BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Apendiks
1.1.1 Anatomi
Apendiks merupakan organ berbentuk tabung dengan panjang 3-15 cm dan
distal. Namun pada bayi apendiks berbentuk kerucut, lebar pada pangkalnya dan
lateral kolon asendens. Gejala klinis apendisitis ditentukan oleh letak apendiks.
Persarafan parasimpatis berasal dari cabang nervus vagus yang mengikuti arteri
Gambar 2.12
Anatomi Apendiks
1.1.2 Fisiologi
2
lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Hambatan aliran lendir tersebut dapat
GALT (gut assocated lymphoid tissue) terdapat di sepanjang saluran cerna termasuk
apendiks adalah IgA yang efektif sebagai pelindung terhadap infeksi. Namun
jumlah jaringan limfe di sini kecil dibandingkan di saluran cerna dan di seluruh
tubuh.1
1.2 Apendisitis
1.2.1 Definisi
organ tersebut.3
1.2.2 Epidemiologi
Insiden apendisitis di negara maju lebih tinggi daripada negara berkembang.
Namun, dalam 3-4 dasawarsa terakhir kejadiannya menurun bermakna. Hal ini
dapat ditemukan pada semua umur, hanya jarang pada anak < 1 tahun jarang
dilaporkan. Insidan tertinggi pada kelompok umur 20-30 tahun, setelah itu
menurun.1
1.2.3 Klasifikasi
a. Apendisitis akut.
Apendisitis akut sering tampil dengan gejala khas yang didasari oleh radang
mendadak apendiks yang memberikan tanda setempat, disertai maupun tidak
disertai rangsang peritonieum lokal. Gajala apendisitis akut ialah nyeri samar-
sekitar umbilikus. Keluhan ini sering disertai mual dan kadang muntah.
Umumnya nafsu makan menurun. Dalam beberapa jam nyeri akan berpindah
ke titik McBurney. Dimana nyeri dirasakan lebih tajam dan lebih jelas
demam ringan.1
- Appendicitis Akut Purulenta (Supurative Appendicitis)
Tekanan dalam lumen yang terus bertambah disertai edema menyebabkan
lepas di titik Mc Burney, defans muskuler, dan nyeri pada gerak aktif dan
pasif. Nyeri dan defans muskuler dapat terjadi pada seluruh perut disertai
riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari 2 minggu, radang kronik
apendiks
secara makroskopik dan mikroskopik, serta keluhan menghilang pasca
adanya jaringan parut dan ulkus lama dimukosa , dan adanya sel inflamasi
dari obstruksi lumen meliputi hiperplasia limfoid sekunder pada inflammatory bowel
disease, sumbatan fekalit, atau yang lebih jarang yaitu parasit, benda asing dan
neoplasma.4
1.2.5 Patofisiologi
Hiperplasi jaringan limfoid, fekalit, tumor apendiks, dan parasit seperti cacing
askaris atau E. Histolytica dapat menjadi salah satu penyebab obstruksi lumen
stasis pada bagian distal apendiks dan produksi mukus apendiks terakumulasi di
proses translokasi bakteri di dalam lumen apendiks. Kondisi ini akan memudahkan
intraluminal semakin tinggi dan terjadi gangguan sirkulasi vaskuler. Keadaan ini akan
semakin berat sehingga terjadi penumpukan pus yang disebut apendisitis akut
supuratif. Dalam keadaan yang lebih lanjut akan terjadi edema yang lebih berat dan
menutup apendiks dengan omentum, usus halus, atau adneksa sehingga terbentuk
massa periapendikuler. Di dalamnya dapat terjadi nekrosis jaringan berupa abses yang
dapat mengalami perforasi. Apendiks yang pernah meradang tidak akan sembuh
umbilikus yang berlangsung lebih dari 1 atau 2 hari. Dalam beberapa jam nyeri
bergeser ke kuadran kanan bawah yaitu nyeri tekan di sekitar titik McBurney disertai
anoreksia, mual, dan muntah.. Kemudian dapat timbul spasme otot dan nyeri tekan
lepas. Biasanya ditemukan demam ringan dan leukositosis sedang. Apabila terjadi
ruptur apendiks, tanda perforasi dapat berupa nyeri, nyeri tekan, dan spasme.3
6
Kadang tidak ada nyeri epigastrium, tetapi terdapat konstipasi sehingga penderita
merasa memerlukan obat pencahar, tindakan itu dianggap berbahaya karena bisa
sekum, tanda nyeri perut kanan bawah tidak begitu jelas dan tidak ada tanda
rangsangan peritoneal. Rasa nyeri lebih ke arah perut sisi kanan atau nyeri timbul
pada saat berjalan karena kontraksi m.psoas mayor yang menegang dari dorsal.
Apendiks yang terletak di rongga pelvis, bipelvis bila meradang, dapat menimbulkan
gejala dan tanda rangsangan sigmoid atau rektum sehingga peristaltis meningkat,
pengosongan rektum akan menjadi lebih cepat dan berulang-ulang. Jika apendiks tadi
rangsangan dindingnya.1
1.2.7 Diagnosis
Pada anamnesis penderita akan mengeluhkan nyeri atau sakit perut. Ini terjadi
karena hiperperistaltik untuk mengatasi obstruksi dan terjadi pada seluruh saluran
cerna sehingga nyeri viseral dirasakan pada seluruh perut. Muntah atau rangsangan
viseral akibat aktivasi n.vagus. Obstipasi karena penderita takut untuk mengejan.
Panas akibat infeksi akut jika timbul komplikasi. Gejala lain adalah demam yang tidak
terlalu tinggi, antara 37,5-38,5 C. Tetapi jika suhu lebih tinggi, diduga sudah terjadi
perforasi.
sambil memegangi perutnya yang sakit, kembung bila terjadi perforasi, dan
Pada palpasi, abdomen biasanya tampak datar atau sedikit kembung. Palpasi
dinding abdomen dengan ringan dan hati hati dengan sedikit tekanan, dimulai dari
tempat yang jauh dari lokasi nyeri. Status lokalis abdomen kuadran kanan bawah:
Nyeri tekan (+) Mc. Burney. Pada palpasi didapatkan titik nyeri tekan
kuadran kanan bawah atau titik Mc. Burney dan ini merupakan tanda kunci
diagnosis.1
(nyeri lepas tekan) adalah nyeri yang hebat di abdomen kanan bawah saat tekanan
bagian kiri.1
apabila dilakukan penekanan pada abdomen bagian kiri bawah, hal ini diakibatkan
oleh adanya nyeri lepas yang dijalarkan karena iritasi peritoneal pada sisi yang
berlawanan.1
Psoas sign (+). Psoas sign terjadi karena adanya rangsangan muskulus psoas oleh
lutut difleksikan kemudian dirotasikan ke arah dalam dan luar secara pasif, hal
kanan bawah.1
Auskultasi akan terdapat peristaltik normal, peristaltik tidak ada pada illeus
sudah terjadi peritonitis maka tidak terdengar bunyi peristaltik usus. Pada
pemeriksaan colok dubur (Rectal Toucher) akan terdapat nyeri pada jam 10.00
11.00.1
Alvarado score:
Skor 1-4 : Tidak dipertimbangkan mengalami apendisitis akut.
Skor 5-6 : Dipertimbangkan kemungkinan diagnosis apendisitis akut tetap tidak
bedah.6
a. Gastroenteritis
9
Pada gastroenteritis, mual, muntah, dan diare mendahului rasa sakit. Sakit perut
lebih ringan dan tidak berbatas tegas. Hiperperistaltis seringditemukan. Panas dan
b. Demam Dengue
Dapat dimulai dengan sakit perut mirip peritonitis. Di sini didapatkan hasil tes
c. Kelainan ovulasi
Folikel ovarium yang pecah (ovulasi) mungkin memberikan nyeri perut kanan
d. Infeksi panggul
Salpingitis akut kanan sering dikacaukan dengan apendisitis akut. Suhu biasanya
lebih tinggi daripada apendisitis dan nyeri perut bagian bawah perut lebih difus.1
Hampir selalu ada riwayat terlambat haid dengan keluhan yang tidak menentu. Jika
ada ruptur tuba atau abortus kehamilan di luar rahim dengan pendarahan, akan
timbul nyeri yang mendadak difus di daerah pelvis dan mungkin terjadi syok
hipovolemik.1
Timbul nyeri mendadak dengan intensitas yang tinggi dan teraba massa dalam
rektal.1
endometriosis berada, dan darah menstruasi terkumpul di tempat itu karena tidak
pankreatitis, divertikulitis kolon, obstruksi usus awal, perforasi kolon, demam tifoid
dua cara, yaitu cara terbuka dan cara laparoskopi. Apabila apendisitis baru
penderita. Antibiotik ini merupakan antibiotik yang aktif terhadap kuman aerob dan
anaerob. Setelah gejala membaik, yaitu sekitar 6-8 minggu, barulah apendiktomi
dapat dilakukan. Jika gejala berlanjut, yang ditandai dengan terbentuknya abses,
maka dianjurkan melakukan drainase dan sekitar 6-8 minggu kemudian dilakukan
apendiktomi. Namun, apabila ternyata tidak ada keluhan atau gejala apapun dan
radang atau abses setelah dilakukan terapi antibiotik, maka dapat dipertimbangkan
untuk mencapai apendiks ada tiga cara yang secara tehnik operatif mempunyai
Sayatan dilakukan pada garis yang tegak lurus pada garis yang menghubungkan
SIAS (Spina Iliaka Anterior Superior) dengan umbilicus pada batas sepertiga
lateral (titik Mc Burney). Sayatan ini mengenai kutis, subkutis, dan fasia. Otot-
otot dinding perut dibelah secara tumpul menurut arah serabutnya, setelah itu
ketiga taenia koli. Tehnik inilah yang paling sering digunakan karena
herniasi, trauma operasi minimum pada alat-alat tubuh, dan masa istirahat pasca
bedah yang lebih pendek karena penyembuhan lebih cepat. Kerugiannya adalah
lapangan operasi terbatas, sulit diperluas, dan waktu operasi lebih lama.
menembus dinding otot perut tanpa memperdulikan arah serabut sampai tampak
sehingga lokasi dapat dipastikan, lebih banyak memotong saraf dan pembuluh
darah sehingga pendarahan lebih banyak,masa istirahat pasca operasi lebih lama
karena adanya benjolan yang mengganggu pasien, nyeri pasca operasi lebih
12
lebih lama.7
c. Laparoskopi
Laparoskopi appendektomi pertama kali dilakukan pada tahun 1983 oleh
ilmuan German. Saat ini laparoskopi appendektomi di klaim lebih aman dan
memiliki komplikasi post-op yang lebih kecil, meskipun begitu sampai saat ini
appendisitis akut.7
1.2.10 Komplikasi
Komplikasi yang paling membahayakan adalah perforasi, baik perforasi bebas
penyulit, namun komplikasi dapat terjadi apabila pengobatan tertunda atau telah
penyembuhan setelah operasi usus buntu tergantung dari usia pasien, kondisi,
rongga perut ini menyebabkan operasi usus buntu akut/emergensi perlu dilakukan
secepatnya. Kematian pasien dan komplikasi hebat jarang terjadi karena usus buntu
akut. Namun hal ini bisa terjadi bila peritonitis dibiarkan dan tidak diobati secara
benar.1
13
14
DAFTAR PUSTAKA
Karnadiharjo W, Prasetyono T, et al., 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. Penerbit
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMH0001302/
3. Lindseth GN. Gangguan Usus Halus. In:. Price et al., 2005. Patofisiologi Konsep
dari: http://emedicine.medscape.com
5. Crawford MJ. Rongga Mulut dan Saluran Gastrointestinal. In: Kumar V, Cotran R,
Robbins SL. 2007. Buku Ajar Patologi. Edisi VII. Vol 2. Penerbit Buku Kedokteran
Inammatory Response Score for Patients with Acute Appendicitis (online), World
Journal Surgery, Department of Surgery, St. Lucas Andreas Hospital, Amsterdam, The
for the Treatment of Acute Appendicitis; pp: 19-28, Surgical Skills Unit: Department
University of Dundee.
Kaiser Permanente Medical Care Program, San Diego, California. Also reviewed by
David Zieve, MD, MHA, Bethanne Black, and the A.D.A.M. Editorial team.
9. Netter H. Frank., 2011, gastro