HERPES ZOOSTER
PADA PEREMPUAN LANJUT USIA DENGAN STATUS
EKONOMI SEDANG
PADA RUMAH TANGGA YANG TIDAK BER-PHBS
Disusun Oleh:
Danar Aji Priambodo 20110310153
Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan yang Maha
Esa, yang telah memberikan hidayah dan anugerah-Nya sehingga presentasi kasus
dengan judul: HERPES ZOOSTER DAN HIPERTENSI STAGE I PADA
PEREMPUAN LANJUT USIA DENGAN STATUS EKONOMI SEDANG PADA
RUMAH TANGGA YANG TIDAK BER-PHBS ini dapat terselesaikan dengan
baik. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta
keluarga serta para sahabat, tabiin, tabiit tabiin dan pengikutnya hingga akhir zaman.
Presentasi kasus ini diajukan untuk memenuhi sebagian syarat mengikuti ujian
kepaniteraan Ilmu Kedokteran Keluarga Fakultas Kedokteran Dan Ilmu
KesehatanUniversitas Muhammadiyah Yogyakarta di Puskesmas Kotagede II. Pada
kesempatan ini, izinkan penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang
telah berperan serta dalam membantu penyelesaian presentasi kasussekaligus laporan
home visit ini. Ucapan terima kasih diberikan kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan kesehatan dan kesempatan
sehingga penulis dapat menyelesaikan presentasi kasus ini
2. dr. H. Ardi Pramono, Sp.An., M.Kes. selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
3. dr. Khotibuddin selaku dokter pembimbing fakultas kedokteran yang telah
memberikan banyak masukan dan pertimbangan guna menyempurnakan
penulisan presentasi kasus ini
4. dr. Sita selaku dokter pembimbing puskesmas yang telah memberikan pengarahan
dan bimbingan
5. Seluruh karyawan Puskesmas Kotagede II yang telah membantu kelancaran home
visit kasus ini
6. Pasien Ny.R P H yang telah bersedia menjadi pasien dan meluangkan waktunya
untuk home visite
7. Semua pihak yang telah membantu dalam kelancaran penyelesaian presentasi
kasus ini yang tidak dapat penulis ucapkan satu persatu.
Penulis menyadari, bahwa dalam penyusunan presentasi kasus ini masih belum
sempurna. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, agar
dikemudian hari penulis dapat mempersembahkan suatu hasil yang lebih baik.
Akhir kata, penulis mengharapkan presentasi kasus ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan menambah khasanah ilmu pengetahuan terutama ilmu kedokteran.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Yogyakarta, 10 Maret 2017
Penulis
PRESENTASI KASUS
PUSKESMAS KOTAGEDE II YOGYAKARTA
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. R P H
Umur : 70 tahun
Rejowinangun
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan Terakhir : SD
Nomor RM : 01.23.88
B. Autoanamnesis
1. Keluhan Utama :
gatal dan nyeri seperti terbakar pada daerah leher kanan sejak 2 minggu yang
lalu. Keluhan disertai dengan timbulnya kelainan kulit berupa kulit kemerahan
demam.
terapi berupa obat luar (salep) dan obat minum 5 kali dalam sehari, tetapi tidak
- Pendidikan
- Riwayat Perkawinan
Pasien menikah dengan suaminya pada umur 18 tahun dan tinggal di
Yogyakarta. Suami pasien bekerja di perusahaan swasta dan saat ini telah
meninggal.
dan anak kelima berjenis kelamin perempuan. Kelima anak pasien sudah
- Riwayat Sosial
Pasien tinggal di rumah dengan keluarga anak keempat, anak kedua
dengan pasien. Ketiga anak sering untuk mengunjungi pasien 3-4 kali
- Riwayat Pekerjaan
kebun binatang gembira loka setiap pagi. Pasien selalu berangkat kepasar
jalan kaki sekitar 1 kilometer setiap subuh dan kembali pada siang hari.
Lokasi Rumah
Rumah berada di Gedong Kuning, Gg. Manuk Beri KG 1/43 RT 05/02
Kondisi Rumah
Pasien tinggal dirumah permanen. Rumah merupakan kepemilikan
tidur, dapur, dan kamar mandi. Kondisi rumah tidak cukup bersih dan
kurang terawat.
Ruang Rumah
Rumah terdiri dari beberapa ruangan, yaitu 1 ruang tamu, 4 kamar tidur,
Pencahayaan
Kebersihan
Seluruh ruangan rumah tidak cukup bersih, barang dan perabot rumah
Kepadatan
Tiap ruangan dalam rumah cukup luas.
Sanitasi dasar
kebersihan.
e. Halaman: Tidak terdapat halaman, namun antara teras dan jalan
- Gaya Hidup
o Pola Makan
mengkonsumsi sayur.
o Olahraga
o Istirahat
o Kebiasaan
- Riwayat Keluarga
Pasien adalah anak pertama dari 3 bersaudara. Pasien tinggal bersama anak
6. Review Sistem
a. Sistem saraf pusat : tidak ada keluhan
C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : Baik
Nadi : 88 x/menit
Pernafasan : 18 x/menit
Suhu : 36,5oC
4. Antropometri
Berat Badan : 43 kg
5. Pemeriksaan Kepala
6. Pemeriksaan Mata
9. Pemeriksaan Leher
Cor:
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepar lien tak teraba, massa (-)
Perkusi : Timpani
Tungkai Lengan
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan Bebas Bebas Bebas Bebas
Tonus Normal Normal Normal Normal
Trofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi
Kekuatan +5 +5 +5 +5
Refleks Fisiologis Normal Normal Normal Normal
Refleks Patologis - - - -
Sensibilitas Normal Normal Normal Normal
Edema - - - -
Tabel 3.Pemeriksaan Ekstremitas
D. Diagnosis Banding
Herpes Zooster
Varicela
Herpes Simpleks
E. Diagnosis Kerja
Herpes Zooster
F. Terapi Medis
1. Antiviral: Acyclovir 5x800 mg.
G. Saran/Usulan
1. Kompres terbuka dengan NaCl 0,9%
2. Tzanck test
BAB II
A. Anamnesis Illness
Illness merupakan keaadaan sakit yang dirasakan oleh manusia yang
didapat dari penyakit tersebut (bersifat subyektif). Illness terdiri dari empat
No Komponen Pasien
1. Perasaan Pasien tidak tahu penyebab munculnya keluhan,
pasien merasa bingung kenapa timbul bercak dan
terasa gatal secara tiba-tiba. Setelah ke puskesmas
mengatakan bahwa pasien terdiagnosis Herpes
Zooster pasien akhirnya mengkonsumsi obat yang
diberikan oleh dokter puskesmas sesuai dengan
petunjuk dokter. Pasien sekarang sudah pasrah bisa
menerima dengan ikhlas penyakit yang dideritanya
dan pasrah kepada Tuhan.
2 Ide/Pemikiran Pasein hanya mengetahui sedikit tentang penyakit
herpes, tetapi setelah diberi edukasi tentang herpes,
pengobatan dan pencegahannya oleh dokter
puskesmas pasien akhirnya mengerti apa itu herpes.
3 Harapan Pasien menginginkan penyakitnya sembuh agar
bisa beraktivitas secara nyaman.
4 Efek Terhadap Pasien mengatakan aktifitas sehari-harinya agak
Fungsi terganggu karena penyakitnya.
family map, family life cycle, family life line, family APGAR, family SCREEM.
1. Genogram
Gambar 1. Genogram
Keterangan : Laki-laki
Pasien
2. Family Map
Cucu anak 4
Anak 4
Cucu anak 4
Mantu 4
Keterangan : Laki-laki
3. Family Structure
Keluarga ini merupakan keluarga besar (extended family) yaitu keluarga yang
terdiri dari suami, istri, anak-anak kandung,juga terdiri dari sanak saudara
lainnya, baik menurut garis vertikal (ibu, bapak, kakek, nenek, mantu, cucu, cicit)
dan ataupun menurut garis horizontal (kakak, adik, ipar) yang dapat berasal dari
5. Family APGAR
Merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mengukur sehat atau tidaknya
suatu keluarga yang dikembangkan oleh Rusen, Geyman dan Leyton, dengan
6. Family SCREEM
Aspek Sumber Daya Patologi
Hubungan pasien dengan keempat Pasien jarang berkumpul atau
anaknya baik. bersosialisasi kepada tetangga
Social Hubungan pasien dengan
tetangga-tentangganya baik.
Pasien tidak percaya pada obat obat
Cultural herbal atau pengobotan alternatif -
Pasien dan keluarga beragama Islam. Pasien jarang
Religious melaksanakan sholat 5
waktu
Pasien mendapat bantuan dana dari
Economy pekerjaannya dan dari anak-anaknya -
yang bekerja.
Pasien peduli dengan penyakit yang
diderita, ia berusaha mengkonsumsi
Education obat sesuai dengan yang diberikan oleh -
dokter puskesmas.
Pasien memiliki jaminan kesehatan
Medical yangdapat mengcover biaya kesehatan
setiap kali berobat. -
Tabel 6.Family SCREEM
Berdasarkan jumlah nilai identifikasi PHBS, rumah tangga pasien tidak tergolong
No PUGS Ya/Tidak
1. Syukuri dan nikmati anekaragam makanan; Ya
2. Banyak makan sayuran dan cukup buah-buahan; Ya
3. Biasakan mengonsumsi lauk pauk yang mengandung Ya
protein tinggi;
4. Biasakan mengonsumsi aneka ragam makanan pokok; Ya
5. Batasi konsumsi pangan manis, asin dan berlemak; Ya
6. Biasakan Sarapan; (sebelum jam 9) Tidak
7. Biasakan minum air putih yang cukup dan aman (8 Tidak
gelas)
8. Biasakan membaca label pada kemasan pangan; Tidak
9. Cuci tangan pakai sabun dengan air bersih mengalir; Ya
10. Lakukan aktivitas fisik yang cukup dan pertahankan Ya
berat badan normal
Kesimpulan TIDAK
E. Diagnosis Holistik
Herpes Zooster pada wanita lanjut usia dengan status ekonomi sedang pada rumah
F. Manajemen Komprehensif
1. Promotif
resiko penularan
Terkait dengan faktor resiko kesehatan yang lain: PHBS, GIZI
b. Lebih
makansering olahraga dengan mengikuti senam
berjamaah
2. Preventif
3. Kuratif
a. Farmakologi
Antiviral: Acyclovir 5x800 mg.
b. Non farmakologi
Kompres terbuka dengan NaCl 0,9%
Pada pasien ini belum perlu dilakukan terapi rehabilitatif dan paliatif.
G. DISKUSI/PEMBAHASAN
gambaran klinis. Riwayat dan gejala klinis herpes zoster ditemukan pada
kasus ini. Dari anamnesis didapatkan keluhan rasa gatal dan nyeri seperti
terbakar pada daerah leher kanan sejak 2 minggu yang lalu dengan timbulnya
berisi cairan. Dengan riwayat menderita cacar air 20 tahun yang lalu.
ini sesuai dengan gambaran klinis herpes zoster dimana ditemukan bentuk
Kasus ini juga dapat terjadi akibat kurang bersihnya lingkungan sekitar,
resiko terkena herpes zoster semakin besar dan diri sendiri (PHBS).
zoister Keluarga
dengan anak
Rohaniawan
a) Primary Care
Pasien sudah menerapkan prinsip primary care, dimana pasien datang
b) Personal Care
c) Holistik care
Pemeriksaan dan penegakkan diagnosis pasien tidak hanya melihat
d) Comprehensive care
e) Continuing Care
Memfollowup serta mengevaluasi progres pasien.
h) Collaborative Care
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Herpes zoster adalah infeksi viral kutaneus pada umumnya melibatkan kulit
dengan dermatom tunggal atau yang berdekatan.2 Herpes zoster merupakan hasil
dari reaktivasi virus varisela zoster yang memasuki saraf kutaneus selama episode
awal chicken pox.2 Shingles adalah nama lain dari herpes zoster 2,3,5,6,7 Virus ini
tidak hilang tuntas dari tubuh setelah infeksi primernya dalam bentuk varisela
melainkan dorman pada sel ganglion dorsalis sistem saraf sensoris yang
herpes zoster.1
http://www.medicinenet.com/shingles/article.htm
B. EPIDEMIOLOGI
Herpes zoster terjadi secara sporadis sepanjang tahun tanpa prevalensi
musiman. Terjadinya herpes zoster tidak tergantung pada prevalensi varisela, dan
tidak ada bukti yang meyakinkan bahwa herpes zoster dapat diperoleh oleh kontak
dengan orang lain dengan varisela atau herpes.4 Sebaliknya, kejadian herpes zoster
ditentukan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan host-virus.4
Salah satu faktor risiko yang kuat adalah usia lebih tua.4,6,7 Insiden terjadinya
herpes zoster 1,5 sampai 3, 0 per 1.000 orang per tahun dalam segala usia dan 7
sampai 11 per 1000 orang per tahun pada usia lebih dari 60 tahun pada penelitian
di Eropa dan Amerika Utara.4 Diperkirakan bahwa ada lebih dari satu juta kasus
baru herpes zoster di Amerika setiap tahun, lebih dari setengahnya terjadi pada
orang dengan usia 60 tahun atau lebih.4 Ada peningkatan insidens dari zoster pada
anak anak normal yang terkena chicken pox ketika berusia kurang dari 2 tahun.8
Faktor resiko utama adalah disfungsi imun selular. Pasien imunosupresif memiliki
resiko 20 sampai 100 kali lebih besar dari herpes zoster daripada individu
imunokompeten pada usia yang sama.4 Immunosupresif kondisi yang
berhubungan dengan risiko tinggi dari herpes zoster termasuk human
immunodeficiency virus (HIV), transplantasi sumsum tulang, leukimia dan
limfoma, penggunaan kemoterapi pada kanker, dan penggunaan kortikosteroid.4
Herpes zoster adalah infeksi oportunistik terkemuka dan awal pada orang yang
terinfeksi dengan HIV, dimana awalnya sering ditandai dengan defisiensi imun.4
Zoster mungkin merupakan tanda paling awal dari perkembangan penyakit AIDS
pada individual dengan resiko tinggi.8 Dengan demikian, infeksi HIV harus
dipertimbangkan pada individu yang terkena herpes zoster.4
varisela. Virus dapat diisolasi dari vesikel dan pustula pada herpes zoster tanpa
komplikasi sampai 7 hari setelah munculnya ruam, dan untuk waktu yang lebih
lesi mereka.2 Pasien dengan herpes zoster dapat disebarluaskan, di samping itu,
C. PATOGENESIS
http://www.pyroenergen.com/articles08/herpes-zoster-shingles.htm
Penyebab reaktivasi tidak diketahui pasti tetapi biasanya muncul pada keadaan
imunosupresi.1 Insidensi herpes zoster berhubungan dengan menurunnya imunitas
terhadap VZV spesifik.1
Pada masa reaktivasi virus bereplikasi kemudian merusak dan terjadi
peradangan ganglion sensoris.1 Virus menyebar ke sumsum tulang belakang dan
batang otak, dari saraf sensoris menuju kulit dan menimbulkan erupsi kulit
vesikuler yang khas.1 Pada daerah dengan lesi terbanyak mengalami keadaan laten
dan merupakan daerah terbesar kemungkinannya mengalami herpes zoster.1
Selama proses varisela berlangsung, VZV lewat dari lesi pada kulit dan permukaan
mukosa ke ujung saraf sensorik menular dan dikirim secara sentripetal, naik ke
serabut sensoris ke ganglia sensoris.4 Di ganglion, virus membentuk infeksi laten
yang menetap selama kehidupan.4 Herpes zoster terjadi paling sering pada
dermatom dimana ruam dari varisela mencapai densitas tertinggi yang diinervasi
oleh bagian (oftalmik) pertama dari saraf trigeminal ganglion sensoris dan tulang
belakang dari T1 sampai L2.4
http://en.wikipedia.org/wiki/Herpes_zoster#Pathophysi
ology
(vesikel pecah menjadi krusta dan mungkin dapat menjadi scar jika inflamasi
berat) http://hardinmd.lib.uiowa.edu/dermnet/shingles95.html
D. GEJALA KLINNIS
Varisela biasanya dimulai dengan demam prodromal virus, nyeri otot, dan
kelelahan selama 1 sampai 2 hari sebelum erupsi kulit.3 Inisial lesi kutaneus sangat
gatal, makula dan papula eritematosa pruritus yang dimulai pada wajah dan
menyebar ke bawah.3 Papula ini kemudian berkembang cepat menjadi vesikel
kecil yang dikelilingi oleh halo eritematosa, yang dikenal sebagai tetesan embun
pada kelopak mawar ( dew drop on rose petal ).3 Setelah vesikel matang, pecah
membentuk krusta.3 Lesi pada beberapa tahapan evolusi merupakan karakteristik
dari varisela.3
Manifestasi dari herpes zoster biasanya ditandai dengan rasa sakit yang sangat
dan pruritus selama beberapa hari sebelum mengembangkan karakteristik erupsi
kulit dari vesikel berkelompok pada dasar yang eritematosa.3 Gejala prodormal
biasanya nyeri, disestesia, parestesia, nyeri tekan intermiten atau terus menerus,
nyeri dapat dangkal atau dalam terlokalisir, beberapa dermatom atau difus.1 Nyeri
prodormal tidak lazim terjadi pada penderita imunokompeten kurang dari usia 30
tahun, tetapi muncul pada penderita mayoritas diatas usia 60 tahun.4 Nyeri
prodormal : lamanya kira kira 2 3 hari, namun dapat lebih lama.8
Gejala lain dapat berupa rasa terbakar dangkal1,7, malaise, demam, nyeri
kepala, dan limfadenopati, gatal1,7, tingling.1 Lebih dari 80% pasien biasanya
diawali dengan prodormal, gejala tersebut umumnya berlangsung beberapa hari
sampai 3 minggu sebelum muncul lesi kulit.1
Lesi baru timbul selama 3-5 hari.8 Bentuk vesikel dalam waktu 12 sampai 24
jam dan berubah menjadi pustule pada hari ketiga.4 Pecahnya vesikel serta
pemisahan terjadi dalam 2 4 minggu.8 Krusta yang mongering pada 7 sampai 10
hari.4 Pada umumnya krusta bertahan dari 2 sampai 3 minggu.4 Pada orang yang
normal, lesi lesi baru bermunculan pada 1 sampai 4 hari ( biasanya sampai
selama 7 hari).4 Rash lebih berat dan bertahan lama pada orang yang lebih tua., dan
lebih ringan dan berdurasi pendek pada anak anak.4
lokasi yang paling sering terlibat (50%), diikuti oleh trigeminal oftalmika,
kemudian servikal dan sakral.8 Ekstremitas merupakan lokasi yang paling jarang
terkena.8
Tes awal pilihan adalah apusan sitologi (Tzanck smear).7 Tes tersebut tidak
membedakan herpes simpleks dan varicella.3,7. Dasar dari lesi pertama kali
dikerok dan diwarnai dengan hematoxylin-eosin, Giemsa, Wrights, toluidine biru,
atau tinta papanicolaou.7 Sel raksasa multinuklear dan sel epitel yang mengandung
inklusi intranuklear asidofilik dapat terlihat.7
Direct fluorescent antibody : dilakukan untuk HSV-1. DFA adalah tes cepat
(rapid test) untuk membedakan VHS-1, VHS-2, dan VVZ.3
Kultur virus: tes yang sangat spesifik, tetapi tidak sensitif. VVZ sulit untuk
dikultur dan tumbuh dengan lambat, minimal 1 minggu.3 Herpes zoster terlihat kira
kira 7 kali lebih sering pada pasien HIV.7 Tes HIV dilakukan jika ada indikasi
yang jelas.7
F. DIAGNOSA
Diagnosa herpes zoster berdasarkan klinis.9
Ditambahkan dengan berbagai prosedur diagnostik. 9
Apusan sitologik dari vesikel berupa sel raksasa multinuklear dan degenerasi
balon dan / degenerasi retikular.9
Sel raksasa terdiri dari 8 -10 nukleus, dengan bentuk dan ukuran yang
bervariasi.9
Biopsi kulit berupa lesi intraepidermal pada pertengahan sampai epidermis
bagian atas, degenerasi balon dan / degenerasi reticular dari sel, sel akantolisis,
sel virus raksasa multinuklear, intranuklear inklusi mungkin diidentifikasikan
sebagai sel raksasa.9
Virus dapat dikultur dari cairan vesikel.9
Direct immunofluorescence menggunakan antibodi monoklonal.9
Identifikasi virus dengan mikroskop elektron.9
G. KOMPLIKASI
Sepsis kulit sekunder, biasanya akibat Streptococcus pyogenes atau
Staphylococcus aureus.8
uveitis, nekrosis retina, parut kelopak mata. Herpes zoster oftalmikus (HZO)
dapat muncul di kemudian hari dan menyebabkan komplikasi okular dan nyeri
neuralgik. 8,11,12,13,14,15,16
Zoster paralitik :
nyeri pada dan sekitar telinga, palsi saraf ipsilateral VII dengan atau
Komplikasi SSP :
terjadi.8
Neuralgia pascaherpes :
o komplikasi paling sering8, keadaan yang dirasakan paling menganggu
Zoster sakralis :
o keterlibatan segmen segmen sakral bisa menyebabkan retensi urin akut
Zoster trigeminalis :
o herpes zoster bisa menyerang setiap bagian dari saraf trigeminus, tetapi
http://www.thachers.org/dermatology.htm
http://www.entusa.com/oral_pictures_htm/shingles_herpes_zoster.htm
Zoster motoris :
otot. 11
Infeksi juga dapat menjalar ke alat dalam, misalnya paru, hepar dan otak.16
Telah dilaporkan bahwa pruritus paska herpes (PPH) dapat muncul di bagian
yang telah sembuh dari herpes zoster dengan sakit atau tanpa rasa sakit, dan
H. PENATALAKSANAAN
http://www.herpestreatmentcure.org/herpes-treatment-acyclovir/
Pengobatan lain yang juga dipakai antara lain kortikosteroid jangka pendek
dan diberikan pada masa akut, pemberian steroid ini harus dengan pertimbangan
ketat.1 Indikasi pemberian kortikosteroid ialah sindrom Ramsay Hunt.16 Pemberian
harus sedini dininya untuk mencegah terjadinya paralisis.16 Diberikan prednison
dengan dosis 3 x 20 mg sehari, setelah seminggu dosis diturunkan bertahap.16
Dengan dosis prednison setinggi itu imunitas akan tertekan sehingga lebih baik
digabung dengan obat anti viral.16 Dikatakan kegunaanya mencegah fibrosis
ganglion.16
Jika masih stadium vesikel diberikan bedak dengan tujuan protektif untuk
mencegah pecahnya vesikel agar tidak terjadi infeksi sekunder. Bila erosif
diberikan kompres terbuka. Kalo terjadi ulserasi dapat diberikan salep antibiotik.16
Anestesi lokal misalnya krim lidokain 5% memberikan perbaikan dibandingkan
kontrol.1 Antiinflamasi nir steroid juga dikatakan menolong, namun hasilnya
tidak dapat disimpulkan.1 Untuk neuralgia pasca herpes, pemberian awal terapi anti
virus telah diberikan untuk mengurangi insidens.3
Menurut FDA, obat pertama yang dapat diterima untuk nyeri neuropatik pada
neuropati perifer diabetik dan neuralgia paska herpetic ialah pregabalin.16 Obat
tersebut lebih baik daripada obat gaba yang analog yaitu gabapentin, karena efek
sampingnya lebih sedikit, lebih poten (2 4 kali), kerjanya lebih cepat, serta
pengaturan dosisnya lebih sederhana.16 Dosis awal 2 x 75 mg sehari, setelah 3 7
hari bila responnya kurang dapat dinaikkan menjadi 2 x 150 mg sehari. Dosis
maksimum 600 g sehari.16 Efek sampingnya berupa dizziness, dan somnolen yang
akan menghilang sendiri, jadi obat tidak perlu dihentikan.16
Terapi topikal seperti krim EMLA, lidokain patches, dan krim capsaicin dapat
digunakan untuk neuralgia paska herpes.3,7 Solutio Burrow dapat digunakan untuk
kompres basah.7 Kompres diletakkan selama 20 menit beberapa kali sehari, untuk
maserasi dari vesikel, membersihkan serum dan krusta, dan menekan pertumbuhan
bakteri.7 Solutio Povidone- iodine sangat membantu membersihkan krusta dan
serum yang muncul pada erupsi berat dari orang tua.7 Acyclovir topikal ointment
diberikan 4 kali sehari selama 10 hari untuk pasien imunokompromised yang
memerlukan waktu penyembuhan jangka pendek.7
Pada kasus berat dapat diberikan Gabapentin oral (300 600 mg per oral TID
selama 7 hari).3 Tidak lebih dari 150 mg/d. 3 Penderita AIDS dengan CD4+ <100
sel/mm3 dan transplantasi resipien, khususnya sumsung tulang mungkin
mengalami infeksi VVZ dengan resistan acyclovir.7 Perlu diawali pengobatan
dengan foscarnet 40 mg/kg IV setiap 8 jam selama 7 10 hari pada pasien dengan
suspek infeksi VVZ dengan resisten acyclovir.7 Pengobatan foscarnet diperlukan
setidaknya sampai 10 hari atau sampai lesi sembuh.7
I. PENCEGAHAN
J. PROGNOSA