Oleh:
Kelompok 3
UNIVERSITAS JAMBI
2014/2015
Obat-obatan Yang Digunakan Pada Gangguan Dislipidemia
Pendahuluan.
Penyakit kardiovaskuler (PKV) terutama Penyakit Jantung koroner merupakan
penyakit revalen dan menjadi pembunuh utama dinegara-negara industri. Di Indonesia PKV
pada survei Kesehatan Rumah Tangga Nasional (SKRT) 1972 menunjukkan PKV menduduki
urutan ke-l1, 1986 menduduki muffin ke-3, dan SKRT 1992 merupakan Penyebab kematian
pertama untuk usia di atas 40 tahun
Etiologi aterosklerosis adalah multifaktorial tetapi ada berbagai keadaan yang erat
kaitannya dengan aterosklerosis yaitu faktor genetik/riwayat keluarga dan penyakit jantung
koroner, stroke, penyakit pembuluh darah perifer, usia, kelamin pria, kebiasaan merokok,
dislipidemia, hipertensi, obesitas, diabetes melitus, kurang aktifitas fisik dan manopause.
Telah banyak bukti-bukti yang diperoleh dari penelitian eksperimental, epidemiologis
dan klinis tentang peran dislipidemia pada penyakit kardiovaskuler aterosklerosis yang
intinya adalah :
Dislipidemia merupakan faktor resiko yang utama
Perubahan gaya hidup masyarakat erat hubungannya dengan peningkatan kadar
lipid
Bahwa penurunan kadar kolesterol sebesar 1 % akan menurunkan resiko PJK
sebesar 2 %
Bahwa upaya mengubah gaya hidup ( berhenti merokok, memelihara berat badan
idial, membatasi asupan makan yang mengandung kolesterol dan lemak jenuh )
akan menurunkan resiko PJK dan dapat menyebabkan perlambatan bahkan regresi
aterosklerosis.
Bahwa pengendalian kadar lipid sampai batas yang dianjurkan harus merupakan
bagian integral dari pencegahan primer dan terapi penderita PKV.
Bahwa apabila cara-cara nonfarmakologist sesuai yang dianjurkan berhasil
mengendalikan kadar lipid maka obat-obat pengendalian dislipidemia mempunyai
peranan yang bermakna.
Meskipun informasi mengenai dislipidemia sudah meluas namun masih banyak
perbedaan pendapat dan tindakan, al: nilai-nilai sasaran, parameter pemeriksaan, metode
pemeriksaan dan langkah-langkah pengobatan. Mengingat bahwa data epidemiologis dan
klinis yang memadai untuk Indonesia belum ada, perlu disusun suatu pedoman mengenai
deteksi, pencegahan dan penatalaksaan dislipidemia, terutama dalam kaitannya dengan
penyakit kardiovaskuler.
Definisi Dislipidemia
Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan
maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang paling utama adalah
kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, kenaikan kadar trigliserida serta penurunan
kadar HDL. Dalam proses terjadinya aterosklerosis semuanya mempunyai peran yang
penting dan sangat kaitannya satu dengan yang lain, sehingga tidak mungkin dibicarakan
sendiri-sendiri. Ketiga-tiganya sekaligus dikenal sebagai Triad Lipid.
Patogenesis Aterosklerosis dan Hipotesis Lemak
Aterosklerosis adalah suatu bentuk ateriosklerosis yang terutama mengenai lapisan
intima dan umumnya terjadi di arteri muskuler ukuran besar dan sedang serta merupakan
kelainan yang mendasari penyakit jantung iskemik.
Lesi aterosklerosis diklasifikaiskan alas 3 tahap secara morfologik: bercak
perlemakan, plak fibrosa, dan lesi terkomplikasi. Sebelum terjadinya bercak perlemakan
sudah ada gel-gel busa. Bercak perlemakan sudah bisa ditemukan pada usia 10 tahun dan
meningkat kekerapannya pada usia 30 tahun. Flak fibrosa adalah bentuk lesi yang khas untuk
aterosklerosis yang sudah berkembang. Lesi terkomplikasi adalah plak fibrosa yang sudah
mengalami perubahan oleh peningkatan nekrosis sel, perdarahan, deposit kalsium atau
diquamasi permukaan endotel diatasnya dan pembentukan trombus. Lesi terkomplikasi dapat
mengakibatkan gangguan aliran di lumen pembuluh darah.
Faktor yang bertanggung jawab atas penumpukan lipid pada dinding pembuluh darah
dan beberapa tiorial :
1. Adanya defek pada fungsi reseptor LDL di membran gel
2. Gangguan transpor lipoprotein transeluler (endositotoktik)
3. Gangguan degrasi oleh lisosom lipoprotein
4. Perubahan permeabilitas endotel
Tahap awal yang penting pada aterogenesis adalah adanya partikel LDL yang ada
dalam sirkulasi terjebak di dalam intima. LDL ini mengalami oksidasi atau perubahan lain
dan kemudian dipindahkan oleh reseptor "Scavenger" khusus pada makrofag dan gel -gel
mural yang lain. Tidak ada pengendalian umpan balik atas pembentukan reseptor reseptor ini,
dan ester-ester kolesterol kemudian berakumulasi didalam gel sehingga membentuk gel busa.
Set gel busa membentuk bercak perlemakan yang bisa menyebabkan disrubsi pada
endotelium. Akhirnya faktor pertumbuhan mengakibatkan proliferasi gel dan akhirnya lesi
aterosklerosis yang lanjut. Hubungan antara Hipotesis infiltrasi lipid dengan luka endotel
pada perkembangan aterosklerosis ada pada diagram ini.
Lesilanjut
Bercak perlemakan
Terapi Obat
1. STATIN
Dalam 10 tahun terakhir ini di seluruh dunia, inhibitor 3hidroksi3metilglutaril
koenzim A reduktasebiasa disebut sebagai STATINmenjadi obat yang paling banyak
diresepkan sebagai obat penurun kadar lipid. Obat golongan ini memblok secara parsial
reaksi konversi 3hidroksi3metilglutaril koenzim A menjadi asam mevalonat. Reaksi ini
merupakan salah satu tahap yang penting pada proses pembentukan kolesterol dalam sel di
hati. Penghambatan proses ini mengakibatkan kadar kolesterol turun dengan cepat, yaitu
ketika pasien mulai dan tetap kontinyu menggunakan obat statin, walaupun dilaporkan
setelah beberapa lama pasien dapat mengalami takikardi. Statin memiliki efek yang baik
terhadap profil lipid secara keseluruhan. Statin, menurunkan kadar lowdensity lipoprotein
(LDL), yang berkaitan dengan resiko kardiovaskuler. Selain itu, statin juga menurunkan
kadar trigliserida dan kadar kolesterol total dalam serum. Statin meningkatkan kadar high
density lipoprotein (HDL) yang bersifat melindungi kardiovaskular (lihat Tabel 1).
Popularitas statin dipengaruhi oleh banyaknya data uji klinik yang mengkonfirmasi
bahwa penurunan kadar lipid pada pasien yang diterapi akan berakibat juga pada turunnya
resiko penyakit kardiovaskuler, terutama pada angka kematian (mortalitas) total dan penyakit
jantung, infark miokard dan prosedur revaskularisasi. Studi klinik yang menunjukkan
penurunan mortalitas karena penyakit kardiovaskular dan koroner mendukung penggunaan
statin untuk pasien wanita, pasien lanjut usia dan pasien diabetes.
2. Fibrat
Turunan asam fibrat (fibrate) banyakdiresepkan pada 19801990an, tetapi kemudian
menurun ketika data yang mendukung penggunaan statin mulai banyak. Efek utama fibrat
adalah penurunan kadar trigliserida, juga penurunan kolesterol LDL yang moderat pada
pasien yang kadarnya meningkat dan meningkatkan kolesterol HDL (Tabel 1). Empat
mekanisme kunci fibrat adalah:
Meningkatkan lipolisis
Meningkatkan asupan asam lemak hati dan menurunkan produksi trigliserida hati
Meningkatkan asupan LDL oleh reseptor LDL
Menstimulasi transport kolesterol balik sehingga meningkatkan HDL
Fibrat digunakan terutama untuk menurunkan kadar trigliserida pada pasien yang
hanya mengalami peningkatan trigliserida (isolated hypertriglyceridaemia), bermanfaat juga
untuk menangani hiperlipidemia campuran, terutama jika kadar HDL rendah. Fibrat dapat
ditambahkan pada terapi statin jika target terapi tidak tercapai pada terapi tunggal
(monoterapi), dan sebagai alternatif jika pasien tidak tahan terhadap statin. Harus diingat
bahwa peresepan kombinasi statin dan fibrat meningkatkan resiko miopati secara bermakna,
dan mungkin obat baru (misalnya ezetimib) mungkin lebih tepat.
3. Sekuestran Asam-Empedu
Penangkap asam empedu (bile acid sequestrant) telah dipakai lebih dari 30 tahun.
Mekanisme kerjanya ada dua, meningkatkan bersihan (klirens) kolesterol dan menurunkan
resirkulasi asam empedu. Mulamula obat ini mengikat asam empedu pada usus halus
sehingga mencegah resirkulasinya ke dalam sistem entrohepatik. Dengan demikian ekskresi
asam empedu meningkat hingga 10 kali lipat, dan karena asam empedu berkurang, hati
berespon meningkatkan produksi asam empedu dengan cara menecah kolesterol. Selain itu
reseptor LDL juga meningkat untuk mengikat kolesterol, sehingga kadar kolesterol yang ada
dalam sirkulasi darah makin menurun.
Sekuestran asam empedu menurunkan kolesterol LDL 1530%, dan meningkatkan
HDL sampai 5%. Pada beberapa pasien sekuestran asam empedu meningkatkan kadar
trigliserida, sehingga penggunaannya dihindari untuk pasien hipertrigliseridemia atau
hiperlipidemia campuran dengan peningkatan kadar trigliserida yang signifikan. Sekuestran
asam empedu dapat menurunkan kejadian gangguan fungsi jantung dan progresi
aterosklerosis. Terutama berguna untuk mengobati pasien yang mengalami peningkatan
kolesterol LDL saja atau sebagai obat tambahan jika monoterapi gagal mencai target terapi.
Masalah utama pada terapi sekuestran asam empedu ini adalah penerimaan pasien
karena rasa obat yang tidak enak. Biasanya obat diminum 4 kali sehari, dalam bentuk serbuk
yang dicampurkan ke dalam sejumlah besar air. Pada dosis maksimum, golongan obat ini
sering menimbulkan rasa tidak nyaman pada abdomen, refluks esofagus dan konstipasi. Obat
ini juga dapat mengikat obat lain, misalnya digoksin, levotiroksin, atau warfarin, sehingga
harus diperhatikan agar penggunaan antar obatobat tersebut dengan sekuestran asam empedu
ini terpisah paling sedikit 46 jam.
4. Ezetimib
Diperkenalkan di pasaran sejak tahun 2003, ezetimib merupakan senyawa penurunan
lipid yang bekerja memblok absorpsi kolesterol pada usus halus dengan cara menghambat
secara selektif mekanisme transport pada sel epitel usus halus. Karena jumlah kolesterol yang
masuk melalui usus halus turun, maka hati meningkatkan asupan kolesterolnya dari sirkulasi
darah, sehingga kadar kolesterol serum akan turun. Sebagai terapi tunggal, efek utama
ezetimib adalah menurunkan kadar kolesterol LDL sampai 18%, dengan sedikit efek pada
trigliserida dan HDL. Jika dikombinasi denga statin, bisa menghasilkan penurunan kadar
LDL serum 20% lagi dibanding statin saja; disertai penurunan kadar trigliserida (~9%), dan
peningkatan kolesterol HDL (~3%). Ezetimib 10 mg/hari digunakan untuk
hiperkolesterolemia primer.
Saat ini ezetimib digunakan jika terapi tunggal statin gagal mencapai target terapi,
atau sebagai alternative monoterapi jika pasien tidak tahan statin. Efek samping ezetimib
sakit kepala, nyeri abdomen dan diare. Untuk penggunaan luas masih diperlukan data
keamanan penggunaan jangka panjang. Sampai saat ini disimpulkan oleh Drud and
Therapeutic Bulletin bahwa ezetimib tidak lebih bermanfaat daripada statin dan tidak
menggantikan posisi statin untuk terapi rutin pasien dengan resiko aterosklerosis dan
strategi kombinasi ezetimibstatin tidak lebih aman dan jelas lebih mahal dibanding
memaksimalkan dosis statin. Pemberian bersamasama ezetimibfibrat saat ini tidak
dianjurkan.
KESIMPULAN
Terapi statin tetap merupakan terapi utama untuk mayoritas pasien, tetapi untuk kasus
kasus tertentu bisa digunakan kombinasi 2 golongan obat (atau kadang lebih) untuk dapat
mencapi tujuan terapi yang lebih agresif. Harus diingat bahwa penggunaan obat untuk
menurunkan kadar lipid hanyalah salah satu strategi yang harus diterapkan untuk
menurunkan resiko kardiovaskular pada
individu pasien.
Tabel 1 Efek terapi obat pada subtipe kolesterol
Subtipe kolesterol Efek terapi obat