. Leblanc memproses hasil kuantitas
dari kualitas baik dari abu soda murah.
Ilmu pembuatan sabun modern lahir 20 tahun yang lalu, kemudian dengan
penjelajahan Michel Eugene Chevreul dan kimiawan Perancis lainnya, sabun terbuat
dari kimia alam dan lemak yang terkait, gliserin dan asam lemak. Penelitiannya
yang tidak bisa dipungkiri adalah dasar untuk lemak dan bahan kimia sabun.
Bahan kimia dari manufaktur sabun pada dasarnya sama sampai tahun 1916, ketika
deterjen sintetik pertama berkembang di Jerman. Pada Perang Dunia I kekurangan
3
Desember, 2016 Industri Pembuatan
Sabun & Detergen
lemak untuk membuat sabun. Diketahui sekarang dengan sederhana yaitu deterjen.
Deterjen sintetis adalah pembersih non-sabun dan produk pembersih yang menjadi
satu yang diambil dari jenis bahan mentah. Penjelajahan deterjen juga dilatar belakangi
oleh kebutuhan untuk alat kebersihan. Tidak seperti sabun, tidak dikombinasikan
antara garam mineral dengan air untuk membentuk sesuatu yang tidak dapat
dipecahkan dan diketahui itu merupakan dadih sabun.
Produksi deterjen rumah tangga di Amerika Serikat dimulai di awal tahun 1930-
an, tetapi tidak benar-benar dijalankan sampai akhir Perang Dunia II. Ketika perang
berhenti, persediaan lemak dan minyak dibutuhkan untuk alat kebersihan yang akan
bekerja di air laut yang kaya mineral dan di air dingin. Lebih lanjut merangsang untuk
meneliti deterjen.
Deterjen pertama digunakan untuk mencuci piring dan mencuci baju bahan lembut.
Perkembangan lebih lanjut, detergen digunakan untuk mencuci baju serba guna yang
muncul pada tahun 1946. Ketika pembuatan deterjen (yang berisi surfaktan)
dikenalkan di Amerika Serikat. Surfaktan adalah produk deterjen yang merupakan bahan
pembersih dasar. Pembentukan tersebut membantu surfaktan untuk bekerja lebih efisien.
Senyawa fosfat digunakan sebagai pembentuk pada detergen dan sangat bagus
kinerjanya, sehingga mereka cocok untuk mencuci baju dengan tingkat kekotoran berat
sekalipun.
Pada tahun 1953, penjualan deterjen di negara Amerika melebihi sabun. Kini,
detergen dapat menggantikan produk dasar sabun untuk mencuci baju, mencuci
piring dan pembersih rumah tangga. Deterjen (original atau berkombinasi dengan
sabun) adalah juga ditemukan yang penggunaannya berbentuk batangan dan cair untuk
pembersih pribadi.
Sejak deterjen dan bahan kimia dibentuk, aktivitas lebih lanjut adalah focus
memproduksi produk pembersih praktis yang mudah digunakan dan
menyelamatkan konsumen untuk lingkungan.
4
Desember, 2016 Industri Pembuatan
Sabun & Detergen
5
Desember, 2016 Industri Pembuatan
Sabun & Detergen
Deterjen dan sabun digunakan untuk membersihkan karena air murni tidak dapat
menghilangkan noda berminyak dan kotoran organik. Sabun membersihkan dengan
bertindak sebagai emulsi. Pada dasarnya, sabun memungkinkan minyak dan air untuk
bercampur sehingga kotoran berminyak dapat dilepaskan selama bilasan. Deterjen yang
dikembangkan untuk menanggapi kekurangan sabun yang dibuat dari lemak hewan dan
nabati yang digunakan untuk membuat sabun selama Perang Dunia I dan Perang Dunia II.
Deterjen terutama surfaktan, yang dapat dihasilkan dengan mudah dari petrokimia.
Surfaktan menurunkan tegangan permukaan air, pada dasarnya membuat basah sehingga
kurang cenderung tetap untuk dirinya sendiri dan lebih mungkin untuk berinteraksi dengan
minyak dan lemak.
6
Desember, 2016 Industri Pembuatan
Sabun & Detergen
BAB II
PEMBAHASAN
II.1. SABUN
Sabun merupakan bahan logam alkali dengan rantai asam monocarboxylic yang
panjang. Larutan alkali yang digunakan dalam pembuatan sabun bergantung pada jenis
sabun tersebut. Larutan alkali yang biasa yang digunakan pada sabun keras adalah Natrium
Hidroksida (NaOH) dan alkali yang biasa digunakan pada sabun lunak adalah Kalium
Hidroksida (KOH).
Sabun berfungsi untuk mengemulsi kotoran-kotoran berupa minyak ataupun zat
pengotor lainnya. Sabun dibuat melalui proses saponifikasi lemak minyak dengan larutan
alkali membebaskan gliserol. Lemak minyak yang digunakan dapat berupa lemak hewani,
minyak nabati, lilin, ataupun minyak ikan laut.
Pada saat ini teknologi sabun telah berkembang pesat. Sabun dengan jenis dan
bentuk yang bervariasi dapat diperoleh dengan mudah dipasaran seperti sabun mandi,
sabun cuci baik untuk pakaian maupun untuk perkakas rumah tangga, hingga sabun yang
digunakan dalam industri.
Kandungan zat zat yang terdapat pada sabun juga bervariasi sesuai dengan sifat dan
jenis sabun. Zat zat tersebut dapat menimbulkan efek baik yang menguntungkan maupun
yang merugikan. Oleh karena itu, konsumen perlu memperhatikan kualitas sabun dengan
teliti sebelum membeli dan menggunakannya. Struktur sabun secara umum ditunjukkan
pada gambar di bawah ini:
7
Desember, 2016 Industri Pembuatan
Sabun & Detergen
8
Desember, 2016 Industri Pembuatan
Sabun & Detergen
menyebabkan sabun mudah teroksidasi pada keadaan atmosferik sehingga sabun menjadi
tengik. Asam lemak tak jenuh memiliki ikatan rangkap sehingga titik lelehnya lebih rendah
daripada asam lemak jenuh yang tak memiliki ikatan rangkap, sehingga sabun yang
dihasilkan juga akan lebih lembek dan mudah meleleh pada temperatur tinggi.
Bahan Pendukung
Bahan baku pendukung digunakan untuk membantu proses penyempurnaan sabun
hasil saponifikasi (pegendapan sabun dan pengambilan gliserin) sampai sabun menjadi
produk yang siap dipasarkan. Bahan-bahan tersebut adalah NaCl (garam) dan bahan-bahan
aditif.
NaCl merupakan komponen kunci dalam proses pembuatan sabun. Kandungan
NaCl pada produk akhir sangat kecil karena kandungan NaCl yang terlalu tinggi di dalam
sabun dapat memperkeras struktur sabun. NaCl yang digunakan umumnya berbentuk air
garam (brine) atau padatan (kristal). NaCl digunakan untuk memisahkan produk sabun dan
gliserin.
9
Desember, 2016 Industri Pembuatan
Sabun & Detergen
Angka Saponifikasi
Angka Saponifikasi adalah angka yang terdapat pada milligram kalium
hidroksida yang digunakan dalam proses saponifikasi sempurna pada satugram
minyak. Angka saponifikasi digunakan untuk menghitung alkali yang
dibutuhkan dalam saponifikasi secara sempurna pada lemak atau minyak.
Bilangan Iod
Bilangan iod digunakan untuk menghitung katidak jenuhan minyak atau lemak,
semakin besar angka iod, maka asam lemak tersebut semakin tidak jenuh. Dalam
pencampurannya, bilangan iod menjadi sangat penting yaitu untuk mengidentifikasi
ketahanan sabun pada suhu tertentu.
10
Desember, 2016 Industri Pembuatan
Sabun & Detergen
b. Metode Kontinu
Metode kontinu biasa dilakukan pada zaman sekarang. lemak atau minyak dihidrolisis
dengan air pada suhu dan tekanan tinggi, dibantu dengan katalis seperti sabun seng. Lemak
atau minyak dimasukkan secara kontinu dari salah satu ujung reaktor besar. Asam lemak
dan gliserol yang terbentuk dikeluarkan dari ujung yang berlawanan dengan cara
penyulingan. Asam-asam ini kemudian dinetralkan dengan alkali untuk menjadi sabun.
NaOH = [SV x 0,000713] x 100/ NaOH (%) [SV / 1000] x [MV (NaOH)/MV(KOH)
11
Desember, 2016 Industri Pembuatan
Sabun & Detergen
2) Pengeringan Sabun
Sabun banyak diperoleh setelah penyelesaian saponifikasi (sabun murni) yang
umumnya dikeringkan dengan vakum spray dryer. Kandungan air pada sabun dikurangi
dari 30-35% pada sabun murni menjadi 8-18% pada sabun butiran atau lempengan. Jenis
jenis vakum spray dryer, dari sistem tunggal hingga multi sistem, semuanya dapat
digunakan pada berbagai proses pembuatan sabun. Operasi vakum spray dryer sistem
tunggal meliputi pemompaan sabun murni melalui pipa heat exchanger dimana sabun
dipanaskan dengan uap yang mengalir pada bagian luar pipa.
12
Desember, 2016 Industri Pembuatan
Sabun & Detergen
Sabun yang sudah dikeringkan dan didinginkan tersimpan pada dinding ruang vakum
dan dipindahkan dengan alat pengerik sehingga jatuh di plodder, yang mengubah sabun ke
bentuk lonjong panjang atau butiran. Dryer dengan mulai memperkenalkan proses
pengeringan sabun yang lebih luas dan lebih efisien daripada dryer sistem tunggal.
Reaksi asam basa antara asam dengan alkali untuk menghasilkan sabun berlangsung
lebih cepat daripada reaksi trigliserida dengan alkali.
RCOOH + NaOH RCOONa + H2O
Jumlah alkali (NaOH) yang dibutuhkan untuk menetralisasi suatu paduan asam
lemak dapat dihitung sebagai berikut :
NaOH = {berat asam lemak x 40) / MW asam lemak
Berat molekul rata rata suatu paduan asam lemak dapat dihitung dengan
persamaan :
MW asam lemak = 56,1 x 1000/ AV
Dimana AV (angka asam asam lemak paduan) = mg KOH yang dibutuhkan untuk
menetralisasi 1 gram asam lemak.
4) Penyempurnaan Sabun
Dalam pembuatan produk sabun batangan, sabun butiran dicampurkan dengan zat
pewarna, parfum, dan zat aditif lainnya kedalamm mixer (analgamator). Campuran sabun
ini kemudian diteruskan untuk digiling untuk mengubah campuran tersebur menjadi suatu
produk yang homogen. Produk tersebut kemudian dilanjutkan ke tahap pemotongan.
Sebuah alat pemotong dengan mata pisau memotong sabun tersebut menjadi potongan
potongan terpisah yang dicetak melalui proses penekanan menjadi sabun batangan sesuai
dengan ukuran dan bentuk yang diinginkan. Proses pembungkusan, pengemasan, dan
penyusunan sabun batangan merupakan tahap akhir.
13
Desember, 2016 Industri Pembuatan
Sabun & Detergen
b. Jika larutan sabun dalam air diaduk, maka akan menghasilkan buih, peristiwa
ini tidak akan terjadi pada air sadah. Dalam hal ini sabun dapat menghasilkan
buih setelah garam-garam Mg atau Ca dalam air mengendap.
c. Sabun mempunyai sifat membersihkan. Sifat ini disebabkan proses kimia
koloid, sabun (garam natrium dari asam lemak) digunakan untuk mencuci
kotoran yang bersifat polar maupun non polar, karena sabun mempunyai gugus
polar dan non polar. Molekul sabun mempunyai rantai hydrogen CH3(CH2)16
yang bertindak sebagai ekor yang bersifat hidrofobik (tidak suka air) dan
larut dalam zat organik sedangkan COONa+ sebagai kepala yang bersifat
hidrofilik (suka air) dan larut dalam air.
14
Desember, 2016 Industri Pembuatan
Sabun & Detergen
II.2. DETERGEN
II.2.a. Pengenalan Deterjen
Deterjen merupakan salah satu produk industri yang sangat penting dalam kehidupan
sehari-hari, terutama untuk keperluan rumah tangga dan industri. Detergen adalah
Surfaktan anionik dengan gugus alkil (umumnya C9 - C15) atau garam dari sulfonat atau
sulfat berantai panjang dari Natrium (RSO3- Na+ dan ROSO3- Na+) yang berasal dari
derivat minyak nabati atau minyak bumi (fraksi parafin dan olefin). Deterjen dapat
berbentuk cair, pasta, atau bubuk yang mengandung konstituen bahan aktif pada
permukaannya dan konstituen bahan tambahan. Konstituen bahan aktif adalah berupa
surfaktan yang merupakan singkatan dari surface active agents, yaitu bahan yang
menurunkan tegangan permukaan suatu cairan dan di antarmuka fasa (baik cair-gas
maupun cair-cair) untuk mempermudah penyebaran dan pemerataan. Adapun konstituen
tambahan dapat berupa pembangun, zat pengisi, zat pendorong, diantaranya adalah :
Garam dodesilbenzena sulfonat, natrium lauril eter sulfat, kokonum sitrat, dan metil
paraben.
Deterjen pertama yang dihasilkan yaitu natrium lauril sulfat (NSL) yang berasal dari
lemak trilausil yang kemudian direduksi dengan hidrogen dibantu dengan katalis. Setelah
itu, direaksikan dengan asam sulfat lalu dinetralisasi. Karena proses produksinya yang
mahal, maka penggunaan NSL ini tidak dilanjutkan.
Industri deterjen selanjutnya dikembangkan dengan menggunakan alkil benzena
sulfonat (ABS). Akan tetapi, ABS ini memiliki dampak negatif terhadap lingkungan karena
molekul ABS ini tidak dapat dipecahkan oleh mikroorganisme sehingga berbahaya bagi
persediaan suplai air tanah. Selain itu, busa dari ABS ini menutupi permukaan air sungai
sehingga sinar matahari tidak bisa masuk pada dasar sungai yang dapat menyebabkan biota
sungai menjadi mati dan sungai menjadi tercemar.
Perkembangan selanjutnya ABS diganti dengan linear alkil sulfonat (LAS). Detergen
ini memiliki rantai karbon yang panjang dan dapat dipecahkan oleh mikroorganisme
sehingga tidak menimbulkan busa pada air sungai. Akan tetapi, LAS juga memiliki
kekurangan yaitu dapat membentuk fenol, suatu bahan kimia beracun.
Deterjen yang beredar di pasaran atau yang dikonsumsi sebagian masyarakat Indonesia
merupakan hasil produksi dalam negeri, tetapi dengan lisensi dari perusahaan luar negeri.
15
Desember, 2016 Industri Pembuatan
Sabun & Detergen
Dewasa ini, komposisi detergen diubah ke komposisi yang lebih ramah lingkungan. Hal ini
dikarenakan detergen memiliki fosfat yang menyebabkan eutrofikasi dalam air alam.
d. Filler
Filler (pengisi) adalah bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai kemampuan
meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas. Contohnya adalah sodium
karbonat. Sodium karbonat merupakan bahan deterjen multifungsi. Diantaranya adalah
16
Desember, 2016 Industri Pembuatan
Sabun & Detergen
e. Aditif
Aditif adalah bahan suplemen / tambahan untuk membuat produk lebih menarik,
misalnya pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dst, tidak berhubungan langsung dengan
daya cuci deterjen. Additives ditambahkan lebih untuk maksud komersialisasi produk.
Contoh : Enzim, Boraks, Sodium klorida, Carboxy Methyl Cellulose (CMC).
17
Desember, 2016 Industri Pembuatan
Sabun & Detergen
18
Desember, 2016 Industri Pembuatan
Sabun & Detergen
19
Desember, 2016 Industri Pembuatan
Sabun & Detergen
beberapa kasus aliran udara mengalir menuju produk untuk memastikan efisiensi
termalnya tinggi dan proses drying terkontrol.
Pilihan drying co-current pada dasarnya dibatasi oleh perbedaan proses drying
yang mana hasilnya lebih tetap dan tahan terhadap hollow beads yang berasal dari
ekspansi mulamula dan drying permukaan ketika slurry menurun pada saat suhu
udara tinggi pada bagian atas menara (spray-drying tower). Dalam kasus ini ketika
meneruskan arus aliran turun,pengeringan produk diproses yang dihubungkan dengan
menurunkan suhu udara. Drying co-current menurunkan efisiensi kalor dan sebagian
besar digunakan untuk pengeringan produk yang sensitif terhadap suhu tinggi dari
bulk dengan densitas yang rendah.
Produk yang dikeringkan dalam bentuk hollow bead dikumpulkan pada bagian
atas menara spray drying dan didinginkan serta dikristalisasikan melalui sistim
pembawa airlift dengan aliran udara dingin.setelah pengankutan udara bubuk dasar
disaring dan diberikan pengharum dan akhirnya dicampur dengan komponen-
komponen yang sensitive terhadap suhu atau zat adiktif yang kemudian di simpan
dalam silos dan akhirnya di bawa ke mesin pengepak poduk.
2. Aglomerasi
Proses aglomerasi merupakan proses pembuatan deterjan bubuk sintesis yang
memiliki densitas yang tinggi dengan cara pencampuran material-material kering
dengan bahan-bahan cairan yang dibantu dengan adanya bahan pengikat cairan yang
kemudian bercampur yang menyebabkan bahan-bahan tadi bergabung satu sama lain
yang membentuk partikel-partikel berukuran besar.
Prose aglomerasi dapat di gambarkan seperti proses penimbunan atau
penumpukan dari komponen dari bubuk menjadi cairan dan menjadi butir atau
granula. Tahap-tahap pemprosesan non tower balestra untuk untuk produksi deterjen
bubuk berdasarkan pada proses aglomerasi.Diantara berbagai tahap proses tersebut,
aglomerasi memperlihatkan operasi yang sangat penting dan kritis, karena proses
tersebut dihubung kan ke struktur fisik dan pada saat yang sama,di hubungkan ke
komposisi kimia dari produk.
Proses aglomerasi juga merupakan proses spray-drying dengan dry mixing atau
blending. Konsentasi air proses yang digunakan anatara 35-40% dalam crutcher
slurry. Dalam aglomerasi cairan disemprotkan keatas secara continue. Komponen-
20
Desember, 2016 Industri Pembuatan
Sabun & Detergen
komponen atau bahan yang digunakan dalam aglomerasi meliputi slikat deterjen aktif
dan air yang digunakan sebagai cairan dalam aglomerasi.
3. Dry Mixing
Material kering (dry material) yang digunakan untuk membuat deterjen bubuk
ditimbang dan selanjutnya dimasukkan kedalam mixer, pencampuran dilanjutkan
selama 1-2 menit dan ditambahkan slurry selama 3-4 menit.
21
Desember, 2016 Industri Pembuatan
Sabun & Detergen
Kita sering mendengar istilah sabun dan deterjen, tetapi tahukah kita apakah
perbedaan sabun dan deterjen? Apakah sabun sama dengan deterjen atau hanya berbeda
kegunaannya saja? Sebelum dijelaskan lebih detail mengenai sabun dan deterjen, mari kita
lihat perbedaan antara keduanya.
22
Desember, 2016 Industri Pembuatan
Sabun & Detergen
Pada dasarnya baik sabun dan deterjen memiliki mekanisme kerja yang sama dalam
membersihkan. Tetapi kita dapat membedakan antara sabun dan deterjen berdasarkan
beberapa hal, diantaranya kandungan, struktur, karakteristik di dalam air sadah, dan lain-
lain. Berikut ini penjelasannya:
Kandungan
Meskipun sabun dan deterjen merupakan surfaktan, tetapi keduanya tidak
mengandung zat yang sama. Sabun dibuat menggunakan bahan alam sedangkan
deterjen secara umum dibuat dengan menggunakan bahan sintetik. Sabun yang
biasa dilabeli untuk kecantikan secara umum diproduksi dari bahan alam dan
membutuhkan energi kecil pada proses pembuatannya. Sabun memiliki pH antara
9,5 10 dan bersifat basa sehingga membuat sabun efektif sebagai pembersih dan
mengurangi kebutuhan terhadap antibakteri dan pengawet.
Beberapa pembuat sabun menggunakan lemak sisa yang dapat diperoleh dengan
murah dalam membuat sabun. Sabun dengan kualitas terbaik diproduksi dari
minyak seperti minyak palem, minyak jarak atau minyak kelapa. Dalam proses
produksinya menghasilkan gliserin sebagai hasil samping yang selanjutnya
dipisahkan. Gliserin yang didapat diolah lebih lanjut untuk keperluan komersil.
Deterjen secara umum terbuat dari minyak bumi dengan surfaktan, agen penghasil
busa dan alkohol sebagai bahan utama. Untuk menghilangkan bau yang tidak
diinginkan dari bahan kimia tersebut, deterjen diberi pewangi alami atau sintetik
yang murah. Produk itu juga ditambahkan pengawet dan agen antibakteri yang
dapat mengakibatkan alergi.
Struktur
Semua sabun adalah garam dari asam lemak yang terdiri dari:
- Rantai hidrokarbon panjang yang mengandung satu ikatan tak jenuh seperti
natrium oleat, banyak ikatan tak jenuh atau ikatan jenuh.
- Gugus fungsi karboksilat di ujung. Surfaktan yang tidak tergolong sabun adalah
deterjen.
23
Desember, 2016 Industri Pembuatan
Sabun & Detergen
Perbedaan yang paling penting antara sabun dan deterjen adalah karakternya di
dalam air. Kekurangan yang mendasar apabila kita mencuci dengan sabun adalah
terbentuknya endapan dalam air sadah dan menimbulkan noda pada baju, berbeda
halnya dengan deterjen. Di dalam air sadah, deterjen hanya bereaksi sedikit dengan
mineral dan tidak menimbulkan endapan. Perbedaan lain yang penting adalah
sensitivitas sabun pada kondisi asam. Pada saat menggunakan sabun di lingkungan
asam (pH<4,5), akan terjadi protonasi terhadap gugus karboksilat dari sabun
sebagaimana reaksi di bawah ini:
24
Desember, 2016 Industri Pembuatan
Sabun & Detergen
Reaksi di atas menunjukkan protonasi ion oleat untuk membentuk asam oleat yang tidak
bermuatan. Molekul ini tidak larut dan merupakan molekul yang tidak aktif dalam arti
tidak dapat berperan sebagai pembersih. Karena tidak larut, maka molekul ini akan
menghasilkan campuran keruh dan membentuk endapan. Oleh karena itu sabun tidak
cocok digunakan pada kondisi asam.
BAB III
PENUTUP
III.1. Kesimpulan
25
Desember, 2016 Industri Pembuatan
Sabun & Detergen
1. Pembuatan detergen dan sabun pada skala industri merupakan gabungan dari ilmu-
ilmu exact sebegitu rupa, dan memerlukan alat-alat yang perlu pengendalian
khusus dan mempunyai spesifikasi tertentu.
2. Pada proses pembuatan detergen, yang pertama kali dilakukan adalah dengan
pembuatan surfaktan. Lalu hasil surfaktan ini, untuk membuat detergent dicampur
dengan phospat, silikat dan dry scrap. Adapun komposisi surfaktan adalah alkyl
benzene sulfonat, fatty alcohol, oleum dan larutan NaOH. Proses pembuatan
detergen melalui alat crutcer yang dilanjutkan ke drop tank setelah itu dipompa ke
spray tower untuk pembentukan serbuk. Serbuk ini di angkat dengan lift udara dan
diberi aroma (parfum) kemudian menuju packing.
3. Pada proses pembuatan sabun, raw material (bahan baku) yang digunakan adalah
lemak, basa kausatik (NaOH atau KOH), dan katalis. Pertama-tama lemak dan
katalis dimasukkan sebagai feed awal menuju ke blend tank, setelah itu menuju
Hidrolizer. Pada hidrolizer lemak dihidrolisis yang dapat membentuk asam lemak
(gas) dan gliserin. Setelah itu asam lemak menuju heat exchanger, lalu ke high
vacuum still yang dilanjutkan ke kondensor dan distillate receiver. Pada distillate
receiver muncul hasil samping berupa asam lemak. Kemudian dari distillate
receiver dilanjutkan ke mixer neutralizer dimana ditambahkannya soda kausatik
yang setelah itu menuju soap blender dan menghasilkan sabun padat. Untuk
produksi sabun cair, maka proses tidak cukup sampai disini, dilanjutkan menuju
high pressure pump lalu heat exchanger, flash tank dan packing. Selain sabun yang
diproduksi pada proses ini, gliserin dan asam lemak merupakan hasil samping
yang cukup besar pemroduksiannya.
III.2. Saran
Demikianlah makalah tentang industry pembuatan sabun dan detergen ini dibuat.
Untuk mendukung ataupun untuk memperbaiki makalah ini diperlukan saran-
saran yang bersifat membangun sehingga makalah ini menjadi lebih bagus dan
sempurna.
26
Desember, 2016 Industri Pembuatan
Sabun & Detergen
DAFTAR PUSTAKA
27
Desember, 2016 Industri Pembuatan
Sabun & Detergen
Poermono A. 2002. Membuat Sabun Colek: Skala Kecil, Skala Menengah. Jakarta: Penerbit
Penebar Swadaya.
Bailey AE. 1950. Industrial Oil and Fat Product. New York: Intersholastic Publishing Inc.
Fessenden & Fessenden. 1982. Kimia Organik Jilid 2. Jakarta: Erlangga
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-smk/kelas_xi/sifat-fisis-dankimia-detergen-
pembuatan-dan-komposisi-detergen/
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-smk/kelas_xi/definisi-detergen/
http://id.wikipedia.org/wiki/Deterjen
http://matoa.org/cermati-sabun-dan-deterjen-yang-anda-gunakan/
28